Anda di halaman 1dari 11

NARASI KONSELING MASALAH KESEHATAN ( TELAAH PADA KASUS HOMOSEKSUAL)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Advokasi dan Konseling di Bidang Kesehatan Dosen pengampu ......................................

Disusun oleh : Taufiq Priyo Utomo

MAGISTER PROMOSI KESEHATAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2012

NARASI KONSELING MASALAH KESEHATAN ( STUDY KASUS MASALAH HOMOSEKSUAL)

A. Pembukaan Meliputi perkenalan baik konselor maupun klien, buat suasana yang nyaman untuk klien , tanyakan identitas klien, dan lain-lain yang berkaitan dengan pengkondisian suasana konseling Konselor : Selamat pagi mas, dengan mas siapa? Ada yang bisa saya bantu? O iya sebelumnya perkenalkan saya Taufiq Klien : Pagi mas Taufiq, saya x dari universitas z, iya mas saya mau cerita sedikit, tapi sebelumnya saya minta untuk merahasiakan identitas saya ataupun cerita saya kepada siapapun Konselor : InsyaALLAH mas, sudah kewajiban saya untuk merahasiakan apapun dari klien, wah sepertinya ada yang serius ini, hehe... Gimana mas, silahkan bisa cerita apa saja... Klien : Gini mas, saya mempunyai persoalan yang mungkin sulit diselesaikan, saya mempunyai sifat abnormal yang sering disebut homoseks. Saya menyadari ini ketika saya kelas 3 SMP. Pada saat SMA dan Kuliah, saya berusaha untuk sembuh normal seperti yang lainnya, karena saya merasa tertekan dengan keadaan abnormal yang berlarut-larut. Saya sering ke guru bimbingan agar saya dapat pengarahan dan dapat mengontrol kelakuan saya dan tidak terjerumus serta bisa sembuh normal. Tapi kenyataannya sulit banget, meskipun saya sering sholat, puasa hawa abnormal saya tetap ada dan menggebu-gebu namun saya terus mencoba untuk melawannya.Yang saya ingin tanyakan adalah : 1. Bisakah orang yang seperti saya sembuh/normal, kalau bisa bagaimana caranya ? 2. Apakah saya akan tambah menderita apabila tidak menuruti kata hati saya yang abnormal ini .

B. Penggalian Masalah : Eksplorasi perasaan klien

Konselor :
Wah, lumayan rumit juga ya mas... Saya bisa merasakan apa yang mas rasakan, tidak gampang memang menghadapi permasalahan seperti yang ini Apa yang mas rasakan saat ini?

Klien :
Gimana ya mas, jujur sebenarnya ya saya merasa bersalah, bersalah sama saya sendiri, bersalah sama keluarga saya juga.

Konselor :
Kita tidak bisa memilih perasaan kita mas, bahkan meskipun kita merasa bersalah atau buruk bukan berarti bahwa kita buruk Lalu, apa yang mas inginkan ke depan?

Klien :
Ya seperti yang saya sampaikan di awal mas, sebenarnya saya ingin normal, tapi sekali lagi rasa itu menggebu-gebu dan susah mas, sudah juga di jelaskan dengan kata-kata C. Gali Informasi Dari Klien Secara Mendalam 1. Pemahaman tentang orientasi seksual:

Konselor :
Sejak kapan mas menyadari memiliki orientasi seksual seperti ini?

Klien :
Sejak kelas 3 SMP mas, tapi dulu belum merasa kalau itu salah, baru sadar kalau perilaku saya salah ya sejak SMA

Konselor :
Apa yang membuat mas merasa yakin bahwa mas memiliki orientasi seksual ini?

Klien :
Dari TV mas, saya juga browsing di internet

Konselor :
Terus bagaimana dengan diri mas, apakah bisa menerima atau menolak memiliki orientasi seksual ini?

Klien :
Ya antara menolak dan manerima mas

Konselor :
Coba ceritakan hal-hal apa yang membuat mas bisa menerima atau menolak orientasi seksual mas ini?

Klien :
Saya menolak ya karena saya tahu yang saya rasakan ini berbeda dengan orang pada umumnya, masyarakat juga sepertinya memandang orang seperti saya itu hina. Sementara yang membuat saya menerima ya karena memang saya tidak bisa menghindar dari perasaan ini, setiap saya lihat laki-laki yang baik, perhatian saya selalu tertarik dan ingin memilikinya. D. Gali latar belakang kehidupan klien dan semua Informasi Klien termasuk relasi hubungan:

Konselor :
Bisa diceritakan masa kecil mas dalam keluarga?

Klien :
Boleh dikatakan masa kecil saya cukup rumit, Sejak SD setiap hari saya mendengar orang tua saya bertengkar setiap hari. Dan puncaknya pada saat kelas 6 SD mereka bercerai karena Ibu saya ketahuan selingkuh. Semenjak itu pula saya menjadi benci dengan sosok perempuan. Saya akhirnya tinggal dengan Ayah saya, dia yang sayang sama saya, dia yang banting tulang membiayai saya sampai saya kuliah seperti sekarang. Saya anak satu-satunya mas

Konselor :
Bagaimana hubungan mas dengan orang tua atau saudara?

Klien :
Semenjak orang tua saya bercerai saya tidak pernah mendengan kabar Ibu saya, dan saya tidak mau mendengarnga

Konselor :
Menurut kamu apakah ada kejadian atau trauma pada masa kecil yang membuat mas memiliki orientasi seksual seperti ini?

Klien :
Saya nggak tahu mas, tapi semenjak saya tahu ternyata Ibu saya selingkuh, saya sangat benci dengan perempuan.

Konselor :
Dalam hidup mas, apa yang paling penting dan berharga?

Klien :
Ayah saya

Konselor :
Bagi mas apakah menjadi diri sendiri itu penting meskipun orang lain tidak akan setuju dengan pilihan kamu ?

Klien :
Penting gak penting mas, yang jelas sebenarnya saya ingin normal

Konselor :
Coba ceritakan latar belakang keluarga mas (religius, berpendidikan, dan sebagainya)

Klien :
Secara religus ya standar mas, kalau sholat sebenarya kita pasti lakukan, tapi mungkin hanya sebatas sholat mas, Ayah saya sibuk mencari uang untuk hidup kami, kalau pendidikan Ayah saya hanya lulusan SMA dulu dia pengusaha, tapi bangkrut, mungkin itu yang membuat Ibu saya dulu meninggalkan kami

Konselor :
Apakah orang tua atau keluarga tahu bahwa kamu memiliki orientasi seksual seperti ini?

Klien :
Enggak mas

Konselor :
Jika tahu, bagaimana reaksi mereka?

Klien :
Gak tahu mas, mungkin kaget dan shyok

Konselor :
Bagaimana respon teman atau lingkungan sekitar mas dengan orientasi seksual kamu?

Klien :
Sangat menolak mas, saya pernah cerita saya teman dekat saya tentang prientasi seksual saya, tapi ternyata sekarang dia langsung tidak mau berteman dengan saya. Saya juga kadang iseng tanya sama temen-temen gimana pendapat mereka tentang homoseksual ternyata jawaban mereka menyakitkan, stigma homoseks masih sangat tinggi sekali, hampir semua temen yang saya tanya jawabannya mengecewakan dan sangat menolak dengan homoseks

Konselor :
Apakah pernah membangun relasi pacaran dengan sesama jenis kelamin?

Klien :
Pernah mas

Konselor :
Apa motif mas membangun relasi pacaran dengan sesama jenis kelamin tersebut?

Klien :
Karena saya merasa sayang, dia juga merasa sayang mas

Konselor :
Apakah juga pernah mencoba membangun relasi pacaran dengan jenis kelamin yang berbeda? Jika iya, apa motif kamu membangun relasi tersebut?

Klien :
Pernah juga mas, karena ceweknya nembak saya, dan saya merasa mungkin dengan saya punya pacar perempuan bisa membantu saya untuk sembuh, tapi ternyata kenyataan itu susah, akhirnya cuman bertahan 3 bulan dan kitapun putus

Konselor :
Berapa kali dan berapa lama mas membangun relasi pacaran dengan sesama jenis atau berlainan jenis kelamin?

Klien :
Kalau yang dengan sesama sampai sekarang masih mas, kalau yang berlainan ya tadi cuman bertahan 3 bulan

Konselor :
Hal apa saja yang kamu lakukan selama berpacaran?

Klien :
Kalau dengan pasangan saya baik yang sejenis maupun dulu yang perempuan sekarang ya hanya pergia bareng-bareng, nongkrong.

Konselor :
Apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam membangun relasi?

Klien :
Menyenangkan kalau bisa lihat pasangan kita senang, begitupun sebaliknya mas

Konselor :
Relasi pacaran yang mana yang paling membahagiakan kamu? Coba ceritakan, kenapa?

Klien :
Walaupun saya ingin berubah, ingin normal, tapi saya akui saya hanya bahagia jika berpcaran dengan pasangan saya yang sekarang, yang sejenins, dia begitu perhatian sama saya. Dia juga sudah merencanakan kita nanti hidup berdua dan mengadopsi anak Perilaku Seksual

Konselor :
Apakah pernah melakukan hubungan seksual dengan pacar atau orang lain?

Klien :
Pernah mas

Konselor :
Bentuk-bentuk perilaku seksual apa saja yang mas lakukan? (misalnya: ciuman, oral seks, anal seks, dan sebagainya)

Klien :
Dengan pacar saya dulu yang perempuan hanya byasa pegang tangan dan gak pernah melakukan yang lain, karena justru malah saya risih mas, tapi berbeda dengan pacar saya yang sejenis sekarang mas, saya pernah melakukan ciuman, oral maupun anal mas. Tapi seteah melakukan itu sebenarnya saya merasa bersalah juga mas, timbu perasaan tidak nyaman, pengen rasanya berhenti, tapi seteah beberapa waktu prasaan itu kalah dengan nafsu kami mas. Susah mas di ungkapkan dengan kata-kata

Konselor :
Apakah kamu mengetahui risiko dari berbagai perilaku tersebut? Bisa diceritakan?

Klien :
Tahu sedikit mas, ya hanya tahu kalau pasangan sejenis lebih rentan terjadi Penyakit

Konselor :
Pernah terpikir kamu bisa terkena risiko Infeksi Menular Seksual (IMS) atau HIV?

Klien :
Pernah mas

Konselor :
Bagaimana cara kamu melindungi diri dari risiko tersebut?

Klien :
Pakai kondom mas

Konselor :
Apakah kamu selalu konsisten memakai kondom jika melakukan hubungan seksual?

Klien :
Nggak juga si mas, ribet

Konseor :
Sebenarnya gini mas, memang benar apa yang dipikirkan mas tadi bahwa pasangan sejenis lebih rentan terkena penyakit, seperti PMS (penyakit menular seksual) bahwakn HIV/AIDS, cuman yang sebenarnya berisiko terhadap penyakit tersebut adalah perilaku seksual yang tidak aman bukan orientasi seksualnya jd penting lhoh pakai kondom itu Sekarang coba ceritakan rencana masa depan mas mau gimana?.

Klien :
Kurang tahu mas, gelap, saya belum ada rencana ke depan

Konseor :
Menurut mas, apakah orientasi seksual kamu saat ini akan menghambat masa depan mas? Bisa mas jelaskan alasannya?

Klien :
Jujur sebenarnya si saya sudah berpikir ke situ, masa depan saya kayaknya akan terhambat, saya membayangkan jika hidup dengan sesama jenis, bagaimana nanti pandangan masyarakat, bagaimana dengan pekerjaan saya, bagaimana nanti saya membangun keuarga, tapi gimana mas saya susah untuk suka dengan perempuan, bagaimanapun saya coba tetap saja saya tetap suka dan seneng sama laki-laki, apalagi kaau saya dapet perhatian laki-laki, dan sepertinya dia juga suka kepada saya seperti pacar saya sekarang, dia perhatian banget sama saya mas

Konselor :
Apa hal terpenting bagi kamu saat ini?

Klien :
Ayah saya dan pekerjaan kelak setelah luus Diskusikan pilihan solusi

Konselor :
Gini mas, sebenarnya apapun orientasi seksual yang mas pilih yang mas rasakan sekarang mas tidak peru merasa bersalah, setiap orang berhak memilih orientasi seksual dan tidak boleh ada diskriminasi atas pilihannya. Cuman masalahnya gini mas, bahwa perilaku yang mas tadi ceritakan itu sangat berisiko terkena PMS bahkan HIV/AIDS, itu peru di pikirkan, dan di diskusikan dengan pasangan mas, bagaimana menangguanginya. Mas mau berhenti melakukan hal itu, mungkin itu lebih baik, atau mas mau menanggulangi dengan benar-benar konsisten untuk berperilaku seks secara aman seperti dengan kondom Sekarang yang saya mau tanyakan apa pilihan mas?

Klien :
Pilihan apa mas?

Konselor :
Hanya penegasan saja mas, apa pilihan orientasi mas?

Klien :
Sebenarnya saya mau milih normal mas, saya juga bosa sebenernya mas, bosan dengan keadaan ini.

Konselor :
Apa yang membuat mas memilih hal tersebut?

Klien :
Bosan mas, Tiap malam saya menangis, saya juga sering ko sholat malam, saya selalu menangis memikirkan keadaan ini, apa lagi jika kepikiran Ayah saya mas, gima jika ayah saya tahu soal ini, gimana juga jika keuarga yang lain tahu, lingkungan yang lain tahu, gimana nasib pekerjaan orang tua saya, bagamaina juga masa depan saya, karena saya sadar pasti rahasia ini ke depan bakal terbongkar, saya gak siap.

Konselor :
Apa yang akan mas lakukan untuk mewujudkan pilihan tersebut?

Klien :
Saya mau belajar mas, saya juga pengen membina hubungan dengan perempuan, saya gak tahu apakah karena faktor trauma ibu saya dulu sehingga saya susah menerima perempuan

Konselor :
Kendala apa yang akan mas temui dalam mewujudkan pilihan tersebut?

Klien :
Perasaan saya sendiri mas, dan mungkin pasangan saya sekarang

Konselor :
Kira-kira langkah-langkah apa yang akan mas lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

Klien :
Untuk pasangan saya, sepertinya saya mau diskusi mungkin mengarah untuk mengakhiri hubungan ini, kalau bisa saya pengen ngajak dia juga untuk bersama-sama berubah mas, untuk saya sendiri saya juga masih bingung, saya sering sholat, puasa, tapi susah mas, prasaan ini susah hilang.

Konselor :
Apakah sekarang sudah benar-benar kuat tekad mas untuk memilih putusan ini?

Klien :
Yakin mas, saya yakin ms, saya pengen berubah, saya bosan

Penutup

Konselor :
Luar biasa mas, luar biasa, saya baru menemukan orang seperti mas selama saya jadi konselor, mas punya keyakinan luar biasa untuk berubah Mas harus tahu, bahwa orang yang paling mulia bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, melainkan mereka yang mampu memperbaiki kesalahannya dan dijadikan sebagai pijakan untuk melakukan lebih baik tanpa mengulangi kesalahannya. Saran saya mas tidak bisa melakukan sendiri, mas memang sering sholat dan merenung, tapi mungkin bisa di tambahi dengan mas bergabung di komunitaskomunitas rohis misal, forum-forum diskusi dan pengajian, yang mas bisa berinteraksi dengan orang lain, berdiskusi dengan orang lain, berdiskusi dengan ustads ustadsnya, selain itu mas harus sabar, tidak bisa permasalahn ini atau mas bisa brubah hanya dengan satu dua hari, mas harus yakin dan istiqomah walau apapun yang terjadi. Semangat mas, Jika mas sungguh-sungguh melakukan yang sudah kita diskusikan, saya yakin mas pasti bisa melalui ini dengan baik Terima kasih atas kunjungannya, saya juga apresiasi keterbukaan dan kepercayaan mas kepada saya, kalau mas masih butuh diskusi lagi, mas bisa datang kesini lagi.

Anda mungkin juga menyukai