Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KAKUSTIK

I. IDENTITAS

1. Identitas Klien

Nama Lengkap : AH

Tempat Tanggal Lahir: Gresik, 29-8-1979

Usia : 38

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Jawa

Anak ke : ke 5 dari 6 Bersaudara

Pendidikan terakhir : SMP

Agama : Islam

Alamat : Gresik

Hobby : Nongkrong (Ngopi)

Tujuan Pemeriksaan : Evaluasi Psikologi

Tempat : Ruang Rawat Inap Gelatik

Tanggal Pemeriksaan : 14 November – 13 Desember 2017

Pemeriksa : Dimas Agi Permadi S.Psi

Pembimbing : Ella Titis Wahyuniasari, S.Psi, M.Psi Psikolog


2. Identitas Orang Tua
Tabel 3. Tabel Identitas Orang Tua Klien
a). Ayah Kandung b). Ibu Kandung

Nama :S Nama : M (Almarhum)


Alamat : Driyorejo Alamat : Driyorejo
Umur : 75 tahun Umur :-
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun PNS Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tingkat Sosial Ekonomi : Menengah Tingkat Sosial Ekonomi : Menengah

1. Susunan Keluarga
Tabel 4. Susunan Keluarga (Istri dan Anak)
No Nama L/P Usia Pendidikan Pekerjaan Status
1. S L 38 SMP Tukang Parkir Ayah (Klien)
2. M P 34 SMA Pekerja Pabrik Ibu (Cerai)
3. K L 14 SD Pelajar Anak
4. Si P 11 SD Pelajar Anak

2. Riwayat Kasus

Klien merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Keadaan perekonomian

keluarga klien cukup baik, ayah klien merupakan seorang PNS di salah satu pasar di

Surabaya, sehingga kebutuhan klien dan saudara-saudaranya dapat dikatakan tercukupi,

namun klien tidak kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya terutama ayah dan

ibunya karena sejak SD sekitar kelas 5 klien diasuh oleh neneknya di Gresik. Klien diasuh

oleh neneknya karena pada saat itu nenek tinggal seorang diri, karena kakek klien sudah
meninggal. Di Gresik klien tinggal bersama nenek dan adik perempuannya dan kedua

orang tua klien dan kakak-kakaknya hanya sesekali mengunjungi klien dan adiknya.

Sejak kecil klien suka bermain di luar rumah bersama teman-temannya, sehingga

membuat klien kurang begitu dekat dengan nenek dan adiknya. Ketika klien SMP tepatnya

pada tahun 1995 ibu klien meninggal dunia tetapi menurut ayah dan adik klien, dia cukup

tegar dan tidak menunjukkan kesedihan yang berlarut-larut. Selain itu kematian ibu klien

memiliki pengaruh yang tidak begitu besar karena mungkin sejak kecil klien tinggal

bersama neneknya.

Setelah lulus SMP tepatnya di tahun 1997 klien bersekolah di Surabaya dan kembali

berkumpul dengan ayah klien, meskipun keduanya jarang bertemu karena ayah sibuk

bekerja. Klien bersekolah disalah satu SMK di Surabaya, saat itulah klien dianggap mulai

salah dalam memilih pergaulan. Klien berteman dengan anak-anak yang dapat dikatakan

nakal, sehingga klien mulai terbujuk untuk mengkonsumsi narkoba (ganja, sabu dan

minuman keras) dan sempat sesekali ikut dalam tawuran. Selain hal tersebut klien sempat

memaksa orang tuanya untuk membelikan motor karena merasa gengsi, sebab sebagian

besar temanya sudah memiliki motor yang menurut adiknya, klien sempat berkonflik

dengan ayahnya.

Klien menjadi sering marah-marah tanpa control yang mungkin diakibatkan oleh

sabu yang dikonsumsi dan mungkin juga karena klien pernah menerima pukulan dari

temannya dikepala yang menyebabkan adanya kerusakan saraf klien sehingga klien dibawa

ke Rumah Sakit Karangmenjangan dan dirawat hingga beberapa bulan. Pada tahun 1998

klien sepulangnya dari rumah sakit klien keluar dari sekolah meskipun masih kelas 1 SMK

dan kembali ke Gresik untuk tinggal bersama nenek dan adik perempuannya lagi.
Saat dirumah Gresik klien menjadi orang yang cenderung pendiam mungkin karena

beberapa temannya dulu masih sekolah. Karena kesendiriannya klien mulai pergi bermain

ke warkop-warkop dan tempat-tempat bilyard untuk mencari teman. Ditempat-tempat

tersebut klien mulai mengenal apa itu judi dan mulai menggemarinya. Klien bermain judi

dengan meminta uang dari neneknya hingga akhirnya dia menikah pada tahun 2002 dan hal

tersebut tidak membuatnya berhenti untuk berjudi. Setelah menikah klien bekerja disebuah

pabrik yang berada di Driyorejo selama 2 bulan dan kemudian berhenti karena merasa

tidak cocok dengan peraturan pabrik. Setelah dari keluar dari pabrik klien mulai bekerja

serabutan tetapi tidak jarang juga dia menyempatkan diri untuk berjudi meskipun untuk

kebutuhan sehari-harinya saja masih kekurangan. Tak jarang pula klien dan istrinya

dibantu oleh nenek untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, bahkan sampai anaknya

lahir pada tahun 2003.

Pada tahun 2005 klien pergi ke Banjarmasin untuk mencari kerja disana, tetapi hal

tersebut tidak sesuai dengan harapan klien hingga setelah 6 bulan berada disana klien

memutuskan untuk pulang ke Gresik. Saat klien disana klien merasa hasilnya tidak

mencukupi selain itu pekerjaan klien juga tidak menentu atau bisa dikatakan bekerja

serabutan disana, bahkan dia sempat menganggur beberapa saat. Klien merasa malu

dengan kakak iparnya karena sudah lama menumpang dirumah kakaknya. Sepulangnya

dari Kalimantan, klien sering pulang pergi kesana untuk mencari pekerjaan. dikalimantan

dia sering melakukan perjalanan ke Balikpapan kerumah kakaknya yang lain juga untuk

mencari pekerjaan yang tepat.

Setelah mengalami kesulitan keuangan, klien memilih merantau lagi kekalimantan

setelah anak keduanya lahir ditahun 2006. Klien sering pulang pergi ke Kalimantan hingga
diakhir tahun 2012 klien pulang kerumah dan pada awal tahun 2013 istri klien mulai

menggugat cerai klien ke pengadilan agama. Menurut adik klien alasannya karena

permasalahan ekonomi dan istri klien merasa sering menerima perlakukan kasar dari klien

bahkan hingga pemukulan. Hal tersebut hingga membuat istri klien memilih kos dan

menitipkan kedua anaknya ke mertua klien dari pada tinggal dengan orang tuanya yang

kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah klien. Klien memilih kos di dekat tempat

kerjanya yang sebenarnya tidak begitu jauh dari rumahnya.

Setelah bercerai klien sempat masuk ke RS Karangmenjangan lagi karena sering kali

marah-marah tanpa control. Beberapa bulan setelah pulang ke dari RS Karangmenjangan

klien sempat membuka toko aki dengan modal dari kakaknya yang tinggal di Batu, karena

kebetulan sang kakak merupakan pengusaha jual beli aki yang dapat dikatakan sukses.

Tetapi usaha tersebut gulung tikar karena ketidakmampuan klien untuk mengelola

keuangan, dan membuat klien harus menjual rugi aki-akinya untuk membayar hutang yang

sudah jatuh tempo. Setelah gulung tikarpun klien masih meninggalkan beberapa hutang

yang harus dilunasi. Gagalnya klien dalam menjalankan usahanya mungkin juga karena

klien masih suka berjudi dengan teman-temannya dan tidak jarang pula klien kalah banyak.

Pada tahun 2015 klien sempat masuk lagi ke RS Karangmenjangan karena hal

tersebut mungkin karena klien mulai jarang minum obat dan klien kehabisan uang yang

didapatnya dari menjual tanah warisannya senilai Rp. 40.000.000,00. Uang tersebut habis

dalam waktu sekitar 3 bulan, dan hal tersebut membuat klien merasa stress. Klien di RS

Karangmenjangan hanya beberapa hari karena klien kabur dari rumah sakit dengan cara

naik ojek. Klien kabur dengan cara keluar dari kamar untuk sholat jumat atau beli makan di

luar karena memang klien sering keluar kamar tetapi biasanya dia kembali lagi
kekamarnya. Klien dibawa ke RS Karangmenjangan dengan alasan ayahnya yang sakit dan

dirawat dirumah sakit, sementara klien diminta untuk menjaga karena klien tidak mau

dianggap sakit. Saat klien mengetahui bahwa dia yang dirawat, klien memilih untuk keluar

atau kabur dari rumah sakit. Ayah klien tidak mengetahui saat klien kabur, ayah klien baru

tahu setelah klien sudah sampai dirumah driyorejo setelah adik klien menghubungi

ayahnya melalui telepon.

Tak lama kemudian klien bekerja disebuah warung makan didekat rumahnya, klien

bekerja disana sebagai tukang parkir. Di bulan November 2017 klien untuk pertama

kalinya dibawa ke RS Jiwa Menur oleh warga dan polisi. Klien dibawa ke Menur karena

klien marah-marah di jalan dan membuat orang yang lewat didepan rumahnya menjadi

takut. Klien menghadang orang-orang yang lewat didapan rumahnya yang dianggapnya

membuat bising dan tak jarang pula klien mengejarnya. Akibatnya keluarga meminta

tolong warga dan RT untuk membantu membawa ke RS Jiwa Menur dan RT meminta

bantuan kepada polsek untuk membantu membawanya ke Menur dengan cara diborgol.

Menurut saudara klien klien kambuh setelah ayah klien memberikan klien uang sekitar Rp

1.500.000,00 untuk membeli dp motor tetapi uang tersebut habis dipakai oleh klien. Klien

menghabiskan uang tersebut tanpa ada yang mengetahui dipakai untuk apa uang tersebut

dihabiskan. Tetapi ketika klien ditanya mengenai mengapa dirinya dibawa ke RS Jiwa

Menur dia mengaku tidak tahu, dia hanya marah dan membanting helmnya saja tetapi tiba-

tiba warga dan pihak kepolisian menangkapnya kemudian dibawa ke RS Jiwa Menur.
3. Riwayat Perkembangan

A. Riwayat Intelektual

Dalam masa sekolahnya klien bukanlah orang tergolong orang yang rajin dan pandai.

Meskipun tidak tergolong sebagai anak yang rajin dan pandai klien cukup mampu

mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajarannya. Dimasa SD dan SMP

klien hampir tidak pernah mengalami permasalahan disekolah baik dalam hal akademis

atau lainya, hal tersebut terbukti dari tidak pernahnya ayah klien dipanggil oleh guru

disekolah.

Setelah lulus dari SMP klien melanjutkan pendidikan SMKnya di Surabaya dan

tingal dengan ayahnya, tetapi klien tidak mampu melanjutkan atau menyelesaikan

sekolahnya karena baru beberapa bulan masuk sebagai kelas 1 di SMK klien memilih

keluar karena sakit akibat kenakalan remaja seperti narkoba dan perkelahian.

Tabel 5. Latar Belakang Pendidikan


No Nama sekolah Tahun masuk Tahun keluar Keterangan
1. SDN di Gresik 1988 1994 Lulus
2. SMP di Gresik 1994 1997 Lulus
3. SMK di Surabaya 1997 1998 Belum Lulus

B. Perkembangan Emosi

Klien merupakan orang yang cenderung tertutup selain itu klien juga merupakan

orang yang cenderung pemarah di lingkungan keluarga. Tetapi disatu sisi klien merupakan

orang yang ramah dan baik saat bersama teman-temannya. Klien merupakan orang yang

implusif yang cenderung meledak-ledak saat klien marah tetapi hal tersebut hanya terjadi

saat klien berada dilingkungan keluarga.


C. Perkembangan Sosial

Klien merupakan orang yang mudah bergaul sejak kecil, klien memiliki banyak

teman diluar rumah tetapi memiliki kedekatan yang kurang dengan keluarga serumah yaitu

nenek dan adiknya. Tetapi klien memiliki hubungan yang erat dengan kakak-kakanya yang

tinggal di Surabaya. Karena hal tersebut sejak SD klien sudah jarang berada dirumah dan

sering main diluar bersama teman-temanya.

II. Assesment

1. Problematika
A. Problem yang dihadapi
Klien memiliki emosi yang meledak-ledak dan tiba-tiba bisa marah tanpa alasan

yang jelas. Klien sering kali merasa bahwa dia di keroyok oleh banyak orang dan memiliki

banyak musuh yang ingin memukulinya sehingga amarahnya dianggap sebagai pembelaan

diri.

Setelah keluar dari rumah sakit jiwa klien merasa bahwa masyarakat sekitar

rumahnya membicarakan dirinya karena dia baru keluar dari rumah sakit jiwa. Hal tersebut

membuat dirinya menarik diri terhadap lingkungannya, dia jarang berinteraksi dengan

tetangganya. Klien merasa bahwa para tetangganya sering membicarakan perilakunya

dimasa lalu yang sering marah-marah. Klien merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut,

klien merasa setiap kali dia lewat dia sekitar rumahnya dia merasa bahwa dia menjadi

bahan omongan dari tetangga-tetangganya. Akibatnya klien menjadi lebih waspada dengan

warga sekitar dan menghindar untuk berinteraksi.


B. Keluhan Internal

Klien merasa mendengarkan seolah-olah ada yang membisikinya dari telinga kiri

adalah bisikan yang menjurus pada hal-hal negatif sehinnga membuat klien mudah curiga

pada orang lain dan telinga kanan mengajak klien ke hal-hal yang agak bagus atau dapat

dikatakan menahan dari keburukan. Kedua hal tersebut membuat klien merasa bingung dan

stress, hingga akhirnya klien melakukan tidakan-tidakan seperti mencari orang yang tidak

disukainya untuk mengajaknya berkelahi dengan membawa pisau dan tanpa sadar klien

memukuli bapak dan adiknya. Klien juga merasa takut seperti dikejar polisi, dikejar setan

dan dikejar malaikat. Selain itu klien juga sering melihat hantu hingga ditelinga kanan ada

yang membisiki untuk memberikan irisan bawang dan ditaburkan ke pintu dan sekitar

rumah. Semua itu mulai dialami oleh klien ketika dia disuruh kakak kelasnya untuk

menggunakan sabu dengan dosis yang berlebihan.

C. Keluhan Eksternal

Menurut ayah klien, klien sering marah dan menghadang beberapa orang yang lewat

didepan rumahnya. Klien menghadang yang orang yang lewat didepan rumah, jika ada

yang berani kemunkinan kien akan berkelahi dengan orang tersebut. Hal tersebut membuat

warga takut terutama pada anak-anak, mereka takut jika klien menyerang diri mereka dan

anak-anak mereka. Selain itu menurut adik klien, klien juga pernah menyekap dia dan

ayahnya didalam rumah dengan membawa pisau, pada saat itu dia dan ayahnya diminta

untuk menghadap tembok tanpa dibolehkan untuk melihat klien. Dalam kehidupan

sosialnya klien juga pernah menantang tetangganya untuk berkelahi dan pada saat itu klien

membawa pisau ditangannya hingga akhirnya ayah klien meminta bantuan pada RT dan

RW hingga kemudian dipanggilkan babinsa dan dibawa ke RSJ dengan cara diborgol.
D. Gejala

Berdasarkan dari keluhan klien dan keluhan orang-orang disekitarnya klien

mengalami halusinasi dan delusi saat setelah dia mengunakan sabu dengan dosis yang

berlebihan. Klien mengalami halusinasi dan delusi seperti dikejar polisi, setan dan malaikat

hingga membuat klien merasa ketakukan. Selain itu klien juga sering kali mendengar hal-

hal yang berlawanan ditelinga kiri dan kanannya sehingga membuatnya bingung. Bisikan-

bisikan tersebut mengarahkan klien untuk selalu waspada dan curiga termasuk pada

ayahnya sendiri hingga klien menyekap ayah dan adiknya didalam rumah dengan

membawa pisau ditangannya. Selain itu akibat bisikan kecurigaan klien juga sempat

marah-marah kepada tetangganya dengan membawa pisau dan menantang untuk berkelahi.

Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa klien menderita gejala skizofrenia paranoid karena

adanya halusinasi yang memberikan perintah, halusinasi visual serta ada keyakinan bahwa

dirinya sedang dikejar-kejar.

2. Observasi

A. Observasi umum

Klien berawakan tinggi besar, tinggi badannya sekitar 170 cm dan berat badan

sekitar 85 kg. Klien memiliki potongan rambut pendek dan rata, bersih, rapi dan rajin

beribadah. Klien merupakan orang yang ramah terhadap orang lain, murah senyum dan

mudah bergaul dengan orang yang baru ditemuinya. klien memilki beberapa teman dekat

di RS Jiwa Menur dan mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Klien merupakan orang yang sigap dalam kesehariannya terbukti dari ketika ada

pasien yang mencoba kabur klien dengan sigap mengejarnya dan kemudian

mengangkapnya dan membawanya kepada petugas.


B. Observasi khusus

Tabel 7. Observasi Khusus


Hari dan Observasi
Alat tes
tanggal
Senin / 20 DAP, BAUM pada pukul 09.00 klien kurang antusias ketika dimintai
November dan HTP tolong untuk melakukan tes grafis, klien mengatakan
2017 “saya tidak bisa menggambar mas, gambar saya jelek”
tetapi setelah dibujuk akhirnya klien mau. Klien
menggambar test pertama dengan posisi berdiri karena
tidak ada kursi kosong, dan banyak pasien lain yang
bermain-main dismpingnya. Klien mengambar DAP
dengan cepat dan tegas meski sesekali mengatakan salah
dan menarik garis lainnya. Pada gambar keduan klien
menggambar BAUM klien juga menggambar dengan
cepat dengan goresan yang langsung tanpa mengulangi
goresannya. Pada gambar ketiga klien menggambar HTP,
klien sempat menolak dengan alasan capek. Saat klien
diberkan kertas kertas tersebut sempat di putar duakali
sebelum menggambar, dan akhirnya klien menggambar
dengan posisi kertas portrait, dan mengambar lebih cepat
seolah-olah tanpa adanya keraguan.

Selasa / 12 WARTEGG Saat observer didatang dirumah klien, klien baru saja
Desember pulang dari kerja dan klien nampak sedikit lelah. Saat
2017 mengerjakan test Wartegg klien sempat mengatakan dia
tidak bisa mengambar dan tidak tahu mau menggambar
apa dan klien beberapa kali menghela nafas. Klien
meminta untuk dijelaskan beberapa kali dan setelah
penjelasan kedua kali klien mulai mengambar dan
menggabungkan semua kotak menjadi gambar. Hingga
akhirnya klien meminta penghapus untuk menghapus
gambarnya yang terlanjur menggabungkan kotak pada
setiap gambar. Setelah empat kali penjelasan klien mulai
mengambar dengan baik. Klien menggambar berutan dari
kotak no 1 sampai no 8, klien cukup lama saat
mengambar no 2 dan no 6, tetapi tidak mau melewati
gambar dikotak tersebut dan memilih melanjutkan sesuai
urutan.

Sabtu / 23 WAIS Saat observer didatang dirumah klien, klien baru saja
Desember pulang dari kerja dan klien nampak sedikit lelah. Saat
2017 mengerjakan tes WAIS klien nampak sedikit lebih
semangat, klien mengatakan karena tidak harus
mengambar lagi. Subjek menjawab dengan cepat
pertanyaan yang diberikan ke pada klien hingga pada
pada bagian enam “pembendaharaan kata’, klien mulai
bertanya mengenai apakah tes masih lama atau tidak.
Berlanjut klien mulai mengatakan bahwa dia mulai lelah
pada bagian delapan tes, yaitu “melengkapi balok”, tetapi
klien masih bisa melanjutkan pengerjaan. Pada bagian ke
sepuluh klien sempat meminta untuk menghentikan
pengerjaan, tetapi setelah beristirahat sekitar 10 menit
klien mau melanjutkan lagi dengan penjelasaan bahwa tes
sudah mendekati terakhir.
3. ANAMNESA

A. Autoanamnesa

Klien merupakan anak ke lima dari enam bersaudara yang terdiri dari lima orang pria

dan seorang wanita sebagai anak bungsu. Sejak kecil klien tinggal bersama nenek dan

adiknya di Gresik sedangkan ayah, ibu dan ketiga kakaknya tinggal di Surabaya hingga

klien masuk SMK baru klien tinggal bersama orang tuanya di Surabaya. Ketika klien

masih SMP, klien sudah pernah mengkonsumsi narkoba seperti pil double L dan miras hal

tersebut berlanjut saat dia berada di SMK. Saat SMK klien mengatakan bahwa dirinya

diajak oleh kakak kelasnya untuk mencoba sabu dan ganja, hingga suatu ketika klien

mengkonsumsi sabu terlalu banyak yang membuat kesadarannya hilang dan mucul

halusinasi dan delusi.

Halusinasi dan delusi tersebut seperti klien melihat hantu dan mendengar suara-suara

baik mengajak dalam kebaikan ataupun dalam kejahatan. Klien mengatakan bahwa seperti

ada bisikan ditelinganya dan kedua hal tersebut berlawanan yang membuat klien semakin

gelisah dan kebingungan bahkan hingga membuat klien stress, akibatnya klien dibawa ke

Rumah Sakit Karangmenjangan untuk pertama kalinya. Karena hal tersebut klien akhirnya

memilih untuk berhenti bersekolah dan kembali pulang ke rumah nenek di Gresik dan

tinggal disana.

Kegiatan keseharianya di Gresik berjalan normal seperti biasanya hingga akhirnya

klien berteman dengan beberapa orang yang memberikan pengaruh negatif pada klien.

Semenjak kembali dari Surabaya klien lebih sering bermain di warung dan tempat

bilyard.Klien mulai mengikuti jejak beberapa temannya yang suka berjudi dan sudah
menghabiskan banyak uang untuk berjudi. Judi yang seirng dimainkan kien cukup

bermacam-macam dari judi dadu hingga kartu.

Klien mulai berjudi sudah cukup lama bahkan sebelum dia menikah. Klien menikah

pada tahun 2002 dengan seorang wanita yang tinggal didekat rumah yang ditinggalinya.

Pernikahan tidak membuat klien berhenti berjudi aktivitas perjudiannya berjalan seperti

biasanya meskipun dia sudah menikah. Klien sempat bekerja di pabrik setelah dia

menikah, tetapi hanya beberapa bulan saja, karena merasa tidak cocok dengan sistem

dipabrik tersebut yang membuatnya keluar dari pebrik tersebut. Setelah keluar dari pabrik

klien bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan kesehariannya.

Anak pertama klien lahir pada tahun 2003 dan 2006 untuk anak kedua klien hal

tersebut tidak membuatnya berhenti berjudi karena baginya judi sudah menjadi sesuatu hal

yang sangat disukainya. Sebelum anak kedua lahir ditahun 2005 klien pernah pergi ke

rumah kakak di Banjarmasin Kalimantan Selatan untuk bekerja mengumpulkan uang untuk

biaya persalinan anak keduanya, tetapi klien mengatakan bahwa rejekinya tidak disana

sehingga membuatnya kembali di tahun 2006 tepatnya setelah anak keduanya lahir.

Semenjak itu klien sering pulang pergi dari Jawa ke Banjarmasin Kalimantan Selatan,

meski hanya sebentar dan terkadang kurang dari 1 bulan klien pulang kembali ke Jawa

karena tidak mendapatkan pekerjaan yang cocok.

Terakhir kali klien pulang dari Kalimantan di tahun 2012 dan klien kembali tinggal

di Gresik karena beberapa permasalahan ekonomi dan kebiasaannya yang suka berjudi

klien bercerai dengan istrinya ditahun 2012 dan kedua anak klien tinggal bersama mertua

dan istrinya tinggal di dekat pabrik tempatnya bekerja. Klien sangat peduli dan sayang

dengan anaknya, klien tidak pernah lupa memberikan uang jajan kepada anak-anaknya dan
selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Klien mulai bekerja sebagai tukang

parkir dirumah makan dan merasa sangat nyaman bekerja disana karena merasa pemilik

warung sangat peduli dan baik dengannya.

Klein sempat kambuh lagi di tahun 2013an dan dibawa ke RS Karangmenjangan

dengan meski klien sebenarnya menolak. Hingga akhirnya klien dibujuk oleh ayahnya

dengan mengatakan bahwa yang sakit adalah ayah dank lien diminta untuk menjaga

ayahnya dirumah sakit. Klien mulai menyadari bahwa sebenarnya dia yang dirawat dan

akhirnya dia kabur dari rumah sakit saat ayahnya tidur. Ayah klien tidak menyadari hal

tersebut karena pada hari itu bertepatan di hari jumat, dan ayah klien mengira bahwa klien

sedang sholat jumat, tetapi ternyata klien pulang kerumah dengan naik ojek, klien kabur

dari rumah sakit karena menganggap bahwa dirinya tidak mengalami masalah apapun atau

tidak sakit.

Setelah itu kehidupan klien berjalan seperti manusia pada umumnya, dia bekerja

dengan normal dan seperti biasanya. Hingga akhirnya dia ditangkap oleh warga sekitar dan

polisi lalu dibawa ke RSJ Menur dengan cara diborgol kedua tanganya. Saat masih berada

di RSJ Menur klien menganggap bahwa dia dibawa ke RSJ hanya karena dia marah dan

membanting helm. Tetapi ketika ditanya kenapa dia marah klien tidak dapat menjawabnya

dan mengatakan “tidak ada apa-apa hanya ingin marah saja”. Tetapi saat klien sudah

pulang dari RSJ Menur klien mengatakan bahwa dia dibawa ke RSJ Menur karena klien

marah-marah sambil membawa pisau untuk menantang tetangganya didepan rumah,

sehingga ayah klien meminta bantuan warga untuk memanggilkan babinsa, hingga

akhirnya klien ditangkap dan dibawa ke RSJ Menur.


B. Alloanamnesa

a. Ayah (S)

Ayah klien (S) menceritakan bahwa masa kecil klien berjalan normal tidak pernah

nampak mempunyai permasalahan yang berarti. Tetapi S menyebutkan bahwa klien di

tahun 1990 dititipkan kerumah neneknya di Gresik dengan adik perempuannya, pada saat

itu klien kelas 3 SD. S mengatakan bahwa klien merupakan anak yang baik seperti anak

lain pada umumnya. Keseharian klien dan semua aktivitasnya diawasi oleh sang nenek dan

nenek klien tidak pernah memberikan laporan tentang permasalahan klien sehingga S

merasa bahwa semua baik-baik saja. Selain itu klien juga memiliki hubungan yang baik

dengan semua saudara dan tetangga disekitar rumah.

Pada tahun 1995 ibu klien meninggal dunia dan menurut ayah tidak ada hal yang

berubah pada klien masa berkabungnya pun tidak berlangsung lama, sama seperti orang-

orang normal lainnya. Setelah kematian ibunya klien menjalani hidup atau beraktivitas

seperti biasanya. Subjek juga tidak pernah mengeluh pada ayahnya mengenai

permasalahan atau kenakalan masa kecil.

Ketika klien menginjak masa STM klien kembali lagi ke Surabaya untuk tinggal

bersama ayahnya dan bersekolah di salah satu STM di Surabaya. Memasuki masa STM

ayah klien mengatakan bahwa klien mulai terlibat kenakalan-kenakalan remaja. Ayah klien

mengatakan bahwa kenakalan-kenakalan klien seperti pernah tawuran dan lain-lain.

Menurut ayah klien kenakalan klien yang ekstrim adalah saat klien terlibat narkoba karena

ajakan teman-temannya dimasa STM. Ayah klien tidak pernah mengetahui mengenai hal

tersebut hingga akhirnya subjek muali sering bercerita mengenai didatangi polisi dan

banyak orang yang menyerbunya padahal hal tidak ada yang terjadi pada saat itu. Menurut
ayah klien hal itu terjadi karena saat sedang mengkonsumsi sabu-sabu klien sempat

mengamuk sehingga dipukul oleh temannya yang mengakibatkan kerusakan pada system

syarafnya dan akhirnya klien dibawa ke RS Karangmenjangan.

Semenjak itu klien sering keluar masuk RS Karangmenjangan dari 1997 karena klien

merasa takut karena ada polisi dan orang-orang untuk menangkapnya. Selain itu subjek

juga pernah kejang-kejang dikiperkan ayah klien karena efek sabu-sabu. Kurang lebih

sekitar 6 kali sejak 1997 dirawat disana dan kurang lebih 1 bulan atau 2 bulan sekali klien

control kesana. Klien kambuh tahunan dan sering kambuh saat obatnya telat minum. Dan

saat kambuh klien sering kali mengamuk yang mengakibatkan anak-anak takut.

Klien menikah pada tahun 2005 dan klien pergi ke Kalimantan untuk bekerja ditahun

2006 selama beberapa bulan saja tetapi klien sering pulang pergi hingga 2012. Menurut

ayah keluarga klien merupakan keluarga yang harmonis tidak pernah ada masalah dalam

keluarga tersebut, hanya saja sekarang klien dan istrinya sudah beda rumah tetapi mereka

bertetangga. Kedua anak merekapun merupakan anak yang baik dan penurut.

Ayah klien mengatakan bahwa sebelum dibawa ke RSJ Menur klien sempat dibawa

ke RS Karangmenjangan tetapi hanya beberapa hari saja karena klien memilih kabur. Klein

dibawa ke RS Karangmenjangan karena marah-marah lagi tanpa alasan, yang disebabkan

karena klien tidak rutin minum obat hingga akhirnya kambuh lagi. Menurut S klien kabur

dari rumah sakit karena menganggap bahwa dirinya sehat dan tidak merasa sakit, hingga

suatu ketika dihari jumat klien memilih kabur dan S tidak mengetahui karena menganggap

bahwa klien sedang sholat jumat, karena klien biasa keluar kamar dan kemudian kembali

lagi.
Klien memiliki hubungan yang baik dengan warga sekitar dan punya banyak teman

dilingkungan rumahnya. Terakhir klien dibawa ke RS Jiwa Menur dikarenakan klien

mengamuk lagi dan sering kali menghadang warga yang lewat didepan rumahnya. Klien

menghadang warga yang lewat dan mengajak yang berkelahi. Kemarahan klien memuncak

saat ada suara bising lewat depan rumahnya, seperti motor dan klien mengejar pengendara

motor tersebut. Klien sering kali merasa diserbu orang-orang padahal tidak ada orang

satupun yang menyerangnya, hal tersebut menjadi alasan menghadang. Selain itu klien

mengamuk pada tetangganya dengan membawa pisau, klien mendatangi rumah

tetangganya dan mengedor pintu rumah tetapi tetangganya memilih pergi karena karena

tidak mau ada masalah dengan klien. Hal tersebut terjadi sekitar 1 mingguan hingga

akhirnya ayah klien meminta bantuan warga dan polisi untuk membawa klien ke RS Jiwa

menur.

b. Adik Kandung (SA)

Sejak kecil klien dan adiknya diasuh oleh nenek yang tinggal sendiri sejak tahun

1990, ketika itu klien masih SD. Sejak kecil SA mengaku kurang begitu akrab dengan

kakaknya hampir tidak pernah main bersama dan ketika salah satu kakak klien pulang yang

di Surabaya adik jarang diajak main bareng dengan alasan SA masih kecil. Saat kecil ada

kemungkinan klien merasa iri pada adik alasannya nenek begitu peduli dengan sang SA,

sedangkan klien merasa kurang diperhatikan sebagai contoh klien sering kali meminta

uang jajan ke nenek tetapi juga tidak selalu dikasih, tetapi SA sering kali diberi uang oleh

nenek tanpa harus meminta dengan alasan nenek mungkin merasa kasihan pada SA karena

adik klien masih kecil dan perempuan. Selain hal tersebut SA merasa kurang mengetahui

tentang klien karena memang semasa kecil SA dan klien kurang akrab tetapi dengan
kakak-kakak yang lain klien bisa dikatakan sangat akrab begitu juga dengan hubungan SA

dengan kakak-kakak yang lain juga sangat akrab, bahkan klien sering dibela oleh kakak-

kakaknya yang pada saat itu tinggal di Surabaya ketika klien mengejek adiknya dengan

sebutan cungkring karena dulu SA memiliki tubuh yang kurus.

SA mengatakan bahwa ibu meninggal pada tahun 1995 saat itu SA kelas 5 SD dan k

lien pada saat itu sudah SMP. SA merasa sepeninggalnya ibu tidak memberikan pengaruh

besar pada klien, tidak ada perubahan sikap yang signifikan setelah ibu mereka meninggal.

Setelah itupun SA mengaku kurang akrab dengan kakaknya tersebut.

Sekitar satu tahun kemudian tepatnya pada tahun 1996 klien memasuki masa SMA

dan akhirnya klien diajak tinggal oleh ayahnya di Surabaya tepatnya didaerah Banyuurip.

Klien bersekolah di sebuah STM di Surabaya. Setelah tinggal di Surabaya SA kurang

mengetahui keadaan klien karena sudah tidak tinggal bersama, hanya saja SA beberapa kali

mendengar cerita tentang klien seperti saat klien terlibat dalam kasus Narkoba (sabu), hal

tersebut mungkin terjadi saat klien kelas 2 SMA dan masuk ke akhirnya klien dibawa ke

RS Karangmenjangan. Dari sana akhirnya klien berhenti bersekolah dan akhirnya kembali

lagi ke Gresik dan tinggal bersama SA dan neneknya pada tahun 1997. Ketika masih

bersekolah SA mengatakan bahwa klien sempat marah-marah kepada ayahnya karena

minta dibelikan motor seperti teman-temannya yang lain hanya saja SA tidak tau detailnya

seperti apa.

Saat kembali ke Gresik SA mengatakan bahwa klien tidak melanjutkan sekolah yang

membuat klien menjadi down dan akhirnya klien berusaha mencari hiburan sendiri seperti

ke tempat bilyard untuk sekalian mencari teman disana, karena SA merasa bahwa klien

sudah kehilangan beberapa teman-temannya yang masih bersekolah dan adanya perasaan
malu dengan yang lain karena tidak melanjutkan sekolahnya. Ketika ditempat bilyard klien

sering kali meminta uang kepada keluarganya terutama pada sang nenek yang tinggal

bersamanya karena pada saat itu klien tidak bekerja, dengan asumsi klien hanya memiliki

ijazah SMP. SA beranggapan bahwa klien merupakan orang yang temperamental bahkan

menjadi lebih tempramen lagi setelah klien mengunakan sabu.

Menurut SA klien menikah ditahun 2002 dengan seorang wanita yang tinggal di

dekat rumahnya, dan setelah menikah klien sempat bekerja dipabrik tetapi tidak

berlangsung lama karena klien merasa tidak cocok, SA merasa bahwa klien menginginkan

pekerjaan yang instan dan menghasilkan banyak uang, hingga akhirnya klien dan keluarga

sering kali meminta bantuan nenek ketika sedang tidak memiliki uang. Klien juga sempet

membuka usaha yang dimodali kakaknya di Batu. Klien membuka usaha jual aki disekitar

rumah karena kakak klien mempunyai toko aki di Batu, sehingga dia memberikan modal

usaha dan sekaligus mengajari klien mengenai usaha aki tersebut. Usaha aki pun tidak

bertahan lama, klien dirasa sering jajan oleh adiknya tidak peduli apakah usahanya lagi

sepi atau ramai sehingga kehabisan uang untuk keseharian tetapi stok barangnya masih

banyak karena tidak laku, akibatnya usahanya harus gulung tikar dan menjual aki-akinya

dengan harga yang murah untuk menutupi kebutuhan selain itu klien juga meninggalkan

hutang disana sini.

Setelah anak kedua klien lahir tepatnya ditahun 2006 klien memutuskan untuk pergi

merantau ke Kalimantan untuk ikut saudaranya disana karena klien punya dua orang kakak

yang tinggal di Kalimantan. Pada awalnya klien hanya satu bulan berada disana, dengan

alasan tidak enak dengan saudara iparnya sehingga klien pulang ke Jawa. Tetapi semenjak

itu juga klien sering pulang pergi ke Kalimantan untuk bekerja disana, tetapi disatu sisi
klien masih beberapa kali meminta uang kiriman dari ayahnya karena klien kehabisan uang

disana, dan merasa malu jika harus meminta uang pada kedua kakaknya yang tinggal

disana. Pekerjaan klien disana pun juga kurang jelas hingga akhirnya pada tahun 2012

klien memutuskan untuk pulang dan tidak kembali lagi kesana.

Setelah pulang kerumah kehidupan rumah tangga klien pun mulai tidak harmonis,

klien sering kali bertengkar dengan istri mungkin karena masalah keuangan, ungkap SA.

Dalam pertengkaran klien dengan sang istri, beberapa kali klien memukul atau melakukan

kekerasan kepada istri sehingga diakhir memutuskan untuk bercerai dan pisah rumah. Istri

klien memilih pergi meninggalkan rumah orang tua yang bertentangga dengan klien dan

memilih untuk kos didekat tempat kerjanya yang sebenarnya tidak begitu jauh dari rumah

orang tua karena alasan masih ada rasa trauma akibat kekerasan yang dialami sebelumnya,

tetapi kedua anak klien tetap tinggal dirumah mertua klien karena bersekolah disana.

Setelah perceraian klien sempat diajak kakaknya yang tinggal di Banjarmasin dan Jember

untuk tinggal bersama mereka tetapi klien menolak dengan alasan tidak enak dengan

keluarga ipar. Sehingga klien tetap tinggal dirumah Gresik milik kakaknya yang kebetulan

berdempetan dengan rumah sang mantan istri. Tetapi sebelum diajak ke rumah kakak-

kakak klien, klien sempat masuk lagi ke Karangmenjangan karena kambuh lagi dan sering

marah-marah tepatnya ditahun 2012.

Menurut SA klien sempat kabur dari RS Karang menjangan dan pualng kerumah

tanpa sepengetahuan petugas rumah sakit dan ayah klien yang pada saat itu sedang

menjaga klien dirumah sakit. Klien bisa kabur karena dia menggunakan pakaian biasa

seperti orang yang menjenguk sehingga petugas dirumah sakit tidak mencurigai kaburnya

pasien tersebut. Klien pulang ke gresik dengan menaiki ojek dan menghampiri rumah SA
untuk meminta ongkos ojek yang dinaiki. Setelah samapai dirumah SA kemudian

memberikan kabar pada ayahnya bahwa klien sudah pulang dirumah dan hal tersebut

membuat ayahnya kaget.

Sebelumnya ayah klien sempat tinggal menemani klien dirumah klien karena kasihan

klien hidup sendiri. tetapi hanya sebetar karena ayah klien sempat tenggah malam

dimandikan oleh klien dengan alasan banyak najis hingga ayah klien kembali tinggal

dirumah SA yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah klien. Disatu sisi SA menganggap

ayah klien sering kali melindungi klien saat kakak-kakaknya menanyakan kabar mengenai

klien dengan mengatakan semuanya baik-baik saja tidak ada masalah mengenai klien.

Sepeninggalnya nenek beliau memberikan warisan kepada para cucunya, warisan

tersebut merupakan tanah dan rumah. Tanah tersebut berbentuknya memanjang kebelakang

dan sudah disepakati bahwa bungsu mendapatkan paling depan dan berurutan hingga anak

pertama mendapatkan bagian paling belakang. SA sempat diminta klien untuk membeli

tanah bagian klien tapi SA menolak karena takut akan muncul masalah dikemudian hari.

Hingga akhirnya klien menjual tanah itu senilai Rp 40.000.000, dan menurut SA uang

tersebut habis begitu saja dalam waktu 3 bulan, yang akhirnya membuat klien merasa stres

akhirnya klien mulai marah-marah lagi tanpa alasan yang jelas dan hal tersebut membuat

warga menjadi resah sehingga klien dibawa lagi ke RS Karangmenjangan sekitar ditahun

2015-2016. Pada saat itu klien tidak mau menerima semua barang-barang dari SA sebagai

contoh saat SA memberikan bantal dan selimut untuk digunakan dirumah sakit, klien

meminta ayah untuk membuang dengan asumsi yang diberikan oleh Pak RT bahwa SA lah

yang membuat klien agar dibawa ke Karangmenjangan.


Selain alasan tersebut SA mengatakan bahwa dari dulu klien merasa iri dengannya

mengenai pembagian warisan karena sang adik mendapatkan bagian terdepan yang

terdapat bangunan rumah sedangkan untuk klien hanya tanah saja, hal tersebut dibuktikan

dengan disaat kondisi klien tidak sehat, dia sering bilang ke putra SA bahwa “iki omahe

uyut duduk omahe A”. Tetapi hal tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama antara

seluruh saudara dan ayah. SA juga mengaku sempat beberapa kali bentrok secara fisik

dengan klien.

Terakhir klien kambuh lagi sekitar diakhir tahun 2017, SA berasumsi kambuhnya

karena klien kehabisan uang dari ayah yang seharusnya digunakan untuk dp membeli

motor. SA tidak mengetahui untuk apa uangnya digunakan tetapi, akibat dari hal tersebut

klien menjadi sering marah-marah lagi tetapi marah-marahnya seolah-olah inging

melakukan intimidasi karena SA beranggapan bahwa klien marah-marah hanya saat SA

dan ayah klien. Sebelumnya SA merasa sempat disekap didalam rumahnya ketika suami

SA sedang tidak berada dirumah. Selain itu klien marah-marah dijalan hingga sempat

memanjat pagar rumah SA, hingga akhirnya warga sepakat membawa ke RSJ Menur

bukan ke RS Karangmenjangan lagi.

4. Tes Psikologi

A. Tes Grafis

Secara umum klien merupakan orang yang dapat menempatkan diri secara baik di

lingkungannya, tetapi disatu sisi klien merupakan orang yang kurang percaya diri dan ragu-

ragu dalam bertindak. Klien merupakan orang yang realistis tetapi sering kali

mendramatisir keadaan, memiliki kondisi emosional yang cenderung tidak stabil dan

memiliki dorongan untuk bertindak agresif.


Selain memiliki kemampuan adaptasi yang baik, klien berusaha mengontrol diri

secara cermat karena ada perasaan insecure yang dimiliki meskipun terkadang kontrolnya

gagal, klien sering kali berusaha untuk lebih dominan dan menentang otoritas yang

dianggap berkuasa. Klien memiliki suasana hati yang berubah-rubah dan ingin

menunjukkan superioritasnya dengan cara tidak wajar dan mungkin mempengaruhi

tindakan agresifnya tersebut. Klien memiliki kecerdasan yang kurang serta kurang matang,

mengalami regresi dan gangguan mental.

Klien memiliki kelekatan yang kurang terhadap sosok ayah dan ibu, mungkin hal

tersebut diakibatkan karena sejak kecil hingga dewasa klien tinggal besama neneknya.

Klien merasa kurang diperhatikan oleh ayah dan ibunya sehingga fungsi ayah dan ibu

dalam kehidupannya tidak begitu berpengaruh.

5. Dinamika Psikologi

Kapasitas kecerdasan klien AH memungkinkan untuk menyelesaikan hal-hal yang

praktis dan sederhana. Sejalan dengan hal tersebut klien mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan persoalan yang menuntut pengambilan sebuah keputusan yang cepat dan

tepat. Hal ini disebabkan kemampuan untuk berpikir klien secara keseluruhan dan

berdasarkan sebab akibat masih kurang. Klien sering kali mengunakan emosi dan

keinginannya dalam mengambil keputusan.

Klien AH tergolong sebagai orang yang tertutup atau kurang mampu

mengungkapkan perasaannya kepada orang lain dan cenderung menyimpan untuk dirinya

sendiri. Tetapi disatu sisi klien merpakan orang yang cenderung mudah beradaptasi. Klien

sering bertindak egois dan kurang memperdulikan norma dan aturan yang ada dimasyarakat.
Klien AH memiliki gambaran yang negatif dimasa lalunya karena klien sering

mengidentifikasi dirinya sebagai sosok yang gagal dalam pekerjaan. Klien juga merasa

bahwa dirinya seringkali melakukan kesalahan dimasa lalu seperti narkoba, berjudi dan

minum-minuman kelas. Tetapi klien memiliki semangat dan motivasi yang semakin

meningkat untuk menjadi lebih baik, sehingga dapat memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.

III. Tinjauan Kasus Berdasarkan Perspektif Pendekatan

1. Tinjauan Teori

A. Schizophrenia Paranoid

Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak banyak

yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta

sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik dan sosial

budaya (maslim, 2013). Pada umumnya penderita schizophren ditandai dengan adanya

penyimpangan yang fundamental dan berkarakteristik dari pikiran, persepsi serta afeksi

yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih dan kemampuan biasanya tetap terpelihara,

meskipun ada kemunduran kognitif.

Berdasarkan PPDGJ‐III dalam mendiagnosis schizophenia paranoid harus

memenuhi kriteria umum diagnosis schizophrenia dan sebagai tambahan terdapat:

a. halusinasi dan atau waham harus menonjol, suara‐suara halusinasi yang

mengancam pasien atau member perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk

verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa

(laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain‐lain,

perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of

control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delusion of passivity),

dan keyakinan dikejar‐ kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

Anda mungkin juga menyukai