I. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : AH
Usia : 38
Agama : Islam
Alamat : Gresik
1. Susunan Keluarga
Tabel 4. Susunan Keluarga (Istri dan Anak)
No Nama L/P Usia Pendidikan Pekerjaan Status
1. S L 38 SMP Tukang Parkir Ayah (Klien)
2. M P 34 SMA Pekerja Pabrik Ibu (Cerai)
3. K L 14 SD Pelajar Anak
4. Si P 11 SD Pelajar Anak
2. Riwayat Kasus
keluarga klien cukup baik, ayah klien merupakan seorang PNS di salah satu pasar di
namun klien tidak kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya terutama ayah dan
ibunya karena sejak SD sekitar kelas 5 klien diasuh oleh neneknya di Gresik. Klien diasuh
oleh neneknya karena pada saat itu nenek tinggal seorang diri, karena kakek klien sudah
meninggal. Di Gresik klien tinggal bersama nenek dan adik perempuannya dan kedua
orang tua klien dan kakak-kakaknya hanya sesekali mengunjungi klien dan adiknya.
Sejak kecil klien suka bermain di luar rumah bersama teman-temannya, sehingga
membuat klien kurang begitu dekat dengan nenek dan adiknya. Ketika klien SMP tepatnya
pada tahun 1995 ibu klien meninggal dunia tetapi menurut ayah dan adik klien, dia cukup
tegar dan tidak menunjukkan kesedihan yang berlarut-larut. Selain itu kematian ibu klien
memiliki pengaruh yang tidak begitu besar karena mungkin sejak kecil klien tinggal
bersama neneknya.
Setelah lulus SMP tepatnya di tahun 1997 klien bersekolah di Surabaya dan kembali
berkumpul dengan ayah klien, meskipun keduanya jarang bertemu karena ayah sibuk
bekerja. Klien bersekolah disalah satu SMK di Surabaya, saat itulah klien dianggap mulai
salah dalam memilih pergaulan. Klien berteman dengan anak-anak yang dapat dikatakan
nakal, sehingga klien mulai terbujuk untuk mengkonsumsi narkoba (ganja, sabu dan
minuman keras) dan sempat sesekali ikut dalam tawuran. Selain hal tersebut klien sempat
memaksa orang tuanya untuk membelikan motor karena merasa gengsi, sebab sebagian
besar temanya sudah memiliki motor yang menurut adiknya, klien sempat berkonflik
dengan ayahnya.
Klien menjadi sering marah-marah tanpa control yang mungkin diakibatkan oleh
sabu yang dikonsumsi dan mungkin juga karena klien pernah menerima pukulan dari
temannya dikepala yang menyebabkan adanya kerusakan saraf klien sehingga klien dibawa
ke Rumah Sakit Karangmenjangan dan dirawat hingga beberapa bulan. Pada tahun 1998
klien sepulangnya dari rumah sakit klien keluar dari sekolah meskipun masih kelas 1 SMK
dan kembali ke Gresik untuk tinggal bersama nenek dan adik perempuannya lagi.
Saat dirumah Gresik klien menjadi orang yang cenderung pendiam mungkin karena
beberapa temannya dulu masih sekolah. Karena kesendiriannya klien mulai pergi bermain
tersebut klien mulai mengenal apa itu judi dan mulai menggemarinya. Klien bermain judi
dengan meminta uang dari neneknya hingga akhirnya dia menikah pada tahun 2002 dan hal
tersebut tidak membuatnya berhenti untuk berjudi. Setelah menikah klien bekerja disebuah
pabrik yang berada di Driyorejo selama 2 bulan dan kemudian berhenti karena merasa
tidak cocok dengan peraturan pabrik. Setelah dari keluar dari pabrik klien mulai bekerja
serabutan tetapi tidak jarang juga dia menyempatkan diri untuk berjudi meskipun untuk
kebutuhan sehari-harinya saja masih kekurangan. Tak jarang pula klien dan istrinya
dibantu oleh nenek untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, bahkan sampai anaknya
Pada tahun 2005 klien pergi ke Banjarmasin untuk mencari kerja disana, tetapi hal
tersebut tidak sesuai dengan harapan klien hingga setelah 6 bulan berada disana klien
memutuskan untuk pulang ke Gresik. Saat klien disana klien merasa hasilnya tidak
mencukupi selain itu pekerjaan klien juga tidak menentu atau bisa dikatakan bekerja
serabutan disana, bahkan dia sempat menganggur beberapa saat. Klien merasa malu
dengan kakak iparnya karena sudah lama menumpang dirumah kakaknya. Sepulangnya
dari Kalimantan, klien sering pulang pergi kesana untuk mencari pekerjaan. dikalimantan
dia sering melakukan perjalanan ke Balikpapan kerumah kakaknya yang lain juga untuk
setelah anak keduanya lahir ditahun 2006. Klien sering pulang pergi ke Kalimantan hingga
diakhir tahun 2012 klien pulang kerumah dan pada awal tahun 2013 istri klien mulai
menggugat cerai klien ke pengadilan agama. Menurut adik klien alasannya karena
permasalahan ekonomi dan istri klien merasa sering menerima perlakukan kasar dari klien
bahkan hingga pemukulan. Hal tersebut hingga membuat istri klien memilih kos dan
menitipkan kedua anaknya ke mertua klien dari pada tinggal dengan orang tuanya yang
kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah klien. Klien memilih kos di dekat tempat
Setelah bercerai klien sempat masuk ke RS Karangmenjangan lagi karena sering kali
klien sempat membuka toko aki dengan modal dari kakaknya yang tinggal di Batu, karena
kebetulan sang kakak merupakan pengusaha jual beli aki yang dapat dikatakan sukses.
Tetapi usaha tersebut gulung tikar karena ketidakmampuan klien untuk mengelola
keuangan, dan membuat klien harus menjual rugi aki-akinya untuk membayar hutang yang
sudah jatuh tempo. Setelah gulung tikarpun klien masih meninggalkan beberapa hutang
yang harus dilunasi. Gagalnya klien dalam menjalankan usahanya mungkin juga karena
klien masih suka berjudi dengan teman-temannya dan tidak jarang pula klien kalah banyak.
Pada tahun 2015 klien sempat masuk lagi ke RS Karangmenjangan karena hal
tersebut mungkin karena klien mulai jarang minum obat dan klien kehabisan uang yang
didapatnya dari menjual tanah warisannya senilai Rp. 40.000.000,00. Uang tersebut habis
dalam waktu sekitar 3 bulan, dan hal tersebut membuat klien merasa stress. Klien di RS
Karangmenjangan hanya beberapa hari karena klien kabur dari rumah sakit dengan cara
naik ojek. Klien kabur dengan cara keluar dari kamar untuk sholat jumat atau beli makan di
luar karena memang klien sering keluar kamar tetapi biasanya dia kembali lagi
kekamarnya. Klien dibawa ke RS Karangmenjangan dengan alasan ayahnya yang sakit dan
dirawat dirumah sakit, sementara klien diminta untuk menjaga karena klien tidak mau
dianggap sakit. Saat klien mengetahui bahwa dia yang dirawat, klien memilih untuk keluar
atau kabur dari rumah sakit. Ayah klien tidak mengetahui saat klien kabur, ayah klien baru
tahu setelah klien sudah sampai dirumah driyorejo setelah adik klien menghubungi
Tak lama kemudian klien bekerja disebuah warung makan didekat rumahnya, klien
bekerja disana sebagai tukang parkir. Di bulan November 2017 klien untuk pertama
kalinya dibawa ke RS Jiwa Menur oleh warga dan polisi. Klien dibawa ke Menur karena
klien marah-marah di jalan dan membuat orang yang lewat didepan rumahnya menjadi
takut. Klien menghadang orang-orang yang lewat didapan rumahnya yang dianggapnya
membuat bising dan tak jarang pula klien mengejarnya. Akibatnya keluarga meminta
tolong warga dan RT untuk membantu membawa ke RS Jiwa Menur dan RT meminta
bantuan kepada polsek untuk membantu membawanya ke Menur dengan cara diborgol.
Menurut saudara klien klien kambuh setelah ayah klien memberikan klien uang sekitar Rp
1.500.000,00 untuk membeli dp motor tetapi uang tersebut habis dipakai oleh klien. Klien
menghabiskan uang tersebut tanpa ada yang mengetahui dipakai untuk apa uang tersebut
dihabiskan. Tetapi ketika klien ditanya mengenai mengapa dirinya dibawa ke RS Jiwa
Menur dia mengaku tidak tahu, dia hanya marah dan membanting helmnya saja tetapi tiba-
tiba warga dan pihak kepolisian menangkapnya kemudian dibawa ke RS Jiwa Menur.
3. Riwayat Perkembangan
A. Riwayat Intelektual
Dalam masa sekolahnya klien bukanlah orang tergolong orang yang rajin dan pandai.
Meskipun tidak tergolong sebagai anak yang rajin dan pandai klien cukup mampu
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajarannya. Dimasa SD dan SMP
klien hampir tidak pernah mengalami permasalahan disekolah baik dalam hal akademis
atau lainya, hal tersebut terbukti dari tidak pernahnya ayah klien dipanggil oleh guru
disekolah.
Setelah lulus dari SMP klien melanjutkan pendidikan SMKnya di Surabaya dan
tingal dengan ayahnya, tetapi klien tidak mampu melanjutkan atau menyelesaikan
sekolahnya karena baru beberapa bulan masuk sebagai kelas 1 di SMK klien memilih
keluar karena sakit akibat kenakalan remaja seperti narkoba dan perkelahian.
B. Perkembangan Emosi
Klien merupakan orang yang cenderung tertutup selain itu klien juga merupakan
orang yang cenderung pemarah di lingkungan keluarga. Tetapi disatu sisi klien merupakan
orang yang ramah dan baik saat bersama teman-temannya. Klien merupakan orang yang
implusif yang cenderung meledak-ledak saat klien marah tetapi hal tersebut hanya terjadi
Klien merupakan orang yang mudah bergaul sejak kecil, klien memiliki banyak
teman diluar rumah tetapi memiliki kedekatan yang kurang dengan keluarga serumah yaitu
nenek dan adiknya. Tetapi klien memiliki hubungan yang erat dengan kakak-kakanya yang
tinggal di Surabaya. Karena hal tersebut sejak SD klien sudah jarang berada dirumah dan
II. Assesment
1. Problematika
A. Problem yang dihadapi
Klien memiliki emosi yang meledak-ledak dan tiba-tiba bisa marah tanpa alasan
yang jelas. Klien sering kali merasa bahwa dia di keroyok oleh banyak orang dan memiliki
banyak musuh yang ingin memukulinya sehingga amarahnya dianggap sebagai pembelaan
diri.
Setelah keluar dari rumah sakit jiwa klien merasa bahwa masyarakat sekitar
rumahnya membicarakan dirinya karena dia baru keluar dari rumah sakit jiwa. Hal tersebut
membuat dirinya menarik diri terhadap lingkungannya, dia jarang berinteraksi dengan
dimasa lalu yang sering marah-marah. Klien merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut,
klien merasa setiap kali dia lewat dia sekitar rumahnya dia merasa bahwa dia menjadi
bahan omongan dari tetangga-tetangganya. Akibatnya klien menjadi lebih waspada dengan
Klien merasa mendengarkan seolah-olah ada yang membisikinya dari telinga kiri
adalah bisikan yang menjurus pada hal-hal negatif sehinnga membuat klien mudah curiga
pada orang lain dan telinga kanan mengajak klien ke hal-hal yang agak bagus atau dapat
dikatakan menahan dari keburukan. Kedua hal tersebut membuat klien merasa bingung dan
stress, hingga akhirnya klien melakukan tidakan-tidakan seperti mencari orang yang tidak
disukainya untuk mengajaknya berkelahi dengan membawa pisau dan tanpa sadar klien
memukuli bapak dan adiknya. Klien juga merasa takut seperti dikejar polisi, dikejar setan
dan dikejar malaikat. Selain itu klien juga sering melihat hantu hingga ditelinga kanan ada
yang membisiki untuk memberikan irisan bawang dan ditaburkan ke pintu dan sekitar
rumah. Semua itu mulai dialami oleh klien ketika dia disuruh kakak kelasnya untuk
C. Keluhan Eksternal
Menurut ayah klien, klien sering marah dan menghadang beberapa orang yang lewat
didepan rumahnya. Klien menghadang yang orang yang lewat didepan rumah, jika ada
yang berani kemunkinan kien akan berkelahi dengan orang tersebut. Hal tersebut membuat
warga takut terutama pada anak-anak, mereka takut jika klien menyerang diri mereka dan
anak-anak mereka. Selain itu menurut adik klien, klien juga pernah menyekap dia dan
ayahnya didalam rumah dengan membawa pisau, pada saat itu dia dan ayahnya diminta
untuk menghadap tembok tanpa dibolehkan untuk melihat klien. Dalam kehidupan
sosialnya klien juga pernah menantang tetangganya untuk berkelahi dan pada saat itu klien
membawa pisau ditangannya hingga akhirnya ayah klien meminta bantuan pada RT dan
RW hingga kemudian dipanggilkan babinsa dan dibawa ke RSJ dengan cara diborgol.
D. Gejala
mengalami halusinasi dan delusi saat setelah dia mengunakan sabu dengan dosis yang
berlebihan. Klien mengalami halusinasi dan delusi seperti dikejar polisi, setan dan malaikat
hingga membuat klien merasa ketakukan. Selain itu klien juga sering kali mendengar hal-
hal yang berlawanan ditelinga kiri dan kanannya sehingga membuatnya bingung. Bisikan-
bisikan tersebut mengarahkan klien untuk selalu waspada dan curiga termasuk pada
ayahnya sendiri hingga klien menyekap ayah dan adiknya didalam rumah dengan
membawa pisau ditangannya. Selain itu akibat bisikan kecurigaan klien juga sempat
marah-marah kepada tetangganya dengan membawa pisau dan menantang untuk berkelahi.
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa klien menderita gejala skizofrenia paranoid karena
adanya halusinasi yang memberikan perintah, halusinasi visual serta ada keyakinan bahwa
2. Observasi
A. Observasi umum
Klien berawakan tinggi besar, tinggi badannya sekitar 170 cm dan berat badan
sekitar 85 kg. Klien memiliki potongan rambut pendek dan rata, bersih, rapi dan rajin
beribadah. Klien merupakan orang yang ramah terhadap orang lain, murah senyum dan
mudah bergaul dengan orang yang baru ditemuinya. klien memilki beberapa teman dekat
Klien merupakan orang yang sigap dalam kesehariannya terbukti dari ketika ada
pasien yang mencoba kabur klien dengan sigap mengejarnya dan kemudian
Selasa / 12 WARTEGG Saat observer didatang dirumah klien, klien baru saja
Desember pulang dari kerja dan klien nampak sedikit lelah. Saat
2017 mengerjakan test Wartegg klien sempat mengatakan dia
tidak bisa mengambar dan tidak tahu mau menggambar
apa dan klien beberapa kali menghela nafas. Klien
meminta untuk dijelaskan beberapa kali dan setelah
penjelasan kedua kali klien mulai mengambar dan
menggabungkan semua kotak menjadi gambar. Hingga
akhirnya klien meminta penghapus untuk menghapus
gambarnya yang terlanjur menggabungkan kotak pada
setiap gambar. Setelah empat kali penjelasan klien mulai
mengambar dengan baik. Klien menggambar berutan dari
kotak no 1 sampai no 8, klien cukup lama saat
mengambar no 2 dan no 6, tetapi tidak mau melewati
gambar dikotak tersebut dan memilih melanjutkan sesuai
urutan.
Sabtu / 23 WAIS Saat observer didatang dirumah klien, klien baru saja
Desember pulang dari kerja dan klien nampak sedikit lelah. Saat
2017 mengerjakan tes WAIS klien nampak sedikit lebih
semangat, klien mengatakan karena tidak harus
mengambar lagi. Subjek menjawab dengan cepat
pertanyaan yang diberikan ke pada klien hingga pada
pada bagian enam “pembendaharaan kata’, klien mulai
bertanya mengenai apakah tes masih lama atau tidak.
Berlanjut klien mulai mengatakan bahwa dia mulai lelah
pada bagian delapan tes, yaitu “melengkapi balok”, tetapi
klien masih bisa melanjutkan pengerjaan. Pada bagian ke
sepuluh klien sempat meminta untuk menghentikan
pengerjaan, tetapi setelah beristirahat sekitar 10 menit
klien mau melanjutkan lagi dengan penjelasaan bahwa tes
sudah mendekati terakhir.
3. ANAMNESA
A. Autoanamnesa
Klien merupakan anak ke lima dari enam bersaudara yang terdiri dari lima orang pria
dan seorang wanita sebagai anak bungsu. Sejak kecil klien tinggal bersama nenek dan
adiknya di Gresik sedangkan ayah, ibu dan ketiga kakaknya tinggal di Surabaya hingga
klien masuk SMK baru klien tinggal bersama orang tuanya di Surabaya. Ketika klien
masih SMP, klien sudah pernah mengkonsumsi narkoba seperti pil double L dan miras hal
tersebut berlanjut saat dia berada di SMK. Saat SMK klien mengatakan bahwa dirinya
diajak oleh kakak kelasnya untuk mencoba sabu dan ganja, hingga suatu ketika klien
mengkonsumsi sabu terlalu banyak yang membuat kesadarannya hilang dan mucul
Halusinasi dan delusi tersebut seperti klien melihat hantu dan mendengar suara-suara
baik mengajak dalam kebaikan ataupun dalam kejahatan. Klien mengatakan bahwa seperti
ada bisikan ditelinganya dan kedua hal tersebut berlawanan yang membuat klien semakin
gelisah dan kebingungan bahkan hingga membuat klien stress, akibatnya klien dibawa ke
Rumah Sakit Karangmenjangan untuk pertama kalinya. Karena hal tersebut klien akhirnya
memilih untuk berhenti bersekolah dan kembali pulang ke rumah nenek di Gresik dan
tinggal disana.
klien berteman dengan beberapa orang yang memberikan pengaruh negatif pada klien.
Semenjak kembali dari Surabaya klien lebih sering bermain di warung dan tempat
bilyard.Klien mulai mengikuti jejak beberapa temannya yang suka berjudi dan sudah
menghabiskan banyak uang untuk berjudi. Judi yang seirng dimainkan kien cukup
Klien mulai berjudi sudah cukup lama bahkan sebelum dia menikah. Klien menikah
pada tahun 2002 dengan seorang wanita yang tinggal didekat rumah yang ditinggalinya.
Pernikahan tidak membuat klien berhenti berjudi aktivitas perjudiannya berjalan seperti
biasanya meskipun dia sudah menikah. Klien sempat bekerja di pabrik setelah dia
menikah, tetapi hanya beberapa bulan saja, karena merasa tidak cocok dengan sistem
dipabrik tersebut yang membuatnya keluar dari pebrik tersebut. Setelah keluar dari pabrik
Anak pertama klien lahir pada tahun 2003 dan 2006 untuk anak kedua klien hal
tersebut tidak membuatnya berhenti berjudi karena baginya judi sudah menjadi sesuatu hal
yang sangat disukainya. Sebelum anak kedua lahir ditahun 2005 klien pernah pergi ke
rumah kakak di Banjarmasin Kalimantan Selatan untuk bekerja mengumpulkan uang untuk
biaya persalinan anak keduanya, tetapi klien mengatakan bahwa rejekinya tidak disana
sehingga membuatnya kembali di tahun 2006 tepatnya setelah anak keduanya lahir.
Semenjak itu klien sering pulang pergi dari Jawa ke Banjarmasin Kalimantan Selatan,
meski hanya sebentar dan terkadang kurang dari 1 bulan klien pulang kembali ke Jawa
Terakhir kali klien pulang dari Kalimantan di tahun 2012 dan klien kembali tinggal
di Gresik karena beberapa permasalahan ekonomi dan kebiasaannya yang suka berjudi
klien bercerai dengan istrinya ditahun 2012 dan kedua anak klien tinggal bersama mertua
dan istrinya tinggal di dekat pabrik tempatnya bekerja. Klien sangat peduli dan sayang
dengan anaknya, klien tidak pernah lupa memberikan uang jajan kepada anak-anaknya dan
selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Klien mulai bekerja sebagai tukang
parkir dirumah makan dan merasa sangat nyaman bekerja disana karena merasa pemilik
dengan meski klien sebenarnya menolak. Hingga akhirnya klien dibujuk oleh ayahnya
dengan mengatakan bahwa yang sakit adalah ayah dank lien diminta untuk menjaga
ayahnya dirumah sakit. Klien mulai menyadari bahwa sebenarnya dia yang dirawat dan
akhirnya dia kabur dari rumah sakit saat ayahnya tidur. Ayah klien tidak menyadari hal
tersebut karena pada hari itu bertepatan di hari jumat, dan ayah klien mengira bahwa klien
sedang sholat jumat, tetapi ternyata klien pulang kerumah dengan naik ojek, klien kabur
dari rumah sakit karena menganggap bahwa dirinya tidak mengalami masalah apapun atau
tidak sakit.
Setelah itu kehidupan klien berjalan seperti manusia pada umumnya, dia bekerja
dengan normal dan seperti biasanya. Hingga akhirnya dia ditangkap oleh warga sekitar dan
polisi lalu dibawa ke RSJ Menur dengan cara diborgol kedua tanganya. Saat masih berada
di RSJ Menur klien menganggap bahwa dia dibawa ke RSJ hanya karena dia marah dan
membanting helm. Tetapi ketika ditanya kenapa dia marah klien tidak dapat menjawabnya
dan mengatakan “tidak ada apa-apa hanya ingin marah saja”. Tetapi saat klien sudah
pulang dari RSJ Menur klien mengatakan bahwa dia dibawa ke RSJ Menur karena klien
sehingga ayah klien meminta bantuan warga untuk memanggilkan babinsa, hingga
a. Ayah (S)
Ayah klien (S) menceritakan bahwa masa kecil klien berjalan normal tidak pernah
tahun 1990 dititipkan kerumah neneknya di Gresik dengan adik perempuannya, pada saat
itu klien kelas 3 SD. S mengatakan bahwa klien merupakan anak yang baik seperti anak
lain pada umumnya. Keseharian klien dan semua aktivitasnya diawasi oleh sang nenek dan
nenek klien tidak pernah memberikan laporan tentang permasalahan klien sehingga S
merasa bahwa semua baik-baik saja. Selain itu klien juga memiliki hubungan yang baik
Pada tahun 1995 ibu klien meninggal dunia dan menurut ayah tidak ada hal yang
berubah pada klien masa berkabungnya pun tidak berlangsung lama, sama seperti orang-
orang normal lainnya. Setelah kematian ibunya klien menjalani hidup atau beraktivitas
seperti biasanya. Subjek juga tidak pernah mengeluh pada ayahnya mengenai
Ketika klien menginjak masa STM klien kembali lagi ke Surabaya untuk tinggal
bersama ayahnya dan bersekolah di salah satu STM di Surabaya. Memasuki masa STM
ayah klien mengatakan bahwa klien mulai terlibat kenakalan-kenakalan remaja. Ayah klien
Menurut ayah klien kenakalan klien yang ekstrim adalah saat klien terlibat narkoba karena
ajakan teman-temannya dimasa STM. Ayah klien tidak pernah mengetahui mengenai hal
tersebut hingga akhirnya subjek muali sering bercerita mengenai didatangi polisi dan
banyak orang yang menyerbunya padahal hal tidak ada yang terjadi pada saat itu. Menurut
ayah klien hal itu terjadi karena saat sedang mengkonsumsi sabu-sabu klien sempat
mengamuk sehingga dipukul oleh temannya yang mengakibatkan kerusakan pada system
Semenjak itu klien sering keluar masuk RS Karangmenjangan dari 1997 karena klien
merasa takut karena ada polisi dan orang-orang untuk menangkapnya. Selain itu subjek
juga pernah kejang-kejang dikiperkan ayah klien karena efek sabu-sabu. Kurang lebih
sekitar 6 kali sejak 1997 dirawat disana dan kurang lebih 1 bulan atau 2 bulan sekali klien
control kesana. Klien kambuh tahunan dan sering kambuh saat obatnya telat minum. Dan
saat kambuh klien sering kali mengamuk yang mengakibatkan anak-anak takut.
Klien menikah pada tahun 2005 dan klien pergi ke Kalimantan untuk bekerja ditahun
2006 selama beberapa bulan saja tetapi klien sering pulang pergi hingga 2012. Menurut
ayah keluarga klien merupakan keluarga yang harmonis tidak pernah ada masalah dalam
keluarga tersebut, hanya saja sekarang klien dan istrinya sudah beda rumah tetapi mereka
bertetangga. Kedua anak merekapun merupakan anak yang baik dan penurut.
Ayah klien mengatakan bahwa sebelum dibawa ke RSJ Menur klien sempat dibawa
ke RS Karangmenjangan tetapi hanya beberapa hari saja karena klien memilih kabur. Klein
karena klien tidak rutin minum obat hingga akhirnya kambuh lagi. Menurut S klien kabur
dari rumah sakit karena menganggap bahwa dirinya sehat dan tidak merasa sakit, hingga
suatu ketika dihari jumat klien memilih kabur dan S tidak mengetahui karena menganggap
bahwa klien sedang sholat jumat, karena klien biasa keluar kamar dan kemudian kembali
lagi.
Klien memiliki hubungan yang baik dengan warga sekitar dan punya banyak teman
mengamuk lagi dan sering kali menghadang warga yang lewat didepan rumahnya. Klien
menghadang warga yang lewat dan mengajak yang berkelahi. Kemarahan klien memuncak
saat ada suara bising lewat depan rumahnya, seperti motor dan klien mengejar pengendara
motor tersebut. Klien sering kali merasa diserbu orang-orang padahal tidak ada orang
satupun yang menyerangnya, hal tersebut menjadi alasan menghadang. Selain itu klien
tetangganya dan mengedor pintu rumah tetapi tetangganya memilih pergi karena karena
tidak mau ada masalah dengan klien. Hal tersebut terjadi sekitar 1 mingguan hingga
akhirnya ayah klien meminta bantuan warga dan polisi untuk membawa klien ke RS Jiwa
menur.
Sejak kecil klien dan adiknya diasuh oleh nenek yang tinggal sendiri sejak tahun
1990, ketika itu klien masih SD. Sejak kecil SA mengaku kurang begitu akrab dengan
kakaknya hampir tidak pernah main bersama dan ketika salah satu kakak klien pulang yang
di Surabaya adik jarang diajak main bareng dengan alasan SA masih kecil. Saat kecil ada
kemungkinan klien merasa iri pada adik alasannya nenek begitu peduli dengan sang SA,
sedangkan klien merasa kurang diperhatikan sebagai contoh klien sering kali meminta
uang jajan ke nenek tetapi juga tidak selalu dikasih, tetapi SA sering kali diberi uang oleh
nenek tanpa harus meminta dengan alasan nenek mungkin merasa kasihan pada SA karena
adik klien masih kecil dan perempuan. Selain hal tersebut SA merasa kurang mengetahui
tentang klien karena memang semasa kecil SA dan klien kurang akrab tetapi dengan
kakak-kakak yang lain klien bisa dikatakan sangat akrab begitu juga dengan hubungan SA
dengan kakak-kakak yang lain juga sangat akrab, bahkan klien sering dibela oleh kakak-
kakaknya yang pada saat itu tinggal di Surabaya ketika klien mengejek adiknya dengan
SA mengatakan bahwa ibu meninggal pada tahun 1995 saat itu SA kelas 5 SD dan k
lien pada saat itu sudah SMP. SA merasa sepeninggalnya ibu tidak memberikan pengaruh
besar pada klien, tidak ada perubahan sikap yang signifikan setelah ibu mereka meninggal.
Sekitar satu tahun kemudian tepatnya pada tahun 1996 klien memasuki masa SMA
dan akhirnya klien diajak tinggal oleh ayahnya di Surabaya tepatnya didaerah Banyuurip.
mengetahui keadaan klien karena sudah tidak tinggal bersama, hanya saja SA beberapa kali
mendengar cerita tentang klien seperti saat klien terlibat dalam kasus Narkoba (sabu), hal
tersebut mungkin terjadi saat klien kelas 2 SMA dan masuk ke akhirnya klien dibawa ke
RS Karangmenjangan. Dari sana akhirnya klien berhenti bersekolah dan akhirnya kembali
lagi ke Gresik dan tinggal bersama SA dan neneknya pada tahun 1997. Ketika masih
minta dibelikan motor seperti teman-temannya yang lain hanya saja SA tidak tau detailnya
seperti apa.
Saat kembali ke Gresik SA mengatakan bahwa klien tidak melanjutkan sekolah yang
membuat klien menjadi down dan akhirnya klien berusaha mencari hiburan sendiri seperti
ke tempat bilyard untuk sekalian mencari teman disana, karena SA merasa bahwa klien
sudah kehilangan beberapa teman-temannya yang masih bersekolah dan adanya perasaan
malu dengan yang lain karena tidak melanjutkan sekolahnya. Ketika ditempat bilyard klien
sering kali meminta uang kepada keluarganya terutama pada sang nenek yang tinggal
bersamanya karena pada saat itu klien tidak bekerja, dengan asumsi klien hanya memiliki
ijazah SMP. SA beranggapan bahwa klien merupakan orang yang temperamental bahkan
Menurut SA klien menikah ditahun 2002 dengan seorang wanita yang tinggal di
dekat rumahnya, dan setelah menikah klien sempat bekerja dipabrik tetapi tidak
berlangsung lama karena klien merasa tidak cocok, SA merasa bahwa klien menginginkan
pekerjaan yang instan dan menghasilkan banyak uang, hingga akhirnya klien dan keluarga
sering kali meminta bantuan nenek ketika sedang tidak memiliki uang. Klien juga sempet
membuka usaha yang dimodali kakaknya di Batu. Klien membuka usaha jual aki disekitar
rumah karena kakak klien mempunyai toko aki di Batu, sehingga dia memberikan modal
usaha dan sekaligus mengajari klien mengenai usaha aki tersebut. Usaha aki pun tidak
bertahan lama, klien dirasa sering jajan oleh adiknya tidak peduli apakah usahanya lagi
sepi atau ramai sehingga kehabisan uang untuk keseharian tetapi stok barangnya masih
banyak karena tidak laku, akibatnya usahanya harus gulung tikar dan menjual aki-akinya
dengan harga yang murah untuk menutupi kebutuhan selain itu klien juga meninggalkan
Setelah anak kedua klien lahir tepatnya ditahun 2006 klien memutuskan untuk pergi
merantau ke Kalimantan untuk ikut saudaranya disana karena klien punya dua orang kakak
yang tinggal di Kalimantan. Pada awalnya klien hanya satu bulan berada disana, dengan
alasan tidak enak dengan saudara iparnya sehingga klien pulang ke Jawa. Tetapi semenjak
itu juga klien sering pulang pergi ke Kalimantan untuk bekerja disana, tetapi disatu sisi
klien masih beberapa kali meminta uang kiriman dari ayahnya karena klien kehabisan uang
disana, dan merasa malu jika harus meminta uang pada kedua kakaknya yang tinggal
disana. Pekerjaan klien disana pun juga kurang jelas hingga akhirnya pada tahun 2012
Setelah pulang kerumah kehidupan rumah tangga klien pun mulai tidak harmonis,
klien sering kali bertengkar dengan istri mungkin karena masalah keuangan, ungkap SA.
Dalam pertengkaran klien dengan sang istri, beberapa kali klien memukul atau melakukan
kekerasan kepada istri sehingga diakhir memutuskan untuk bercerai dan pisah rumah. Istri
klien memilih pergi meninggalkan rumah orang tua yang bertentangga dengan klien dan
memilih untuk kos didekat tempat kerjanya yang sebenarnya tidak begitu jauh dari rumah
orang tua karena alasan masih ada rasa trauma akibat kekerasan yang dialami sebelumnya,
tetapi kedua anak klien tetap tinggal dirumah mertua klien karena bersekolah disana.
Setelah perceraian klien sempat diajak kakaknya yang tinggal di Banjarmasin dan Jember
untuk tinggal bersama mereka tetapi klien menolak dengan alasan tidak enak dengan
keluarga ipar. Sehingga klien tetap tinggal dirumah Gresik milik kakaknya yang kebetulan
berdempetan dengan rumah sang mantan istri. Tetapi sebelum diajak ke rumah kakak-
kakak klien, klien sempat masuk lagi ke Karangmenjangan karena kambuh lagi dan sering
Menurut SA klien sempat kabur dari RS Karang menjangan dan pualng kerumah
tanpa sepengetahuan petugas rumah sakit dan ayah klien yang pada saat itu sedang
menjaga klien dirumah sakit. Klien bisa kabur karena dia menggunakan pakaian biasa
seperti orang yang menjenguk sehingga petugas dirumah sakit tidak mencurigai kaburnya
pasien tersebut. Klien pulang ke gresik dengan menaiki ojek dan menghampiri rumah SA
untuk meminta ongkos ojek yang dinaiki. Setelah samapai dirumah SA kemudian
memberikan kabar pada ayahnya bahwa klien sudah pulang dirumah dan hal tersebut
Sebelumnya ayah klien sempat tinggal menemani klien dirumah klien karena kasihan
klien hidup sendiri. tetapi hanya sebetar karena ayah klien sempat tenggah malam
dimandikan oleh klien dengan alasan banyak najis hingga ayah klien kembali tinggal
dirumah SA yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah klien. Disatu sisi SA menganggap
ayah klien sering kali melindungi klien saat kakak-kakaknya menanyakan kabar mengenai
klien dengan mengatakan semuanya baik-baik saja tidak ada masalah mengenai klien.
tersebut merupakan tanah dan rumah. Tanah tersebut berbentuknya memanjang kebelakang
dan sudah disepakati bahwa bungsu mendapatkan paling depan dan berurutan hingga anak
pertama mendapatkan bagian paling belakang. SA sempat diminta klien untuk membeli
tanah bagian klien tapi SA menolak karena takut akan muncul masalah dikemudian hari.
Hingga akhirnya klien menjual tanah itu senilai Rp 40.000.000, dan menurut SA uang
tersebut habis begitu saja dalam waktu 3 bulan, yang akhirnya membuat klien merasa stres
akhirnya klien mulai marah-marah lagi tanpa alasan yang jelas dan hal tersebut membuat
warga menjadi resah sehingga klien dibawa lagi ke RS Karangmenjangan sekitar ditahun
2015-2016. Pada saat itu klien tidak mau menerima semua barang-barang dari SA sebagai
contoh saat SA memberikan bantal dan selimut untuk digunakan dirumah sakit, klien
meminta ayah untuk membuang dengan asumsi yang diberikan oleh Pak RT bahwa SA lah
mengenai pembagian warisan karena sang adik mendapatkan bagian terdepan yang
terdapat bangunan rumah sedangkan untuk klien hanya tanah saja, hal tersebut dibuktikan
dengan disaat kondisi klien tidak sehat, dia sering bilang ke putra SA bahwa “iki omahe
uyut duduk omahe A”. Tetapi hal tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama antara
seluruh saudara dan ayah. SA juga mengaku sempat beberapa kali bentrok secara fisik
dengan klien.
Terakhir klien kambuh lagi sekitar diakhir tahun 2017, SA berasumsi kambuhnya
karena klien kehabisan uang dari ayah yang seharusnya digunakan untuk dp membeli
motor. SA tidak mengetahui untuk apa uangnya digunakan tetapi, akibat dari hal tersebut
dan ayah klien. Sebelumnya SA merasa sempat disekap didalam rumahnya ketika suami
SA sedang tidak berada dirumah. Selain itu klien marah-marah dijalan hingga sempat
memanjat pagar rumah SA, hingga akhirnya warga sepakat membawa ke RSJ Menur
4. Tes Psikologi
A. Tes Grafis
Secara umum klien merupakan orang yang dapat menempatkan diri secara baik di
lingkungannya, tetapi disatu sisi klien merupakan orang yang kurang percaya diri dan ragu-
ragu dalam bertindak. Klien merupakan orang yang realistis tetapi sering kali
mendramatisir keadaan, memiliki kondisi emosional yang cenderung tidak stabil dan
secara cermat karena ada perasaan insecure yang dimiliki meskipun terkadang kontrolnya
gagal, klien sering kali berusaha untuk lebih dominan dan menentang otoritas yang
dianggap berkuasa. Klien memiliki suasana hati yang berubah-rubah dan ingin
tindakan agresifnya tersebut. Klien memiliki kecerdasan yang kurang serta kurang matang,
Klien memiliki kelekatan yang kurang terhadap sosok ayah dan ibu, mungkin hal
tersebut diakibatkan karena sejak kecil hingga dewasa klien tinggal besama neneknya.
Klien merasa kurang diperhatikan oleh ayah dan ibunya sehingga fungsi ayah dan ibu
5. Dinamika Psikologi
praktis dan sederhana. Sejalan dengan hal tersebut klien mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan persoalan yang menuntut pengambilan sebuah keputusan yang cepat dan
tepat. Hal ini disebabkan kemampuan untuk berpikir klien secara keseluruhan dan
berdasarkan sebab akibat masih kurang. Klien sering kali mengunakan emosi dan
mengungkapkan perasaannya kepada orang lain dan cenderung menyimpan untuk dirinya
sendiri. Tetapi disatu sisi klien merpakan orang yang cenderung mudah beradaptasi. Klien
sering bertindak egois dan kurang memperdulikan norma dan aturan yang ada dimasyarakat.
Klien AH memiliki gambaran yang negatif dimasa lalunya karena klien sering
mengidentifikasi dirinya sebagai sosok yang gagal dalam pekerjaan. Klien juga merasa
bahwa dirinya seringkali melakukan kesalahan dimasa lalu seperti narkoba, berjudi dan
minum-minuman kelas. Tetapi klien memiliki semangat dan motivasi yang semakin
meningkat untuk menjadi lebih baik, sehingga dapat memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.
1. Tinjauan Teori
A. Schizophrenia Paranoid
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak banyak
yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik dan sosial
budaya (maslim, 2013). Pada umumnya penderita schizophren ditandai dengan adanya
penyimpangan yang fundamental dan berkarakteristik dari pikiran, persepsi serta afeksi
yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih dan kemampuan biasanya tetap terpelihara,
mengancam pasien atau member perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa
(laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain‐lain,
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
dan keyakinan dikejar‐ kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.