UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2022
KASUS 1 (PSIKIATRI)
SITUATION
Tn Y, usia 25 tahun, dirawat di Ruang Intermediate hari ke-6. dengan diagnosa medis
Skizofrenia. Klien dirawat mahasiswa selama 1 minggu. Sebelumnya klien dirawat di ruang
Akut Psikiatri selama 5 hari dan mendapat intervensi Sp 1-4 RPK dan Sp -1-2 Halusinasi.
Klien mampu mengontrol marah dengan nafas dalam, minum obat, bicara dengan asertif, dan
spiritual. Mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik dan minum obat dengan
motivasi dari perawat. Saat ini klien dirawat di ruang intermediate. Selama perawatan di
ruang intermediate klien mendapatkan intervensi komprehensive dari perawat untuk semua
diagnosa keperawatan yang ditemukan.
Pada awal pengkajian klien tampak mudah kesal dan marah dengan orang lain, sering
bicara kasar, menghina orang lain dan nada suara tinggi, klien mudah marah dan kesal bila
teringat keluarga dan masa lalu. Klien mengatakan sebelum masuk di rawat di RS, ia pernah
mendengar suara-suara yang isinya mengejek dan menjelekkan klien. Saat perawat
mengobservasi kondisi klien, klien tampak mondar-mandir dan mulut komat kamit berbicara
sendiri. Klien tampak jarang bicara dengan orang lain, lebih senang duduk sendiri dan
mengatakan malas bicara dengan orang lain karena merasa tidak ada teman yang cocok
bicaranya dan tidak tahu hal yang akan dibicarakan. Klien meyakini bahwa dirinya bisa
mengetahui apa yang akan terjadi dengan oranglain dan dapat mengendalikannya, klien juga
mengatakan secara berulang kali bahwa ia bisa membaca pikiran orang lain.
Penampilan klien cukup rapi, tidak berhias (tidak memakai bedak) karena malas, kuku jari
tangan dan kaki panjang dan kotor, tidak memakai alas kaki (sandal),. Klien merasa
tidak dihargai oleh keluarga karena ibu klien sering menjambak rambut klien dan adik klien
pernah memukul klien. Klien merasa perlakuan orangtua terhadap diri dan adiknya berbeda.
Klien selalu iri dengan adik perempuannya yang kuliah di PT. Klien merasa keluarganya
tidak sayang terhadapnya karena keluarga khususnya ibunya lama tidak menjenguk klien (1
minggu) dan masa kecilnya yang diasuh oleh paman dan nenek, klien merasa tidak berguna
dan menjadi beban keluarga. Klien mengatakan sebelum masuk RS, ia menolak minum obat
CPZ (chlorpromazine) karena dengan minum obat membuat tangan gemetar dan mulut
kering, dan ngantuk terus.
Klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak 5 tahun yang lalu, dan 3 kali kambuh dan harus
dirawat di RS. Terakhir klien dirawat bulan Mei tahun 2019 selama 2 minggu. Klien
mengatakan bosan karena harus menderita gangguan jiwa dan harus minum obat seumur
hidupnya, klien ingin sembuh dan hidup normal seperti orang sehat lainnya. Klien
mengatakan di rumah ia sempat mencoba untuk minum obat serangga karena ingin
mengakhiri hidupnya namun gagal karena terhalang karena kakaknya yang saat itu
mengetahui rencananya.
Pada usia 16 tahun (saat naik ke kelas 2 SMK) klien jatuh cinta dengan teman sekolah tetapi
cinta klien ditolak, sehingga klien menjadi lebih banyak diam, melamun, marah-marah dan
susah tidur. Karena sakit klien akhirnya berhenti sekolah. Klien masuk RS sebanyak 3 kali.
Pertama MRS pada usia 17 tahun dan dirawat di RS swasta di Jakarta, kemudian klien dirawat
di unit psikiatrik RS jiwa swasta sebanyak 2 kali (usia 18 – 19 tahun) dan ke tiga di RSJ
negeri pada tahun 2020. Selama 2 minggu, kemudian klien dibawa berobat di Padepokan
selama 3 bulan. Selama di padepokan klien dilarang minum obat karena peraturan di
padepokan tersebut. Menurut keluarga ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
yaitu nenek dari bapak klien. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan pada usia
remaja klien sering dijambak rambutnya oleh ibunya, dipukul oleh adik tiri dan perlakuan
ibunya yang selalu membedakan klien dari adik-adik tirinya (adik tiri kuliah dan mendapat
uang harian lebih besar). Klien pernah mendapat perlakuan kasar pada saat di rawat di RS
umum. Pada sosiokultural klien, orang tua bercerai saat klien masih dalam kandungan, usia
bayi - 4 tahun klien tinggal bersama dengan paman (kakak ibu), kemudian usia 4 tahun
sampai usia 15 tahun tinggal dengan nenek (orang tua ibu) dan usia 15 tahun sampai sekarang
tinggal dengan ibu dan ayah tiri serta 3 orang adik tirinya. Klien juga kadang tinggal bersama
dengan paman (adik ibu) dan istri serta anaknya yang berusia 2,5 tahun. Klien berpendidikan
hanya kelas 1 SMK, tidak bekerja dan belum menikah. Klien tidak aktif dalam kegiatan di
lingkungan tempat tinggal.
Sebelum masuk RS klien putus obat (menolak minum obat) selama 1,5 bulan dan 2 minggu
sebelum masuk RS klien marah dengan ibunya karena keinginannya tidak dituruti kemudian
merusak alat rumah tangga dan rambut klien dijambak serta dipukul oleh ibu dan adiknya.
Alasan masuk RS selama 3 hari di rumah klien histerikal, marah-marah, merusak alat rumah
tangga, curiga, impulsive, bicara dan tertawa sendiri, mengganggu lingkungan.
Mekanisme koping yang digunakan klien dalam menyelesaikan masalah adalah diam, marah-
marah dan menangis.
3. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki klien agar klien mampu
mengendalikan sakit yang dialaminya (buat intervensi keperawatan untuk
meningkatkan kemampuan klien?)
4. Lakukan simulasi minimal satu Sp dalam bentuk video (salah satu dari diagnosa
keperawatan yang ditemukan.
5. Buat Strategi komunikasi dan Catatan keperawatan setiap hari dari rencana
intervensi yang diimplementasikan (1 minggu perawatan/5 hari).
6. Lakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang sesuai sebagai salah satu
intervensi melibatkan pasien tersebut dalam kegiatan kelompok. Buat proposalnya
dan simulasikan TAKnya.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Umur : 25
Informan : Klien,
rekam medis
2. Pengobatan sebelumnya
Penolakan
Tindakan kriminal
Penjelasan No. 2, 3:
Klien masuk RS pertama kali usia 17 tahun dan dirawat di RS swasta di Jakarta,
kemudian klien dirawat di unit psikiatrik RS jiwa swasta sebanyak 2 kali (usia 18 –
19 tahun) dan ke tiga di RSJ negeri pada tahun 2020. Namun, pengobatannya
kurang berhasil. Klien mengatakan bosan karena harus menderita gangguan jiwa
dan harus minum obat seumur hidupnya. Klien merasa tidak dihargai dan pernah
menjadi korban aniaya fisik yakni dijambak rambutnya oleh ibunya, dipukul oleh
adik tiri, dan mendapat perlakuan kasar pada saat di rawat di RS umum. Klien
merasa perlakuan orangtua terhadap diri dan adiknya berbeda. Klien merasa
keluarganya tidak sayang terhadapnya karena keluarga khususnya ibunya lama
tidak menjenguk klien (1 minggu) dan masa kecilnya yang diasuh oleh paman dan
nenek, klien merasa tidak berguna dan menjadi beban keluarga.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial, Risiko bunuh diri, Harga Diri Rendah
Kronik, RPK
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 81 x/menit S : 36,2°C P : 20 x/menit
2. Ukur : TB : 165 cm BB : 55 kg
Klien
Laki-laki
Perempuan
Jelaskan (Pola Komunikasi, Pengambilan Keputusan, dan Pola Asuh dalam Keluarga) :
Klien mengatakan jarang berkomunikasi dengan keluarganya. Karena jika klien memulai pembicaraan selalu didiamkan atau dimarahi
oleh ibu dan adik tirinya. Pengambilan keputusan ada ditangan ayah tirinya, sebelum memutuskan sesuatu keluarga berdiskusi.
Sejak dulu klien selalu diasuh oleh orang yang berbeda. usia bayi - 4 tahun klien tinggal bersama dengan paman (kakak ibu), kemudian
usia 4 tahun sampai usia 15 tahun tinggal dengan nenek (orang tua ibu) dan usia 15 tahun sampai sekarang tinggal dengan ibu dan ayah
2
tiri serta 3 orang adik tirinya. Klien juga kadang tinggal bersama dengan paman (adik ibu) dan istri serta anaknya yang berusia 2,5
tahun. Klien merasa perlakuan orangtua terhadap diri dan adiknya berbeda. Klien selalu iri dengan adik perempuannya yang kuliah di
PT. Klien merasa keluarganya tidak sayang terhadapnya karena keluarga khususnya ibunya lama tidak menjenguk klien (1 minggu) dan
masa kecilnya yang diasuh oleh paman dan nenek, klien merasa tidak berguna dan menjadi beban keluarga.
3. Hubungan sosial
: nenek dan paman Masalah Keperawatan:
a. Orang yang berarti
Isolasi sosial
Klien mengatakan tidak aktif
b. Peran serta dalam
: dalam kegiatan di lingkungan
kegiatan kelompok/
masyarakat tempat tinggal.
Klien mengatakan malas bicara
dengan orang lain karena merasa
c. Hambatan dalam
: tidak ada teman yang cocok
berhubungan dengan
orang lain bicaranya dan tidak tahu hal yang
akan dibicarakan
Jelaskan :
Penampilan klien cukup rapi, tidak berhias (tidak memakai bedak)
karena malas, kuku jari tangan dan kaki panjang dan kotor, tidak
memakai alas kaki (sandal)
2. Pembicaraan
Cepat V Keras Gagap Inkoheren
Jelaskan :
Klien mudah kesal dan marah dengan orang lain, sering bicara kasar,
menghina orang lain dan nada suara tinggi, klien mudah marah dan kesal
bila teringat keluarga dan masa lalu. Klien tampak jarang berbicara
dengan orang lain dan mengatakan malas berbicara karena tidak ada
teman yang cocok untuk diajak bicara dan tidak tau hal yang akan
dibicarakan.
3. Aktivitas motorik
Lesu V Tegang V Gelisah Agitasi
Jelaskan :
Saat perawat mengobservasi kondisi klien, klien tampak mondar-mandir
dan mulut komat kamit berbicara sendiri. Klien tampak jarang bicara
dengan orang lain, lebih senang duduk sendiri dan mengatakan malas
bicara dengan orang lain karena merasa tidak ada teman yang cocok
bicaranya dan tidak tahu hal yang akan dibicarakan. Klien meyakini
bahwa dirinya bisa mengetahui apa yang akan terjadi dengan orang lain
dan dapat mengendalikannya, klien juga mengatakan secara berulang
kali bahwa ia bisa membaca pikiran orang lain. Klien tampak kesal dan
marah bila teringat keluarga dan masa lalu.
4. Alam perasaan
V Sedih Ketakutan V Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan
Jelaskan :
5. Afek
V Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
kurang
Jelaskan :
Klien tampak jarang bicara dengan orang lain, lebih senang duduk
sendiri dan mengatakan malas bicara dengan orang lain karena merasa
tidak ada teman yang cocok bicaranya dan tidak tahu hal yang akan
dibicarakan.
7. Persepsi
Halusinasi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
Klien mengatakan sebelum masuk di rawat di RS, ia pernah mendengar
suara-suara yang isinya mengejek dan menjelekkan klien. Saat perawat
mengobservasi kondisi klien, klien tampak mondar-mandir dan mulut
komat kamit berbicara sendiri.
8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Jelaskan :
Klien tampak jarang bicara dengan orang lain, lebih senang duduk
sendiri dan mengatakan malas bicara dengan orang lain karena
merasa tidak ada teman yang cocok bicaranya dan tidak tahu hal yang
akan dibicarakan.
9. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi V Stupor
Disorientasi
Jelaskan :
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka
pendek
Jelaskan :
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi
Masalah Keperawatan: -
Jelaskan :
Klien mudah marah dan kesal apabila teringat keluarga dan masa lalu.
Semenjak ditolak klien menjadi lebih banyak diam, melamun, marah-
marah dan susah tidur.
Jelaskan :
Masalah Keperawatan: -
Jelaskan :
Klien merasa tidak dihargai oleh keluarga karena ibu klien sering
menjambak rambut klien dan adik klien pernah memukul klien. Klien
merasa perlakuan orangtua terhadap diri dan adiknya berbeda.
2. BAB/ BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/ berhias
V Bantuan minimal Bantuan total
6. Penggunaan obat
V Bantuan minimal Bantuan total
Sistem pendukung V
Mencuci pakaian V
Pengaturan keuangan V
Transportasi V
Lain-lain V
V Koping V Obat-obatan
Lainnya__________ Lainnya____________
Terapi Medik :
Subjektif : klien mengatakan mudah marah dan kesal bila teringat Risiko perilaku
keluarga dan masa lalu. kekerasan
Objektif : klien tampak mudah kesal dan marah dengan orang lain,
sering bicara kasar, menghina orang lain dan nada suara tinggi
Subjektif: klien mengatakan malas bicara dengan orang lain karena Isolasi sosial
merasa tidak ada teman yang cocok bicaranya dan tidak tahu hal
yang akan dibicarakan.
Objektif: Klien tampak jarang bicara dengan orang lain, lebih senang
duduk sendiri
Objektif: -
Subjektif: Klien merasa tidak dihargai oleh keluarga. Klien selalu iri Harga Diri
Rendah Kronik
dengan adik perempuannya yang kuliah di PT. Klien merasa
keluarganya tidak sayang terhadapnya karena keluarga khususnya
ibunya. klien merasa tidak berguna dan menjadi beban keluarga
17 Mei 2022
Christina D Septemaya
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
Inisial Klien : Tn Y
Ruangan : Intermediate
1 2 3
2 Risiko Pasien e. Identifikasi penyebab, tanda dan a. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 a. Mengevaluasi kegiatan fisik 1
Perilaku Setelah dilakukan gejala, perilaku kekerasan yang dan 2. Beri pujian dan 2, minum obat, verbal, dan
Kekerasan tindakan keperawatan dilakukan, akibat perilaku b. Latih cara mengontrol perilaku spiritual. Beri pujian
kekerasan yang dilakukan kekerasan dengan obat (jelaskan b. Menilai kemampuan yang telah
selama 3 kali pertemuan
f. Jelaskan cara mengontrol perilaku 6 benar: jenis, guna, dosis, mandiri
maka control diri
kekerasan: fisik, obat, verbal, frekuensi, cara, kontinuitas c. Menilai apakah perilaku
meningkat dengan kriteria
spiritual minum obat) kekerasan terkontrol
hasil:
g. Berikan latihan cara mengontrol c. Masukkan pada jadual kegiatan
a. verbalisasi ancaman perilaku kekerasan fisik 1 dan 2 untuk latihan fisik dan minum
kepada orang lain h. Masukkan pada jadual kegiatan obat
menurun untuk latihan fisik
b. verbalisasi umpatan
menurun
c. suara keras menurun
d. bicara ketus menurun
Risiko Keluarga a. Mendiskusikan masalah yang a. Mengevaluasi kegiatan keluarga a. Mengevaluasi kegiatan keluarga
Perilaku dirasakan dalam merawat pasien dalam merawat/ mlatih pasien fisik dalam merawat/ melatih pasien
Kekerasan b. Menjelaskan pengertian, tanda dan 1 dan 2. Beri pujian fisik 1 dan 2, memberikan obat,
gejala, dan proses terjadinya b. Menjelaskan 6 benar (jenis, guna, dan follow up. Beri pujian
perilaku kekerasan (gunakan dosis, frekuensi, cara, kontinuitas b. Menilai kemampuan keluarga
booklet) minum obat) dalam memberikan dalam merawat pasien
c. Menjelaskan cara merawat pasien obat
dengan perilaku kekerasan c. Melatih cara memberikan/
d. Melatih satu cara merawat membimbing minum obat
perilaku kekerasan: fisik 1 dan 2
Menganjurkan membantu pasien
e. Menganjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan pujian
sesuai jadual dan memberi pujian
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
Nama : Tn Y
Ruangan : Intermediate
Implementasi Tindakan
Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
Isolasi Kamis, 26 Mei 2022 Kamis, 26 Mei 2022
Sosial 10.00 13.00
1. Membina hubungan saling percaya. S:
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi
1. Klien mengatakan malu
sosial pasien.
untuk bergaul dengan orang
3. Berdiskusi dengan pasien tentang
lain.
keuntungan berinteraksi dengan
2. Klien mengatakan jarang
orang lain.
bercakap-cakap dengan
4. Berdiskusi dengan pasien tentang
keluarga dirumah.
kerugian tidak berinteraksi dengan
3. Klien mengatakan tidak
orang lain
mempunyai teman dekat.
5. Mengajarkan pasien cara
4. Klien mengatakan malu untuk
berkenalan dengan satu orang
berbincang-bincang dengan
6. Menganjurkan pasien memasukkan
orang lain.
kegiatan latihan berbincang-bincang
5. Klien mengatakan sedih
dengan orang lain dalam kegiatan
karena selama dirawat
harian.
keluarganya tidak pernah
membesuk.
O:
P:
1. Latih mengidentifikasi
isolasi sosialnya: tanda dan
gejala, penyebab dan akibat
dari isolasi sosial
2. Menjelaskan keuntungan
memiliki teman
3. Latih cara memperkenalkan
diri secara rutin
Anjurkan klien untuk
mempraktekkan dengan teman
yang ada disekelilingnya.
P:
1. Lanjutkan intervensi
2. Latih cara memperkenalkan
diri secara rutin
3. Anjurkan klien untuk
mempraktekkan dengan teman
2-3 orang yang ada
disekelilingnya.
P:
Nama :
Tanggal Ket
No Waktu Kegiatan
Keterangan:
1. Tuliskan jadwal kegiatan harian pasien pada kolom kegiatan sesuai dengan
aktivitas yang dijadwalkan pada pasien
2. Tuliskan tanggal pada kolom kegiatan
3. Berilah kode: M = mandiri, B = bantuan, dan T = tidak dapat melakukan
kegiatan yang telah dilakukan pasien pada kolom di bawah tanggal