Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK JALANAN

OLEH

ARNIAT SISWI NAZARA ( 180204001)

KELAS : 3.1

Dosen : Ns. Jek Amidos Pardede, M. Kep., Sp.KepJ

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK JALANAN
KASUS
Seorang klien an.R berkegiatan di jalanan yang baru ditekuni semenjak satu tahun
terakhir.Klien yang masih duduk di bangku kelas 6 SD ini pada awalnya tidak menjadi anak
jalanan.Ayah yang bekerja serabutan dan ibu sebagai tukang cuci terkadang tidak cukup untuk
membiayai sekolah klien serta saudaranya.Klien merupakan anak ke emapat dari 5
bersaudara.Ia mengaku sering tidak ada bekal dan seragamnya agak kusang-kusang untuk ke
sekolah sehingga anak R memutuskan untuk mengamen dari angkot ke angkot. Awalnya ibu
melarang dengan alasan masih kecil, namun karena kondisi akhirnya anak R diperbolehkan
mengamen.Setelah muncul komunitas manusia silver, anak R ikut bergabung dan membalur
tubunya dengan cat silver. Kegiatan tersebut ia lakukan sepulang sekolah. Terkadang klien
merasa malu dengan keadaanya sekarang sehingga membuat anak tersebut menyerang kawan-
kawannya. Dia mulai menjauh dengan teman-teman sekolahnya karena minder dan mulai
memikirkan hal-hal lain yang tidak nyata. An.R memiliki gangguan dalam berpikir karena
anak tertekan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga sempat berpikir untuk
tiada didunia ini.

I. HASIL PENGKAJIAN
Identitas Klien 
Nama : An. R
Umur : 12 tahun 
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 23 Januari 2003
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : manusia silver dan pengamen
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Citepus, Bandung
Tanggal Pengkajian :8-9 november 2020
Alasan menjadi anak jalanan :
Kegiatan di jalanan baru ditekuni klien R semenjak satu tahun terakhir.Klien yang
masih duduk di bangku kelas 6 SD ini pada awalnya tidak menjadi anak jalanan.Ayah yang
bekerja serabutan dan ibu sebagai tukang cuci terkadang tidak cukup untuk membiayai
sekolah klien serta saudaranya.Klien merupakan anak ke emapat dari 5 bersaudara.Ia
mengaku sering tidak ada bekal untuk ke sekolah sehingga anak R memutuskan untuk
mengamen dari angkot ke angkot. Awalnya ibu melarang dengan alasan masih kecil, namun
karena kondisi akhirnya anak R diperbolehkan mengamen.Setelah muncul komunitas manusia
silver, anak R ikut bergabung dan membalur tubunya dengan cat silver. Kegiatan tersebut ia
lakukan sepulang sekolah.

Komponen Psikososial
1. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
- Persepsi klien terhadap tubuhnya:
Klien merasa tidak puas atas kondisi tubuhnya, karena bagian tubuhnya banyak yang
terkena luka akibat memakai cat terutama luka pada bagian kaki klien ada luka yang
sampai membuat sebagian kulit kakinya mengelupas.Selain itu, klien juga merasa bahwa
dirinya tidak ganteng dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari bagian tubuhnya tersebut.
- Persepsi klien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai :
Bagian tubuh yang tidak disukai klien adalah bagian wajah terutama mulut dan gigi,
karena menurut klien bagian mulutnya agak tonggos sehingga suka diejek oleh teman-
temannya.
b. Identitas Diri
- Status dan posisi klien dalam keluarga :
Status klien dalam keluarga adalah sebagai anak, klien merupakan anak ke 4 dari 6
bersaudara.
- Status dan posisi klien di lingkungan :
Anak R merupakan anak jalanan dan juga anggota dikomunitas silverman
- Kepuasan klien terhadap status dan posisinya :
Klien merasa tidak puas sebagai statusnya sebagai anak karena selama menjadi anak
klien belum bisa berbakti kepada kedua orangtuanya.Kondisi ekonomi yang kurang baik
membuatnya harus turun ke jalanan untuk mencari uang sebagai pengamen dan manusia
silver.Klien mengaku banyak memiliki kakak namun kondisi perekonomian kakak juga
tidak baik sehingga tidak ingin merepotkan kakaknya.
Selain itu klien juga tidak merasa cukup puas sebagai anak jalanan, karena klien
ingin seperti anak-anak yang lain yang dapat bermain dengan bebas, berada di rumah
untuk belajar. Namun, klien R harus ke jalanan sepulang sekolah untuk mencari
tambahan bekal sekolah.Kegiatan ini sudah dilakukannya selama satu tahun. Awalnya
ibu klien melarang untuk menjadi manusia silver karena masih kecil. Namun karena
keadaan akhirnya sang ibu yang hanya sebagai tukang cuci di rumah tetangga dengan
terpaksa membiarkan anaknya untuk menjadi manusia silver dan pengamen.
c. Peran diri
- Tugas yang diemban didalam keluarga/kelompok/masyarakat :
Tugas klien adalah mencari uang untuk membantu keluarga dan juga komunitasnya
(manusia silver).
- Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut :
Klien merasa mampu untuk melakukan tersebut, asalkan tidak tertangkap oleh dinas
sosial. Ketika razia biasanya anak R sering lari karena jika itu tidak dilakukan ia akan
ditangkap dan tidak bisa mencari uang.
Perasaan klien terhadap perannya :
klien terkadang merasa malu sebagai anak jalanan jika bertemu dengan teman-
temannya yang bukan anak jalanan. Selain itu, ada sedikit kekhawatiran dalam diri klien
karena sebenarnya dalam melaksanakan tugasnya mencari uang dijalanan ini masih
kejar-kejaran dengan petugas dari dinas sosial. Beberapa kali klien R pernah tertangkap
razia sehingga ia tidak bisa mencari uang. Pengasilannya menurut klien sudah lumayan
untuk sekolah dan jajan hanya saja ketika sedang sedikit mendapat uang terkadang klien
sering sedih karena pengahasilan Rp 40.000 hingga Rp 60.000 harus ia bagi dengan
komunitas manusia silver. Klien juga sering khawatir serta cemas terhadap masa
depannya, ia ingin sekali menjadi polisi dan membanggakan kedua orang tuanya namun
apakah dengan kondisi ekomoni seperti ini ia dapat terus bersekolah sedangkan biaya
sekolah tidaklah murah.
Klien bercerita terkadang sedih karena ia berbeda dengan teman-temannya. Dia
mulai menjauh dan menyerang teman-temannya yang meledek dia. Disekolah keampuan
untuk berpikir terganggu, tidak focus dalam belajar. Ketika sepulang sekolah ia harus
pergi ke jalanan untuk mengamen dan menjadi manusia silver, kegiatan ini ia lakukan di
beberapa tempat tidak hanya di lampu merah pasteur tetapi juga di BIP, Dago, dan
daerah Ciwalk.Ia mengaku jika tidak mencari uang ia mungkin harus keluar dari sekolah.
Beberapa tahun lalu pernah berhenti sekolah karena terkendala biaya.
d. Ideal Diri
Harapan Klien terhadap Tubuh, status, tugas/peran
An.R sempat berkeingginan untuk tiada didunia ini. Namun perlahan klien berharap
agar dapat menjadi anak jalanan yang baik dan bisa mengangkat derajat anak jalanan
sehingga anak jalanan tidak selalu diberi stigma negatif oleh masyarakat.Untuk
kedepannya anak R ingin terus bersekolah hingga bisa bekerja di tempat yang layak tidak
sebagai anak jalanan.
e. Harga Diri
Hubungan klien dengan teman-temannya di jalanan cukup baik, namun hubungan
klien dengan orang-orang disekitar rumahnya tidak begitu dekat karena klien dan kakaknya
memang jarang dirumah.
Klien merasa bahwa selain teman-temannya yang dijalanan, klien sering dipandang
sebelah mata, diremehkan oleh orang lain atau teman-teman sekolahnya, hal ini membuat
klien merasa tidak nyaman dan malu. Klien juga malu jika bertemu dengan teman-teman
sekolahnya.
2. Hubungan Sosial
Kelompok masyarakat yang diikuti klien hanya kelompok anak jalanan saja, di
lingkungan rumah klien tidak mengikuti kegiatan atau kelompok apapun. Menurut klien
kelompok anak jalanan ini sudah seperti keluarga baginya, klien merasa bisa saling berbagi
suka dan duka dengan kelompok anak jalanan ini.
3. Pendidikan dan Pekerjaan
Klien masih bersekolah kelas 5 SD dan disamping sebagai siswa, klienpun sebagai
pengamen dan manusia silver di jalanan.
- Gaya Hidup
Klien mengatakan bahwa iatidak memiliki kebiasaan ngelem. Namun, sekitar
lingkungan anak jalanan saudaranya memiliki kebiasaan ngelem.Ia juga khawatir akan
terbawa kebiasaan tersebut karena banyak sekali anak jalanan yang lebih tua darinya
memiliki kebiasaan ngelem.
- Budaya
Klien bersuku sunda, dan dalam kesehariannya klien menggunakan bahasa sunda
4. Spiritual
Nilai, keyakinan dan kegiatan ibadah
Klien beragama Islam, kegiatan ibadah yang bisa dilakukan oleh klien adalah sholat
dan mengaji.Menurut penuturan klien, jika klien tidak capek sepulang mengamen ia pergi
mengaji ke mushola dekat rumahnya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Defisit Perawatan Diri
3. Harga Diri Rendah
4. Isolasi Sosial
5. Halusinasi
6. Waham
7. Risiko Bunuh Diri

3.INTERVENSI /IMPLEMENTASI TIAP DIAGNOSA

A. ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan
(panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau
konsep diri (Stuart & Laraia; 2005, 2009). Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni (2012)
menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah yang diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan . Perasaan
terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti
dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak
mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik terapi generalis maupun terapi spesialis
memberikan hasil yang signifikan untuk menurunkan perilaku kekerasan. Tindakan
keperawatan generalis pada pasien dan keluarga dapat menurunkan lama rawat klien (Keliat,
dkk 2009). Demikian pula penelitian berikut menunjukkan bahwa tindakan keperawatn
generalis dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan (Wahyuningsih, Keliat dan
Hastono, 2009 ; Pardede, Keliat dan Wardani, 2013).

2. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:


Subjektif
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
b) Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c) Klien suka membentak dan menyerang orang lain

Objektif
a) Mata melotot/ pandangan tajam
b) Tangan mengepal dan Rahang mengatup
c) Wajah memerah
d) Postur tubuh kaku
e) Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor
f) Suara keras
g) Bicara kasar, ketus
h) Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ orang lain
i) Merusak lingkungan
j) Amuk/ agresif

3. Diagnosa Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

4. Intervensi keperawatan pada klien Resiko Perilaku Kekerasan


TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Tindakan keperawatan
1. SP 1 : Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan
serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan
b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: tarik nafas
dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal
c) Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: tarik nafas
dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal
d) Melatih klien memasukkan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal ke dalam
jadwal kegiatan harian.

2. SP 2 : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,


manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
a) Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi, cara, orang
dan kontinuitas minum obat).
b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat dengan klien
c) Melatih klien cara minum obat secara teratur
d) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadwal
kegiatan harian.

3. SP 3 : Melatih cara verbal/ bicara baik-baik


a) Menjelaskan cara menontrol perilaku kekerasan dengan verbal/bicara baik-baik
b) Melatih klien cara verbal/bicara baik-baik
c) Melatih klien memasukkan kegiatan verbal /bicara baik-baik minum obat ke dalam
jadwal kegiatan harian.

4. SP 4 : Melatih cara spiritual


a) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
b) Melatih klien cara spiritual
c) Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam jadwal kegiatan harian.

5. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi persepsi

Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan


Sesi 2 : Mencegah PK dengan kegiatan fisik
Sesi 3 : Mencegah PK dengan patuh minum obat
Sesi 4 : Mencegah PK dengan kegiatan asertif
Sesi 5 : Mencegah PK dengan kegiatan ibadah

6 . Tindakan Keperawatan Spesialis Jiwa


a) Terapi individu : Assertive Training (AT), Cognitive Behavior Therapy (CBT)
b) Terapi Keluarga : Family Psychoeducation (FPE)
c) Terapi Kelompok : Suppotrtive Therapi (ST) dan Self Heip Group (SHG)

B. ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Pengertian:
Defisit perawatan diri adalah kelemahan kemampuan untuk melakukan atau melengkapi
aktifitas mandi/kebersihan diri (NANDA 2012-2014).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri (WHO & FIK UI, 2006).

2. Tanda dan Gejala


Subyektif
a) Menyatakan tidak ada keinginan mandi secara teratur
b) Perawatan diri harus dimotivasi
c) Menyatakan Bab/bak di sembarang tempat
d) Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantu makan
Obyektif
a) Tidak mampu membersihkan badan
b) Penampilan tidak rapi, pakaian kotor, tidak mampu berpakaian secara benar
c) Tidak mampu melaksanakan kebersihan yang sesuai, setelah melakukan toileting
d) Makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidak habis

3. Diagnosa keperawatan

Defisit perawatan diri

4. Intervensi keperawatan pada klien defisit perawatan diri

Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK.
Tujuan Khusus :
 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
 Pasien mampu melakukan makan dengan baik
 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
1.1 Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
1.2 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
1.3 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
1.4 Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
2.1 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
2.2 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
3.1 Menjelaskan cara mempersiapkan makan
3.2 Menjelaskan cara makan yang tertib
3.3 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
3.4 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
4.1 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
4.2 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
4.3 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Tindakan Keperawatan
1. SP 1 : Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri
serta melatih klien merawat diri: mandi

a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri
b) Menjelaskan cara perawatan diri : mandi (tanyakan alasan tidak mau mandi, berapa
kali mandi dalam sehari, manfaat mandi, peralatan mandi, cara mandi yang benar)
c) Melatih klien cara perawatan diri: mandi
d) Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan harian
2. SP 2 : Menjelaskan dan melatih klien perawatan kebersihan diri: berhias
a) Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang dibutuhkan, kegiatan
berdandan, cara berdandan, waktu berdandan, manfaat berdandan, kerugian jika tidak
berdandan
b) Melatih cara berdandan
c) Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan harian

3. SP 3 : Melatih cara melakukan perawatan diri:makan/minum


a) Mendiskusikan cara perawatan diri; makan/minum (tanyakan alat-alat yang
dibutuhkan, cara makan minum, waktu makan minum, manfaat makan minum dan
kerugian jika tidak makan minum
b) Melatih cara perawatan diri: makan minum
c) Melatih klien memasukkan kegiatan makan/minum dalam jadwal kegiatan harian

4. SP 4 : Melatih cara melakukan perawatan diri: BAK/BAK


a) Mendiskusikan cara perawatan diri BAB/BAK (alat yang dibutuhkan, kegiatan
BAB/BAK, cara melakukan BAB/BAK yang benar, manfaat BAB/BAK yang benar,
kerugian jika BAB/BAK tidak benar).
b) Melatih cara perawatan diri: BAB/BAK
c) Melatih klien memasukkan kegiatan BAB/BAK dalam jadwal kegiatan harian.

5. Terapi Keperawatan Kelompok Defisit Perawatan Diri


a) Terapi Aktivitas Kelompok
b) Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga tentang Defisit Perawatan Diri

6. Tindakan Keperawatan Spesialis Jiwa


a. Terapi Individu :Behavior Therapi (terapi perilaku)
b. Terapi keluarga : Family Psychoeducation (FPE)
c. Terapi Kelompok :Suppotif

C. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK

1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus (NANDA, 2012-2014). Menurut Stuart
(2009) Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan perasaan yang
lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga, dan tidak memadai.
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk,
2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan gejala dan peningkatan
kemampuan klien harga diri rendah kronis secara signifikan setelah diberikan tindakan
keperawatan (Pardede, Keliat, dan Wardani, 2013)

2. Tanda dan Gejala

Data Subjektif
a) Sulit tidur
b) Merasa tidak berarti dan Merasa tidak berguna
c) Merasa tidak mempuanyai kemampuan positif
d) Merasa menilai diri negatif
e) Kurang konsentrasi dan Merasa tidak mampu melakukan apapun
f) Merasa malu

Data Objektif
a) Kontak mata berkurang dan Murung
b) Berjalan menunduk dan Postur tubuh menunduk
c) Menghindari orang lain
d) Bicara pelan dan Lebih banyak diam
e) Lebih senang menyendiri dan Aktivitas menurun
f) Mengkritik orang lain

3. Diagnosa Keperawatan

Harga Diri Rendah Kronis

4. Intervensi keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronik


Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
1.2 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
1.3 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.4 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.5 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.6 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis
2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1.1 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
2. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
2.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
2.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
2.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Tindakan Keperawatan
1. SP 1 : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
a) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan
adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.

2. SP 2 : - Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.


a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

- Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih


a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri,
mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja
yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien
dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.

- Melatih kemampuan yang dipilih klien pertama


a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang dipilih
b) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
c) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan

3. SP 2 : Melatih Kemampuan yang dipilih klien ke 2

a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan kedua yang dipilih


b) Melatih kemampuan kedua yang dipilih
c) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan

4. SP 3 : Melatih Kemampuan Yang dipilih klien ke 3

a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan ketiga yang dipilih


b) Melatih kemampuan ketiga yang dipilih
c) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan

5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk klien dengan harga diri rendah kronik adalah :
1. TAK stimulasi persepsi untuk harga diri rendah
sesi 1 : Identifikasi untuk harga diri rendah / hal positif pada diri
sesi 2 : Melatih kemampuan / hal positif pada diri

2. TAK Sosialisasi
Sesi 1 : kemampuan memperkanalkan diri
Sesi 2 : kemampuan berkenalan
Sesi 3 : kemampuan bercakap – cakap
Sesi 4 : kemampuan bercakap – cakap topik tertentu
Sesi 5 : kemampuan bercakap – cakap masalah pribadi
Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

6. Tindakan keperawatan spesialis


a) Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
b) Cognitive Therapy (CT)
c) Family Psychoeducation (FPE)
d) Therapy Supporti

D. ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian :
Kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang
lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA, 2012). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi baik verbal dan nonverbal pada klien yang menarik diri di Rumah
Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor dan RSJP Jakarta (Keliat dkk, 1999). Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa terapi generalis dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi klien
(Jumaini, Keliat, Hastono, 2010; Surtiningrum, Hamid, Waluyo, 2011; Nyumirah, Hamid,
Mustikasari, 2012).

2. Tanda dan Gejala

Subyektif
a) Tidak berminat
b) Perasaan berbeda dengan orang lain
c) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
d) Merasa sendirian
e) Menolak interaksi dengan orang lain
f) Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
g) Merasa tidak diterima

Obyektif
a) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b) Afek tumpul
c) Adanya kecacatan ( missal fisik, mental)
d) Tindakan tidak berarti
e) Tidak ada kontak mata
f) Menyendiri / menarik diri
g) Tindakan berulang
h) Afek sedih
i) Tidak komunikatif
3. Diagnosa Keperawatan
Isolasi social
4. Intervensi keperawatan pada klien Isolasi sosial

Tujuan Umum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain


Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan Keperawatan
1. SP 1 : Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial s
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial
b) Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak memiliki teman.

2. SP 2 : Menjelaskan dan melatih klien berkenalan


a) Menjelaskan cara berkenalan
b) Mendemostrasikan cara berkenalan
c) Melatih klien berkenalan 2 - 3 orang atau lebih
3. SP 3 : Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
sehari-hari.
a) Mendemostrasikan bercakapa-cakap

4. SP 4: Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta Sesuatu, berbelanja


dan sebagainya.
a) Mendemonstrasikan meminta sesuatu
b) Melatih bagaimana berbelanja

5. Tindakan Keperawatan Kelompok Isolasi sosial


Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Sesi 1 : kemampuan memperkanalkan diri


Sesi 2 : kemampuan berkenalan
Sesi 3 : kemampuan bercakap – cakap
Sesi 4 : kemampuan bercakap – cakap topik tertentu
Sesi 5 : kemampuan bercakap – cakap masalah pribadi
Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
6.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok Keluarga tentang Isolasi social

6. Terapi Keperawatan Spesialis Jiwa Isolasi sosial

a) Terapi Individu : Sosial Skill Training (SST), Cognitive Behavior Sosial Skill Training
(CBSST)
b) Terapi keluarga : Family Psychoeducation (FPE)
c) Terapi Kelompok : Supportif Therapy, Self Help Group Therapy

E. ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

1. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Caroline ,
Keliat, BA, Sabri, L (2008) meneliti bahwa dengan pelaksanaan standar asuhan keperawatan
(SAK) halusinasi, maka kemampuan kognitif klien meningkat 47%, psikomotor meningkat
48%. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan SAK halusinasi juga menurunkan tanda dan
gejala halusinasi sebesar 14%.

2. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien.
Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Obyektif
a) Bicara atau tertawa sendiri.
b) Marah-marah tanpa sebab.
c) Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
d) Menutup telinga.
e) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h) Menutup hidung.
i) Sering meludah.
j) Muntah.
k) Menggaruk-garuk permukaan kulit.

b. Data Subyektif: Pasien mengatakan :


a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster.
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
f) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
h) Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian.
i) Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi

3. Diagnosa Keperawatan: Halusinasi

4. Intervensi Keperawatan
Tujuan Umum : klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan khusus :
 Klien mampu membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengenal halusinasinya
 Klien dapat mengotrol halusinasinya
 Klien dapat menggunakan obat dengan benar
TUK 1
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
1.2 Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
1.3 Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai
1.4 Buat kontrak yang jelas
1.5 Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta menerima apa
adanya
1.6 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
1.7 Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
1.8 Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi perasaan
pasien.
2. Pasien dapat mengenal halusinasinya
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non verbal)
2.3 Bantu mengenal halusinasi
2.4 Jika pasien tidak berhalusinasi, klarivikasi tentang adanya halusinasi , diskusikan
dengn pasien isi, waktu, dan frekuensi halusinasi pagi,siang,sore, malam atau sering,
jarang)
2.5 Diskusikan tentang apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi
2.6 Diskusikan tentang dampak yang dialami jika pasien menikmati halusinasi
3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Intervensi :
3.1 Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi
3.4 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
3.5 Pantau pelaksanan tindakan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
4. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar
4.1 Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, nama, frekuensi,
efek samping minum obat.
4.2 Pantau saat pasien minum obat (pasien harus minum obat didepan perawat, dan
benar-benar meminum obat)
4.3 Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat
4.4 Beri reinforcmen jika pasien menggunakan obat dengan benar

Tindakan Keperawatan
1. SP 1 : Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
 Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
 Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta
pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku
pasien.

2. SP 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.


Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan sesuai
program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/ berobat, jelaskan
cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat).
3. SP 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

4. SP 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.


Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang biasa
dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun jadual aktifitas
sehari–hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual pelaksanaan
kegiatan, memberikan reinforcement.

5. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


a. Sesi 1: mengenal halusinasi
b. Sesi 2: mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4: mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
e. Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

6. Tindakan Spesialis Keperawatan


a. Terapi Individu : Terapi Prilaku, Terapi Prilaku Kognitif
b. Terapi Kelompok : Terapi Supportif
c. Terapi Keluarga : Triangle Terapi, Family Psikoedukasi Keluarga

F. ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

1. Pengertian :
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni, 2012).

2. Tanda dan Gejala

Subyektif
a) Mudah lupa dan sulit konsentrasi
b) Tidak mampu mengambil keputusan
c) Berpikir tidak realistis
d) Pembicaraan sirkumstansial
Obyektif
a) Bingung
b) Inkoheren
c) Flight of idea
d) Sangat waspada
e) Khawatir
f) Sedih berlebihan atau gembira berlebihan
g) Perubahan pola tidur
h) Kehilangan selera makan
i) Wajah tegang
j) Perilaku sesuai isi waham
k) Banyak bicara
l) Menentang atau permusuhan
m) Hiperaktif
n) Menarik iri
o) Tidak bisa merawat diri

3. Diagnosa Keperawatan
Waham

4. Intervensi keperawatan pada klien waham

Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan proses fikir yang berhubungan dengan
gangguan konsep diri (harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya)
Tujuan khusus :
 Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
 Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
1. Dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4 Jangan membantah dan mendungkung waham klien, katakan perawat menerima
keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima,
katakana perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
1.5 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan :
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
2.3 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Tindakan :
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
4.4 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
4.5 Beri pujian atas keberhasilan klien
4.6 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
5 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
5.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
5.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
Tindakan Keperawatan
1. SP 1 : Latihan orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
b) Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita: panggil nama,
orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan
c) Melatih klien orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan
d) Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realita dalam jadwal kegiatan harian

2. SP 2 : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,


manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
a) Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi, cara, orang
dan kontinuitas minum obat).
b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat dengan klien
c) Melatih klien cara minum obat secara teratur
d) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadwal
kegiatan harian.

3. SP 3 : Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar


a) Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat wahamnya
dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
b) Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat wahamnya dan
kemampuan memenuhi kebutuhannya
c) Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam jadwal kegiatan
harian

4. SP 4 : Melatih kemampuan positif yang dimiliki


a) Menjelaskan kemampuan positif yang dimiliki klien
b) Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien
c) Melatih kemampuan positif yang dipilih
d) Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam jadual kegiatan
harian
5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a) Terapi Aktifitas Kelompok Orientasi Realita
Sesi 1: Pengenalan Orang
Sesi 2: Pengenalan tempat
Sesi 3: Pengenalan Waktu
b) Pendidikan kesehatan pada kelompok Keluarga tentang waham

6. Tindakan keperawatan Spesialis Jiwa


a) Terapi Individu: terapi Cognitive Behavior Therapy
b) Terapi Kelompok: Terapi supportif
c) Terapi Keluarga: Family Psychoeducation (FPE)

G. ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI

1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari untuk mengakhiri kehidupan individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati (Yosep, 2007). Bunuh diri
menurut Edwin Schneidman dalam Kaplan 2010 adalah tindakan pembinasaan yang disadari
dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada kebutuhan
individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan yang dirasakan sebagai
pemecahan yang terbaik.
Bunuh diri berhubungan dengan kebutuhan yang dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan
ketidakberdayaan, keputusasaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan yang
tidak dapat ditanggung, menyempitkan pilihan yang dirasakan dan kebutuhan meloloskan diri;
orang bunuh diri menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan & Saddock, 2010)
Perilaku yang muncul meliputi
1.1 isyarat, Ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri Pada
kondisi ini mungkin klien sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan
perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
1.2 ancaman, Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri hidupnya dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai percobaan bunuh diri.
1.3 percobaan Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.

2. Tanda dan gejala


Isyarat Bunuh Diri
Klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan
ancaman dan percobaan bunuh diri
Subyektif:
a) “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih
baik tanpa saya.”
b) Mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya.
c) Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri
rendah
Obyektif:
a) Sedih
b) Murung
c) Marah
d) Nangis
e) Banyak diam
f) Kontak mata kurang
g) Emosi labil
h) Tidur kurang

Ancaman Bunuh Diri


Subyektif:
a. Ungkapan ingin mati diucapkan oleh pasien berisi keinginan untuk mati
b. Ungkapan rencana untuk mengakhiri kehidupan
c. Ungkapan dan tindakan menyiapkan alat untuk melaksanakan rencana
b) tersebut.
Obyektif:
a) Banyak melamun
b) Menyiapkan alat untuk rencana bunuh diri
c) Gelisah
d) Mudah emosi
e) Sedih
f) Murung
g) Menangis
h) Jalan mondar-mandir

.
Percobaan Bunuh Diri
Subyektif:
a) Mau mati
b) Jangan tolong saya
c) Biarkan saya
d) Saya tidak mau ditolong
e) Emosi labil

Obyektif
a. klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi , membenturkan kepala

3. Diagnosa keperawatan;
Resiko bunuh diri

4. Intervensi Keperawatan pada klien percobaan bunuh diri


1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
 Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
 Tindakan : melindungi klien
Perawat yang dapat melakukan hal-hal berikut untuk melindungi klien yang
mengancam atau berupaya bunuh diri.
a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya
c. Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum obatnya, jikia pasien
mendapatkan obat
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai pasien melupakan keinginanya untuk bunuh diri.
2. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat untuk bunuh diri
 Tujuan :
a.Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
 Tindakan
a. Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan bunug diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman dekat
b. Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya, berikan pujian untuk klien, menyakinkan klien
bahwa dirinya berarti untuk orang lain
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara
mendiskusikan dengan klien cara menyesaikan masalahnya, mendiskusikan
dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah

Tindakan Keperawatan
1. SP 1: - Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
- Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan
aman untuk pasien)
2. SP 2 : Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek
positif diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki

3. SP 3 : Mendiskusikan harapan dan masa depan

4. SP 4 : - Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan


- Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap demi
setahap)
- Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
5 . Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan resiko bunuh diri
adalah:
a) TAK stimulasi persepsi untuk harga diri rendah

Sesi 1: Identifikasi kemampuan / hal positif pada diri


Sesi 2: Melatih kemampuan / hal positif pada diri

b) Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien Resiko bunuh diri

6. Intervensi Spesialis
a) Cognitive Therapy
b) Cognitive Behavior Therapy
c) Terapi supportif
d) 7.4 Family Psychoeducation (FPE)
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan laporan di atas, anak jalanan adalah anak yang berusia5 – 18 tahun
yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkahdan atau berkeliaran
di jalanan maupun ditempat – tempat umum. Munculnya anak  jalanan disebabkan
adanya beberapa faktor di antaranya kesulitan ekonomi,ketidakharmonisan keluarga,
suasana lingkungan yang kurang mendukung, danrayuan kenikmatan kebebasan
mengatur hidup sendiri. Permasalahan anak jalananini dapat ditanggulangi dengan 3
jenis model yaitu family base, institutional base dan multi-system base. Tindakan
penanganan permasalahan anak jalanan ini dapatdilakukan melaui kerjasama antara
pihak pemerintah dan masyarakat.

B. SARAN
Berbagai pihak perlu melaksanakan program integratif yang diarahkan tidak saja
bagi anak jalanan, tetapi juga keluarga dan lingkungan di mana mereka tinggal.Bagi
anak jalanan, mereka perlu dilibatkan dalam program pendidikan khusus yangdapat
membuka wawasan mereka mengenai masa depan. Bagi keluarga, terutama orang tua,
perlu diberikan penyuluhan yang dapat meluruskan persepsi mereka mengenai
kedudukan anak di dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat. Disamping itu program
pengembangan sentra ekonomi di daerah asal mereka perlu dikembangkan agar mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak memposisikan kota sebagai satu-satunya
tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta : Rineka
cipta
Daryo, Agoes, 2011, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Refika Aditama Riyadi, S.
2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
NANDA. (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan
2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B. A., Akemat., Helena C. D., Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri:
Mosby.

Keliat, B.A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic Course.
Jakarta: EGC
Nanda. (2012). Nursing Diagnosis : Definitions & Classification 2012-2014. Philadelphia:
NANDA international
Pardede, J.A., Keliat, B.A., & Wardani, I.Y.(2013) Pengaruh Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Gejala,
Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan dan Kepatuhan Klien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Tesis FIK-UI. Tidak
Dipublikasikan.
Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing (9th ed) Philadelphia:
Elsevier Mosby

Jumaini, Keliat, B.A, Hastono, S.P (2010). Pengaruh Cognitive Behavior Social Skill
Tarining (BCSST) terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di
BLU RS. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Keliat, B. A, dkk. (1999). Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
terhadap kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal pada klien menarik diri di
Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Indonesia, II (8), 277-283.
Keliat, B.A, Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Keliat, B.A, Akemat, Daulina, N.H.C, Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa :
CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A. P., Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN
(Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan
2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nyumirah, S., Hamid, A.Y., Mustika sari. (2012). PengaruhTerapi Perilaku KOgnitif
terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr. Amino Gonhutomo
Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Stuart, G.W., (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition). St Louis:
Mosby.
Surtiningrum, A., Hamid, A.Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh Terapi Supportif Terhadap
Kemampuan Sosialisasi klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.

Carolina, Keliat, BA, Sabri, L (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RS Dr.Soeharto
Heerdjan Jakarta.
NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan
2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri:
Mosby.
Townsend, M.C., (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan
2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Arif, I.S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien. Cetakan I. Jakarta :
penerbit Refina Aditama
Carpenito, L.J., (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis (terjemahan).
Edisi 6. Jakarta : EGC
FKUI dan WHO., (2006). Modul praktek keperawayan profesional jiwa (MPKP Jiwa).
(Cetakan I). Fakultasi Kedokteran Universitasi Indonesia dan WHO.
Hawari, D., (2006). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Edisi kedua.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultasi Kedokteran Universitas Indonesia.
Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Townsend, M.C., (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, I. (2007), Keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Refika Aditama

NANDA. (2011). Diagnosa Keperawatan definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan


2011.Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Keliat, BA, Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jiwa Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC.
Keliat, BA, Akemat, Helena C D, Nurhaeni , H (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart, G.W.(2009) Principles and Practise 0f Psychiatric Nursing. 8 ed. Missouri:Mosby

Anda mungkin juga menyukai