Anda di halaman 1dari 10

Nama : Desrijal Fadly

NPM : 2018170031
Mata Kuliah : Metode Pekerjaan Sosial

LAPORAN ASSESMENT INTERVENSI INDIVIDU

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Agung Prasetya
Tempat tgl Lahir : Jl. Kertas. No 12 Ayahanda, Medan, Sumatera Utara.
Tanggal 25 Mei 1995
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Gampong Ilie, Kec. Ulee Kareng
Suku dan Agama : Melayu, Islam
Pendidikan : D3 Teknik Mesin
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : Belum Kawin
Urutan dalam keluarga : Anak pertama dari dua bersaudara

2. Identitas keluarga
a. Orang Tua

Ayah Ibu
Nama Muchtar Prasetya Nurhayati
Alamat Jl. Kertas. No 12 Jl. Kertas. No 12
Ayahanda, Medan, Ayahanda, Medan,
Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Suku Bangsa Melayu Melayu
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 SMA
Pekerjaan Wira Swasta Ibu Rumah Tangga
Perkiraan Sosial Menengah Menengah
Ekonomi
b. Saudara

No. Nama L/P Umur Pendidikan Keterangan


1. Nurmala Sari P 13 tahun Kelas 1 SMP -

3. Pendidikan Klien

Tingkat Nama Sekolah dan Kota Tahun Tahun


Jurusan Masuk Lulus
SD SDN 060834 Meda 2001 2007
n
SLTP SMPN 19 Meda 2007 2010
n
SLTA SMAN 4 Medan Meda 2010 2013
n
Perguruan UNSYIAH Banda 2013 2018
Tinggi Aceh

4. Pengalaman Kerja

No Tempat Jabata Tanggal Tanggal Keterangan


Bekerja n Masuk Keluar
1. Pt. Tafanaq Entry 6 April 2018 6 Mei 2018 Magang
Atjeh Mandiri

5. Kegemaran/Hobi
 Mancing
 Menonton
 Membaca

6. Keluhan
Klien merasa kurang bisa bersosialisasi dengan lingkungan dan orang-orang
disekitarnya dikarenakan perbedan budaya dan bahasa dengan daerah asalnya.
Klien merupakan fresh graduate dan mencoba mencari kerja tetap di perantauan,
jadi otomatis klien harus mampu bersosialisasi dengan lingkungannya.

Riwayat kesehatan : Tidak ada riwayat penyakit

Kebiasaan sehari-hari : Bekerja serabutan, menonton, mendengarkan musik


dan membaca

7. Kondisi Sosial
Hubungan kelurga bisa dikatakan baik dan orang tua sangat mementingkan
kepentingan anaknya, ekonomi keluarga tercukupi, klien adalah anak pertama,
klien memilki satu adik perempuan. Klien tinggal sendiri di kota yang berbeda
untuk melanjutkan kuliah dan bekerja. Klien menjadi introvert di tempat
tinggalnya yang sekarang karena susah dalam bersosial dikarenakan perbedaan
budaya dan bahasa.

B. IDENTITAS INFORMAN

Informasi diperoleh dari pihak ketiga yang merupakan teman dari klien yang
bersangkutan, berikut adalah identitas informan :

Nama : Teuku Harry Novianda


Tempat tgl Lahir : Cot Seumeureung, 27 November 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Tanjung IV, Desa Ie Masen Kayee Adam, Kec.
Syiah kuala, Kota Banda Aceh
Suku dan Agama : Aceh, Islam
Pendidikan : Menempuh S1 Pendidikan Biologi di UNSYIAH
C. JADWAL ASSESMENT

Hari dan Tempat Metode Tujuan


Tanggal
Selasa, 15 Januari Warung Kopi Interview  Pencarian kasus
2019 Roment yang akan
diassesment.
 Untuk mengetahui
permasalahan klien
dan mengamati
perilaku keseharian
klien.

D. KEGIATAN ASSESMENT

 Wawancara

(Verbatim yang ditulis hanya point penting permasalahan saja yang akan di
bahas pada hasil asesmen)
No. Point Interview Intepretasi Tema
1. Interviewer: Ceritakan mengapa anda Klien merasa bahwa Krisis
merasa bahwa Klien kurang perbedaaan budaya yang
bersosialisasi ? ada ditempat tinggalnya
Interviewee: Dia jarang bertemu yang sekarang
dengan orang dan lebih memilih menyulitkan dirinya
menyendiri di rumah, kalaupun keluar dalam berkomunikasi
kemanapun dia lebih sering sendiri. Dia dan bergaul bersama
berpendapat susah berkomunikasi orang-orang disekitarnya
dengan orang-orang disekitar yang memiliki perbedaan
dikarenakan perbedaan budaya dan budaya dan bahasa.
bahasa, berada di kota yang asing
dengan bahasa dan budaya yang
berbeda dia merasa bahwa cara dia
bersikap dan berpikir berbeda, mulai
dari candaan serta cara serius yang
berbeda. Dia merasa sering di jauhi dan
dikatain dikarenakan klien tidak
mengerti dengan bahasa yang
digunakan disekitarnya yaitu bahasa
Aceh. Dia merasa kurang bisa
beradaptasi dengan lingkungan.
2. Interviewer: Apakah klien pernah Klien sudah mencoba
mencoba untuk bersosialisasi dan untuk bersosialisasi
bagaimana hasilnya ? dengan orang-orang
Interviewee: Dia pernah mencoba disekitarnya.
bersosialisasi, terutama saat masih
berkuliah. Saat masih berkuliah orang-
orang disekitarnya terbagi dalam
kelompok-kelompok pertemanan dan
dia mencoba bersosialisasi dengan
semua kelompok-kelompok tersebut.
Pada awalnya dia merasa sangat susah
untuk bersosialisasi dikarenakan susah
ikut dalam pembeciraan dikarenakan
orang-orang disekitarnya lebih sering
menggunakan bahasa Aceh dan
candaan-candaan yang tidak dimengerti
olehnya, namun lama kelamaan orang-
orang disekitarnya jadi lebih sering
menggunakan bahasa Indonesia walau
kadang-kadang masih diselakan dengan
bahasa Aceh.
3. Interviewer: Apakah ada deskriminasi Klien merasa ada
dari orang-orang disekitar klien ? deskriminasi pada
Interviewee: Pada awalnya dia merasa awalnya dan hal itu
dijauhi dikarenakan orang-orang diaanggap sebagai
disekitarnya lebih memilih untuk konsekuensi baginya
berteman dengan orang-orang sesama yang merupakan
sukunya. Perbedaan budaya dan bahasa pendatang yang berasal
yang menjadi penyebab utama dari hal dari daerah yang
tersebut, dan hal itu juga yang memiliki budaya dan
mebuatnya susah untuk masuk dalam bahasa yang berbeda.
pertemanan dikarenakan takut akan
bersikap yang salah atau berbicara yang
salah. Segala deskriminasi tersebut
dianggap wajar karena itu merupakan
resikonya sebagai perantau dari daerah
yang memiliki budaya dan bahasa yang
berbeda.

E. DESKRIPSI HASIL ASESSMENT

Dari hasil Assesment dapat diketahui bahawa klien merupakan remaja yang
sudah menyelesaikan pendidikan D3 di Aceh yang berasal dari kota Medan, klien
sudah tinggal di Aceh dalam kurun waktu 7 tahun, sedangkan orang tua dari klien
tinggal di Medan tempat asalnya. Klien berusia 23 tahun dan merupakan anak
pertama dari dua bersaudara, klien sekarang tinggal di rumah yang dia sewa di
Banda Aceh, klien sudah tinggal di sana sejak pertama kuliah sampai sekarang
setelah dia menyelesaikan kuliah dan mencoba untuk mencari pekerjaan tetap.

Berada di perantauan dan kurang mampu bersosialisasi membuat klien menjadi


introvert dan banyak menghabiskan waktu menyendiri, klien lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah dan apabila keluar kemanapun lebih sering sendiri.
Klien merasa kurang bisa berkomunikasi dengan sekitarnya karena perbedaan
budaya dan bahasa.

Klien pernah mencoba untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, namun


dikarenakan orang-orang disekitarnya mempunyai kelompok-kelompok pertemanan
dan klien mencoba untuk berteman dengan semua kelompok-kelompok tersebut,
Klien merasa susah untuk bersosialisasi, dan penyebab utamanya adalah perbedaan
budaya dan bahasa membuat dia susah untuk masuk dalam pertemanan meski Klien
sudah mencoba untuk mendekati orang-orang disekitarnya, namun lama-kelamaan
orang-orang yang berada di sekitarnya mulai menerima perbedaan budaya dan lebih
sering menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi walaupun masih
terkadang berbicara dalam bahasa Aceh.

Klien pada awalnya mendapatkan perlakuan deskriminasi dari orang-orang


disekitarnya. Klien merasa dijauhi dikarenakan orang-orang disekitarnya lebih
memilih untuk bergaul dengan teman-teman dari suku yang sama. Klien juga takut
untuk mencoba berteman karena takut salah dalam bersikap dan berbahasa, namun
klien merasa bahwa deskriminasi itu merupakan konsekuensinya sebagai perantau
yang berasal dari daerah yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda.

F. KESIMPULAN

Klien kurang bisa bersosialisasi dikarenakan perbedaan budaya dan bahasa, hal
tersebut pula yang membuat klien menjadi orang yang introvert. Meski sudah
mencoba bersosialisasi dan masuk dalam pertemanan dengan kelompok-kelompok
pertemanan di sekitarnya, klien merasa kurang bisa melakukannya dikarenakan
perbedaan cara bersikap dan bahasa yang digunakan. Pada awalnya klien merasa
mendapatkan deskriminasi dan dijauhi oleh orang-orang disekitarnya namun pada
akhirnya orang-orang disekitarnya lebih bisa menerima perbedaan dan
menerimanya. Klien merasa deskriminasi adalah konsekuensi baginya yang
merupakan perantauan yang berasal dari daerah yang memiliki budaya dan bahasa
yang berbeda, dan klien berharap adanya respect terhadap dirinya ataupun perantau
lain yang mempunyai perbedaan budaya maupun bahasa.

G. RANCANGAN INTERVENSI

1. Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi adalah supaya klien menjadi orang yang mampu
bersosialisasi dengan sekitarnya. Mampu mengahadapi segala perbedaan
budaya dan bahasa dari tempat dia berada sekarang dengan budaya dan bahasa
dari daerahnya dengan menerima dan mencoba untuk melebur di dalam
perbedaan budaya, serta meningkatakan rasa untuk beradaptasi dengan
kelompok mayoritas.

2. Langkah-langkah Intervensi
 Klien diusahakan dapat memahami bahwa dirinya adalah perantau yang telah
berada di tempat yang mempunyai perbedaan budaya dan bahasa yang
berbeda dari asalanya.
 Diusahakan untuk menggali permasalahn dan perasaan dari klien yang
mengalami permasalahan dalam bersosialisasi. Klien merasa di deskriminasi
karena merupakan perantau yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda,
dan klien mengharapkan supaya budaya mayoritas bisa menerima budaya
minoritas seperti dirinya.
 Dilakukan revisi konsep diri yang dimiliki oleh klien. Revisi ini didasarkan
pada pengalaman dan perasaan yang dimiliki oleh klien selama proses
intervensi. Kien diajak untuk merasionalkan pikirannya bahwa
keberadaannya itu adalah sebagai pendatang yang harus beradaptasi dengan
budaya mayoritas dimana tidak mungkin budaya mayoritas ini yang
mengikuti budaya minoritas. Klien harus mampu membuka diri terhadap
budaya yang ada.

3. Pendekatan Itervensi yang digunakan


Pendekatan intervensi yang digunakan adalah Person Centered Therapy yang
merupakan bagian dari konseling Humanistik. Dikarenakan pendekatan ini lebih
untuk memahami secara penuh keunikan dan subjektivitas pengalaman klien.
Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh klien. Klien mengalami Culture
Shock yaitu keadaan dimana ada kekhawatiran dan galau berlebih yang dialami
orang-orang yang menempati wilayah baru dan asing. Beberapa tahap dalam
Culture Shock yaitu honeymoon phase dimana klien merasa bahagia setibanya di
tempat atau daerah yang baru, apalagi yang belum pernah di kunjungi
sebelumnya. Selanjutnya klien mengalami crisis phase dimana klien merasa ada
sesuatu yang tidak pas dalam bergaul, berbahasa, berbudaya, dan merasa
kesepian. Hal tersebut mampu membuat klien merasa terasing dari lingkungan.
Dimana klien merasakan adanya diskriminasi dari orang-orang disekitarnya dalam
bersikap dan cara bicara yang digunakannya saat ini. Kemudian merasakan bahwa
orang-orang di sekitarnya cenderung berteman dengan orang yang sama
budayanya. Kemudian klien masuk pada fase ketiga yaitu the adjusment phase
dimana klien mulai mampu berinteraksi dengan lingkungan baru. Klien baru
mulai berinteraksi dengan lingkunganya setelah perasaan diskriminasi berkurang
dan orang-orang disekitarnya mulai menerima keberadaannya yang memiliki
budaya dan bahasa yang berbeda. Dan pada tahap ke empat yaitu bi-cultural
phase, fase ini adalah fase yang akan dicapai oleh klien agar klien dapat menerima
perbedaan budaya dan bahasa serta merasa nyaman hidup di tempat yang
berbudaya dan berbahasa yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai