Oleh:
Reni Susianti, S.Ked
G1A214051
Rahmawati Risna, S.Ked
G1A214057
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI JAMBI
2015
HALAMAN PENGESAHAN
CLINICAL SCIENCE SESSION
OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER
Oleh :
Reni Susianti, S.Ked
G1A214051
Rahmawati Risna, S.Ked
G1A214057
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI JAMBI
Jambi, April 2015
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Gangguan Cemas Menyeluruh ini
sebagai salah satu tugas dalam memenuhi persyaratan menjalani kepaniteraan klinik senior di
bagian kedokteran jiwa di RSJ Provinsi Jambi.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, tentunya penulis mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak, baik berupa saran, motivasi, kritikan, informasi dan bimbingan. Oleh sebab
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Tumpak Saragih, Sp.KJ atas bimbingan
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Selanjutnya penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih mempunyai banyak
kekurangan, oleh sebab itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan bagi para pembaca. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
STATUS PSIKIATRI
I.
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis terhadap pasien yang bernama Ny. Sy dan
alloanamnesis dari Tn.D (Suami pasien). Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.
A. Identitas Penderita
Nama
: Ny. Sy
Usia
: 31 tahun.
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
Pendidikan terakhir
: SMK.
Agama
: Islam.
Suku
: Jawa,
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
B. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sering cemas, jantung berdebar-debar dan sulit tidur. Pasien datang
ke poli RSJ Kota Jambi pada tanggal 28 maret 2015.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum tinggal di rumah yang sekarang,dua tahun yang lalu pasien beserta suami
pernah tinggal di daerah kasang pudak. Saat tinggal di rumah itu pasien merasa setiap
malam sering mendengar atap rumahnya ada yang melempar dengan menggunakan batu
krikil, dan pasien jg merasa sering melihat sesosok bayangan yang masuk kedalam rumah
dan masuk ke dalam tubuhnya. Dua bulan setelah itu pasien juga pernah dirasuki oleh
makhlus halus pada waktu menyaksikan acara kesenian kuda lumping. Semenjak itu
pasien sering merasa ketakutan dan tidak berani keluar rumah pada saat malam hari.
Empat bulan yang lalu pasien pernah mendengarkan ceramah di televisi, dan pada
saat itu dia merasakan kaki nya tiba-tiba dingin dan menjalar sampai ke seluruh tubuh
yang diikuti dengan rasa cemas, sakit dan tegang pada kepala. Semenjak kejadian itu
pasien memutuskan untuk mencari aktivitas agar dapat mengalihkan rasa sakit dan cemas
tersebut. Pasien akhirnya bekerja di sebuah toko bangunan. Setelah sebulan bekerja tibatiba pasien mengeluh jantungnya berdebar-debar. Kemudian pasien bercerita ke bos
tempat dia bekerja mengenai keluhan tersebut, dan bosnya mengatakan bahwa ada
seorang rekannya yang mengalami hal yang sama dan akhirnya meninggal. Sejak saat itu
pasien merasa jantungnya semakin sering berdebar-debar,sesak nafas, perut tegang, leher
dan kepala seperti dicengkram,cemas dan takut mati.
Riwayat Medis dan Psikiatris yang Lain
1. Gangguan Mental atau Emosi
Belum pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatis
Riwayat mengalami gangguan psikosomatis tidak ada.
3. Kondisi Medik
Tiga tahun yang lalu pasien pernah mengalami kecelakaan lalu lintas,berupa
kecelakaan motor. Dan mengalami fraktur pada patella (tempurung lutut).
4. Gangguan Neurologi
Riwayat trauma kepala, sakit kepala hebat, kesulitan bicara, kelemahan anggota tubuh,
kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.
D. Riwayat Keluarga
-
Umur 5 tahun Ibu Ny.S meninggal, beberapa lama setelah Ibu Ny.S meninggal Ayah
1.
Nama
Ny. S
L/P
P
Usia
42 th
Hubungan
Pasien
Sifat
Mudah cemburu, tertutup, tidak begitu
suka kumpul dengan tetangga
Tn. A
49 th
Suami
GENOGRAM
//
Keterangan:
laki-laki
perempuan
Pasien
sebagai pegawai tidak tetap. Penghasilan os saat itu tidak lah besar, cukup untuk
dirinya sendiri. Setelah menikah os tidak bekerja, keseharian os sebagai ibu
rumah tangga.
b. Riwayat perkawinan dan relasi
Os menikah pada usia 21 tahun. Os bertemu dengan suaminya saat menjadi
pegawai tidak tetap di tempat usaha swasta saat itu. Tidak ada paksaan dalam
pernikahannya. Suami os bekerja sebagai guru agama, os menjadi lebih
mendalami mengenai agama setelah menikah. Dalam kesehariannya jika
menghadapi suatu masalah, os lebih memilih untuk memendam nya dan tidak
mengungkapkan kepada suaminya. Dari anamnesis diketahui bahwa os orang
yang pencemburu, os sering mengecek ponsel suaminya, os juga sering
menanyakan mengenai aktivitas suaminya di luar rumah.
c. Aktivitas sosial
Hubungan os dengan keluarga dan tetangga sekitar baik.
d. Latar belakang agama
Os merupakan pribadi yang taat beribadah dan menjunjung tinggi nilai agama
Islam. Apalagi setelah os menikah, karena suami os bekerja sebagai guru agama.
e. Situasi hidup sekarang
Os tinggal bersama suaminya. Kedua anak os sekolah di luar kota
f. Riwayat hukum
Os tidak pernah mempunyai masalah yang menyebabkan adanya sanksi hukum
sebelumnya
6. Riwayat seksual
a. Ketertarikan awal pada lawan jenis : Pasien mulai menyukai lawan jenis usia 18
tahun, tetapi tidak pernah berpacaran
b. Pasien mengetahui masalah seksual dari televisi, belajar biologi di sekolah, dan
lingkungan atau teman-temannya
c. Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan secara seksual
d. Kegiatan seksual pranikah tidak ada
II.
2.
Karakteristik bicara
Os bicara spontan, cukup terbuka dan mau bercerita, pembicaraan relevan dengan
pertanyaan.
3.
C. Persepsi
Ilusi
: tidak ada
Halusinasi
: tidak ada
Derealisasi
: tidak ada
Depersonalisasi
: tidak ada
D. Pikiran
Bentuk pikiran
: realistik
Proses pikiran
: koheren
Isi pikiran
: obsesif kompulsif
E. Sensori dan Kognisi
1. Kesadaran
: komposmentis
2. Orientasi tempat-waktu-orang
:tidak terganggu, os mengetahui
keberadaannya di RSJ Provinsi Jambi, pada hari Senin tanggal 16 Februari 2015
3.
4.
5.
6.
dan os mengetahui dokter yang memeriksa serta bersama siapa os datang ke RSJ.
Memori immediate, recent dan past
: tidak terganggu
Konsentrasi dan perhatian
: tidak mudah teralih
Membaca dan menulis
: tidak ada gangguan
Berpikir abstrak
: tidak ada gangguan
: tenang
Kesadaran
: kompos mentis
Gizi
: cukup
Tekanan darah
: 120/80 mmhg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: afebris
Kulit
: turgor baik
Kepala
Mata
Leher
Toraks
Jantung
Pulmo
Abdomen
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ekstremitas
IV.
B. Pemeriksaan psikologik
: tidak dilakukan
C. Pemeriksaan penunjang
: tidak dilakukan
RINGKASAN PENEMUAN
A. Pemeriksaan Fisik : tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan Psikis
Kesadaran
: kompos mentis
Kontak
: ada
Orientasi Tempat,waktu,orang
: tidak terganggu
Pikiran
: obsesif kompulsif
Emosi
V.
Mood
: cemas
Afek
: appropriate
DIANOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VI.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
PEMBAHASAN
A.
Diagnosis
Pada pasien ini dditemukan adanya tanda dan gejala yang menimbulkan suatu hendaya
dalam fungsi nya sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
suatu gangguan pada kejiwaannya.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak mempunyai riwayat penyakit yang
menyebabkan disfungsi pada otak. Dari pemeriksaan fisik dan neurologis juga tidak ditemukan
kelainan yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak, sehingga gangguan mental organik
dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita sehingga tidak
digolongkan ke dalam gangguan psikotik. Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada
pasien ini terdapat suatu kecemasan akan penyakitnya, namun tidak ada gangguan afek maupun
keluhan somatis yang menonjol, sehingga diagnosis depresi maupun gangguan cemas
disingkirkan. Yang pasien keluhkan adalah mengenai prilakunya sehari-hari yang merasa waswas dan ragu-ragu dalam mengawali ibadah nya sehingga pasien berprilaku kompulsif dan
pasien tidak dapat menghilangkan kebiasaannya tersebut. Pasien juga merasa sedih dan bingung
dengan penyakitnya tersebut.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan fisik (kondisi medis umum) maupun
penyalahgunaan zat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka untuk diagnosis aksis I sesuai
dengan PPDGJ III pada pasien ini adalah F42 Gangguan obsesif kompulsif.
Pada aksis II Berdasarkan riwayat premorbid, hubungan interpersonal dan cara pasien
menghadapi masalahnya, pasien sering menggunakan mental mekanisme represi sehingga
didiagnosis ciri kepribadian cemas.
Pada aksis III tidak ada diagnosis.
Pada aksis IV ditemukan adanya stressor psikososial dimana pasien yang sejak kecil
sudah diasuh oleh neneknya dikarenakan ibu nya yang meninggal, dan juga ayahnya yang
menikah lagi pada saat pasien masih kanak-kanak. Hal tersebut dapat saja mempengaruhi mental
dan psikis pasien. Selain itu, pribadi pasien yang pencemas ditambah dengan adanya faktor
lingkungan yang mempengaruhi pola pikir pasien mengenai nilai agama yang dianut,
menyebabkan pasien terfokus terhadap ibadahnya yang menimbulkan ketakutan akan
ketidaksempurnaan dalam melakukan ibadahnya. Hal tersebut menyebabkan pasien mengatasi
ketakutannya nya dengan suatu tindakan yang kompulsif agar kecemasannya tadi dapat ditekan.
Untuk aksis V dilakukan penilaian kemampuan penyesuaian diri dengan menggunakan
skala Global Assessment of Functioning (GAF). GAF untuk penilaian saat ini adalah 70 - 61
(beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
Sedangkan untuk skala GAF tertinggi dalam 1 tahun terakhir adalah 80 71 (gejala sementara &
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan dan sekolah).
Pasien didiagnosis dengan gangguan obsesif kompulsif, sesuai dengan pedoman diagnosis pada
PPDGJ III, yaitu :
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau keduaduanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut. Hal tersebut
merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
a. Harus disadari, sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi kepuasan
atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap
sebagai kesenangan)
d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)
Kriteria diagnostic DSM IV TR gangguan obsesif kompulsif, berupa:
1. Baik obsesi atau kompulsi :
Obsesi :
a. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang dan menetap yang dialami pada suatu
waktu selama terjadi gangguan, sebagai suatu yang mengganggu dan tidak sesuai serta
dapat menimbulkan ansietas atau distress yang nyata
b. Pikiran, impuls atau bayangan bukanlah kekhawatiran berlebihan mengenai masalah
kehidupan yang nyata
c. Orang tersebut berupaya mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan
tersebut, atau menghilangkannya dengan pikiran atau tindakan lain.
d. Orang tersebut menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsessional itu adalah
hasil pikiran mereka sendiri (bukan dari luar seperti pada insersi pikiran)
Kompulsi :
a. Prilaku berulang (contoh : mencuci tangan, melakukan urutan, memeriksa) atau tindakan
mental (contoh : berdoa, menghitung, mengulang kata-kata di dalam hati) yang membuat
orang tersebut terdorong untuk melakukannya harus sebagai respons terhadap obsesi,
atau menurut aturan yang harus diterapkan dengan kaku
b. Prilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah peristiwa atau situasi yang menakutkan : meskipun demikian,
prilaku atau tindakan mental ini benar-benar berlebihan atau tidak berkaitan secara
realistic dengan apa yang awalnya henddak dihilangkan atau dicegah.
2. Pada suatu titik selama perjalanan gangguan, penderita menyadari bahwa obsesi atau
kompulsi mereka berlebihan atau tidak beralasan
3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu (lebih dari 1
jam perhari) atau mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan atau akademik, atau
aktivitas maupun hubungan social secara signifikan
4. Jika terdapat gangguan aksis 1 lain, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas pada hal
tersebut (misalnya: preokupasi terhadap makanan dengan adanya gangguan makan;
menarik-narik rambut dengan adanya trikotilomania ; peduli dengan penampilan dengan
adanya gangguan dismorfik tubuh ; preokupasi memiliki penyakit berat dengan adanya
hipokondriasis ; preokupasi terhadap dorongan atau fantasi seksual dengan adanya
paraphilia ; atau berpikir mendalam akan rasa bersalah dengan adanya gangguan depresif
berat)
5. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh :
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum.
Tentukan jika : Dengan tilikan buruk : jika untuk sebagian besar waktu selama episode saat
ini, orang tersebut tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsinya berlebihan atau tidak
beralasan.
B. Terapi
1. Farmakologi
Fluoxetine dan noxetine termasuk obat-obatan penghambat pelepasan selektif serotonin
(SSRI). Jenis antidepresan ini dapat meningkatkan jumlah serotonin dalam otak.
2. Psikoterapi
CBT meliputi terapi pajanan dan pencegahan respons (ERP) yang terbukti efektif untuk
menangani OCD. Dalam terapi ini, sejumlah situasi yang menjadi pemicu kecemasan
penderita akan dideteksi. Penderita akan menjalani pajanan terhadap objek atau obsesinya
dan belajar mengatasi kecemasan secara bertahap dengan cara yang sehat.
Tahap ini harus dilewati tanpa melakukan perilaku kompulsif yang biasa muncul untuk
menghilangkan kecemasan penderita. Proses ini memang terdengar menakutkan, tapi
terbukti sangat membantu.
Tingkat dan durasi kecemasan penderita biasanya cenderung berkurang seiring jumlah
latihan yang dijalaninya. Setelah berhasil menaklukkannya, penderita dapat melanjutkan
ke pemicu kecemasan yang lebih berat.
b. Edukasi keluarga
Memberi saran dan nasihat kepada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien, agar
dapat membantu pasien untuk mengatasi kecemasan nya, dan memberi dukungan kepada
pasien. Selain itu, juga keluarga berperan dalam penyembuhan dan menjadi motivasi bagi
pasien untuk berobat teratur agar dapat segera sembuh dari penyakitnya
C. Prognosis
Prognosis ad vitam adalah ad bonam karena tidak ada kondisi yang membahayakan hidup
pasien. Sedangkan prognosis quo ad functionan dubia ad bonam karena penyakit pasien tidak
membuat pasien kehilangan fungsi dan aktivitas nya sehari-hari. Faktor yang membuat
prognosis baik :
- Onset dewasa
- Sudah menikah
- Support keluarga
- Tidak ada gangguan psikotik
- Pencetus diketahui
- Prilaku kompulsif tidak termasuk hal yang membahayakan pasien
DAFTAR PUSTAKA