Anda di halaman 1dari 25

BAB I

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

:Nn. R

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 19 tahun

Agama

: Islam

Suku

:Sunda

Pendidikan terakhir

: Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Status Pernikahan

: belum menikah

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Alamat

:Cisaat

II.

RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari :


-

Alloanamnesis tanggal

:04 Desember 2014 (dengan ayah dan ibu)

Autonamnesis tanggal

:04 Desember 2014

A. Keluhan Utama
Pasien sering marah-marah tanpa sebab

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien sering marah-marah tanpa sebab sejak 2 tahun SMRS. Ayah pasien
menyatakan pasien tiba-tiba bicara ngelantur sendiri, tertawa sendiri, kadang marahmarah tanpa sebab, suasana hatinya sering berubah-ubah tanpa ada sebab yang jelas,
pasien juga sering keluar rumah. Sekitar 10 jam SMRS pasien tiba-tiba mengamuk,
marah-marah, membanting televisi dirumah dan berbicara sendiri. Ketika pasien
dipanggil masuk dan didampingi ayah dan ibunya, pasien hanya diam saja dan
langsung duduk di ruang pemeriksaan. Pandangan pasien tampak kosong dan tidak
memperhatikan pemeriksa, pasien tampak diam .
1

Pasien ketika ditanya kenapa sering marah dan memukul ?lalu pasien
menjawab,orang disekitar saya

mau melukai saya,sehingga saya akhirnya

memukuli orang-orang itu, dan karena hal itu juga menyebabkan keluarga pasien
jadi khawatir.
Ketika ditanya tentang identitasnya, siapa namanya pasien menjawab dia
bernama Ratih dan saat ditanya berapa umurnya, dia hanya menjawab tahun 1995,
setelah menjawab pasien diam kembali (saat ditanya ke ayah dan ibunya sekarang
umurnya 19 tahun). Ketika ditanya dimana alamat rumahnya, dia menjawab di
sebelah masjid, saat ditanya masjid mana, dia menjawab di Babakan, kemudian
ayahnya menjelaskan kalau rumahnya benar di dekat masjid An-Nur Kp. Babakan
Kopa. Saat ditanya dengan siapa datang kesini dan kenapa, pasien menyatakan dia
datang diantar oleh ayah dan ibunya, dia tidak tahu mengapa dibawa ke rumah sakit
padahal dia tidak sakit.
Saat malampun juga seperti itu, pasien susah tidur dan akhirnya keluar
rumah. Awalnya dulu memang pasien sudah sakit seperti ini tapi ayah pasien lupa
kapan tepatnya lebih kurang 2 tahun yang lalu sejak pasien lulus SMP, sejak saat itu
pasien sering melamun dan pandangan kosong, keluar rumah seperti orang linglung, lama-kelamaan menjadi tambah parah. Pasien tidak pernah di bawa berobat ke
rumah sakit. Oleh keluarga hanya dibawa ke dukun sebanyak dua kali dan pasien
diberikan air dan doa-doa dari dukun. Setelah pasien berobat ke dukun keadaan
pasien sedikit membaik tetapi beberapa bulan kemudian pasien kumat lagi, oleh
keluarga dibawa ke puskesmas dan diberi obat tetapi orang tua pasien lupa nama
obatnya. Karena keadaan pasien yang tidak membaik juga dan bertambah parah
seluruh keluarga menganjurkan untuk di bawa ke Poli Psikiatri RSUD
R.Syamsudin, SH.
Pasien tinggal dirumah dengan ayahnya, ibunya dan 4 orang adiknya. Menurut ibu
pasien, makan dan minumnya baik, setiap hari makanan selalu dihabiskan, tidak
pernah pilih-pilih makanan, apa saja yang diberikan selalu dimakan. Masalah yang
dihadapi pasien saat ini adalah susah tidur, setiap malam pasien selalu terbangun
dan keluar rumah, keluarnya tidak jelas kemana, akan tetapi pasien tidak pernah
lupa pulang. Kegiatan sehari-hari pasien dirumah, kalau tidak jalan-jalan keluar
pasien hanya diam di rumah saja.
Pasien belum menikah. Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Menurut
ayah pasien, tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti pasien.
2

Ketika ditanya tentang apa yang dirasakan sekarang, pasien menyatakan kalau dia
tidak merasakan apa-apa. Saat ditanya kerja apa, pasien menjawab tidak bekerja.
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sudah tidak sekolah sejak lulus SMP
(Sekolah Menengah Pertama). Menurut keluarga, pasien sering marahmarah tanpa
sebab, mengamuk dan merusak barang-barang dirumah seperti piring,gelas,televisi,
termos dan pasien sering keluar rumah. Saat ditanya hal itu pasien menyangkal tidak
pernah melakukan hal tersebut. Saat ditanya kenapa sering keluar rumah, pasien
menjawab dari pada rumahnya hancur, kenapa bisa hancur ? pasien menjawab kalau
lantai rumahnya sudah jelek, mau diganti keramik karena keramik itu lebih bagus,
selanjutnya pasien menjelaskan tentang keramik yang sulit dimengerti maksudnya.
Ketika ditanya cita-citanya apa, pasien menjawab tidak ada padahal menurut
keluarga, pasien dulu ingin jadi guru. Saat ditanya apa dulu mau jadi guru, pasien
menjawab iya,dulu. Kemudian pasien mulai menjelaskan asal-usul keluarganya
yang berjumlah 5 orang secara cepat . Menurut ibu pasien karena masalah ekonomi,
pasien tidak bisa melanjutkan sekolah sehingga setelah lulus SMP pasien tidak dapat
melanjutkan pendidikan.
Berikutnya saat ditanya berapa kali pasien mandi dalam sehari, dia
menjawab dia mandi dirumah sendirian, saat ditanya untuk kedua kalinya Ratih
termenung lalu baru menjawab dua kali sehari.Sholatnya bagaimana, pasien
menjawab tidak pernah sholat, mengapa tidak pernah sholat, pasien hanya bilang
tidak apa-apa. Saat ditanya apakah sering mendengar bisikan-bisikan atau melihat
sesuatu yang tidak didengar atau dilihat orang lain ?, pasien menjawab sejak lulus
SMP pasien merasa ada sesuatu yang sering berbisik padanya, namun suara itu tidak
berwujud. Lalu kemudian ditanyakan lagi bisikannya seperti apa ?. Pasien
mengatakan mendengar bisikan ketika malam hari, siang hari dan ketika pasien
sendiri. Bisikan seperti seorang perempuan yang memerintahnya untuk keluar dari
rumah,sehingga akhirnya dia mengikuti untuk keluar dari rumah dan bisikan
tersebut terlalu sering sehingga membuat pasien marah-marah tanpa sebab.
Ibu pasien mengatakan anaknya mempunyai keluhan seperti karena sering
tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya dan pasien merasa menjadi contoh bagi
adik-adiknya untuk menjadi sukses tapi karena pasien tidak melanjutkan sekolah
maka hal tersebut kadang dipikirkan oleh pasien .

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien belum pernah dirawat dengan keluhan yang sama.
Pasien pernah dibawa ke orang pintar atau dukun sebanyak dua kali
Riwayat trauma kepala tidak ada, penyalahgunaan zat disangkal, penyakit lainnya
tidak ada, alergi obat tidak ada
Kebiasaan merokok tidak ada

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat prenatal dan perinatal
Menurut ibu OS, OS dilahirkan secara matur, persalinan ditolong oleh bidan.

B. Riwayat masa kanak awal ( 0-3 tahun )


OS diasuh oleh ibu kandungnya dan hanya diberikan ASI. Pasien dilahirkan
dengan berat badan lahir 2750 gr. Tidak ada cacat bawaan yang ditemukan dan
perkembangan fisik OS baik, pola perkembangan tidak ada hambatan, seperti
kebanyakan anak yang normal.

C.

Riwayat masa kanak pertengahan ( 3-11 tahun )


Perkembangan fisik pasien sama dengan anak sebayanya.OS tinggal bersama ayah,
ibu dan 4 adiknya. Pasien mendapatkan rangking pada saat duduk di bangku SD serta
memiliki banyak teman seperti anak sekolah pada umumnya.
Pasien termasuk anak yang memiliki banyak teman.Pasien tidak memiliki masalah
belajar.

D. Riwayat masa remaja awal (12-17 tahun)


Pasien memasuki bangku SMP umur 12 tahun. Perkembangan dan keaktifan pasien
disekolah menurut orang tua pasien baik dan sesuai dengan anak seusianya. Pasien
dikenal sebagai anak yang rajin dan cerdas diskolah.

E.

Riwayat masa kanak akhir dan remaja


1. Hubungan sosial
Saat awal remaja OS adalah sosok yang periang dan mudah bergaul. Memiliki
banyak teman, dan tidak pernah terlibat masalah dengan teman-temannya atau
dengan orang lain.
2. Riwayat Pendidikan Formal
4

Pasien bersekolah di SD dan SMP.

3. Perkembangan motorik dan kognitif


Dalam perkembangan kognitif tidak terlihat adanya gangguan dalam belajar.Tidak
ada gangguan dalam perkembangan motorik.
4. Masalah emosi dan fisik
Pasien merupakan orang yang gampang emosi.Dalam perkembangan fisik, pasien
terlihat sesuai dengan anak seusianya.
5. Riwayat Psikoseksual
Tidak ada perilaku yang tidak normal dengan masalah seksual.
F.

Riwayat sekarang
1. Riwayat pendidikan
OS berhenti sekolah saat lulus dari SMP.
2. Riwayat Pekerjaan
Os tidak bekerja. OS hanya dirumah saja.
3. Riwayat Pernikahan
OS belum menikah
4. Riwayat Agama
OS seorang muslim, ia mempelajari agama sejak kecil. Tetapi os jarang beribadah.
5. Riwayat Aktivitas sosial
pasien merasa dijauhi oleh tetangga karena tetangga menggangap pasien gila
sehingga pasien sering menyendiri.
6. Riwayat Hukum
Selama ini OS belum pernah memiliki masalah dengan hukum yang diakibatkan
oleh sikap, perilaku, ataupun perkataan OS.
7. Riwayat Keluarga
OS merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Ayah OS seorang buruh dan ibu
OS seorang ibu rumah tangga.

H. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal didaerah pemukiman yang cukup padat, hubungan pasien dengan
tetangga kurang baik.Pasien hanya tinggal bersama ayahnya, ibunya dan keempat
orang adiknya. Jumlah kamar di rumah pasien sebanyak 3 kamar tidur dan satu buah
kamar mandi. Sumber penghasilan keluarga pasien hanya dari ayah pasien. Pasien
saat ini tidak bekerja hanya bergantung pada keluarganya.

I. Persepsi Keluarga tentang Diri OS


Keluarga menganggap pasien mengalami gangguan jiwa, karena pasien sering
marah-marah tanpa sebab dan merusak perabotan dirumah, bertingkah laku aneh
seperti keluar rumah tanpa tujuan, berbicara sendiri, tertawa sendiri dan bengong.

IV. STATUS MENTAL


Keadaan umum
Kooperatif terhadap pemeriksa
Roman Muka : Bingung
Pikiran
a. Bentu pikiran: Autistic
b. Jalan Pikiran : Asosiasi longgar, blocking
c. Isi pikiran

: Waham rujukan

Mood dan afek


a. Mood : Hipotimik
b. Afek

: Tumpul

Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik


Gangguan perhatian : Distraktibilitas

Tingkah laku : Hipoaktif

Decorum :
a. Penampilan

: Rapih

b. Kebersihan

: Baik

c.
d. Sopan santun
Tilikan

: Baik
: derajat 2

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


a. Status Internus
Keadaan umum

:Tampak sehat

Kesadaraan

: Compos mentis

Tanda-tanda vital

TD

: 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi

:80x/mnt

Frekuensi Nafas

: 20x/mnt

Suhu

: 36.5C

Mata dan THT

: Normal

Mulut dan Gigi

: Normal

Thorax

: Normal

Abdomen

: Normal

Ekstremitas

: Normal

b. Status Neurologis

VI.

Tanda Rangsang Meningeal

: Negatif

Motorik

: Refleks normal, tidak ada gerakan involunter

Sensorik

: Rangsang taktil normal

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Dari riwayat penyakit sekarang didapatkan seorang pasien perempuan 19 tahun
dengan keluhan utama pasien sering marah-marah tanpa sebab sekitar 2 tahun SMRS.
Pasien tiba-tiba mengamuk, marah-marah, membanting televisi dirumah dan berbicara
sendiri sekitar 10 jam SMRS.
Pasien belum pernah dirawat di RS, hanya pernah dibawa ke dukun sebanyak 2
kali.Ketika pasien lulus SMP dan tidak dapat melanjutkan pendidikan karena masalah
ekonomi keluarga.Sejak saat itu pasien sering melamun, seperti orang bingung dan
lama-kelamaan sakit pasien bertambah parah, misalnya pasien sering mengamuk dan
marah-marah tanpa sebab, pasien kadang-kadang terlihat bicara sendiri, sering tertawa
kecil, tersenyum aneh dan terkadang pasien sering keluar rumah dan memukuli orangorang disekitarnya karena pasien merasa orang-orang disekitar ingin menyakitinya.

Status mentalis
Keadaan umum
Kooperatif terhadap pemeriksa
Roman Muka : Bingung
Pikiran
d. Bentu pikiran: Autistic
e. Jalan Pikiran : Asosiasi longgar, blocking
f. Isi pikiran

: Waham rujukan

Mood dan afek


c. Mood : Hipotimik
d. Afek

: Tumpul

Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik

Gangguan perhatian : Distraktibilitas

Tingkah laku : Hipoaktif


8

Decorum

e. Penampilan

: Rapih

f. Kebersihan

: Baik

g.
h. Sopan santun
Tilikan

: Baik
: derajat 2

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis I

: F.20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Axis II

: F.60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil

Axis III : Tidak ada diagnosa


Axis IV : Masalah pendidikan
Axis V

VIII.

: GAF saat ini 60-51

RENCANA PENGOBATAN

A. Psikofarmaka

Risperidone 2 mg (3x1)

Trihexypenidyl 2 mg (3x1)

Chlorpromazine 100 mg (1x1)

B. Psikoterapi
1. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek
samping pengobatan.
2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah
pulang dari perawatan.
3. Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.
4. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertahap.
5. Menambah kegiatan dengan ketrampilan yang dimiliki.

C. Psikoedukasi
Kepada keluarga :

1. Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang gangguan yang dialami


pasien.
2. Menyarankan kepada keluarga pasien agar memberikan suasana/lingkungan yang
kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien.
3. Menyarankan kepada keluarga agar lebih berpartisipasi dalam pengobatan pasien
yaitu membawa pasien kontrol secara teratur.

IX.

PROGNOSIS
Ad vitam :
Bonam karena pasien tidak mengalami kelainan fisik dan skizofrenia hebefrenik tidak
menyebabkan kecacatan fisik.
Ad functional :
Bonam karena pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Ad sanationam :
Dubia karena pada pasien ini stress yang menjadi kekambuhan nya diakibatkan dari
faktor ekonomi dan pendidikan.

10

Wawancara Psikiatri
Alloanamnesis Tanggal 05November 2014
Lokasi : Ruang kemuning
D : dokter Muda K : keluarga

D : Assalamualaikum, Bapak.
K : Waalaikum salam.
D : Maaf ini dengan bapak siapa?
K : Saya bapaknya R
D : Oh ya pak perkenalkan kami dokter muda
K : Iya dok
D : Kami mau bertanya tanya dulu ya pa ?
K : Boleh dok.
D : Kenapa R dibawa kesini ya pa ?
K : Gini dok, dia ngga bisa tidur dan sering marah-marah tanpa sebab !
D : Sejak kapan pa?
K : Sejak 2 tahun terakhir, semakin hari semakin parah dok
D : Kenapa bisa marah marah pa?
K :Awalnya dulu setelah lulus SMP anak saya tidak bisa melanjutkan sekolah, karena
masalah biaya. Semenjak itu anak saya sering marah-marah tidak jelas dok, bicara sendiri,
tertawa sendiri, dan sering bengong.
D : Marah marahnya tiba tiba atau bagaimana pa ?
K :Iya dok tiba-tiba aja, kadang kalau keluar rumah anak saya sering memukuli orang. Kata
anak saya tetangga mau menyakiti dia. Padahal tidak dok.
D : Pas lagi marah marah dia sampai merusak barang barang di rumah nggak pa ?
K :Iya dok, kalau lagi marah terkadang membanting gelas piring, termos, dan terakhir
membanting televisi dok.
D : Apakah ada masalah lain yang bapak ketahui tentang R?
11

K : Dulu R, pernah bercita-cita ingin menjadi guru, tapi karena masalah biaya hanya bisa
sampai lulus SMP dan tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
D : dirumah juga suka murung ngga atau kalo marah meledak-ledak ?
K : iya dok suka akhir-akhir ini. Padahal kita ga pernah kasar sama dia
D : masih ada hal lain yg mau di kerjakan di rumah nggak pa ?
K : Tidak ada sama sekali dok, dia hanya tampak murung aja dan tidak mau melakukan apa
apa dok. Di suruh sholat aja tidak mau dok !
D : Oh ya pak maaf, dia pernah ingin melalukan hal hal yang aneh nggak pa ?
K : ada dok kaya keluar rumah tanpa tujuan yang jelas dok..
D : Selain itu bagaimana pa dengan pola tidurnya di rumah ?
K : Wah kalau tidur mah susah dok, udh seminggu ga bisa tidur siang malem dok
D : Terus bagaimana dengan pola makannya pa ?
K : kalau makan malah lebih banyak dari sebelumnya
D : Oh ya pa, selain keluhan keluhan yang tadi, dia pernah mendengar suara / bisikan tanpa
ada wujudnya?
K : Dia pernah bilang, mendengar suara bisikan
D : Suara itu dengar di telinga atau hati pa ?
K : Katanya sih di telinga dok.
D : Suaranya jelas nggak pa ?
K :Terdengar samar-samar sih dok, kata si R.
D : Terus yang dikatakan suara tersebut seperti apa ya pak ?
K : Seperti orang ngobrol aja dok, Cuma kata R suaranya mengajak dia untuk keluar dari
rumah
D : waktu dengar suaranya, dia sedang apa pak?
K :Dia sedang sendiri dok, murung
D : Oh gitu pa, terus dia pernah melihat sesuatu yang berbentuk manusia atau ada bayangan
yang lewat nggak pak ?
K : kurang tau dok
D : Pernah mencium bau bau wangi / aneh missal bau menyan atau bau pasuk?
K : Oh kalau itu sih tidak dok.
D : Dia pernah merasakan rasa manis / pahit di mulut padahal nggak sedang makan ?
K : Tidak ada dok.
D : Oh ya pak, apakah dia pernah memiliki bakat / kemampuan khusus gitu nggak pak ?
K : Maksudnya dok ?
12

D : Seperti merasa dirinya hebat atau orang besar ?


K : Kalau itu saya tidak tahu dok.
D : Yaudah pa terimaksih ya pak atas infonya.
K : Iya dok sama sama, saya titipin anak saya dok, tolong di liatin ya dok ?
D : Iya pa baik

Wawancara psikiatri
Diruang kemuning
Dengan pasien Tanggal (05/12/2014)
D : Assalamualaikum
P : waalaikumssalam(pasien termenung baru menjawab pertanyaan)
D : Perkenalkan, nama saya dr.S
P : (masih melihat-lihat sekitarnya dengan muka bingung)
D : Boleh tau ga Siapa namanya ?
P : R.
D: R.boleh Tanya-tanya sebentar ga ?
P : (diam)
D : boleh tanya-tanya ga ?( pertanyaan diulang)
P : Boleh
D : R, kenapa ko bisa dirawat ?
P : Ga, kenapa-napa (sambil berbicara tidak jelas dan menyeringai)
D : R,udah makan belum ?
P : udah ( sambil tertawa )
D : ehhmmmmmm,R tahu sekarang ada dimana?
P : Diam ( sambil tersenyum)
D : R, tahu ga kenapa bisa dibawa kesini ?
P : (pasien masih menggelengkan kepala)
D : Tadi yang membawa R kesini siapa ya tahu ga ?
P : (hanya diam dan tersenyum)
D : Ya sudah kalau masih diam terus, kita lanjutin besok pagi aja ya . Lanjut istirahatnya.
P : ( Diam termenung)
Pasien sering diam saat ditanya sambil sesekali melihat kearah pasien lainnya.

13

Tanggal : 06/12/2014
Lokasi : Ruang Kemuning
D : Assalammunalaikum, R.
P : (Pasien diam sejenak lalu baru menjawab) Waalaikummussalam
D : Masih ingat saya ?
P : (hanya terdiam)
D : Saya kasih tau lagi nama saya dr. S, kalau seandainya saya tanya lagi nanti harus inget ya.
P : (Pasien hanya terdiam dan tersenyum)
D : Bagaimana kabarnya, R ?
P : Baik ( sambil tersenyum)
D : R, Sudah makan belum ?
P : Sudah ( sambil tersenyum dan bicara tidak jelas)
D : ehmmmmmm, makan pakai lauk apa ?
P : Ga tau, pak. Pake sayur kalo ga salah ( sambil senyum dan melihat kearah lain)
D : ohhh gitu, udah minum obat belum ?
P : (Pasien diam saja dan termenung)
D : R, tidurnya semalem gimana ? enak ga ? atau ga bisa tidur ?
P : Susah tidur pak, (pasien menjawab sambil tertawa kecil)
D : Kenapa ko bisa susah tidur ? ada yang dipikirin ?
P : (Pasien diam dan menunjuk kearah pintu )
D : R, nunjuk kemana ? ada apa disana ?
P : saya pingin kesana pak.
D : oh, pingin kesana ? kenapa memangnya ko mau kesana ?
P : Pingin kesana aja pak, ada yang manggil soalnya.
D : ohhhh, gituu. yang manggilnya siapa memangnya ?
P : Temen saya (pasien diam sejenak, berdiri dan duduk lagi)
D : ehmmmm, siapa namanya yang manggilin R ? sering dia manggilin R ?
P : kadang-kadang sih pak ( sambil menatap kearah pintu dan terdiam lagi)
D : Ohh, gituu. R, pernah denger-denger bisikan ga ?
14

P : (Pasien diam dan mengangguk-nganggukkan kepalanya)


D : Siapa yang membisikkan memangnya, R tau ga ?
P : ( Pasien diam dan menggelengkan kepalanya)
D : yang bisikin suaranya cewe atau cowo ?
P : cewe, cowo ga jelas....hehehehehe (sambil tersenyum)
D : oke, sering memangnya dengar suara bisikannya ?
P : (pasien diam dan termenung baru menjawab lagi) sering pak
D : yang dibisikinnya memangnya apa aja R ?
P : ngajakin jalan-jalan pak, ( pasien diam lagi setelah menjawab pertanyaan)
D : Ngajak jalan-jalan kemana ? Ga takut nanti kalo ga bisa pulang ?
P : Kemana-mana pak, malahan diajakin keliling dunia sayaaa ketemu sama Ruben Onsu
hehehehe (sambil tersenyum)
D : ohhh, gitu ya. Nanti kapan-kapan saya juga diajakin ya supaya bisa keliling dunia.
P : Iya, pak ( sambil tertawa)
D : Emang Ruben Onsu siapanya R ?
P : Paman saya dok, nanti saya mau ketemuan di Inggris
D : Wah mau ngapain di Inggris?
P : Mau sepedahan dok
D : R, kalau denger suara kaya tadi pas waktu kapan aja ?
P : (Pasien hanya diam dan tersenyum, lalu membuang wajah kearah lain)
D : R, tau ga sekarang ada dimana?
P : Di kuning
D : bukan di Kuning, tapi di kemuning. Besok nanti saya tanya lagi harus inget ya.
P : (Pasien diam dan mengangguk)
D : R tau kenapa bisa dibawa kesini?
P : Ga tau ( sambil menggelengkan kepalanya )
D : Bukan karena ngamuk ?
P : Bukan
D : Terus karena apa?
P : Ga tau!
D : R, kalo seandainya dirumah sering marah-marah ga ?
P : Daripada marah sama tembok, (sambil tersenyum dan tertawa): Asosiasi longgar
D : ohh gitu, berarti sering marah dong ?
P : kadang-kadang pak,cape kalo marah terus .
15

D : Cape kenapa memangnya ?


P : cape pak, terus pusing kalo saya marah
(kemudian diam ),
D : pusing kenapa memangnya ?
P : (Pasien diam, dan pergi)
Wawancara dilanjutkan keesokan paginya lagi.
Tanggal : 7 Desember 2014
Lokasi : Ruang Kemuning
D : Assalamualikum R
P : Waalaikumsalam bu
D : Bagaimana kabarnya hari ini?
P : Alhamdulilah baik
D : Tidurnya nyenyak ga semalam?
P : Nyenyak bu
D : R katanya dulu mau jadi guru yah? Kenapa mau jadi guru ?
P : Iya dulu (sambil menyeringai), dirumah saya anak pertama. Saya punya adik 4.
Adik-adik saya masih kecil, saya pengen adik saya terus sekolah.
D : Emang adiknya kelas berapa ?
P : Kelas 1 SMP (Sambil menyeringai)
D : R kalau dirumah suka mandi gak?
P : Mandi dirumah sendirian
D : Kalau dirumah suka mandi gak? Berapa kali mandinya?
P : Sambil termenung dan menjawab dua kali mandinya.
D : R kemarin belum selesai ceritanya, kenapa kalau dirumah suka marah-marah?
P : Biasa aja sih, namanya juga manusia (Menampakan muka termenung)
D : Beneran gak pernah marah-marah? Kata ayah katanya R suka mukul tetangga ya,kenapa?
P : Oh itu, abis mereka mau nyakitin saya, yaudah saya marah terus saya pukulin aja.
D : Emang R pernah disakitin sama tetangganya?
P : Pernah dong dok
D : Disakitinya gimana?
P : Gak tau ah, pusing saya ngurusin mereka
D : Kenapa pusing?
P : Itu pusing denger suara bisikan
16

D : Bisikan apa lg? Bisikannya sama gak sama yang kaya kemarin ?
P : Beda
D : Emang kaya gimana bisikannya?
P : Itu Saya disuruh nampar oarng itu (Sambil menunjuk salah satu pasien wanita)
D : Kenapa ko R mau nampar, emang dia ada salah sama R ?
P : Katanya dia titisan dewa jahat
D : Emang R tau dari mana kalau dia titisan dewa jahat?
P : Ada orang dikamar saya yang kasih tau, makanya saya tampar.
D : Lain kali kalau denger bisikan tutupin kuping sama matanya terus sambil ucapkan pergi
jauh-jauh
P : Diam saja sambil menganggukan kepala
D : Udah ya, R Istirahat sana. Sampai ketemu besok yah...
P : Hanya menganggukan kepala.

17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom
negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.

B. ETIOLOGI
1. Model Diatesis-stres
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan.Model
ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan
stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis
(missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya
18

dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress


psikososial , dan trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan
mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren.Semakin besar kerentanan seseorang
maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren.Semakin kecil
kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita
skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang
menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya.

2. Faktor Neurobiologi
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopaminergik.Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari
meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya
nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktorfaktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan
kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.
b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat
menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

3. Faktor Genetika
Penelitian

tentang

genetik

telah

membuktikan

faktor

genetik/keturunan

merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko
seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota
keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga
dekat.
Populasi umum 1%
Saudara kandung pasien skizofren 8%
Anak dengan salah satu orangtua skizofren 12%
Kembar dua telur dari pasien skizofren 12%
Anak dengan kedua orangtua skizofren 40%
Kembar satu telur dari pasien skizofren 47 %
19

4. Faktor Psikososial
4.1 Teori Tentang Individu Pasien
a. Teori Psikoanalitik
Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan,
yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis.Jika neurosis merupakan konflik
antara id dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar.
Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap
munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia
merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk..
Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh
kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan
dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.
b. Teori Psikodinamik
Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik
setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus.
Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase
perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam hubungan
interpersonal.
Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan onset
akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan
adanya konflik.Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan
karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu.Sedangkan gangguan dalam
hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin
juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar.
Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun
berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam
skizofrenia.Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga
dirinya terluka.Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia
dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.
c. Teori Belajar
Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia
belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak

20

rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah
emosional.

4.2 Teori Tentang Keluarga


Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrikberasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang patologis, yang
secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien
skizofrenia.
4.3 Teori Sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak
berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia.Meskipun ada data pendukung, namun
penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya
onset dan keparahan penyakit.

A. DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a)
- Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kulitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
(withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b)
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dati luar; atau
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau

21

- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
22

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia


yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak
terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.

B. Skizofrenia Hebefrenik
1.

Skizofrenia hebefrenik / hebefrenia (F 20.1)


-

Perlahan- lahan, timbul pada masa remaja (15-25 tahun)

Gejala utama : gangguan proses berpikir, gangguan kemauan, depersonalisasi /


double personality (identifikasikan dirinya sebagai meja, dan anggap dirinya sudah
tidak ada lagi)

Tambahan : mannerism, neologisme, perilaku kekanaka-kanakan, waham dan


halusinasi banyak

Pada tipe ini terjadi disintegrasi emosi, dimana emosinya bersifat kekanak-kanakan,
ketolol-tololan, seringkali tertawa sendiri kemudian secara tiba-tiba menangis tersedusedu. Terjadi regresi total, dimana individu menjadi kekanak-kanakan. Individu mudah
tersinggung atau sangat irritable. Seringkali dihinggapi sarkasme (sindiran tajam) dan
menjadi marah meledak-ledak atau explosive tanpa sebab.
Pembicaraannya kacau, suka berbicara berjam-jam. Pada awal gangguan seringkali
komunikatif, tetapi lama-kelamaan komunikasinya menjadi tidak karuan (inkoheren),
yang bahkan sampai akhirnya individu tidak komunikatif. Terjadi halusinasi dan delusi
yang biasanya sifatnya fantastis, misalnya : ada vampire yang menyedot darahnya, dan
sebagainya. Cara berpikirnya kacau. Hal tersebut terlihat dari cara berbicaranya yang
tidak karuan. Tulisan/Graphis yang dibuatnya bersifat kacau, dimana terjadi regresi,
yaitu bersifat kekanak-kanakan.

Pedoman Diagnostik
-

Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.

23

Diagnosis heberfrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan sering menyendiri

Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk
memastikan bahwa gambaran berikut memang benar bertahan:
-

Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan selalu menyendiri, dan


perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

Afek pasien dangkal dan tidak wajar/disertai cekikikan/perasaan puas diri/ senyum
sendiri/sikap tinggi hati/tertawa menyeringai/keluhan hipokondrikal, ungkapan
diulang-ulang

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonojol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)
dan tanpa maksud (empty of purpose).

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:


1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.


Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien.
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari
terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual.
Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah

24

yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau
menyimpang dapat diturunkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta

2. Maramis, W.E. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga University Press. Surabaya 2005.
3. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia In:Kaplan & Saddocks Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippicontt Williams &
Wilkins. 2007

25

Anda mungkin juga menyukai