Anda di halaman 1dari 20

DINAMIKA KEPRIBADIAN

NURUL NAMORA NONDA


0305171037

Dosen : Shandy Putra Oktabiawan, S.psi.,Gr


IDENTITAS
Jln. D.J
1) EP
D3

Universitas
nasional pasim/S1- Bandung 23 april 1999
Psikologi

perempuan
Belum
kawin

islam sunda
  Ayah Ibu

Nama N R
Usia 50 tahun 43 tahun
Suku Bangsa Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Buruh IRT
Alamat S.D.A. S.D.A.
Perkawinan Ke-1 Ke-1
HASIL WAWANCARA
INTERPRETASI HASIL INTERVIEW DAN OBSERVASI

 S dibesarkan dengan pola asuh yang tidak konsisten. Hal ini dilihat dari perilaku ayah S yang
selalu memarahi,main fisik dan melontarkan kata kata yang kasar pada anak-anaknya. Ayah S
cenderung mengharuskan anak-anak menuruti apa yang Ayah S suruh meskipun itu hanyalah hal
sepele, seperti mengambil gelas. Ayah S juga selalu melampiaskan amarahnya pada anak-anaknya .
Namun disisi lain ayah S terkadang menasehati anaknya,tetapi ketika diberikan saran ayah S
cenderung marah dan main fisik pada anaknya. Disisi lain juga, ketika sakit pun ayah S lah yang
paling tanggap mengahadapi situasi tersebut. Sehingga membuat S dan adik-adiknya bingung antara
harus atau tidak harus memperlihatkan perilaku yang dinginkan.
INTERPRETASI HASIL INTERVIEW DAN OBSERVASI

 Ibu S sebagai orang yang cuek dan tidak

pernah menunjukkan sisi kepeduliannya

pun membuat anak-anaknya tidak bisa

apa-apa. Sehingga menjadikan keempat

anak-anaknya kurang respect dengan

kedua orangtuanya.
S memiliki kemampuan yang cukup baik
dalam mengatasi masalahnya. Hal ini
dilihat dari S yang mampu membiayai
biaya kuliahnya sendiri, memenuhi
kebutuhan sampingnya sendiri, sampai
dengan mengatasi sakit kanker yang
diidapnya sendiri. S juga terbiasa dengan Namun S memiliki kekurangan dalam
pola asuh kedua orangtuanya yang tidak hal memahami dirinya sendiri dan
konsiten, S tau apa yang harus S lakukan bagaimana dirinya memahami orang
untuk mengatasi dan mengevaluasi setiap lain. Hal ini dilihat karena S selalu
masalahnya dengan membuat catatan merasa ingin diajak berbicara lebih dulu
sistematis yang dibuatnya sendiri sehingga dibandingkan dirinya yang mulai
satu per satu beban yang S rasakan mengajak orang lain berbicara.
berkurang.
INTERPRETASI HASIL INTERVIEW DAN OBSERVASI
 S mampu dalam menjalin relasi sosial dan
memahami setiap situasi-situasinya,
 Pada aspek dorongan, S selalu
seperti berusaha belajar untuk bisa
memaksakan diri untuk menargetkan apa
berbicara dengan orang lain,
yang akan dilakukan untuk mencapai apa
mendengarkan orang lain, dan
yang diinginkan dengan membuat daftar
memberikan saran pada orang lain.
sistematis yang S buat sendiri untuk
Karena relasi sosial yang baik membuat S
melihat perkembangan yang ada pada
mampu keluar dari zona tertutup dan
dirinya. Sehingga membuat S menjadi
membuka lembaran baru dari
orang yang menyibukkan dirinya sendiri
pengalaman traumatik yang pernah S
dan mengutamakan dirinya sendiri,
alami sebelumnya.
menjadikan dirinya seorang yang pasif
dan rendah diri .
INTERPRETASI HASIL INTERVIEW DAN
OBSERVASI
Namun demikian S kurang mampu terbuka
pada orang lain sebelum orang lain yang mulai
menceritakan masalahnya, artinya S
terkadang meregresi apa yang dirinya rasakan.
Sehingga kurang efektif pada dirinya untuk
meregulasi tindakan dari masalah yang S
rasakan dan kerap kali S memindahkan
emosinya lewat beberapa hal seperti
membuat catatan,silat, dan pergi ke gunung
yang dilakukan sendiri.
Ego yang ada pada diri S cenderung tidak ballance dengan ID dan Super Egonya. Sehingga Super ego lebih
mendominasi pada diri S. Hal ini lah yang membuatnya S cenderung menjadi pemikir yang selalu berfikiran mengenai
ego ideal yang harus direalisasikan dan juga suara hati yang muncul di setiap aktivitasnya.
 
DINAMIKA KEPRIBADIAN
S dibesarkan dengan pola asuh yang tidak konsisten pada
ayah. Karena ayah S seringkali menunjukkan perilaku tidak
konsisten seperti marah-marah,memukul, berbicara kasar namun
disisi lain ayah S terkadang menasehati S. Selain itu ayah S juga
diakui sebagai orang yang tanggap ketika S sedang sakit (tidak
konsisten). Ibu S sangat cuek dan jarang memperlihatkan
perhatian pada anak-anaknya. Ayah S yang selalu menyuruh dan
memarahi sejak S masih berusia 5 tahun membuat S tunduk pada
ayahnya dan S menjadi tidak berani mengekspresikan
kemarahannya dan memicu S mengembangkan sikap pasif (anal
compulsif) Sehingga ketika marahpun S justru melampiaskan
emosinya lewat kegiatan silat, hiking ,menulis (displacement) .
Setiap harinya di usia 7-8 S seringkali melihat kedua orangtuanya berantem, Ibu yang dipukuli
dan disiksa. Ketika S berusia 9 tahun S hal ini membuat peralihan intelektual maupun interaksi
sosial S menjadi kacau (di masa laten). Ketika berusia 9 tahun S ditinggalkan oleh kedua
orangtuanya dirumah kontrakan selama 2 minggu membuat S ketakutan dan melakukan
segalanya serba sendirian dan pada masa itu S tidak bisa menekan pikirannya sendiri (represi
dorongan seksual) .
Setelah itu S tinggal dirumah bibinya pada masa itu S jarang masuk
sekolah karena selalu memikirkan ibunya,orangtuanya dan ingatan
ketika S ditinggalkan sendirian, selain itu S juga sering di bully oleh
teman-temannya. Ketika ayahnya tau S jarang sekolah S malah
dipukuli dengan sapu sampai tidak bisa berjalan. Akibat kejadian
tersebut S menjadi tidak berani menentang karena takut orangtuanya
akan sakit hati dengan perbuatannya. Sehingga S menekan dorongan
seksualnya supaya tidak ada lagi hukuman karena mengulang
perbuatan kalau-kalau S mengulanginya menekan (represi).
 Masa laten S terus menerus diperkuat dengan supresi terus menerus oleh
orangtuanya dan perasaan internal S seperti rasa bersalah,dan juga moralitasnya.
Ketakutan S muncul sebab dari suara hati (superego) yang primit datang dan
takut kehilangan kedua orangtuanya. Pikiran-pikiran tersebut S internalisasikan
lewat proses identifikasi ibunya. S selalu memandang meskipun ibunya cuek, Ibu
S selalu kuat dan berjuang menghadapi sikap ayah yang seperti itu dan selalu
mengalah bahkan membiarkan ayah S memukuli dirinya.
Sejak berusia 9 tahun lewat
pengalaman traumatiknya S
mengembangkan super egonya
Ego ideal S mengharuskan S menjadi menjadi personal. Sebab S
sosok pekerja keras seperti S bekerja membangun super egonya
untuk membiayai kuliahnya sendiri ketika di usia 5 sampai 6 tahun
meskipun S sebetulnya tidak merasa menyebabkan S mengalami
nyaman dengan pekerjaannya. S juga kecemasan yang tumbuh dari
mencari uang sendiri untuk memenuhi konflik kebutuhan realistisnya
kebutuhan sehari-hari yang lainnya dengan superego yang berakar
dengan berjualan produk. dari konflik ego dan superegonya
sehingga menjadikan dirinya
membentuk yang namanya
kecemasan moral.
DINAMIKA KEPRIBADIAN KESELURUHAN

Sehingga S termasuk individu kedua, yang memiliki rasa

bersalah serta perasaan inferior dan ego yang lemah. S akan

mengalami sederetan konflik karena si egonya tidak bisa

mengendalikan superegonya.
KESIMPULAN
Dari dinamika kepribadian yang telah dipaparkan tampak
bahwa S adalah orang yang mengalami konflik diantara ego
dan superego sehingga mengembangkan yang namanya
kecemasan moral. S juga selalu merasa bersalah dan merasa
inferior karena egonya yang lemah. Selain itu S akan selalu
mengalami sederetan konflik karena ego yang tidak bisa
mengendalikan super egonya.

Anda mungkin juga menyukai