Anda di halaman 1dari 25

Tugas Konstruksi Alat Ukur

Kecerdasan Emosional
(Emotional Intelligence)

Oleh :
Andre Dharmawan (19011099)
Athifa Meriza Salsabila (19011228)
Ervina Dwi Aryani (19011024)
Raudhatul Fauziah (19011303)

Dosen Pengampu :
Rinaldi, S.Psi., M.Si

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BAB I

LATAR BELAKANG

Setiap manusia yang lahir ke dunia membawa sifat positif dan negatif secara
bersamaan yang menyebabkan konflik dalam diri individu, oleh karenanya manusia
dituntut untuk mampu mengelolanya karena merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
bersifat mulia. Sifat buruk manusia selalu menuruti hawa nafsu, jika mendominasi
maka individu akan terpuruk ke dalam nilai-nilai keburukan yang makin kelamaan
menjadi menguat.
Menurut (Hurlock, 2004) mahasiswa adalah individu yang berada pada fase
dewasa awal, terhitung memiliki usia di rentang 18 tahun – 40 tahun. Masa dewasa
awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru karena masa peralihan menjadi orang dewasa. Selain itu
orang dewasa awal juga diharapkan mampu menyesuaikan diri secara mandiri. Dari
pergejolakan emosi yang meletup-letup, kemudian menyesuaikan dan berubah
menjadi pribadi yang stabil secara emosi maupun kepribadian. Pergejolakan emosi
tak terlepas pengaruhnya dari lingkungan seperti keluarga, pendidikan formal lewat
interaksi teman sebaya, dan lapisan masyarakat. Apabila lingkungan tidak
mendukung dan memenuhi tuntutan gejolak energi dari mahasiswa, akan berimbas
pada munculnya perilaku negatif, misalnya kekerasan, pengonsumsian obat-obatan
terlarang, tawuran, dan hal lainnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya kecerdasan emosional yang didefinisikan
oleh Mayer dan Salovey dalam (García-Sancho et al., 2017) sebagai “kemampuan
untuk memahami secara akurat, menilai, dan mengekspresikan emosi; kemampuan
untuk mengakses dan atau membangkitkan perasaan ketika memfasilitasi pemikiran;
kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional; dan kemampuan
mengatur emosi untuk mendorong perubahan emosional dan intelektual”. Dengan
kecerdasan emosional, seseorang mampu secara sadar mengenal emosinya dalam
situasi tertentu, dan telah mengetahui tindakan apa yang dilakukan dalam usaha
mengontrolnya. Ditujukan kepada mahasiswa psikologi disebabkan oleh adanya
pemahaman selangkah lebih maju berkaitan dengan pengetahuan dan teori yang
berkenaan tentang ilmu kejiwaan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Konstruk Emotional Intelligence


Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu untuk bernalar secara sah
dengan emosi dan informasi yang terkait, dan menggunakannya untuk meningkatkan
pikiran (Mayer, Caruso, & Salovey, 2016, HLM. 296).
Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai sifat (Petrides & Furnham,
2003), sebuah kompetensi (Bar-On, 1997), dan kemampuan (Salovey & Mayer,
1990). Definisi teoritikus bahwa kecerdasan emosi adalah sebagai “konstelasi yang
berkaitan dengan emosi persepsi diri dan watak” (Petrides & Furnham, 2003, HLM.
40). Teori kompetensi menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah “sederetan
kesanggupan non-kognitif, kompetensi, dan keterampilan” (Bar-On, 1997,
HLM.14). Teori kompetensi menyatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai
kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi orang lain, membedakan di antara
mereka, dan untuk menggunakan informasi ini untuk panduan berpikir dan tindakan
seseorang.
Kecerdasan emosi didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memahami
secara akurat, menilai, dan mengekspresikan emosi; kemampuan untuk mengakses
dan atau membangkitkan perasaan ketika mereka memfasilitasi pemikiran;
kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional; dan kemampuan
mengatur emosi untuk mendorong perubahan emosional dan intelektual” (Mayer &
Salovey, 1997, p.10)
Model kecerdasan emosi yang diusulkan oleh oleh Mayer dan Salovey
mengonsep kompetensi seperti kemampuan untuk 'penilaian yang akurat dan ekspresi
emosi dalam diri sendiri dan orang lain, regulasi emosi yang efektif dalam diri dan
orang lain, dan penggunaan perasaan untuk memotivasi, merencanakan dan mencapai
dalam hidup seseorang' (Salovey dan Mayer, 1990).
Sebagai seperangkat kemampuan, kedua mendefinisikan EI sebagai ciri-ciri
kepribadian, kemampuan, dan variabel motivasi yang relevan dengan emosi yang
diperlukan untuk tingkat kepribadian yang lebih tinggi fungsi sosial dan emosional
(misalnya, Bar-On, 1997; Goleman, 1995).
Kecerdasan emosional dapat didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan
atau serangkaian ciri kepribadian. Penilaian yang valid berdasarkan kedua definisi
kecerdasan emosional ini telah dikembangkan. Kecerdasan emosional memprediksi
berbagai hal yang berharga.

Aspek
Berdasarkan Sally Olderbak et al., 2018 terdapat model teoritis paling umum
dianut yakni model empat cabang dari teori Mayer & Salovey (1997) yang terdiri : (a)
memahami emosi, (b) memfasilitasi pemikiran menggunakan emosi, (c) memahami
emosi, dan (d) mengelola emosi (Mayer et al., 2016).

 Persepsi emosi melibatkan identifikasi emosi dalam diri sendiri, emosi yang
diungkapkan oleh orang lain, dan konten emosional di lingkungan, termasuk
ketika emosi yang diungkapkan akurat atau tidak akurat, dan jujur atau tidak
jujur.
 Memfasilitasi pemikiran menggunakan emosi melibatkan penggunaan emosi
yang dirasakan secara sadar untuk memfasilitasi pemikiran, seperti penilaian,
memori, dan perhatian, serta memilih masalah berdasarkan emosi yang dirasakan
saat ini.
 Memahami emosi mengacu pada pengetahuan tentang sifat dan hubungan antara
emosi, termasuk situasi mana yang akan menyebabkan emosi tertentu, dan
bagaimana budaya dapat berbeda dalam evaluasi emosi mereka.
 Mengelola emosi melibatkan pengelolaan emosi dalam diri sendiri dan orang lain
untuk mencapai hasil yang diinginkan, mengevaluasi strategi untuk
mengendalikan emosi yang dirasakan, dan melibatkan atau melepaskan emosi
yang dirasakan sesuai kebutuhan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi seorang
individu untuk mengenali emosi, mengelola emosi, dan mengenali emosi
individu lain, sehingga memudahkan individu untuk berhubungan dengan
individu lain (Darsitawati & Budisetyani, 2015). Menurut Mayer dan Salovey
(1999) Kecerdasan emosi didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami
secara akurat, menilai, dan mengekspresikan emosi; kemampuan untuk
mengakses dan atau membangkitkan perasaan ketika mereka memfasilitasi
pemikiran; kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional;
dan kemampuan mengatur emosi untuk mendorong perubahan emosional dan
intelektual.
Pendapat lain mengemukakan bahwa kecerdasan emosional
merupakan serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan
dan tekanan lingkungan (Bar-On) dalam (Sumiyarsih, Mujiasih, & Ariati,
2012). Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan perasaan
orang lain dan diri sendiri, membedakan informasi tersebut dan
menggunakannya untuk pikiran dan tindakan. Adanya pemikiran bahwa emosi
membuat orang berpikir lebih cerdas, seperti pemikiran cerdas yang berkaitan
dengan emosi, kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali,
menghasilkan, memahami dan menumbuhkan emosi (Fauziah, 2015).
Berdasarkan Sally Olderbak et al., 2018 terdapat model teoritis paling
umum dianut yakni model empat cabang dari teori Mayer & Salovey (1997)
yang terdiri 4 aspek: (a) memahami emosi, (b) memfasilitasi pemikiran
menggunakan emosi, (c) memahami emosi, dan (d) mengelola emosi (Mayer
et al., 2016).

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang mengisi kuisioner ini adalah mahasiswa
jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang yang berusia 18- 22 tahun
sebanyak 51 partisipan.
C. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini, pengukuran variabel menggunakan skala likert.
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi individu.
Kuisioner kecerdasan emosional ini berjumlah 48 item pernyataan, dengan
rincian masing-masing pernyataan favorable dan unfavorable sebanyak 32 dan
16 item pernyataan. Peneliti memberikan lima alternatif jawaban yaitu:
1) Sangat Sesuai (SS)
2) Sesuai (S)
3) Netral (N)
4) Tidak Sesuai (TS)
5) Sangat Tidak Sesuai (STS)
D. Blueprint

Aspek Indikator Aitem Jumlah Bobot


Favorable Unfavorable
1. Persepsi a. Tanggapan 1.Saya mampu menolak 24.Saya menerima permintaan 6 25%
Emosi emosi permintaan orang di saat orang karena takut
sedang sibuk mengecewakan orang lain
3.Saya selektif terhadap 27.Saya langsung percaya akan
opini publik yang beredar isu tanpa crosscheck terlebih
dahulu
6.Saya update pada peristiwa
di lingkungan sekitar

8.Saya merespon kritik tanpa


merasa tersinggung
Persepsi b. Mengidenti 12.Saya memikirkan risiko 30.Saya ragu untuk 6
Emosi fikasi emosi setiap keputusan yang akan mengemukakan pendapat
saya ambil karena takut salah
48.Saya akan memandang sinis
15.Saat bermasalah dengan
ketika melihat orang yang
teman saya berterus terang
tidak saya senangi
mengenai perasaan saya

17.Ketika suasana
lingkungan sedang kacau,
saya tidak larut di dalamnya
19.Saya mengetahui
penyebab saya sedih
2. Memfa a. Mengeluar 23.Ketika cemas memikirkan 20.Saya akan sensitif ketika 6 25%
silitasi kan emosi deadline tugas, saya pemikiran sedang kalut
pemikir untuk langsung sigap 43.Saya membiarkan diri saya
an memfasilit mengerjakannya 26.Saya dikuasai oleh pikiran negatif
mengg asi mengekspresikan
unakan pemikiran emosi dengan menulis di
emosi buku harian
29.Saya merelaksasikan
badan ketika jenuh dengan
setumpuk tugas
41.Saya tetap tenang ketika
pikiran sedang kalut

Memfasi b.Mengadaptas 31.Saya tetap optimis ketika 45.Saya menolak kenyataan 6


litasi i pemikiran sesuatu tidak berjalan sesuai yang di luar harapan saya
pemikira selaras dengan rencana 47.Saya merasa tertekan pada
n emosi 33.Saya tetap bersemangat situasi yang ketat
menggun walaupun sesuatu yang
akan direncanakan belum pasti
emosi berhasil
35.Saya dapat memunculkan
ide ketika berada dalam
tekanan
37.Ketika suasana hati
sedang baik ide-ide kreatif
muncul dari dalam diri saya
3. Memaha a. Memahami 2.Ketika teman daerah saya 32.Saya kesal dengan orang 6 25%
mi emosi dari berbicara dengan nada yang yang berbicara dengan intonasi
Emosi segi budaya tinggi, bukan berarti dia tinggi
pemarah
34.Saya takut pada orang yang
4.Saya antusias berhubungan
berwajah ketus
dengan teman yang berbeda
daerah karena ingin
mempelajari budayanya
5.Saya dapat beradaptasi
dengan keadaan serta
perasaan ketika berinteraksi
di lingkungan baru

7.Saya menganggap orang


6
yang berwajah tegas bisa
b. Memahami
santai dalam kesehariannya
emosi dari
segi kondisi

9.Ketika mendapatkan 36.Saya tetap meluapkan


hadiah di luar keinginan saya emosi marah pada orang lain,
tetap merasa bahagia walaupun saya tahu bahwa
11.Setelah melihatteman saya salah
saya mendapat musibah, saya 38.Saya mau orang lain
turut merasa sedih meminta maaf duluan karena
13.Ketika teman saya saya merasa benar
berprestasi, saya ikut bangga
16.Saat saya sukses
mencapai keinginan, saya
bersyukur
4. Mengelo a. Kontrol 18.Saat tertimpa musibah, 10.Saya mengumpat ketika 6 25%
la Emosi emosi saya tetap tenang marah
21.Saat diremehkan, saya 14.Saya tersinggung ketika
mengabaikannya diberi kritik
25.Saya selalu sabar dalam
menghadapi masalah
28.Saya tersenyum ketika
ada orang lain yang
mengejek saya
b.Strategi
pengendalian 39.Saat marah, saya mencoba 6
emosi untuk menenangkan diri
dengan menghela nafas yang 22.Saya berkeinginan untuk
panjang meninggalkan rumah ketika
42.Saya melakukan self- dalam masalah
reward setelah berhasil 40.Saya selalu menangis dan
melewati tantangan merasa lemah ketika di bentak
44.Saya tetap tenang ketika
merasa kesal dengan keadaan
yang memancing emosi
46.Saya mencoba untuk
melakukan aktivitas
menyenangkan ketika hanyut
dalam kesedihan

Total 32 16 48 100%
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi item total. Korelasi item total adalah salah satu pengukuran yang
bertujuan untuk melihat kesesuaian fungsi butir dengan fungsi keseluruhan
skala. Menilai validasi masing-masing item pernyataan dapat dilihat dari
nilai Corrected item- Total Correlation masing-masing butir. Lalu,
pengujian reliabilitas dengan Alpha Cronbach yang bisa dilihat dari nilai
Alpha, jika nilai Alpha > dari nilai r tabel yaitu 0,7 maka dapat dikatakan
reliabel.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

a. Uji Korelasi

Skala kecerdasan emosional dalam penelitian ini berjumlah 48 aitem dan


sebanyak 33 aitem memiliki daya beda yang baik dan 15 aitem gugur karena daya
beda yang tidak mencapai batas syarat aitem dapat diterima. Daya beda atau
disebut daya diskriminasi aitem merupakan salah satu syarat psikologi yang baik.
Jika suatu skala psikologi tidak memiliki daya beda yang baik maka kemampuan
untuk membedakan sampel penelitian tidak dapat tercapai. Sehingga, skala
psikologi tersebut tidak dapat mencapai tujuan pengukuran. (Saifuddin, 2020)

Analisa kuantitatif dapat digunakan menggunakan korelasi aitem dengan


skor total, adapun syarat skor korelasi aitem dengan skor total antara 0 sampai
dengan 1. Sementara berdasarkan nilai indeks daya diskriminasi aitem, nilai
korelasi yang baik jika nilai lebih dari 0,300. Untuk korelasi cukup baik, dilihat
dari rentang 0,250-0,299. Setelah diuji menggunakan Product Moment Pearson,
diperoleh ada 35 aitem yang memiliki daya beda yang baik yaitu 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 39, 40,
41, 42, 44, 46, 47, 48 dan 13 aitem kurang baik yaitu 1, 11, 14, 17, 20, 21, 27, 28,
32, 36, 38, 43, 45 artinya tidak berkorelasi signifikan pada taraf 0.05 maupun 0.01
sehingga perlu di gugurkan.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrument digunakan untuk melihat konsistensi atau
kestabilan skor suatu instrument penelitian pada kelompok penelitian yang
sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda. Suatu alat ukur dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur
tersebut stabil sehingga dapat diandalkan (dependability) dan dapat
digunakan untuk meramalkan (predictability). Sehingga, alat ukur dapat
memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah serta memberikan hasil
yang serupa jika digunakan berkali-kali. Pada penelitian ini, uji reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach’s melalui SPSS dan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil analisis SPSS diperoleh Alpha Cronbach’s sebesar 0,777
> r tabel sebesar 0,284 ( pada taraf sig. 5%), Sehingga ditarik kesimpulan
bahwa instrumen yang digunakan reliabel.
Meskipun begitu, hal yang perlu diperhatikan adalah kolom Corrected
Item Total Correlation yang berisi korelasi suatu aitem dengan skor total. Aitem
yang baik adalah memiliki skor minimal 0,300. Pada tabel diatas, aitem yang
memiliki daya beda yang baik dengan nilai kolom Corrected Item Total
Correlation diatas 0,300 adalah 12, 15, 16, 22, 23, 25, 30, 33, 35, 37, 40, 42, 44,
46. Sedangkan aitem
yang memiliki daya beda kurang baik dengan nilai kolom Corrected Item Total
Correlation dibawah 0,300 adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18,
19, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 36, 38, 39, 41, 43, 45, 47, 48. Sehingga
diperlukan koreksi pada blueprint untuk melihat apakah masing-masing aspek
masih terwakili atau tidak.

No Aspek Item Jumlah


. Favorable Unfavorable
1. Persepsi Emosi 1 3 6 8 12 15 17 19 24 27 30 48 12
2. Memfasilitasi 20 23 26 29 31 33 35 37 41 43 45 47 12
Pikiran dengan
Emosi
3. Memahami emosi 2 4 5 7 9 11 13 16 32 34 36 38 12
4. Mengenali emosi 18 21 25 28 39 42 44 46 10 14 22 40 12
Total 48

Pada blueprint tersebut, terlihat bahwa aitem yang memiliki daya beda
yang baik sebanyak 14 butir. Selain itu, masing-masing aspek masih memiliki
keterwakilan, sehingga meskipun aitem yang gugur karena daya bedanya kurang
baik lebih dari separuh total aitem, maka peneliti tidak perlu menurunkan batas
daya beda atau membuat aitem baru lagi.

Langkah selanjutnya adalah menghapus aitem yang daya bedanya kurang


baik dan dianalisa kembali menggunakan SPSS dengan rumus Alpha Cronbach’s.
Jika perhitungan pertama bertujuan untuk mencari aitem yang korelasi dengan
skor totalnya dibawah 0,300 untuk digugurkan, maka penghitungan kedua
bertujuan
untuk melihat peningkatan nilai Alpha Cronbach’s, bukan lagi untuk
menggugurkan aitem.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka didapatkan kenaikan nilai Alpha


Cronbach’s dari 0,777 menjadi 0,830. Nilai Alpha Cronbach’s ini menunjukkan
nilai reliabilitas, reliabilitas yang digunakan adalah dengan menggunakan formula
Alpha Cronbach’s. Setelah analisa kedua jika masih ada aitem yang nilai korelasi
dengan skor totalnya (Corrected Item Total Correlation) dibawah 0,300 maka
tidak perlu untuk digugurkan.

Menurut Devillis (2003) menyatakan bahwa batas reliabilitas termasuk


kedalam kategori yang sangat baik adalah dengan rentang antara 0,80 sampai
0,90. Berdasarkan batasan tersebut, nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,830
termasuk kedalam kategori sangat baik. Sedangkan menurut distribusi nilair r
tabel, diperoleh hasil analisis SPSS diperoleh Alpha Cronbach’s sebesar 0,830 > r
tabel sebesar 0,334 ( pada taraf sig. 5%), Sehingga ditarik kesimpulan bahwa
instrumen yang digunakan reliabel dengan jumlah 35 aitem.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis SPSS, aitem pernyataan yang dinyatakan valid


adalah 35 dari 48 total aitem. Aitem 1 dinyatakan tidak valid sebab berada
dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf
0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem 2 dinyatakan valid sebab
berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf
0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 3
dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor
total analisa SPSS. Aitem 4 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan
adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan bintang dua pada
skor total analisa SPSS. Aitem 5 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan
bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 6 dinyatakan valid sebab berada
diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01
ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 7 dinyatakan
valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan
pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 8
dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor
total analisa SPSS. Aitem 9 dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299
dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan
bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 10 dinyatakan valid sebab berada
direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada
taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor total analisa SPSS.

Aitem 11 dinyatakan tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada
skor total analisa SPSS. Aitem 12 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 13 dinyatakan valid sebab berada
direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada
taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 14
dinyatakan tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan
adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total
analisa SPSS. Aitem 15 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 16 dinyatakan valid sebab berada
diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01
ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 17 dinyatakan
tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi
yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem
18 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi
yang signifikan pada
taraf 0,01 ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 19
dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor
total analisa SPSS. Aitem 20 dinyatakan tidak valid sebab berada dibawah 0,300
dan tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 maupun
0,01 pada skor total analisa SPSS.

Aitem 21 dinyatakan tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada
skor total analisa SPSS. Aitem 22 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 23 dinyatakan valid sebab berada
diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01
ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 24 dinyatakan
valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan
pada taraf 0,01 ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem
25 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi
yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan bintang dua pada skor total
analisa SPSS. Aitem 26 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan
bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 27 dinyatakan tidak valid sebab
berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan
pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem 28 dinyatakan
tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi
yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem
29 dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor
total analisa SPSS. Aitem 30 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS.

Aitem 31 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan


adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada
skor total analisa SPSS. Aitem 32 dinyatakan tidak valid sebab berada dibawah
0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05
maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem 33 dinyatakan valid sebab
berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf
0,01 ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 34
dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor
total analisa SPSS. Aitem 35 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 36 dinyatakan tidak valid sebab
berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan
pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem 37 dinyatakan
valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan
pada taraf 0,01 ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem
38 tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa
SPSS. Aitem 39 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan
adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada
skor total analisa SPSS. Aitem 40 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS.

Aitem 41 dinyatakan valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan


menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan
bintang satu pada skor total analisa SPSS. Aitem 42 dinyatakan valid sebab berada
diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01
ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 43 dinyatakan
tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan tidak menunjukkan adanya korelasi
yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01 pada skor total analisa SPSS. Aitem
44 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi
yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan bintang dua pada skor total
analisa SPSS. Aitem 45 dinyatakan tidak valid sebab berada dibawah 0,300 dan
tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,05 maupun 0,01
pada
skor total analisa SPSS. Aitem 46 dinyatakan valid sebab berada diatas 0,300 dan
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 ditandai dengan
bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 47 dinyatakan valid sebab berada
diatas 0,300 dan menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada taraf 0,01
ditandai dengan bintang dua pada skor total analisa SPSS. Aitem 48 dinyatakan
valid sebab berada direntang 0,250-0,299 dan menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan pada taraf 0,05 ditandai dengan bintang satu pada skor total analisa
SPSS.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS dengan rumus Alpha


Cronbach’s, didapatkan kenaikan nilai Alpha Cronbach’s dari 0,777 menjadi
0,830. Nilai reliabilitas 0,830 dari Alpha Cronbach’s ini menurut Devillis (2003)
termasuk kedalam kategori yang sangat baik karna masuk kedalam rentang antara
0,80 sampai 0,90. Sedangkan menurut distribusi nilai r tabel, diperoleh hasil
analisis SPSS Alpha Cronbach’s sebesar 0,830 > r tabel sebesar 0,334 ( pada taraf
sig. 5%), Sehingga ditarik kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan reliabel
dengan jumlah 35 aitem. Kemudian dari jumlah 48 aitem, sebanyak 33 aitem
memiliki daya beda yang baik dan 15 aitem gugur karena daya beda yang tidak
mencapai batas syarat aitem dapat diterima. Daya beda atau disebut daya
diskriminasi aitem merupakan salah satu syarat psikologi yang baik. Jika suatu
skala psikologi tidak memiliki daya beda yang baik maka kemampuan untuk
membedakan sampel penelitian tidak dapat tercapai. Sehingga, skala psikologi
tersebut tidak dapat mencapai tujuan pengukuran. (Saifuddin, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2020). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bucich, Micaela, and Carolyn MacCann. (2019). "Emotional intelligence research


in Australia: Past contributions and future directions." Australian Journal
of Psychology, 71(1), 59-67.
Darsitawati, I. P., & Budisetyani, I. P. (2015). Hubungan Kecerdasan Emosional
Dengan Penyesuian Diri Perempuan Usia Pramenopause Di Denpasar
Selatan. Jurnal Psikologi Udayana, 2(1), 1-12.
Doherty, Eva M., et al. (2017). "Measuring emotional intelligence enhances the
psychological evaluation of chronic pain." Journal of clinical psychology
in medical settings 24(3-4), 365-375.
Fauziah. (2015). Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Semester II Bimbingan Konseling UIN Ar-Raniry. Jurnal
Ilmiah Edukasi, 1(1), 90-98.
García‐Sancho, Esperanza, José M. Salguero, and Pablo Fernández‐Berrocal.
(2017)."Ability emotional intelligence and its relation to aggression across
time and age groups." Scandinavian journal of psychology, 58(1), 43-51.
Hurlock, E. (2004). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Surabaya: Erlangga.
Karle, Kathrin N., et al. (2018). "Neurobiological correlates of emotional
intelligence in voice and face perception networks." Social cognitive and
affective neuroscience, 13(2), 233-244.
Olderbak, Sally, Martin Semmler, and Philipp Doebler. (2019). "Four-branch
model of ability emotional intelligence with fluid and crystallized
intelligence: A meta-analysis of relations." Emotion Review, 11(2),166-
183.
Sumiyarsih, W., Mujiasih, E., & Ariati, J. (2012). Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional Dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada
Karyawan CV. Aneka Ilmu Semarang. Jurnal Psikologi Undip, 11(1), 19-
28.

Anda mungkin juga menyukai