Anda di halaman 1dari 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Emotional Intellegence
a. Pengertian Kecerdasan dan Emosi
Menurut W. Stem mengatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk
mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan bekerja,
kemampuan menguasai tingkah laku instinktif, serta kemampuan menerima hubungan yang
kompleks termasuk apa yang disebut dengan inteligensi. Sedangkan menurut Binet,
kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadalkan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis
terhadap diri sendiri (Sukardi, 1988). Kecerdasan merupakan bakat tunggal yang
dipergunakan dalam situasi menyelesaikan masalah apa pun.

Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang kuat bahkan terkadang meluap-luap
yang dapat memicu reaksi fisiologis, jasmani, bahkan tereksperisikan dalam
perubahan prilaku. Prilaku yang muncul dari reaksi kompleks emosi yang meluap-luap
terkadang dapat mengganggu hubungan dengan lingkungan. Dalam kaitannya dengan
ini ternyata emosi itu mesti dikendalikan. Dalam kajian psikologi, pengendalian emosi
merupakan satu dari domain kecerdasan (intellegence) manusia (Masjudin, Syahyudin, 2017).

b. Defenisi Emotional Intellegence

MC Dermott (2008) menyatakan bahwa di awal tahun 1990 an, psikolog yang
bernama Peter Salovey dan Jack Mayer adalah yang pertama menyatakan bahwa individu
memiliki perbedaan dalam hal mempersepsi, memahami dan menggunakan emosi yang
selanjutnya dinamakan dengan emotional intelligence. Istilah kecerdasan emosional baru
dikenal secara luas pada pertengahan tahun 90-an dengan diterbitkannya buku Daniel
Goleman 4: Emotional Intelligence, setelah didahului oleh riset lebih dari sepuluh tahun.
Terbitnya hasil penelitian Goleman ini mendapat sambutan positif dari para pakar,
sekaligus mengubah cara pandang dunia tentang faktor penting penentu keberhasilan
seseorang. IQ pada mulanya diyakini memiliki kontribusi besar terhadap keberhasilan
seseorang, tetapi kenyataan berlaku sebaliknya setelah ditemukannya EQ, bahwa 80%
keberhasilan ditentukan oleh tingkat kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan
oleh IQ seseorang.

Cooper dan Sawaf mendefinisikan kecerdasan emosional merupakan kemampuan


merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi (Agustian, 2001). Adapun
menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan
dengan orang lain. Seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan
sosial. Kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali emosi yang dirasakan dan
bagaimana seseorang tersebut mengekpresikan emosi yang dirasakan melalui komunikasi
nonverbal (Sulistyowati et al., 2015). Teori lain menyebutkan, kecerdasan emosional adalah
kemampuan individu untuk mengontrol perasaan diri sendiri dan orang lain, dan melibatkan
komponen perasaan tersebut untuk berfikir dan serta bertindak (Sarkhosh & Rezaee, 2014).
Kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan individu mengenali, memahami,
menggunakan dan mengontrol emosi saat berfikir ataupun bertindak serta kemampuan untuk
memberikan motivasi pada diri (Kristina et al., 2015).

Serrat (2009) membuat suatu kerangka dan aplikasi dari pengembangan emotional
intelligence. Ia mengacu pada teori yang menyatakan bahwa individu memiliki kepribadian,
keinginan kebutuhan dan cara mengungkapkan emosi yang berbeda-beda. Dalam kerangka
yang umum, emotional intelligence meliputi 5 domain yaitu personal (self awareness, self
regulation, self motivational) dan sosial (social awareness dan social skill). Kelima domain ini
semakin bisa dipahami dengan baik dalam penjelasan sebagai berikut:

1) Self-Awareness yang terdiri dari, (a) Emotional awareness yang merupakan kemampuan
dalam memahami emosi pribadi dan dampaknya; (b) Accurate selfassessment yaitu
memahami kekuatan dan batasan diri secara emosi; (c) Self-confidence yaitu keyakinan
tentang harga diri dan kemampuan diri.
2) Self-Regulation yang terdiri dar, (a) Self-control yaitu kemampuan dalam mengelola emosi
dan dorongan; (b) Trustworthiness yaitu mampu mempertahankan standar kejujuran dan
integritas; (c) Conscientiousness yaitu tanggungjawab terhadap performa diri; (d)
Adaptability yaitu fleksibilitas dalam menghadapi perubahan; (e) Innovativeness yang
merupakan keterbukaan terhadap ide dan informasi baru.
3) Self-Motivation terduri dari, (a) Achievement drive dorongan meningkatkan dan memenuhi
standar keunggulan; (b) Commitment yaitu kemampuan menyelaraskan diri dengan tujuan
kelompok dan organisasi; (c) Initiative yaitu kesiapan bertindak dalam berbagai
kesempatan; (d) Optimism: persistensi dalam mengejar target dan mengatasi hambatan
dan kesulitan.
4) Social Awareness terdiri dari, (a) empathy yaitu merasakan perasaan dan sudut pandang
orang lain dan menunjukkan ketertarikan yang aktif kepada orang lain, (b) Service
orientation yaitu menyadari dan memberikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain, (c)
Developing others yaitu kemampuan merasakan kebutuhan dan keinginan untuk
mengembangkan orang lain, (d) Leveraging diversity yaitu mampu memanfaatkan peluang
dari berbagai jenis orang, (e) Political awareness, memahami adanya kekuatan suatu
hubungan.
5) Social Skills (a) Influence yaitu memiliki kemampuan dalam mempersuasi, (b)
Communication yaitu mampu memahami dan mennyampaikan ide secara jelas, (c)
Leadershi yaitu menginspirasi dan mengarahkan kelompok, (d) Change catalyst yaitu
menginisiasi dan mengelola perubahan, (e) Conflict management: bernegosiasi dan
mengatasi ketidaksetujuan, (f) Building bonds yaitu mengelola hubungan, (g)
Collaboration and cooperation yaitu bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama, (h) Team capabilities yaitu menciptakan sinergi.

DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Dewa Ketut. (1988). Analisis Tes Psikologis. Denpasar: Rineka Cipta
Masjudin&Syahyudin (2017), Teori Kecerdasaan Majemuk (Multiple Intellegence) dan Teori
Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence) Serta Relevansinya Dengan Konsep
Pendidikan Islam, Jurnal pendidikan dan isu sosial, Volume 15, No I
McDermott, L.C. 2008. Basic of Emotional Intelligence. Alexandria: ASTD Press
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
ESQ: Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam.
Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Serrat, O. 2009. Understanding and Developing Emotional Intelligence. Manila: Asian
Development Bank
Sulistyowati, D. A., Wismanto, Y. B., & Utami, C. T. (2015). Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dan Optimisme dengan Problem Focused Coping pada Mahasiswa S1
Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang. Kajian Ilmiah Psikologi.
Sarkhosh, M., & Rezaee, A. A. (2014). How Does University Teachers’ Emotional Intelligence
Relate To Their Self-efficacy Beliefs? Porta Linguarum.

Anda mungkin juga menyukai