TINJAUAN PUSTAKA
11
12
yang disebut dengan The Emotional Quotient Inventory (EQ-i) dan memiliki
beberapa dimensi pada halaman berikutnya, yaitu:
a. Intrapersonal. Terdiri dari beberapa indikator yaitu emotional self awareness,
assertiveness, self-regard, self actulization, dan independence as contect scale.
Indikator tersebut bertanggung jawab untuk pengembangan sikap yang lebih
baik terhadap pekerjaan, perilaku yang konsisten, serta=hubungan=yang lebih
baik=dengan sesama rekan=kerja.
b. Interpersonal. terdiri dari indikator Empahty, Social responsibility, dan
interpersonal relationship. Indikator ini membantu dalam mengembangkan
komunikasi yang efektif.
c. Adaptibility. terdiri dari Problem solving, flexibility, dan reality. Seorang
individu yang memiliki adaptasi yang tinggi diharapkan dapat mengatasi suatu
situasi yang menantang dan secara dinamis efektif untuk menghasilkan solusi
realistis yang ada.
d. Stress Management, terdiri dari toleransi stress dan impluse control. Seseorang
yang mempunyai kemampuan stress management yang baik, akan mampu untuk
mengelola stressnya dengan baik, memenuhi target kerja serta mengelola beban
kerja dengan tidak membuat banyak kesalahan.
e. General mood. Indikator ini terdiri dari kebahagiaan dan optimisme.
Kebahagiaan yaitu keterampilan untuk tetap puas dengan kehidupannya,
sedangkan optimisme adalah kemampuan untuk melihat sisi baik dari setiap
peristiwa. Indikator ini dapat menciptakan suasana yang positif yang dapat
meningkatkan semangat dalam bekerja.
Pada tahun yang sama, Mayer dan Salovey (1997:10) memperkenalkan suatu
pengukuran kecerdasan emosional yang selanjutnya dikenal sebagai Mayer-
Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT). Berikut adalah penjelasan
mengenai dimensi kecerdasan emosional dalam teori Mayer dan Salovey ini:
a. Perceiving Emotion, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan menerima
emosi pada dirinya sendiri dan orang lain, termasuk pada rangsangan lainnya
seperti suara seseorang, cerita, musik dan pekerjaan seni. Ketika berfokus
kepada diri sendiri, dimensi ini terkait dengan kesadaran emosional yang lebih
15
tinggi. Sedangkan ketika berfokus kepada orang lain, dimensi ini mencakup apa
yang dimaksud dengan kepekaan.
b. Use of emotion to facilitate thought maksud dari dimensi ini adalah kemampuan
untuk menggunakan emosinya untuk memusatkan perhatian dan dapat berfikir
lebih rasional, logis dan kreatif.
c. Understanding emotion, yaitu kemampuan seseorang yang dapat menganalisis,
memahami emosinya sendiri serta dapat mengolah kata-kata yang tepat untuk
menggambarkan emosinya namun tetap dalam norma kesopanan.
d. Managing Emotion, adalah kemampuan untuk dapat mengatur suasana=hati dan
emosi=dalam diri=dan orang lain. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat
lebih efektif dalam membantu otang lain untuk mengendalikan emosi mereka.
Pada tahun 1998, Goleman mengembangkan konsep kecerdasan emosional
khususnya dalam kehidupan profesional. Goleman membuat kerangka kerja
kecerdasan emosional untuk menunjukan bagaimana keterampilan memahami,
mengelola dan mengidentifikasikan emosi yang menjelaskan kesuksesan seseorang
dalam kehiduan profesionalnya. Menurut Goleman (1998) Kecerdasan emosional
model goleman ini mempunyai beberapa dimensi yaitu:
a. Self awareness yaitu mengenali perasaan pada dirinya sendiri, preferensi,
sumber daya yang dimiliki serta intuisi yang dirasakan. Dimensi ini merupakan
suatu dasar bagi kecerdasan emosional dan salah satu bagian dari personal skill.
Seseorang yang memiliki Self awareness lebih peka terhadap perasaaanya
sendiri dapat diumpakan sebagai seorang pilot=yang=handal=bagi=kehidupan
mereka,=karena=mempunyai=kepekaan=lebih tinggi akan=perasaan=mereka
yang=sesungguhnya=atas=pengambilan=keputusan-keputusan masalah pribadi.
Mereka juga=memiliki=penilaian=yang realistis=akan kemampuan diri mereka.
Dimensi ini terdiri dari Emotional awareness, Accurate self-assesment, dan self-
confidence.
b. Self management yaitu keterampilan untuk mengelola impluse dan sumber daya
internal yang dimiliki dengan tidak terpengaruh dalam situasi negatif apapun,
serta sebagai wujud tidak adanya perasaan tertekan dan menganggu. Dimensi ini
merupakan salah satu bagian dari personal skill. Orang-orang yang kurang
16
bekerja dengan orang-orang yang ramah, posisi sosial yang baik sekalipun
merasa kurang puas terhadap benefit yang didapatkan.
b. Usia. Banyak studi memiliki hasil yang berbeda dalam menentukan hubungan
usia dan kepuasan kerja, misalnya seperti dalam beberapa penelitian hasilnya
menunjukan bahwa bertambahnya usia akan membuat tingkat kepuasan
kerjanya semakin tinggi. Namun, pada penelitian lain menyebutkan hasil
yang berlainan yaitu dengan bertambahnya usia, kepuasan kerja seseorang
akan menurun
c. Pendidikan. Terdapat kecenderungan karyawan yang lebih terdidik merasa
kurang puas terhadap pekerjaanya, dan sebaliknya karyawan yang kurang
terdirik merasa puas terhadap pekerjannya.
d. Waktu kerja. Kepuasan kerja lebih tinggi dalam beberapa hari pertama dan
akan mengalami penurunan secara perlahan pada hari-hari berikutnya.
2. Faktor pada Pekerjaan
a. Jenis Pekerjaan. Faktor yang paling penting dalam suatu pekerjaan adalah
jenis pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan yang beragam menyebabkan kepuasan
lebih besar daripada suatu pekerjaan yang rutin dilakukan.
b. Permintaan keterampilan. Tingkat keterampilan yang digunakan karyawan
dalam pekerjaannya akan menjadi sumber kepuasan kerja yang pertama untuk
karyawan tersebut.
c. Tanggung jawab. Tanggung jawab memainkan peranan utama dalam suatu
industri. Suatu penelitian menunjukan bahwa tanggung jawab yang dimiliki
oleh seorang manager akan mengarahkan mereka pada kepuasan kerja.
3. Faktor yang dikontrol oleh pihak manajemen
a. Upah/Gaji. Gaji merupakan faktor yang paling penting dalam kepuasan kerja.
Semakin tinggi upah makan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya.
Namun, hal ini belum tentu secara mutlak menentukan kepuasan kerja.
karena, dalam beberapa kasus orang yang berpendidikan tinggi puas terhadap
pekerjaan mereka karena adanya keamanan dan kesempatan untuk suatu
kemajuan daripada puas karena gaji yang diberikan.
26
b. Kondisi kerja. Semakin nyaman dan baik kondisi kerja maka semakin tinggi
tingkat kepuasan kerja seorang karyawan.
c. Benefit. Seorang karyawan yang berpendidikan tinggi akan memiliki gaji yang
tinggi dan tentunya hal tersebut akan mendatangkan berbagai macam benefit
sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja.
d. Peluang: kepuasan kerja akan lebih tinggi jika terdapat banyak peluang untuk
kemajuan karir pada organiasasi/pekerjaannya.
baik pada diri sendir maupun diri orang lain. Penelitian ini juga akan menggunakan
Model Goleman (1998) sebagai alat ukur untuk mengukur kecerdasan emosional
karyawan minimarket di kecamaan Bandung Kulon. Adapun dimensi-dimensi yang
akan digunakan adalah self-awareness, self management, motivation, emphaty dan
sosial skill. Model tersebut dipilih karena model Goleman merupakan
pengembangan dari teori Goleman mengenai kecerdasan emosional yang
dikhususkan untuk profesional kehidupan.
Sedangkan, variabel Y dalam penelitian ini yaitu Job satisfaction (Kepuasan
kerja), menurut George et.al (2008:77) kepuasan=kerja=adalah=kumpulan
perasaan=dan=keyakinan yang=dimiliki seseorang tentang=pekerjaannya=saat ini.
Adapun tingkatan dalam kepuasan kerja yaitu dari kepuasan yang ekstrim hingga
ketidakpuasan=yang=ekstrim. Selain itu, setiap orang memiliki pandangan terkait
pekerjaan mereka secara keseluruhan termasuk berbagai aspek seperti kondisi
pekerjaan, peluang/kesempatan yang ada, jenis pekerjaaan yang dilakukan, rekan
kerja, supervisor, koordinasi, dan gaji yang mereka dapatkan.
Penelitian ini akan menggunakan Minnesota Satisfaction Questionaire yang
merupakan hasil pengembangan yang dilakukan oleh Weis et,al (1967). Jenis
kuisioner MSQ yang digunakan yaitu Short-form MSQ yang terdiri dari=dua
dimensi yaitu faktor kepuasan intrinsik dan faktor kepuasan ekstrinsik. Pengukuran
ini dipilih karena memiliki dimensi yang relatif sedikit dibandingkan alat
pengukuran yang lain, namun kedua dimensi tersebut dapat mencakup faktor-faktor
kepuasan kerja yang dirasakan karyawan seperti faktor pekerjaan itu sendiri, rekan
kerja, benefit yang didapatkan, adanya peluang mendapatkan promosi jabatan serta
faktor-faktor lainnya.
Pada halaman berikutnya, merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini
yang digunakan untuk mengukur dampak kecerdasan emosional yang dimiliki oleh
masing-masing karyawan terhadap kepuasan kerja yang dirasakan karyawan
minimarket modern di kecamatan Bandung Kulon:
31
Kerangka Penelitian
2.5 Hipotesis
Berdasarkan=pembahasan yang terdapa pada latar=belakang, landasan=teori
serta kerangka pemikiran. Maka, formulasi=hipotesis=yang diajukan untuk=diuji
kebenarannya=dalam=penelitian=yang=lakukan pada karyawan minimarket di
kecamatan Bandung Kulon:
Ha : Adanya dampak kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja pada
karyawan minimarket modern di kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung
H0 : Tidak adanya dampak kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja
pada karyawan minimarket modern di kecamatan Bandung Kulon, Kota
Bandung.