Anda di halaman 1dari 6

Bab II

KAJIAN TEORI
A.Kajian Teori
1.Pengertian Kecerdasaan
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan
merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu,
perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai
factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga
mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya. Pemahaman tentang tingkat kecerdasan
individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan
melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik
berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin
malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang
sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap
tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada siswa.
2. Pengertian Emosi
Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary (Goleman, 2006: 411)
mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu,
setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Emosi dapat berupa marah, takut, sedih,
bahagia, cinta, malu, dan sebagainya yang merupakan titik tolak bagi nuansa kehidupan
emosional kita yang tidak habis-habisnya.Emosi timbul dari perasaan, emosi dapat berupa
perwujudan rasa sayang, marah, jengkel, benci, dan sebagainya. Makin hebat emosi, makin
sukar untuk membuat keputusan tentang sesuatu yang harus diungkapkan dan cara
mengungkapkannya. Emosi adalah sesuatu yang memotivasi kehidupan kita. Kita mengatur
kehidupan untuk memaksimalkan bahasa emosi positif dan meminimalisasi bahasa emosi
negatif (Brewer & Hewstone, 2004).Secara harafiah, emosi adalah setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau “meluap-luap”
(Stevenson, 2010). Paul Ekman, seperti dikutip (Goleman, 2002), dalam buku nya
Kecerdasan Emotional, menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat emosi dasar manusia,
meliputi marah, takut, sedih, dan senang. Emosi ini bersifat universal dan dialami oleh setiap
orang di dunia ini. Planalp (dalam Susiati, 2019), menuturkan bahwa pengenalan atau
rekognisi mosi sendiri dapat dilakukan dengan memperhatikan pertanda yang menyertainya,
dan disebut sebagai cues to emotion. Tanda emosi tersebut dapat di observasi melalui tuturan
verbal atau vokal (vocal cues) dan perilaku nonverbal atau ekspresi wajah (facial cues).
Pertanda emosi verbal atau vokal (vocal cues) meliputi kata-kata yang dituturkan dalam
berkomunikasi.
3. Kecerdasan emosi
Istilah “kecerdasan emosional‟ pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang
psikolog bernama Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of
New Hampshire (Shapiro, 1998:8) untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang
tampaknya penting bagi keberhasilan seseorang. Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional (EQ) sebagai berikut “Himpunan bagian dari kecerdasan social yang
melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang
lain, memilah-milah semuanya dengan menggunakan informasi itu untuk membimbing
pikiran dan tindakan,” (Shapiro, 1998:8). Cooper dan Sawaf (Agustian, 2001:289)
mendefinisikan kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan
secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi dan pengaruh yang manusiawi.Adapun menurut Goleman (2001:164) kecerdasan
emosional (emotional intelligence) adalah ke-mampuan untuk mengenali perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain.Seperti
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial.Kecerdasan Emosional
(EQ) bekerja secara sinergi dengan Kecerdasan Intelektual (IQ). Seseorang akan berprestasi
tinggi bila memiliki keduanya. Namun, apabila seseorang yang tingkat kecerdasan
emosionalnya kurang akan mempengaruhi kecerdasan intelektualnya. Tingginya penguasaan
matematika dapat membuat kita meraih prestasi di berbagai bidang. Sedangkan kecerdasan
emosional dapat menentukan batas kemampuan kita sehingga menentukan keberhasilan kita
dalam hidup. Kecerdasan Emosional (EQ) sangat mempengaruhi semua kemampuan yang
dimiliki seseorang.Dalam buku Smart Emotion, Kecerdasan emosional mengandung dua kata
yang luar biasa yakni ‘cerdas’ dan ‘emosi’. Kedua kata inilah yang mendorong riset puluhan
tahun di bidang neuroscience (ilmu tentang syaraf) yang akhirnya menyimpulkan
‘kemampuan berfikir anda mempengarui emosi anda, demikian pula sebaliknya, emosi
mempengaruhi kualitas berfikir.Menurut Goleman (2002:512), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi,menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian
diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan social.Penelitian Suharti dkk (2015: 14),
memberikan bukti yang menyatakan bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar matematika siswa. “Kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk
mempersepsi, membangkitkan dan memasuki emosi yang dapat membantu menyadari dan
mengatur emosi diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat mengembangkan
pertumbuhan emosi dan intelektual” (Yapono dan Suharnan, 2013: 211).“Kecerdasan
emosional merupakan sisi lain kecenderungan kognitif yang berperan dalam aktifitas
manusia, yang meliputi kesadaran diri dan kendali diri, semangat dan motivasi diri serta
empati dan kecakapan sosial” (Fauziah, 2015: 94). Patton (dalam Yapono dan Suharnan,
2013: 211) “Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara afektif
untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan”. Menurut
Goleman (2015: 43) mendefinisikan “Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi,mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdoa”. Dapat disimpulkan
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosionalnya
dengan menjaga keselarasan emosi dan bagaimana cara mengungkapkannya melalui
pengendalian diri untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan hasil belajar
matematikanya.
4.Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
Goleman (2015: 265-280) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional seseorang yaitu:
a. Lingkungan Keluarga.
Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi.Kecerdasan
emosi ini dapat diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi.
Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara
permanen hingga dewasa, kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna
bagi anak kelak dikemudian hari.
b. Lingkungan Non KeKeluarga
Dalam halini adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini
berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya
ditunjukan dalam suatu aktivitas bermain peran. Anak berperan sebagai individu diluar
dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan
orang lain. Menurut Le Doux (Goleman, 2015:20-32) bahwa faktor kecerdasan emosional
dipengaruhi oleh keadaan otak emosional individu, otak emosional dipengaruhi oleh
amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal, dan hal-hal lain yang berada pada otak
emosional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, misalnya
lingkungan keluarga, masyarakat, dan media masa atau cetak. Faktor eksternal ini membantu
individu untuk mengenali emosi orang lain sehingga individu dapat belajar mengenai
berbagai macam emosi yang dimiliki orang lain, serta membantu individu untuk merasakan
emosi orang lain dengan keadaan yang menyertainya. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri individu, faktor internal ini membantu individu dalam mengelola,
mengontrol, dan mengendalikan emosinya agar dapat terkoordinasi dengan baik dan tidak
menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain.
5. Definisi Belajar
Mengenai definisi belajar mempunyai makna yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk
mengetahui dengan pasti apa sebenarnya belajar itu.Menurut Nasution definisi belajar
bergantung pada teori belajar yang dianut oleh seseorang. Adapun beberapa batasan definisi
adalah sebagai berikut:
(a) Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf.
(b) Belajar adalah penambahan .
(c) Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan
Hilgard dalam nasution mengatakan belajar itu adalah: “learning is the prosess by (whether in
the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not
attributable to training”.2 Hal tersebut mengandung makna, belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui latihan (baik dalam laboratorium atau di
lingkungan alami) yang berbeda dengan perubahan tanpa latihan.Menurut Sardiman dalam
memahami makna belajar kita harus mengetahui beberapa definisi tentang belajar sebagai
berikut:
1. Cronbach memberikan definisi: learning is shown by a change in behavior as a result of
experience.
2. Harold Spears memberikan batasan: learning is to observe, to read, to imitate, to try
something themselves, to listen, to follow direction.
3. Geoch mengatakan: learning is a change in performance as a result of practice.3
Ketiga definisi di tasa mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan dan meniru. berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku yang terjadi secara internal dalam diri individu dengan usaha agar memperoleh
hal yang baru baik itu berupa rangsangan, reaksi atau kedua-duanya yaitu rangsangan dan
reaksi, karena belajar juga merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi,keterampilan dan sikap. Jadi belajar bukan hanya mengumpulkan materi
sebanyak mungkin dan menghafalnya.
6.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan belajar. Sebagai mana yang dijelaskan oleh Syah, M, faktor-
faktor tesebut meliputi:
1) Faktor internal siswa (faktor dari dalam siswa)
Faktor ini meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmani) dan aspek psikologis (yang
bersifat rohani). Aspek fisiologis terdiri dari:
(a) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot),
(b) Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengaran dan indra
penglihatan. Sedangkan yang termasuk dalam aspek psikologis yaitu faktor-faktor rohaniah
siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial yang meliputi:
(a) ingkat kecerdasan siswa,
(b) Sikap siswa,
(c) Bakat siswa,
(d) Minat siswa dan
(e)Motivasi siswa.
2) Faktor eksternal siswa (faktor dari luar siswa)
Sama halnya dengan faktor internal faktor ini juga dibagi dalam dua bagian yaitu faktor
lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial, yang termasuk lingkungan
sosial siswa adalah lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial sekolah dan lingkungan
sosial masyarakat. Lingkungan nonsosial, yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Faktor ini dibedakan ke dalam tiga tingkatan yaitu:
(a) Pendekatan tinggi;speculative dan achieving,
(b) Pendekatan sedang; analytical dan deep,
(c) Pendekatan rendah; reproductive dan surface
Maslow mengemukakan bahwa factor-faktor yang mendorong untuk belajar terdiri dari:
Adanya kebutuhan fisik;Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari ketakutan; Adanya
kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain; Adanya
kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat; Sesuai dengan sifat seseorang
untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri
Adapun yang kedua adalah faktor eksternal yang terdiri dari faktor lingkungan sosial (yang
termasuk didalamnya keluarga, guru dan staf, masyarakat dan teman) dan faktor lingkungan
nonsosial (seperti rumah, sekolah, peralatan, alam dam mata pelajaran). Triyanto
mengemukakan bahwa dewasa ini cendrung pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah, karena belajar akan bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajrinya dibandingkan dengan pembelajaran yang berorientasi dengan
penguasaan materi yang cenderung mengingat hanya dalam jangka pendek sehingga anak
sulit memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

B. Penelitian Relevan
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kecerdasan emosional,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Andoko Ageng Setyawan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Riau. Pengaruh
kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa SMK Kansai Pekanbaru.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Kansai Pekanbaru tahun pelajaran
2016/2017 sebanyak 191 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket kecerdasan
emosional. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi dan
analisis inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil
belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil uji liniearitas yakni 0,042 < 0,05
yang berarti terdapat hubungan linier antara kecerdasan emosional dan hasil belajar.
Selanjutnya dilakukan uji regresi diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0,044 < 0,05
sehingga terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar. Nilai koefisien
determinasi (r²)yang diperoleh sebesar 0,021 yang menandakan bahwa faktor kecerdasan
emosional memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika sebesar 2,1%, selebihnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hasil analisis regresi diperoleh nilai konstan sebesar
53,77 koefisien regresi untuk variabel kecerdasan emosional sebesar 0,25 sehingga diperoleh
persamaan regresi sederhana =53,77+0,25
Penelitian ini sama-sama meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional yang dijadikan
sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat.
2. MIRA GUSNIWATI Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Teknik,
Matematika, dan IPA Universitas Indraprasta PGRI. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan
Minat Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Matematika Siswa SMAN Di Kecamatan Kebun
Jeruk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan analisis
jalur. Populasi terjangkau adalah siswa siswi kelas X1 IPA tahun ajaran 2013/2014 di SMAN
di kecamatan Kebon jeruk. Jumlah sampel 70 siswa dengan teknik random sampling yang
diambil dari 2 SMAN di Kecamatan Kebon Jeruk. Pengumpulan data dilakukan dengan
kuisioner dan tes Penguasaan Konsep Matematika.Penelitian diatas memiliki persamaan yaitu
sama-sama meneliti tentang kecerdasan emosional. Perbedaan nya berada pada minat dan
tempat waktu penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Gulinda Binasih (2012) yang berjudul “Hubungan/
Pengaruh antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan
Siswa Kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap”
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi
dengan hasil belajarmatematika pada materi pecahan.Hal ini ditunjukkan dengan hasil
analisis korelasi product moment diperoleh rhitung 0,660. Hasil perhitungan tersebut lebih
besar dari nilai rtabel 0,279 (rhitung 0,660 > rtabel 0,279), sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil
belajar matematika pada materi pecahan.Penelitian ini meneliti tentang Hubungan/ Pengaruh
kecerdasan emosional yang dijadikan sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai
variabel terikat Perbedaannya materi dan tempat dan waktu.

C.Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai