TINJAUAN PUSTAKA
perasaan hati, pemahaman diri dan evaluasi, serta kondisi perasaan lain
seperti rasa bosan ataupun perasaan penuh energi. Dari penggabungan dua
(Goleman, 2002) adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri serta orang
15
16
Teori kecerdasan emosi baru pertama kali dicetuskan pada tahun 1990
oleh Peter Salovey dan John Mayer.Solevey dan Mayer (sitat dalam Casmini,
tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
serta menguasai emosi sendiri atau orang lain pada situasi dan kondisi
tertentu.
1. Kesadaran diri
ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengaturan diri
3. Motivasi
4. Empati
5. Keterampilan social
ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi
tim.
Hal ini karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi. Menurut Goleman
berikut:
1. Keluarga
yang ada dalam diri dan pilihan – pilihan apa yang dimiliki untuk bereaksi
bahwa cara orang tua memperlakukan anak, baik dengan disiplin yang
– anak yang diabaikan oleh orang tua karena tidak mendapat perhatian dari
orang tua, cenderung menjadi anak yang paling cemas, tidak punya
anak karena anak – anak adalah murid yang pintar, yang sangat peka
antara orang tua dan anak yang tak ternilai banyaknya yang seharusnya
2. Lingkungan Sosial
3. Jenis Kelamin
tentang perbedaan emosi pria dan wanita. Mereka mengatakan bahwa anak
perempuan lebih cepat terampil berbahasa daripada anak laki – laki, maka
Pada umumnya orang tua membahas emosi lebih banyak dengan anak
Ratusan studi telah menemukan bahwa secara rata – rata kaum wanita
lebih mudah berempati daripada kaum pria. Hal ini diukur berdasarkan
ekspresi wajah, nada suara, dan isyarat – isyarat verbal lainnya. Secara rata
21
lebih besar dan lebih mudah berubah – ubah daripada kaum pria.
tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya pertautan batin
reproduksi (Letsari, 2012). Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat
yang didalamnnya terdapat ayah, ibu serta anak yang saling berhubungan dan
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang saling mempengaruhi karena adanya
interaksi sosial dan ikatan emosional antar sesama anggota. Pada umumnya
relasi keluarga dimulai dari perkawinan laki – laki dan perempuan, maka pada
tahap ini telah terjadi relasi pasangan suami - istri dalam keluarga. Kemudian,
muncul kembali bentuk relasi baru setelah kehadiran seorang anak dalam
sebuah keluarga yaitu relasi orang tua dan anak. Ketika anak berikutnya lahir
muncul lagi relasi yang baru yaitu relasi sibling(saudara sekandung). Ketiga
22
macam relasi tersebut merupakan bentuk relasi pokok dalam suatu keluarga
waktu antara dua individu yang saling mengenali. Interaksi adalah suatu
2013).
berbagai pengaruh lain semenjak dini. Suatu hubungan dengan kualitas yang
hubungan yang buruk dapat menimbulkan akibat berupa masalah perilaku atau
sebagai alat ukur seberapa dekat satu sama lain merasa anggota keluarga pada
memengaruhi antara ayah, ibu , dan anak yang dilakukan melalui interaksi
yang memerlukan suatu keharmonisan dan ikatan emosional, agar hubungan ini
berjalan dengan baik sehingga dapat mewujudkan harapan dan tujuan bersama.
sosialisasi dan mengenal perilaku – perilaku yang dilakukan oleh orang lain.
yang mana anggota keluarga belajar tentang pribadi dan sifat orang lain di luar
24
merupakan bentuk interaksi timbal balik antara orang tua dan anak. Interaksi
timbal balik ini muncul dari kegiatan yang saling berhubungan dan
memengaruhi satu sama lain antara orang tua dan anak. Hubungan orang tua –
dua pihak (dyadic) dan memandang hubungan orang tua – anak sebagai bagian
dari suatu keseluruhan. Orang tua dan anak sama – sama dianggap mempunyai
kontribusi terhadap proses pengasuhan. Hubungan orang tua dan anak bersifat
terhadap interaksi di kemudian hari. Orang tu dan anak sama – sama memiliki
sumbangan dan peran dalam interaksi. Interaksi orang tua – anak yang telah
akan bertindak pada suatu situasi. Demikian pula sebaliknya anak kepada orang
anak tercangkup ekspresi atau pernyataan orang tua tentang sikap, nilai, dan
minat orang tua yang pada akhirnya interaksi orang tua dengan anaknya inilah
sebagai pola perilaku yang diterapkan orang tua terhadap anak – anaknya
melalui interaksi langsung atau tidak langsung, baik yang sifatnya memberi
dapat dilihat dari tingkatan dalam hal kehangatan (warmth), rasa aman
mendasar dalam hubngan orang tua - anak yang dapat membuat anak merasa
dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri. Mereka memiliki rasa percaya
kehangatan dan kontrol (dua elemen utama yang dimunculkan oleh Baumrind)
1. Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan ditandai oleh sikap kasih sayang orang tua, dorongan perilaku
positif dan kesediaan untuk berbagi emosi dengan anak. Salah satu cara
seperti apa adanya, kesalahannya dan semuanya. Anak perlu tahu bahwa
mereka dihargai, diterima, dan disukai oleh orang tua mereka. Mereka juga
Harus ada usaha dari orang tua untuk menunjukkan persetujuan dan
manusia. Anak tidak ingin merasa bahwa orang tua mereka mengharapkan
menerus.
Perasaan negatif antara orang tua dan remaja mungkin ada karena
berbagai alasan. Beberapa anak dibenci, ditolak dan tidak dicintai oleh
27
orang tua sejak mereka dilahirkan, karena mereka tidak direncanakan dan
2. Kontrol (Control)
perawatan. Untuk bagian anak – anak, hal ini melibatkan penerimaan dan
perilaku yang disampaikan secara jelas kepada anak. Kontrol yang tegas
adalah ketika orang tua membuat tuntutan – tuntutan yang sesuai dengan
usia anak, yang harus dituruti anak sebagaimana diminta oleh orang tua.
wewenang, membuat tuntutan yang sesuai dengan usia anak, maka dapat
menjadi lebih baik. Anak – anak memerlukan aturan dan petunjuk bagi
kelekatan pada orang tua. Kontrol perilaku adalah upaya orang tua untuk
yaitu kontrol yang jelas (overt) dan kontrol tersamar (covert). Kontrol yang
akan mampu menerapkan konrol dan regulasi diri tanpa harus selalu di
tujuan dari setiap remaja adalah diterima sebagai orang dewasa yang
membuat transisi dari masa kanak – kanan ke masa dewasa, remaja perlu
tanggung jawab orang dewasa. Remaja yang tetap terlalu bergantung pada
teman sebaya.
29
Otonomi terdiri dari dua aspek, yaitu otonomi perilaku dan otonomi
ketergantungan kekanak – kanakan pada orang tua (Rice & Dolgin, 2008).
beberapa area, seperti pemilihan pakaian atau pilihan teman, tetapi tetap
orang tua. Remaja ingin diberi hak untuk membuat pilihan, menggunakan
otonomi perilaku. Hal ini masih banyak bergantung pada perilaku orang
afektif. Beberapa remaja yang telah didominasi oleh orang tua mereka
mulai menerima dan lebih suka bergantung. Hasilnya adalah masa remaja
yang berkepanjangan, seperti mereka akan lebih suka tinggal dengan orang
orang tua yang baik adalah yang berupa dukungan otonom dan bukan
mengambil alih.
2.3. REMAJA
tidak berbeda dengan kelompok manusia yang lain. Ada yang berpendapat
bahwa remaja adalah kelompok orang – orang yang sering menyusahkan. Ada
yang pula yang berpendapat bahwa remaja merupakan potensi manusia yang
merupakan masa bergolak yang diwarnai oleh konflik dan perubahan suasana
hati (mood). Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak –
kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja berkisar
masa ini individu akan melakukan pencarian identitas. Selama periode ini,
masyarakat secara relatif membiarkan remaja bebas dari tanggung jawab dan
dan dapat diterima. Remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas
mengisolasi diri dari kawan sebaya dan keluarga, atau mereka meleburkan diri
32
kebingungannya.
internal yang berisfat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya,
Kondisi fisik, psikis atau mental yang sehat, normal dan baik menjadi
hidupnya.
– faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi pada anak dan sikap
penerimaan orang tua (r = 0,197; p <0,01). Selain itu ditemukan juga hasil yang
signifkan namun negatif antara kecerdasan emosi anak dan sikap penghindaran
orang tua ((r = - 0,277; p < 0,01). Sedangkan untuk kecerdasan emosi dan
0,032).
Keluarga menjadi faktor terpenting bagi pembentukan sikap dan perilaku baik
Perawatan orang tua penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai – nilai
34
faktor yang sangat mendukung untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
Orang tua menjadi faktor dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
Sikap orang tua memengaruhi cara orang tua memperlakukan anak dan
perlakuan orang tua terhadap anak sebaliknya memengaruhi sikap dan perilaku
anak terhadap orang tua. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak
tergantung pada sikap orang tua. Sikap orang tua sangat menentukan hubungan
mempunyai kemampuan yang baik tentu akan mempunyai cara, sikap, dan
waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Tingkah laku orang tua
emosi secara intensif oleh orang tuanya tentu akan memahami arti emosi bagi
dirinya dan orang lain. Emosi yang terlatih dapat mengembangkan tingkat
Seorang anak yang memiliki interaksi sosial yang tinggi dengan teman
emosi yang lebih kaya dibandingkan anak sebayanya yang memiliki interaksi
emosi yang tidak tepat dan berlebihan. Kecenderungan seorang anak dapat
emosi. Normalnya ketika orang tua melakukan kontak dengan anaknya selama
orang tua dan anak terhadap emosi merupakan suatu pembelajaran tak
2.5. HIPOTESIS
Dari uraian yang dikemukakan, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai
berikut :
remaja.