Anda di halaman 1dari 9

FORMAT TUGAS INDIVIDU

MATA AJAR : KEPEMIMPINAN, ETOS KERJA DAN KETERAMPILAN


MANAJERIAL
TUGAS : ESSAY-01
KELAS : ANT – I B
HARI/ TANGGAL : JUM’AT, 13 NOVEMBER 2020
PUKUL : 07:00 – 09:00 WIB
NAMA : HARRIS DAHLAN
NIPD :

Tuliskan jawaban dari pertanyaan essay 01

1. DEFINISI INTELIGENSI menurut Robert A. Baron (1995) adalah Kemampuan


berpikir abstrak & kemampuan belajar dr pengalaman.

Menurut William Stern (dalam Nawawi, 2003) Intelegensi adalah


Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru, melalui proses
berpikir yg sesuai dengan tujuannya. .

Intelegensi adalah Keseluruhan kemampuan individu dlm berpikir & bertindak


secara terarah, serta mengolah & menguasai lingkungan secara efektif. •
Konsekuensi dr kesimpulan tersebut bahwa semakin tinggi tingkat.
kecerdasan seseorang maka makin tinggi pula kemampuannya dalam
melaksanakan tugas yg kompleks & rumit.( Nawawi 2003)
Inteligensi Diwujudkan dalam kemampuan berpikir Jadi inteligensi merupakan
potensi yang berpengaruh pdkemampuan berpikir sbg salah satu aktivitas
mental yang menjadi latar belakang manusia, termasuk pada pemimpin.

Perbedaan kecerdasan intelektual ( IQ) dengan kecerdasan emosional (EQ):


1. IQ berkaitan dengan logika, EQ berkaitan dengan emosi
IQ adalah kemampuan seseorang dalam bernalar dan memecahkan
masalah dengan menggunakan unsur-unsur matematiks dan logika.
Kecerdasan intelektual ini juga mewakili kemampuan dalam
pemrosesan visual dan spasial, pengetahuan tentang dunia, serta
kekuatan ingatan.Sementara, EQ adalah kemampuan seseorang dalam
memahami, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengekspresikan
emosi. Kecerdasan emosional ini juga berpusat pada kemampuan,
seperti mengidentifikasi emosi, mengevaluasi perasaan orang lain,
mengontrol emosi sendiri, membayangkan perasaan orang lain,
komunikasi sosial, dan berhubungan dengan orang lain.
2. IQ dibawa sejak lahir, EQ bisa diajarkan
Faktor genetik berperan dalam pembentukan IQ sehingga dapat dibawa
sejak lahir. Namun, faktor lingkungan juga dianggap berpengaruh dan
dapat dikembangkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat dalam
proses akademik. Sementara, EQ dapat diajarkan, diasah, atau
diperkuat kapan saja, terutama sejak dini dengan memberi pendidikan
karakter, memodelkan perilaku positif, mendorong untuk berpikir
mengenai perasaan orang lain, dan menemukan cara untuk lebih
berempati terhadap orang lain.
3. IQ pandai angka, EQ pandai mengelola emosi
Anak yang memiliki IQ tinggi umumnya unggul dalam mengerjakan
persoalan yang berkaitan dengan angka dan analisis data. Sedangkan,
anak yang memiliki EQ tinggi dapat mengelola emosinya dengan baik
sehingga terhindar dari stres, kecemasan, atau depresi. Bahkan mereka
mampu memahami perasaan orang lain dengan baik.
4. IQ baik akademis, EQ baik bersosialisasi
Rata-rata orang yang memiliki IQ tinggi di dalam bidang akademis
cenderung memiliki nilai-nilai yang bagus dalam tes. Sayangnya,
kecerdasan akademis bukan jaminan mereka dapat bersosialisasi dan
membangun hubungan kerja atau pribadi dengan baik. Berbeda dengan
orang yang ber-EQ tinggi, meski nilai akademiknya tak cukup baik
namun mereka dapat bersosialisasi dengan mudah dan memecahkan
persoalan-persoalan sosial.
5. IQ sukses secara individu, EQ bisa memimpin tim
Orang yang ber-IQ tinggi cenderung sukses secara individual, di mana
mereka dapat menggunakan nalarnya untuk mencapai apa yang
diinginkan. Sementara, orang yang ber-EQ tinggi dapat bekerja dalam
tim dengan baik, bahkan dapat menjadi seorang pemimpin. Mudah
dekat dengan orang-orang di sekitarnya membuat orang yang ber-EQ
tinggi cenderung dapat mencuri atensi khalayak.

Menyelaraskan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional;

Kecerdasan intelektual yang didefinisikan sebagai kemampuan kognitif secara global


yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara
bermakna sehingga dapat memecahkan masalah.
Kecerdasan Intelektual mempunyai 3 Indikator :
a. Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar di bidang bentuk.
b. Kemampuan verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar di bidang
bahasa.
c. Pemahaman dan nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka
biasa disebut dengan kemampuan numerik

Murut John D. Mayer dari University of New Hampshire kecerdasan emosional


merupakan kemampuan untuk memikirkan dan menggunakan emosi untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan untuk merasakan emosi dengan
benar, untuk mengakses dan mengelola emosi untuk membantu pikiran, untuk
memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi, dan untuk merefleksikan emosi
sehingga bisa mengatur emosi dan pertumbuhan intelektual.
Mayer juga mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional berarti terlibat dalam
kapasitas untuk merasakan emosi, berasimilasi dengan emosi perasaan, memahami
informasi dari emosi-emosi tersebut.

Untuk menyelaraskan Kemampuan Intelektual dan Kemampuan Emosional perlu


dilakukan membangun/menumbuhkan :
a. Self awareness, merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui
perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat
keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau
kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu
mengaitkannya dengan sumber penyebabnya.
b. Self Management, yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya
sendiri, mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan
terhadap kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-
hari.
c. Motivation, motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap
saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang
lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif,
mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
d. Empati (Social awareness), empati merupakan kemampuan merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan
menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri
dengan berbagai tipe individu.
e. Relationship management, merupakan kemampuan menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta
mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi,
memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama
dalam tim.

2. Jelaskan mengenai “teori berorientasi tugas dan hubungan dengan para


anggota/pengikutnya” pada keefektifan kepemimpinan. Menurut saudara yang
paling sesuai untuk diterapkan adalah teori dari hasil penelitian yang mana?

Kepemimpinan Berorientasi Hubungan


Relationship-oriented behavior (orientasi pada hubungan manusia)
Memahami problem yang dihadapi bawahannya, meminta saran dab
supervisi bawahannya tidak ketat.
a. Kebalikan orientasi pada tugas
b. Fokus pada oraganisasi, mendukung dan mengembangkan tim
c. Membina hubungan baik dengan bawahan

Perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan difokuskan pada kualitas


dari hubungan dengan pengikut. Kepemimpinan yang lebih mengarah pada
hubungan saling mempercayai, saling menghargai , dan penuh kehangatan
hubungan antara pemimpin dengan stafnya (Herbert, 2011).

Kepemimpinan Berorientasi Tugas


Task-oriented behavior (orientasi pada tugas)
Melakukan pekerjaan yang berbeda dengan bawahannya.
Konsentrasi pada : perencanaan, penjawalan pekerjaan, koordinasi dengan
bawahan, membantu bawahan dalam menentukan standar kinerja realistis
Ciiri ciri nya :
a. Fokus pada orang dapat menyelesaikan tugas dengan baik
b. Percaya bawahan dan mendelegasikan pengambilan keputusan
c. Cenderung otokratis.
Perilaku kepemimpinan yang berorientasi tugas adalah tertuju pada tugas-
tugas yang harus diselesaikan pengikut. Kepemimpinan yang lebih menaruh
perhatian pada perilaku pemimpin, yang mengarah pada penyusunan
rencana kerja, penetapan pola organisasi, adanya saluran organisasi, saluran
komunikasi, metode kerja dan prosedur pencapaian tujuan yang jelas
(Greenberg dan baron,1995).

Perilaku Kepemimpinan Berorientasi Tugas berpengaruh terhadap efektivitas


perubahan. Mengatur aktivitas kerja untuk meningkatkan efisiensi,
meningkatkan operasi jangka pendek; menugaskan pekerjaan kepada kelompok
atau perorangan; menjelaskan harapan peran dan sasaran tugas;mengarahkan
dan mengkoordinasikan aktivitas unit; mengawasi operasi dan kinerja; Perilaku
Kepemimpinan Berorientasi Hubungan juga berpengaruh terhadap efektivitas
perubahan Jadi dalam hal ini Kepemimpinan berorientasi pada Tugas maupun
yang berorientasi pada Hubungan sama sama memberikan perubahan positif
pada kinerja anggota.
Namun untuk operasional kapal hal tertentu kurang bagus contoh Dangerous
Cargo harus ketat pada aturan

3. Apa yang saudara ketahui dengan gaya kepemimpinan transaksional dan apa
perbedaannya dengan gaya kepemimpinan transformasional? Dan jelaskan
dimensi-dimensi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan transformasional dan
gaya kepemimpinan transaksional!

Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan


transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana
seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal
antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran.
Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan
mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja
tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward
bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat bersama. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha yang dicapai,
dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia merasa puas
dengan kinerjanya.

Menurut Bass dan Avolio (dalam Wulandari, 2004) menegemukakan, bahwa


kepemimpinan Transformasional terdapat empat dimensi:
1) Charismatic
Memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, inspirasi
dan kepercayaan kepada pengikut serta tindakannya lebih
mendahulukan kepentingan organisasi dan kepentingan orang lain dari
kepentingan diri sendiri.
2) Intellectual Stimulation
Tingkat perhatian dan dukungan yang diberikan pemimpin pada bawahan
3) Inspirational Motivation
Memperluas wawasan bawahan dengan mengkaji ulang
permasalahan lama dengan cara baru
4) Individualized Consideration
Memperlakukan secara berbeda-beda namun adil dan menyediakan sarana
prasarana dalam rangka pencapaian tujuan serta memberikan pekerjaan
menantang bagi bawahan yang menyukai tantangan.

Menurut Robbins & Judge (2009:91) dimensi dari gaya kepemimpinan


transaksional adalah :
a. Imbalan Kontinjen (Contingensi Reward). Pemimpin melakukan
kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh
bawahan dan menjanjikan imbalan apa yang akan diperoleh bila
hal tersebut dapat tercapai. Imbalan dapat berupa bonus,
bertambahnya penghasilan, atau memberikan fasilitas kepada
karyawan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penghargaan
maupun pujian kepada bawahan terhadap kinerja terbaiknya.
Selain itu, pemimpin betransaksi dengan bawahan dengan
memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan,
menunda keputusan, atau menghindari hal - hal yang
kemungkinan mempengaruhi terjadinya kesalahan.

b. Manajemen dengan pengecualian / eksepsi aktif ( Active


Management by Exception ) Pada manajemen eksepsi aktif
pemimpin memantau deviasi dari standar yang telah ditetapkan
dan melakukan tindakan perbaikan.

c. Pemimpin melihat dan mencari penyimpangan dari aturan dan


standar yang telah ditentukan dan menempuh tindakan perbaikan.
Manajemen dengan pengecualian / eksepsi pasif ( Pasive
Management by Exception ) Pada manajemen eksepsi pasif
pemimpin melakukan tindakan jika standar tidak tercapai.

4. Jelaskan pengertian motivasi dan mengapa pengikut atau anggota selalu di


motivasi untuk meningkatkan kinerjanya? Sebutkan salah satu ahli Teori
Motivasi yang saudara anggap paling sesuai untuk diterapkan pada bidang
pekerjaan saudara sebagai Pelaut Perwira, berikan justifikasinya.
Definisi Motivasi adalah adalah proses-proses psikologis yang membangun dan
mengarahkan perilaku seseorang dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Motivasi intrinsik : motivasi berasal dari dalam diri sendiri
Motivasi ekstrinsik : motivasi berasal dari luar
Kata dasar : Motive (dorongan)
“Suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu
kegiatan”
- Dorongan dari dalam : instrinsic motivation
- Dorongan dari luar : extrinsic motivation
Menurut Hersey dan Blanchard, manusia berbeda satu dengan yang lain, tidak
hanya dalam kemampuan melakukan sesuatu tetapi juga berbeda dalam kemauan
untuk melakukan sesuatu dan kemauan dan dorongan untuk melakukan sesuatu itu
disebut motivasi.
Menurut Hasibuan, motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Sementara Wahjosumidjo mengungkapkan bahwa motivasi adalah dorongan yang
timbul pada diri seseorang untuk berperilaku mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lima Alasan Utama Pentingnya Memberikan Motivasi Kerja pada Karyawan

a. Meningkatkan Retensi Karyawan


Saat memasuki dunia kerja, secara natural karyawan memiliki niat untuk
bekerja secara maksimal dan memberikan hasil yang baik. Jadi dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya, sebetulnya mereka memiliki motivasi kerja
yang cukup tinggi. Tugas Anda adalah mencegah agar tingkat motivasi
tersebut tidak menurun atau bahkan hilang sama sekali. Cara meningkatkan
motivasi kerja tersebut pun tidak terlalu susah. Selama perusahaan Anda
memiliki arah yang jelas, respek yang baik terhadap sesama karyawan, dan
memiliki resources yang dibutuhkan karyawan untuk bekerja, kemungkinan
besar mereka akan bertahan di perusahaan Anda.
b. Membantu Meringankan Tugas Anda
Keuntungan satu ini biasanya sangat dirasakan pada bisnis berskala kecil.
Dengan jumlah karyawan yang tidak seberapa, karyawan yang termotivasi
tidak akan segan untuk membantu tugas operasional sehari-hari Anda.
Dengan begitu, Anda memiliki waktu lebih untuk memikirkan hal-hal lain yang
lebih penting. Sebaliknya, karyawan yang memiliki motivasi bekerja
rendah bisa menghalangi bisnis kecil Anda untuk berkembang karena mereka
tidak mampu memberikan performa dengan kualitas yang Anda harapkan.

c. Meningkatkan Nilai Produk


Adanya karyawan yang memiliki motivasi kerja di perusahaan dapat
membantu Anda untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi. Motivasi
dalam bekerja yang dirasakan karyawan akan membuat mereka merasa
bahwa produk yang mereka kerjakan merupakan produk mereka sendiri.
Hasilnya, mereka akan memastikan bahwa produk tersebut memiliki nilai
spesial bagi pelanggan. Tanpa diminta, mereka bersedia menempuh langkah
yang lebih jauh untuk membuat produk Anda menonjol dan unggul dari
produk milik kompetitor.

d. Karyawan Tidak Akan Cepat Puas terhadap Diri Sendiri


Motivasi diri dalam bekerja dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif
dan kondusif. Karyawan akan merasa passionate dengan apa yang mereka
kerjakan berkat adanya motivasi kerja tersebut. Tanpa adanya ketertarikan
terhadap pekerjaan sehari-hari, karyawan bisa merasa “lepas” dari target
perusahaan secara keseluruhan sehingga mengurangi kualitas performanya.
Bukannya memberikan kinerja terbaik, mereka hanya akan bekerja seadanya
demi tidak dipecat. Karyawan pun menjadi cepat merasa puas dan tanpa
sadar bekerja dengan menerapkan level di bawah kemampuan mereka,
padahal sebenarnya mereka bisa melakukan lebih dari itu.

e. Mendorong Kreativitas, Komitmen, dan Energi Karyawan


Apapun bidang bisnisnya, kreativitas dan energi sangat dibutuhkan saat
bekerja. Keduanyalah yang menjadi asupan wajib karyawan agar bisa terus
menghasilkan inovasi yang lebih baik lagi. Nah, apabila karyawan tidak
memiliki motivasi pekerjaan, mereka tidak akan mampu menawarkan ide-ide
baru yang dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan bisnis dan
mendapatkan klien-klien baru. Tanpa sadar, mereka juga membawa energi
yang kurang positif ke lingkungan perusahaan. Akibatnya, produktivitas pun
bisa menurun dan perkembangan bisnis tidak berjalan sesuai target.

• Teori motivasi paling sesuai untuk pelaut Teori Hierarki Kebutuhan


Abraham Maslow .Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow yang
menyatakan bahwa orang-orang mempunyai sejumlah kebutuhan yang
berbeda-beda yang mereka coba penuhi dari pekerjaan mereka.
• Teori motivasi yang menjabarkan lima tingkat kebutuhan manusia dan
berargumen bahwa kebutuhan dasar harus lebih dahulu dipenuhi sebelum
berusaha memuaskan tingkat kebutuhan lebih tinggi.
Kebutuhan dasar yakni Upah dan akomodasi yang baik akan memotivasi
pelaut untuk berprestasi agar bias bekerja di perusahaan itu secara
permanen.
5. Sumber kekuasaan apakah yang terutama muncul dari karakteristik personal dan
sumber kekuasaan apakah yang terutama muncul dari posisi? Apa tipe kekuasaan
yang paling kuat hubungannya dengan keefektifan kepemimpinan??
Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal dari
karakteristik unik yang dimiliki seorang individu.
Kekuasaan ini dapat berasal dari:
i) Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
ii) Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)

Tipe kekuasaan yang paling kuat hubungannya dengan keefektifan kepemimpinan


adalah Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan sah ini berasal dari posisi resmi yang dipegang seseorang, baik itu di
dalam organisasi, birokrasi atau pemerintahan. Kekuasaan sah ini adalah
kekuasaan yang diperoleh melalui konsekuensi hierarki dalam suatu organisasi.
Seseorang dalam posisi ini memiliki hak dan wewenang untuk memberikan perintah
dan instruksi kepada bawahannya dan bawahannya berkewajiban untuk
melaksanakan instruksi yang diberikan.
Seberapa besar kekuasaan posisi dan kekuasaan personal yang dibutuhkan
pemimpin agar efektif?

Pemimpin membutuhkan kekuasaan agar dapat efektif, akan tetapi tidak


berarti bahwa memiliki kekuasaan yang besar selalu berarti lebih baik.
Besarnya kekuasaan keseluruhan yang sangat penting untuk kepemimpinan
yang efektif dan campuran dari berbagai tipe kekuasaan menjadi pertanyaan
yang mulai terjawab oleh sebagian para peneliti.

Jelas bahwa besarnya kekuasaan yang diperlukan tergantung pada apa yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan dan keterampilan
seorang pemimpin dalam menggunakan kekuasaan yang tersedia. Kekuasaan
yang tidak telalu besar dibutuhkan oleh pemimpin yang mempunyai
keterampilan menggunakan kekuasaan secara efektif dan yang mengetahui
pentingnya berkonsentrasi pada tujuan yang paling penting.

Bauer (1968, hlm. 17) memaparkan tentang tata cara yang bijaksana dalam
menggunakan kekuasaan secara selektif dan hati-hati.

Dalam berbagai institusi, kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu yang


penting adalah bergantung pada sejauh mana bisa mempertahankan saluran
kebaikan. Orang yang memperjuangkan setiap masalah, seakan-akan masalah
itu adalah vital akan menghabiskan sumber dayanya, termasuk di dalamnya
adalah kesabaran dan kebaikan dari mereka yang menjadi gantungannya
untuk menyelesaikan pekerjaan itu sendiri.

Untuk itu, ini tidak boleh hanya dianggap sebagai satu hal yang mengejutkan
atau bahkan tidak bermoral. Sehingga, saat masalah tidak lagi menonjol, maka
orang yang bijakasanaa dapat menggunakannya untuk kemudian
membangun kebaikan di masa yang akan datang, atau sedekar untuk
melunasi kewajiban masa lalu, bersama-sama dengan orang yang bagi mereka
hal itu merupakan masalah yang amat sangat menonjol.

Beberapa situasi suatu kepemimpinan membutuhkan lebih banyak kekuasaan


daripada dalam situasi lainnya agar seorang pemimpin dapat lebih efektif.
Dalam hal ini akan lebih banyak pengaruh yang dibutuhkan dalam organisasi
yang sedang melakukan perubahan besar, sementara di sisi lain ada beberapa
pihak yang menentang proposal perubahan yang diajukan oleh pemimpin
tersebut.

Amat sulit bagi seorang pemimpin yang mngetahui bahwa organisasinya akan
menghadapi krisis di masa yang akan datang, krisis yang hanya dapat
dilampaui jika persiapannya dilakukan jauh sejak awal, tetapi bukti-bukti akan
terjadinya krisis belumlah cukup untuk dapat membujuk para anggota untuk
dapat melakukan tindakan sesegera mungkin.

Situasi yang sama adalah kasus di mana pemimpin berkeinginan untuk


mambuat perubahan yang membutuhkan pengorbanan jangka pendek dan
diimplementasikan dalam jangka waktu yang sangat lama sebelum
keuntungan belum sepenuhnya bisa diraih, sementara di satu sisi banyak
tantangan dari pihak-pihak yang memiliki perspektif jangka pendek.

Dalam situasi sulit sperti ini, pemimpin membutuhkan kekuasaan berdasarkan


keahlian dan referensi yang memadai untuk meyakinkan anggotanya bahwa
perubahan tersebut diperlukan dan amat diinginkan, atau kekuasaan politik
dan kekuasaan posisi yang kuat untuk menyadarkan mereka orang-orang
yang menentang dan berusaha untuk menunjukkan bahwa proposal
perubahan yang diajukan tersebut memang diperlukan dan akan efektif.

Ketahuilah bahwa, kombinasi kekuasaan personal dan posisi meningkatkan


kemungkinan untuk berhasil, akan tetapi memaksakan perubahan adalah
selalu beresiko

Anda mungkin juga menyukai