Dosen Pengampu:
Nindy Amita, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Oleh:
Nama Kelompok:
Amalia Fitri Yani/228110361
Ibtihal Qurratun ‘Aini/228110261
Nur Intan Adha/228110085
Tarisa/228110283
Yasirli Thursia/228110313
FAKULTAS PSIKOLOGI
PRODI ILMU PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1. Membaca.........................................................................................................2
2.2 Menulis...........................................................................................................5
2.3 Matematika.....................................................................................................7
2.4 SAINS................................................................................................................11
2.5 Studi Sosial........................................................................................................13
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Membaca
Menulis
Matematika
Sains
Studi sosial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Membaca
Menurut sebuah pandangan keahlian membaca berkembang melalui 5
tahap, dengan demikian tahap-tahap hal memberikan pemahaman umum
tentang perubahan develop mental dalam proses belajar membaca.
Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan pada proses kognitif yang terlibat dalam proses
decoding (penguraian) dan pemahaman kata. Dalam hal ini, yang penting adalah
keahlian metakognitif dan keotomatisan pemprosesan informasi. Metakognisi
diperlukan dalam kegiatan membaca, yakni dalam pengertian bahwa pembaca yang
baik akan mengembangkan kontrol atas kemampuan membaca mereka sendiri dan
punya pemahaman tentang bagaimana cara membaca yang baik.
Menyusun makna
Dalam pendekatan kognitif teks mengandung makna yang harus dipahami atau
dikontruksi oleh pembaca bukan sekedar diuraikan. Pembaca secara aktif
mengkonstruksi makna ini dengan menggunakan pengetahuan yang sudah mereka
punya, dan dengan pengetahuan tentang kata dan bagaimana kata-kata itu
dihubungkan (Heilman, Blair, & Rupley, 2002).
Dalam pendekatan kognitif periset berusaha tidak memfokuskan pada apakah satu
pendekatan pengajaran, seperti bahasa keseluruhan, lebih baik ketimbang pendekatan
lain, seperti Phonics. Tetapi, mereka lebih menitikberatkan pada pencarian proses
kognitif dasar yang bisa menerangkan proses membaca. Pencarian ini memunculkan
minat pada aspek strategi, terutama strategi pembaca ahli (expert reader)
dibandingkan dengan pembaca pemula (novice reader). Preset ini telah menyarankan
pada guru agar membimbing murid dalam mengembangkan strategi membaca yang
baik. Michael Presley dan kawan-kawannya (1992) mengembangkan pendekatan
instruksi strategi transional sebuah pendekatan kognitif untuk membaca yang
menekankan pada instruksi dalam strategi terutama strategi metakognitif, menurut
mereka strategi ini akan mengontrol kemampuan murid untuk mengingat apa yang
telah mereka baca.
Konteks sosial yang mempengaruhi aktivitas belajar membaca antara lain adalah
seberapa besar tekanan kultur pada kegiatan membaca, sejauh mana orang tua
memperkenalkan buku kepada anak sebelum mereka masuk ke sekolah formal,
keahlian komunikasi dari sang guru, sejauh mana guru memberi kesempatan kepada
murid untuk mendiskusikan apa yang telah mereka baca dengan guru dan teman-
temannya, dan pengaruh kurikulum wajib. Para penganut konstruktivis kognitif
menekankan pada pengontruksian makna oleh murid, sedangkan penganut
konstruktivis sosial menekankan bahwa makna itu dinegosiasikan secara sosial.
2.2 Menulis
kebanyakan anak usia empat tahun di AS dapat menulis nama mereka
sendiri. Anak usia lima tahun dapat menulis huruf dan menyalin beberapa
kata. Saat mereka mengembangkan keterampilan menulis ini, mereka pelan-
pelan belajar membedakan ciri-ciri huruf, seperti apakah garis suatu huruf
harus lurus atau bengkok, terbuka atau tertutup, dan seterusnya. selama
sekolah dasar, banyak anak masih terbalik-balik dalam menulis huruf seperti b
dan d dan p dan q.
Pada titik perkembangan ini, jika aspek lain dari perkembangan anak adalah
normal, maka reversal huruf ini bukan prediktor akan adanya masalah literasi. Guru
dan orang tua harus mendorong anak untuk belajar menulis sejak dinitanpa perlu
terlalu memerhatikan ketepatan dalam menulis huruf atau ejaan. nulis Jennifer.
Kesalahan tulisan itu harus dianggap sebagi bagian alamiah dari perkembangan
anak dan tidak seharusnya dikritik atau diteliti secara kaku.
Koreksi ejaan dan tulisan dapat dilakukan secara positif dan bijak tanpa
mengurangi kesenangan dan spontanitas anak dalam menulis (Hughey & Slack,
2001).ik membutuhkan banyak waktu dan atihan (Bruning & Horn, 2001). Anak
harus diberi banyak kesempatan berlatih menulis pada masa SD dan SMP. Saat
kemampuan bahasa dan kognitif mereka meningkat, kemampuan menulis mereka
biasanya juga meningkat. Misalnya, pemahaman yang lebih baik tentang sintaksis
dan tata bahasa akan membantu memperkuat kemampuan menulis yang
baik,Selama menjalani pendidikan di SD, SMP, dan SMA, murid makin menguasai
metode yang canggih. Mulai menata ide-ide mereka.
Pendekatan kognitif untuk menulis menekankan banyak tema yang
sama dengan yang kita diskusikan dalam aktivitas membaca, seperti
pengkonstruksian makna dan mengembangkan strategi (Kellogg, 2000; Olson,
2001). Perencanaan pemecahan masalah, revisi, dan strategi metakognitif
dianggap amat penting dalam meningkatkan kemampuan menulis dari siswa.
pada suatu ide dan menyusun argument dalam bentuk penalaran dan
guru sebagai penengahnya (Mueller & Yankelewitz, 2014). Dalam hal ini,
saat menghadapi masalah kontroversi, seseorang memerlukan suatu argumen
yang logis dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan hal itulah dibutuhkan
suatu penalaran yang logis dari mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
kontroversial.
Pada saat mahasiswa menyele- saikan masalah kontroversial, peran
guru bergeser dari menjadi penengah yang benar dan yang salah ke
memfasilitasi mahasiswa dalam membela dan menantang argumen.
Seringkali, guru tidak mengizinkan maha- siswa untuk berbagi
kesalahpahaman mereka dalam diskusi kelompok dan sebagai gantinya hanya
menyajikan strategi dan solusi yang benar (Santagata, 2005). Selama proses
pembelajaran apabila ada mahasiswa yang mengerjakan belum benar,
diarahkan guru menuju ke jawaban yang sesuai. Masalah yang dimunculkan
adalah perma- salahan yang ada dalam kehidupan sehari-
Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa calon subjek (S) pada saat
menye- lesaikan permasalahan yang diberikan, bisa membedakan mana yang
logis dan tidak, hal ini sesuai dengan kriteria umum dari berpikir kritis
(Zeidler, Lederman & Taylor, 1992). Dari hasil studi pendahuluan terlihat
bahwa calon subjek (S) memiliki pemikiran reflektif yang masuk akal dan
berfokus pada memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis,
2018).
2.4 SAINS
Pembahasan sejauh mana anak-anak terlibat dalam pemikiran
ilmiah (scientific) dan sifat dari pendidikan sains (science).
Pemikiran Ilmiah
Proses pemecahan masalah oleh anak sering kali dibandingkan dengan
proses yang dilakukan ilmuwan. Penalaran ilmiah sering kali dimaksudkan
untuk mengidentifikasi hubungan kausal atau sebab-akibat. Seperti ilmuwan,
anak-anak sering menekankan meka- nisme sebab-akibat (Frye dkk., 1996).
Namun, anak-anak menghadapi kesulitan lebih besar dalam memisahkan teori
mereka dengan bukti yang mereka dapatkan, sering kali, ketika mereka
mencoba mempelajari tentang fenomena baru, mereka mempertahankan teori
lama tanpa peduli pada bukti (Kuhn, Schauble, & Garcia- Mila, 1992).
Jadi, walaupun ada kemiripan antara anak dan ilmuwan,dalam hal rasa
ingintahu dan jenis pertanyaan yang mereka ajukan, tetapi ada juga perbedaan
penting dalam hal pembedaan mereka terhadap teori dan bukti dan dalam
kemampuan mereka mendesain eksperimen yang konklusif (Lehrerm,
Schauble, & Petrosino, 2001; Schauble, 1996).
Pendidikan Sains
National Council for the Social Sciences (2000) mengusulkan sepuluh tema
yang mereka anggap harus ditekankan dalam pelajaran ilmu sosial: Waktu,
kontinuitas, dan perubahan. Adalah penting bagi murid untuk mema- hami akar
sejarah mereka. Identitas personal murid dibentuk oleh kultur, kelompok, dan
institusi. Murid dapat mengeksplorasi pertanyaan seperti: Siapa saya? Bagaimana
orang belajar, berpikir, dan berkembang? Bagaimana orang memenuhi kebutuhannya
dalam berbagai situasi dan konteks? Di sekolah, tema ini biasanya muncul dalam
pelajaran yang difokuskan pada psikologi dan antropologi. Individu, kelompok, dan
institusi. Adalah penting bagi murid untuk belajar tentang bagaimana sekolah, gereja,
masjid, keluarga, agen pemerintah, dan pengadilan memainkan peran penting dalam
kehidupan manusia. Murid dapat mengeksplorasi peran berbagai institusi di AS dan
negara lain. Di sekolah, tema ini biasanya muncul dalam pelajaran antropologi,
psikologi, ilmu politik dan sejarah. Kekuasaan, otoritas, dan tata pemerintahan.
Memahami perkembangan kekuasaan, otoritas dan tata pemerintahan di AS dan di
negara lain adalah sangat penting untuk mengembangkan kompetensi warga negara
sipil. Dalam tema ini, murid mengeksplorasi topik-topik seperti: Apa itu kekuasaan
dan apa bentuk-bentuknya? Bagaimana orang meraih kekuasaan, menggunakan dan
menjustifikasinya? Bagaimana orang-orang dapat membuat pemerintah selalu
tanggap terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka? Bagaimana konflik dalam
negara dan antarnegara dapat diselesaikan? Tema seperti ini biasanya muncul dalam
pelaiaran vang dititikberatkan pada pemerintahan. ilmu politik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut sebuah pandangan keahlian membaca berkembang melalui 5
tahap, dengan demikian tahap-tahap hal memberikan pemahaman umum
tentang perubahan develop mental dalam proses belajar membaca.
3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini mungkin masih kurang sempurna, baik
dari segi penulisan maupun dari segi pembahasan, oleh karena itu kami
berharap kepada dosen dan rekan-rekan mahasiswa dapat memberikan saran
dan kritik demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar
kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.