Abstract
Inhouse style is a guideline for writing procedures. This style grows and develops in a
certain time and becomes mature after establishing itself. Inhouse style is dynamic,
following the flow of development that occurs in society. Each publisher and the media
have different styles of personalities and their respective characteristics in displaying
published works. Some are obedient and obedient one hundred percent of the rules of
language and some are not following the rules of language as a whole. Inhouse style is also
found in journal articles. Each journal has its own characteristics in displaying articles.
Although there are differences in inhouse styles in each journal, many similarities are
found in each journal. For prospective scriptwriters, the inhouse style must be considered
carefully so that it has greater potential to be accepted and published.
Abstrak
Gaya selingkung adalah pedoman tata cara penulisan. Gaya ini tumbuh dan berkembang
dalam suatu rentan waktu tertentu dan menjadi matang setelah memantapkan diri. Gaya
selingkung bersifat dinamis, mengikuti alur perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
Setiap penerbit maupun media mempunyai gaya selingkung yang berbeda-beda dan ciri
khasnya masing-masing dalam menampilkan karya yang diterbitkan. Ada yang patuh dan
taat seratus persen terhadap kaidah kebahasaan dan ada pula yang tidak mengikuti kaidah
kebahasaan secara utuh. Gaya selingkung juga terdapat dalam artikel jurnal. Setiap jurnal
memiliki ciri khasnya masing-masing dalam menampilkan artikel. Meskipun terdapat
perbedaan gaya selingkung dalam setiap jurnal, tetapi banyak ditemukan persamaan gaya
selingkung yang dimiliki setiap jurnal. Bagi calon penulis naskah, gaya selingkung harus
diperhatikan dengan saksama agar berpotensi lebih besar untuk diterima dan diterbitkan.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sarana utama dalam penulisan karya ilmiah. Menurut Jujun
S. Suriasumantri (Yakub, 2009:55) ciri bahasa keilmuan meliputi: reproduktif, tidak
ambigu, tidak emotif, penggunaan ragam bahasa baku, penggunaan istilah keilmuan,
bersifat denotatif, rasinal, kohesif, langsung ke sasaran, dan penggunaan kalimat efektif.
Menurut Johanes (Kurniawan, 2012:15) menyatakan gaya bahasa keilmuan pada
dasarnya pengertiannya sama dengan ragam bahasa fungsional baku. Ragam bahasa
fungsional baku adalah ragam bahasa yang ditandai dengan ciri-ciri: 1) bahasanya
adalah bahasa resmi, bukan bahasa pergaulan, 2) sifatnya formal dan objektif, 3)
nadanya tidak emosional, 4) keindahan bahasanya tetap diperhatikan, 5) kemubaziran
dihindari, dan 6) isinya lengkap, bayan, ringkas, meyakinkan, dan tepat.
Anton Moeliono (Kurniawan, 2012:16) berpandangan bahwa ciri-ciri bahasa
keilmuan yang menonjol adalah kecendekiaannya. Pencedekiaan bahasa dapat diartikan
sebagai proses peyesuaiannya menjadi bahasa yang mampu membuat pernyataan yang
tepat, saksama, dan abstrak. Bentuk kalimatnya mencerminkan ketelitian penalaran
yang objektif. Kalimat satu dengan kalimat yang lainnya memiliki hubungan yang logis.
Hubungan antarkalimat yang logis meliputi relasi sebab dan akibat, lantaran dan tujuan,
hubungan kesejajaran, kemungkinan, kementakan (probabilitas), dan darurat yang
dieksplisitkan lewat kalimat yang khusus. Kejelasan gagasan dalam sebuah tulisan akan
memudahkan pembaca memahami tulisan itu dalam Waluyo, dkk (2016). Kemampuan
pemahaman bacaan, kemampuan berpikir kritis, dan pengaturan diri dapat dieksplorasi
pada mahasiswa tingkat awal untuk meningkatkan kemampuan menulis ilmiah
(Wahyuni, 2016).
Salah satu contoh dari karya bahasa keilmuan yaitu artikel jurnal ilmiah. Selama ini
banyak hasil penelitian yang menjadi dokumen yang terkumpul di kantor atau dipajang
di perpustakaan. Hasil penelitian tersebut hanya dibaca oleh kalangan tertentu. Agar
hasil penelitian itu dibaca oleh banyak orang, perlu ditulis kembali dalam bentuk artikel
ilmiah untuk dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah. Membuat
tulisan atau jurnal yang baik membutuhkan proses dan latihan. Sependapat dengan
Nur'aini, dkk (2015) bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang
dianggap paling tinggi tingkatannya jika dibandingkan dengan ketiga keterampilan
lainnya. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap
jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Menulis adalah
salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh
siswa dalam Mundziroh, dkk (2013). Setiap tulisan harus memiliki makna di dalamnya,
makna kata dibuat setepat mungkin untuk menghindari kesalahpahaman terhadap
makna yang ada pada pemakaian kata. Setiap kata memiliki makna denotasi dan
konotasi. Makna denotasi (Chaer, 2009:66) sering disebut dengan makna sebenarnya,
sedangkan makna konotasi sering disebut makna tidak sebenarnya. Makna denotasi
sering juga disebut dengan makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif
karena dilihat dari sudut yang lain. Makna konotasi juga disebut makna tidak
sebenarnya. Pada tingkatan yang paling sederhana, kata itu hadir karena adanya dunia
luar. Dengan demikian, pada tingkat awal terdapat hubungan yang penting antara makna
dan dunia luar. Oleh karena itu, pendekatan referensial pada umumnya digunakan pada
awal kajian semantik (Suwandi, 2011: 69-70).
Artikel merupakan sebuah karangan atau prosa yang dimuat dalam media massa
yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat
(Tartono 2005:84). Menurut Pranata (2002:120), artikel merupakan karya tulis atau
karangan, karangan non fiksi, karangan tak tentu panjangnya, karangan yang bertujuan
untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur, sarana penyampaiannya adalah surat
kabar, majalah, dan lainnya. Wujud karangan berupa berita atau ‘kharkas’. Keberadaan
artikel jurnal mulai menjadi salah satu alternatif untuk dijadikan referensi dan sumber
pustaka bagi mahasiswa. Artikel jurnal memiliki berbagai kemudahan bagi pengguna
untuk mengaksesnya. Publikasi jurnal merupakan salah satu faktor yang mendukung
untuk dijadikan sebuah referensi dan sumber pustaka.
Jurnal yang baik adalah mempunyai ISSN (International Standard Serial Number).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah lembaga yang menerbitkan ISSN
di Indonesia. Publikasi jurnal yang akan dibahas dan ditelaah pada kajian ini yaitu:
Pena Literasi, Hortatori, Deiksis, Transformatika, dan Semiotika. Jurnal-jurnal tersebut
telah memiliki ISSN sehingga dapat dikatakan jurnal-jurnal tersebut merupakan jurnal
yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah, menyajikan, dan menungkapkan
perbedaan-perbedaan gaya selingkung yang dimiliki oleh jurnal Pena Literasi, Hortatori,
Deiksis, Transformatika, dan Semiotika.
Secara umum, format penulisan pada artikel jurnal menggunakan penulisan yang
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonsia (PUEBI). Ditik rapi pada kertas
A4, font 12 Arial, margin (atas, kiri, kanan, bawah) 3433, spasi 1, dan maksimal 15
halaman (terhitung dari judul hingga daftar pustaka/lampiran yang diperlukan jika ada).
Naskah yang diterima bisa berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris. Pengaturan
untuk jarak spasi sangat diperhatikan (before and after spacing harus 0(nol)). Jarak
antara bab, subbab, dengan anak bab hanya berjarak 1 spasi (1 kali enter). First line
indent pada penulisan awal paragraf menjorok ke dalam 9 huruf (1,1 cm). Secara umum
naskah ajuan terdiri atas judul, abstrak, pendahuluan, metodologi penelitian, hasil,
pembahasan(analisis), kesimpulan dan daftar pustaka. Namun, terdapat penambahan
hal-hal lain seperti sub bab atau hal lain yang tergantung pada kebijakan format
penulisan masing-masing jurnal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian
ini adalah menunjukkan ciri khas gaya selingkung jurnal. Pemilihan jenis penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian
yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal,
keadaan, gejala, atau fenomena, tidak terbatas pada sekadar pengumpulan data
melainkan meliputi analisis dan interpretasi mengenai data tersebut (Saddhono, 2012).
Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data atau dokumen yang
dijadikan sebagai sumber referensi. Data yang dimaksud berupa simpulan dari hasil
observasi terhadap data-data dokumen pada sumber referensi yang digunakan. Data
tersebut akan digunakan sebagai sumber penguat yang menunjukkan masing-masing ciri
khas gaya selingkung jurnal.
KESIMPULAN
Setiap jurnal memiliki gaya selingkung. Gaya selingkung adalah pedoman tata cara
penulisan. Setiap jurnal memiliki gaya selingkung yang berbeda-beda. Hal tersebut
berlaku juga pada jurnal Pena Literasi, Hortatori, Dieksis, Transformatika, dan jurnal
Semiotika. Perbedaan-perbedaanya dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya aspek
struktur artikel, format penulisan, penulisan abstrak, sistem pengutipan, dan lain-lain.
Perbedaan gaya selingkung beberapa jurnal tersebut banyak ditemukan dalam bagian
penulisan judul dan abstrak.
Penulisan artikel jurnal harus mengacu pada format penulisan masing-masing
jurnal, dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pada jurnal tersebut, dengan
begitu kemungkinan artikel yang kita buat akan dimuat di jurnal tersebut akan semakin
besar. Dengan mengikuti setiap format penulisan yang diberikan oleh jurnal, serta
secara mandiri kita mengamati berbagai jurnal yang sudah diterbitkan oleh jurnal
tersebut. Secara tidak langsung kita sudah mengamati bagaimana sebuah artikel dapat
dimuat dalam jurnal tersebut, format penulisan dan gaya selingkung seperti apa yang
biasanya dimuat pada jurnal yang bersangkutan.
Kaidah penulisan selingkung mungkin berbeda antara wadah terbitan satu
dengan yang lain, baik dalam satu lembaga maupun antarlembaga. Hal ini dikarenakan
setiap jurnal memiliki karakteristiknya masing-masing. Beberapa hal yang terkait
dengan gaya selingkung dalam wadah terbitan jurnal adalah: sistematika penulisan, cara
merujuk, cara menulis daftar rujukan, penulisan atau penyajian tabel, penulisan gambar,
dan penulisan identitas penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ayudia, Edi Suryanto, Budhi Waluyo. (2016). “Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa
Indonesia dalam Laporan Hasil Observasi pada Siswa SMP”, Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya, 4 (1): 34.
Chaer, A. (2011). Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mundziroh, S., Andayani, Saddhono, K. (2013). “Peningkatan Kemampuan Menulis
Cerita dengan Menggunakan Metode Picture and Picture pada Siswa Sekolah
Dasar”. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya, 2 (1): 2.
Nur’aini, H.I.M., Saddhono, K., Ulya, C. (2015). “Implementasi Kurikulum 2013 pada
Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi (Studi Kasus di Kelas X SMK Negeri 1
Karanganyar)”. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya,
3 (3): 3.
Pranata, X. Q. (2002). Menulis dengan Cinta: Belajar Mandiri dan Mengajarkan
Kembali Jurnalisme Kasih Sayang. Yogyakarta: Yayasan ANDI.
Rahardja, M. (2010). Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
(http://mudjirahardjo.uin.malang.ac.id/artikel/140-penelitian-dan-pengembangan-
ilmu-pengtahuan-html/) 1 November 2017
Saddhono, K. (2012). “Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret”. Kajian Linguistik dan Sastra, 24 (2): 176-186.
Santoso, R. (2003). Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa. Jakarta: Wedatama
Widya Sastra.
Santoso, Kusno Budi. (1990). Problematika Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Sugono, D. (2008). Peran Bahasa Indonesia dalam Mencerdaskan Anak Bangsa.
Semarang: UNNES.
Suwandi, S. (2011). Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.
Tanjung, B. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Mempersiapkan Diri
Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Tartono, S. (2005). Menulis di Media Massa Gampang!. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusantama.
Template Jurnal Deiksis
Template Jurnal Hortatori
Template Jurnal Pena Literasi
Template Jurnal Semiotika
Template Jurnal Transformatika
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009 Pasal 28 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. 2009. Jakata: Depdiknas.
Wahyuni, E. S. (2016). “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis, Pemahaman Bacaan,
dan Pengaturan Diri terhadap Kemampuan Menulis Ilmiah.” Ranah, 4 (1): 120-
132.
Yakub, N. (2009). Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta:
Media Perkasa.