Anda di halaman 1dari 7

Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview)
adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer)
dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung.
Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to
face) antara pewawancara dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya
langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.
Wawancara pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan dibandingkan
dengan wawancara lainnya seperti wawancara pada penerimaan pegawai baru,
penerimaan mahasiswa baru, atau bahkan pada penelitian kuantitatif. Wawancara
pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan
didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar
percakapan dan berkisar dari informal ke formal. Walaupun semua percakapan
mempunyai aturan peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya,
aturan pada wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti percakapan biasa,
wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatakan informasi dari satu sisi saja,
oleh karena itu hubungan asimetris harus tampak. Peneliti cenderung mengarahkan
wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan.
Wawancara mempunya beberapa jenis yaitu, wawancara tidak berstruktur,
wawancara semi berstruktur, dan wawancara berstruktur.
1. Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara ini biasanya diikuti oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar topik yang
akan dicakup dalam wawancara. Jenis wawancara ini bersifat fleksibel dan peneliti
dapat mengikuti minat dan pemikiran partispan. Pewawancara dengan bebas
menanyakan berbagai pertanyaan kepada partisipan dalam urutan manapun
bergantung pada jawaban. Pengendalian dan pengarahan wawancara oleh peneliti
sifatnya minimal. Partispan bebas menjawab, baik isi maupun panjang pendeknya
paparan, sehingga dapat diperoleh informasi yang sangat dalam dan rinci.
Wawancara jenis ini cocok bila peneliti mewawancarai partisipan lebih dari satu kali.
Wawancara ini menghasilkan data yang terkaya, tetapi juga memiliki dross rate
tertinggi, terutama apabila pewawancaranya tidak berpengalaman. Dross rate adalah
jumlah materi atau informasi yang tidak berguna dalam penelitian.
2. Wawancara Semi Berstruktur
Wawancara ini dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman
wawancara bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuensi pertanyaan
tidaklah sama pada tiap partisipan bergantung pada proses wawancara dan jawaban
tiap individu. Namun pedoman wawancara menjadi peneliti dapat mengumpulkan
jenis data yang sama dari partisipan. Dross rate lebih rendah daripada wawancara
tidak berstruktur. Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan dan memutuskan sendiri
mana isu yang dimunculkan.
Pedoman wawancara dapat agak panjang dan rinci walaupun hal itu tidak perlu diikuti
secara ketat. Pedoman wawancara berfokus pada subyek area tertentu yang diteliti,
tetapi dapat direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul belakangan.
3. Wawancara Berstruktur atau Berstandar
Beberapa keterbatasan wawancara jenis ini membuat data yang diperoleh tidak kaya.
Jadwal wawancara berisi pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Jenis
wawancara ini menyerupai kuisioner sirvei tertulis. Wawancara ini menghemat waktu
dan membatasi efek pewawancara bila sejumlah pewawancara yang berbeda terlibat
dalam penelitian. Analisis data dampak lebih mudah sebagaimana jawaban yang dapat
ditemukan dengan cepat. Jenis wawancara ini mengarahkan respon partisipan dan
oleh karena itu tidak tepat digunakan pada pendekatak kualitatif. Wawancara
berstruktur bisa berisi pertanyaan terbuka, namun peneliti harus diingatkan terhadap
hal ini sebagai isu metodologis yang akan mengacaukan dan akan menjadi
menyulitkan analisisnya.

Menurut Warwick-Lininger yang menentukan keberhasilan dalam percakapan tatap


muka maupun percakapan melalui media. Lebih-lebih lagi percakapn itu menyangkut
moral dan nilai-nilai, yaitu :
a. Pewawancara
Beberapa karakteristik yang harus dimiliki pewawancara :
 Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi
 Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang
telah dilakukan.
 Karakteristik sosial pewawancara.
 Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi.
 Rasa aman yang dimiliki.
Kondisi ini akan memacu pewawancara untuk mengendalikan diri serta mampu untuk
menyampaikan pertanyaan dengan baik dan memahami jawaban yang diberikan oleh
sumber informasi.
b. Sumber informasi
 Kemampuan memahami atau menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pewawancara.
 Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi.
 Kemampuan untuk menyatakan pendapat.
 Rasa aman dan percaya diri.
Dengan cara-cara ini maka informasi akan dapat memberikan jawaban yang tepat dan
bermanfaat.
c. Materi pernyataan
Pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang terdapat di dalam materi
pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan dengan baik.
 Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan
Materi pertanyaan hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan sumber informasi.
Jangan terlalu sukar dan jangan pula terlalu mudah.
 Kesensitifan materi pertanyaan
Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal yang menyangkut moral, agama, ras,
atau kedirian tiap sumber informasi yang selalu mengundang subjektivitas,
keengganan, atau kepenolakan untukmemberi jawaban. Usahakan materi yang sensitif
dijadikan normatif dan tidak menyinggung kedirian seseorang maupun orang lain.
d. Situasi wawancara
 Waktu pelaksanaan
 Tempat pelaksanaan
 Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
 Sikap masyarakat.
Keempat komponensial tersebut saling berpengaruh dan berinteraksi, sehingga
menunjang dan mungkin menghambat pencapaian tujuan wawancara. Apabila semua
komponensial berfungsi dengan baik sesuai fungsinya masing-masing, maka tujuan
wawancara akan tercapi dengan baik. Namun perlu pula digarisbawahi bahwa secara
terperinci keberhasilan dan pengumpulan data dari sumber informasi sangat
ditentukan oleh kemampuan pewawancara untuk memancing, menggali, dan
mengikut sertakan sumber informasi sehingga ia tertarik dan terlibat secara aktif serta
mampu menyampaikan informasi yang sebenarnya.
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara akan berlangsung dengan
baik dan benar, apabila ada situasi yang menyenangkan dan saling percaya antara
pewawancara dan sumber informasi. Ada beberapa aturan umum yang perlu
diperhatikan pewawancara sebagai berikut :
1. Penampilan dan sikap, penampilan yang digunakan pewawancara janganlah
mencolok atau terlalu berlebihan dibandingkan dengan keadaan sumber
informasi, tetapi jangan pula terlalu buruk dan lusuh. Disamping itu sikap
pewawancara terhadap sumber informasi akan sangat menentukan dalam
menggali informasi yang sebenarnya.
2. Pewawancara hendaklah terbiasa dengan model pertanyaan yang akan
disampaikan, untuk ini diperlukan latihan penyampaian informasi lebih dini
sesuai dengan model yang akan disampaikan di lapangan.
3. Ikuti kata-kata dalam pertanyaan dengan tepat, hal ini dimaksudkan untuk
menghindarkan perubahan pada isi pertanyaan. Disamping itu dimaksudkan pula
untuk memberikan keterangan lebih lanjut untuk menjelaskan tentang sesuatu.
4. Catat jawaban pertanyaan secara tepat dan benar, apabila pertanyaan diajukan
secara terbuka, maka pewawancara hendaklah mencatat data sesuai dengan
jawaban yang diberikan sumber informasi secara tepat dan dalam konteks yang
sebenarnya.
5. Bila jawaban belum jelas, gunakan teknik menjaring/probing, yaitu menggali
informasi lebih dalam sehingga terdapat jawaban yang lebih spesifik, tepat, dan
makna lebih jelas.

Wawancara dapat dilakukan dirumah, dikantor, atau ditempat lain, yang


memungkinkan wawancara aman, tertib, dan teratur. Wawancara merupakan suatu
proses tatap muka antara dua orang. Disamping itu juga merupakan hubungan
interaksi sosial dan fungsional serta tujuan tunggal. Ada beberapa pedoman yang
harus diperhatikan dalam wawancara, yaitu :
a. Harus diingat bahwa wawancara itu bukanlah percakapan biasa. Pewawancara
hendaklah menciptakan situasi yang menyenangkan dan sadar akan fungsinya.
b. Memilih waktu yang tepat, pewawancara hendaklah membuat persetujuan dengan
responden tentang kesediaannya atau datang kerumahnya dalam waktu sumber
informasi tidak sibuk dengan tugas-tugas lain.
c. Andai kata pewawancara tidak dapat melaksanakan kunjungannya terhadap
sumber informasi, bicarakanlah dengan baik, kapan waktu sumber informasi yang
tersedia lagi.
Seperti juga teknik pengumpul data yang lain, wawancara merupakan salah satu cara
yang baik dan tepat apabila peneliti menginginkan informasi yang dalam dan lebih
banyak. Beberapa keuntungan pengunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data
penelitian sebagai berikut.
1. Berhubung karena pewawancara langsung menemui responden, maka
response rate juga lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kuisioner. Apabila
ada sumber informasi yang tidak berada di tempat, dapat diulangi kembali pada waktu
berikutnya.
2. Sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana karena semua sumber
informasi akan dapat ditemui, kalau peneliti dapat menunggu kapan sumber informasi
mau dan siap memberikan informasi.
3. Dapat mengumpulkan informasi pelengkap yang akan digunakan untuk
memperkuat pembuktian atau analisis pada penyusunan laporan hasil penelitian.
4. visualisasi informasi dapat disajikan dan pewawancara dapat memberikan
respon dan meminta informasi lebih terperinci dan terarah pada fokus persoalan.
5. dapat melengkapi dan memperbaiki kembali informasi yang kurang atau
salah.
6. dapat menangkap situasi, apakah informasi yang diberikan itu informasi
spontan atau sengaja diatur khusus untuk tujuan penelitian.
7. Dapat mengontrol jawaban masing-masing pertanyaan.
8. pertanyaan-pertanyaan yang sensitif dapat ditanyakan dengan hati-hati
kepada sumber informasi atau dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sumber
informasi merasa tidak tersinggung oleh pertanyaan itu.
9. mudah diubah, untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik,
pewawancara dapat mengubah situasi dengan mendorong dan memancing sumber
informasi untuk menjawab yang lebih spesifik atau mengajukan pertanyaan tambahan
yang lebih sesuai dengan tujuan.
10. lebih lengkap, pewawancara dapat menjamin bahwa semua pertanyaan
dijawab oleh sumber informasi. pertanyaan tertentu yang semula belum dapat dijawab
secara eksplisit dapat dilacak kembali, bahkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek-
aspek terselubung dapat diungkapkan kembali dengan menggunakan pertanyaan
pemancing.

walaupun wawancara merupakan teknik yang tepat sebagai alat pengumpulan data
untuk jenis penelitian tertentu, namun banyak pula kelemahan yang perlu diperhatikan
sebelum menggunakan teknik ini. Diantara kelemahan itu sebagai berikut:
1. data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas.
2. memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu wilayah yang
luas.
Jadi dapat disimpulkan wawancara terdiri atas tiga tahap yaitu tahap pertama
perkenalan, untuk membangun hubungan saling percaya. tahap kedua adalah tahap
terpenting karena data yang berguna akan diperoleh. terakhir adalah ikhtisar respon
partisipan dan konfirmasi atau adanya informasi tambahan.
wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian,
terutama penelitian kualitatif. meskipun wawancara dianggap hal yang biasa namun
pada penelitian, kegiatan ini berbeda dengan percakapan sehari-hari. jika penelitian
mengharuskan kolega sebagai partisipan, proses wawancara tidaklah semulus yang
dibayangkan. Beberapa kendala seperti kesalahpahaman juga dapat timbul.
Diperlukan teknik tersendiri untuk mengurangi kendala tersebut, melakukan
wawancara dengan mengikuti tahapan prosedur merupakan hal penting agar hasil
wawancara tidak mengecewakan. sebagai pewawancara sesungguhnya sudah
mempunyai bekal kemampuan konseling untuk lebih menguasai keterampilan
melakukan wawancara dalam memperoleh data yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Rachmawati, Nur Imami. 2007. Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif :
Wawancara. Jurnal keperawatan Indonesia, 11(1), 35-40.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian. Jakarta:Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai