Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN WAWANCARA
1. Charles Stewart dan W.B. Cash
Wawancara adalah proses komunikasi dipasangkan dengan tujuan serius dan
telah ditentukan dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab.
2. Robert Kahn dan Channel
Wawancara adalah pola khusus dari interaksi dimulai secara lisan untuk tujuan
tertentu, dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik, dengan proses
eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.
3. Koentjaraningrat
Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk
mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan responden, untuk
berkomunikasi tatap muka.

B. JENIS JENIS WAWANCARA


1. Wawancara tertutup
suatu kegiatan wawancara yang dilakukan dengan cara tertutup. Pada
Pewawancara harus menjaga atau merahasiakan nama maupun sebuah informasi
mengenai narasumbernya dengan cara memalsukan atau memberi sebuah inisial
nama narasumber. Contohnya : Wawancara yang menggunakan sebuah lembar
questionnaire.
2. Wawancara Terbuka
sebuah wawancara yang dilakukan dengan tidak merahasiakan sebuah
informasi yang mengenai narasumbernya dan juga mempunyai pertanyaan –
pertanyaan yang tidak terbatas atau tidak terikat
jawabannya.  Contohnya : wawancara yang meminta narasumber untuk
memberikan suatu penjelasan lengkap yang mengenai suatu hal.
3. Wawancara konferensi
sebuah wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara dengan
sejumlah narasumber dan sebaliknya.  Contohnya : wawancara yang dilakukan di
sebuah acara – acara televisi atau talk show, wawancara yang dilakukan oleh
seorang pewawancara kepada sejumlah narasumber di acara formal atu diskusi
publik, dan Wawancara jarak jauh (teleconference) yang banyak dilakukan di
sebuah acara – acara berita.
4. Wawancara Kelompok
sebuah wawancara yang dilakukan oleh sejumlah pewawancara kepada suatu
narasumber dan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Hal ini hampir sama
dengan wawancara konferensi, tetapi pada wawancara kelompok suatu pertanyaan
– pertanyaan yang diajukan oleh setiap pewawancara berbeda –
beda.  Contohnya : wawancara kepada seorang artis, pejabat, atau group band
yang berprestasi atau sedang terkena skandal.
5. Wawancara Individual
sebuah wawancara yang dilakukan oleh seorang wawancara dengan seorang
narasumber. Wawancara ini juga disebut dengan wawancara perorangan.
Contohnya : wawancara yang dilakukan oleh wartawan dalam mencari berita.
6. Wawancara Terpimpin
Wawancara ini disebut juga dengan wawancara terstruktur. Wawancara jenis
ini biasanya menggunakan beberapa sebuah pertanyaan yang telah disiapakan
sebelumnya baik oleh sih pewawancara maupun sih narasumbernya. Contohnya :
wawancara yang sering terjadi di acara – acara talk show bertemakan khsusus
kepada narasumber seperti dokter, polisi, guru, dan lain – lain.
7. Wawancara Bebas
salah satu jenis wawancara yang pertanyaannya tidak dipersiapkan terlebih
dahulu. Dengan kata lain dalam wawancara ini terjadi secara spontan bergantung
dengan suasana dan keadaan ketika kegiatan wawancara berlangsung. Wawancara
ini sering disebut juga dengan wawancara tidak berstruktur. 

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAWANCARA


Bailey (1978) dalam bukunya Methods of Social Research menguraikan
beragam kelebihan dan kekurangan metode wawancara dalam suatu penelitian.
Kelebihan metode wawancara:
1. Flexibility. Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan
situasi yang dihadapi pada waktu itu. Bila dia menginginkan informasi yang
mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperonleh
informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika
sebuah pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada waktu itu, dia dapat
menundanya.
2. Response rate. Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik
dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak
mampu menulis atau membaca tetapi dapat menjawab pertanyaan, demikian
pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai
mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
3. Nonverbal behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal,
Misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada waktu
pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
4. Control over environment. Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana
wawancara dilakukan, misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran
orang lain. Hal ini mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
5. Question order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga
responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga
dapat menjamin pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang
respondennya tidak bersedia menjawabnya.
6. Spontaneity. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan.
Dalam hal tertentu jawaban spontan dapat lebih jujur dan informative, kurang
normative.
7. Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi
benar oleh responden yang telah kita tetapkan.
8. Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh
pertanyaan yang diajukan.
9. Time of interview. Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang
relatif pasti. Kapan, di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari
rancangan penelitian.
10. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan
pertanyaan yang gampang dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat
ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.

Kekurangan metode wawancara:


1. Cost. Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan
serta pemondokan, imbalan untuk responden, dan lain sebagainya Di Amerika
dan Eropa khususnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang responden
dapat sampai dengan 100 dolar pada tahun 1995 (Cooper dan Emory). Artinya
kalau respondennya 100 orang peneliti harus menyediakan uang sekitar 75
juta rupiah. Di Indonesia belum ada tarif yang dapat diterima umum ketika
seorang peneliti mewawancarai responden
2. Time. Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang responden
hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh pertanyaan
diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan pengalaman, penelitian
yang sampelnya banyak dan secara geografis berbeda domisilinya, dapat
memakan waktu sekitar enam bulan .
3. Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan bertanya
dan juga kesalahan mentafsirkan jawaban, masih dapat terjadi. Sering terjadi
atribut (macam kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian,
penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi
jawaban.
4. Inconvenience. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit responden
mau diwawancarai. Namjun, karena telah janji, responden tetap mau
menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami
gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban
Berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia,
pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari
pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin
mereka tidak punya waktu atau dapat juga karena mereka takut didatangi oleh
orang asing.
5. Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara responden
sukar menyembunyikan identitas dirinya . Artinya pewawancara dapat
dipandang mempunyai potensi yang dapat mengancam dirinya, sehingga
jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika jawabannya
direkam melalui pita perekam.
6. Less standardized question wording. Pertanyaan sering kali kurang baku.
Responden yang berbeda dapat ditanyakan dengan kalimat yang berbeda
bahkan isinya berbeda pula. Fleksibilitas ternyata dapat merupakan kekuatan
namun dapat pula merupakan kelemahan tenik wawancara.

Anda mungkin juga menyukai