Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir dari Mata Kuliah Intership Bimbingan dan Konseling
Perguruan Tinggi
Dosen Pengampu: Anandha Putri Rahimsyah, M.Pd.
Disusun Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tanpa banyak kesulitan. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman jahiliah menuju ke zaman islamiah yang penuh dengan hidayah Allah SWT, serta
menuntun umatnya kepada realisasi kehidupan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat- Nya
sehingga makalah dengan judul “LAPORAN PELAKSANAAN KONSELING
INDIVIDUAL” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Instership Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi. Kami harap makalah ini
dapat menjadi referensi bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini
dan saya mohon kepada pembaca untuk saran dan kritik agar ketika penulisan makalah
kembali dapat diselesaikan lebih baik dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca maupun penulis.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus
secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli.
Klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri,
kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional
dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling
ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam
masalahnya dimanan ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dalam
konseling diharapkan klien dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri
sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitar.
Pemilihan dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan
yang optimal kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat
lebih baik menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam
lingkungan. Layanan Konseling Individual adalah proses belajar melalui
hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor
dan seorang konseli. Layanan konseling individual ini memiliki sasaran
utamanya yaitu narapidana yang baru masuk.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. Dalam
hal ini masalah masalah perilaku yang terjadi di lingkungan sekolah salah
satunya yaitu masalah perilaku sosial pada peserta didik. Layanan bimbingan
pribadi sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi sosial seperti masalah hubungan
dengan sesama teman, dengan guru, serta staf, permasalahan sifat dan
kemampuan diri, penyesuain diri dengan lingkungan pendidikan dan
masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Tujuan layanan
konseling individual adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri,
lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya
sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling
bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Selanjutnya
menurut Tohirin secara khusus, tujuan konseling individual adalah merujuk
kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Sebagaimana telah
dikemukakan yaitu : 1. Merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujuan
layanan konseling adalah agar klien memahami seluk beluk yang dialami
secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. 2. Merujuk kepada
fungsi pengentasan, maka layanan konseling individual bertujuan untuk
mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. 3. Dilihat dari fungsi
pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling individual adalah
untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur
positif yang ada pada diri klien.
Dalam pelaksanaan konseling individu konselor harus membuat laporan-
laporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Laporan merupakan
kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang telah dicapai
dalam pelaksanaan konseling individu yang telah dilaksanakan, dari hasil
dalam format laporan yang dapat memberikan informasi kepada seluruh
pihak yang terlibat tentang keberhasilan dan kekurangan dari konseling
individu yang telah dilakukan.
B. Tujuan
Membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life
style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta
perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi
persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku
serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
Jadi kita sebagai mahasiswa diwajibkan untuk mengetahui bagaimana
rancangan-rancangan yang harus dilakukan dalam melakukan konseling
individual tersebut harus melakukan praktiknya dengan baik dan benar secara
keseluruhan agar klien dapat memahami apa yang akan diubah dalam
mencapai tujuannya sehingga konseling ini berjalan dengan sesuai yang telah
ditentukan .
C. Ruang Lingkup
A. Ruang lingkup praktik konseling individu
1. Unntuk mengidentifikasi permasalahan dari setiap klien
2. Untuk mengetahui asesmen dan pengukuran DASS dari setiap klien
3. Untuk mengetahui jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi
klien
4. Untuk mencapai tujuan/harapan yang ingin klien capai
5. Untuk mengetahui skala yang ingin diperoleh dari setiap klien
6. Untuk mengetahui tindak lanjut dan evaluasi konseling pada setiap klien
B. Ruang lingkup laporan
1. Untuk mengetahui apa itu layanan konseling individual
2. Untuk mengetahui bagaimana praktikum layanan konseling individual
yang telah dilakukan
3. Untuk mengetahui apa saja teknik yang dilakukan pada konseling
individual
4. Untuk mengetahui tujuan dari layanan konseling individual
5. Untuk mengetahui apa saja yang diperlukan konselor dalam melakukan
layanan konselig individual
6. Untuk mengetahui rencana-rencana yang dilakukan konselor
BAB II
KEGATAN PRA KONSELING
A. Persiapan Konselor
Prakonseling adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan konseling,
sebelum kegiatan konseling itu sendiri dilaksanakan. Persiapan ini hendaknya
mencakup persiapan untuk konseli, persiapan yang berhubungan dengan konselor
selaku helper, dan persiapan fisik serta lingkungan di mana konseling akan
dilaksanakan.
Prakonseling termasuk teknik dasar yang harus dilakukan oleh konselor,
karena dengan adanya persiapan yang matang baik dari segi konselor, konseli,
maupun lingkungan, akan mendorong terjadinya proses konseling yang kondusif,
dan mempermudah tercapainya tujuan konseling
1. Persiapan fisik
a. Menunjukkan penampilan diri yang rapi, tidak bertentangan dengan nilai
yang berlaku dengan tempat di mana konseling dilaksanakan
b. Menunjukkan wajah yang segar dan tidak terlihat lelah
c. Menjaga kebersihan diri, minimal supaya tidak bau badan sehingga
konseli merasa nyaman.
2. Persiapan psikologis
a. Menjernihkan pikiran untuk konsentrasi penuh saat konseling, misalnya
dengan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
b. Mencegah diri supaya tidak melamun saat akan melakukan konseling.
c. Mempersiapkan mental dan kekuatan energi untuk mendengarkan apapun
cerita konseli.
d. Meningkatkan minat dan motivasi untuk membantu konseli.
3. Persiapan instrumen pelaksanaan konseling
a. Mempersiapkan alat perekam untuk konseling (misalnya : recorder,
kamera digital, alat perekam lainnya).
b. Mempersiapkan alat tulis jika sewaktu-waktu diperlukan untuk
pembuatan kontrak konseling
c. Mempersiapkan tissue untuk mengantisipasi konseli menangis.
d. Me-non aktifkan telepon seluler / handphone saat memulai proses
konseling untuk menghindari adanya gangguan selama konseling
berlangsung.
4. Persiapan media Bimbingan dan Konseling
a. Mempersiapkan bahan-bahan informasional jika sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh konseli (brosur, buku-buku penunjang, dll).
b. Mempersiapkan media layanan, misalnya format self-help, modul, alat
tes, dll.
c. Setting tempat pelaksanaan konseling
d. Memilih tempat pelaksanaan konseling yang aman dan nyaman bagi
konseli
e. Memilih posisi duduk yang nyaman dan mendukung selama proses
konseling.
C. Eksplorasi Masalah
Eksplorasi masalah yang dilakukan cukup terjelajahi secara dalam dan
dangkal. Dengan mengeksplorasi 3 macam yaitu eksplorasi pikiran, perasaan,
dan pengalaman setiap klien, upaya untuk membuat klien mengatakan perasaan,
pikiran, dan pengalaman kepada saya secara jujur dan merinci.
D. Tujuan Konseling
Mendorong konseli agar berani berkomitmen dan bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya
dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
B. Diskusi Profesional
Diskusi profesional dari setiap konseling yang dilakukan terhadap setiap klien
yaitu berdiskusi tentang keberhasilan klien selama ini dan pencapaian dari setiap
klien untuk merubah dirinya menjadi lebih baik dan permasalahannya selesai.
Serta banyak sekali manfaat yang dirasakan klien ketika sebelum dan sesudah
melakukan sesi konseling itu sangat bermanfaat yang mana klien bisa
merealisasikan dirinya dari tidak bisa mengarahkan arah tujuannya sekarang para
klien mampu merealisasikan itu semua.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling merupakan suatu layanan profesional yang dilakukan oleh
konselor terlatih terhadap klien/konseli. Layanan konseling dilakukan secara tatap
muka dan direncanakan untuk membantu orang lain dan memahami dirinya,
membuat keputusan dan memecahkan masalah. Oleh karena itu keberhasilan
konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan konseling (konselor
dan konseli)
Kegiatan praktikum konseling individual perlu dilakukan untuk mengasah
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan calon konselor terkait teknik dasar
dari teori konseling, supaya calon konselor terbiasa dan memiliki kapasitas
pengetahuan yang mumpuni sebelum di tunjuka kelapangan.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika laporan diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
laporan tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
Laporan Konseling Individu
IDENTITAS KLIEN
Nama : R. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerjaan. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia
belum bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa
dirinya tidak bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang
krang mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi
seperti apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang kondisi kesehatan mental dan kepuasan hidup ditemukan bahwa
klien berada pada tingkat stres sedang, kecemasan sangat parah dan depresi sedang.
Untuk profil kepuasan hidup, klien berada pada tingkat kepuasan hidup sangat
rendah kurangnya motivasi diri.
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang bagaimana hubungan klien dengan orang terdekatnya. Klien
menjelaskan bahwa memang tidak terlalu dekat dan baik dan suka berpikir negatif
ketika ingin menjalin hubungan yang baik.
4. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa tidak berguna terutama pada orang tua.
5. Dikaji tentang perasaan klien mengenai setelah mengalami rasa cemas berlebihan
terungkap bahwa klien merasakan kecemasan dan merasa gelisah terutama pada
saat mau tidur dirinya merasa tidak ada ketenangan.
6. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien cenderung menangis tidak bisa berbuat apa-apa karena merasa kebingungan.
Klien mengungkapkan bahwa dirinya pernah melakukan dengan cara seperti tidur 8
jam namun cara seperti itu gagal.
7. Dikaji terkait pandangan klien terhadap dirinya terungkap bahwa klien merasakan
kehilangan semangat dan merasa terpuruk dengan masa depannya terutama dalam
hal pekerjaannya. Klien mengungkapkan bahwa dirinya merasa tidak berguna untuk
orang-orang terdekatnya.
8. Dikaji terkait skala terungkap bahwa klien berada diskala 3 karena menurutnya
permasalahannya sangat menganggu pada kehidupan sehari-harinya
9. Dikaji terkait dengan tujuan dan harapan klien melalui sesi konseling terungkap
bahwa klien ingin menjadi lebih mampu mengendalikan rasa cemas.
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami pola skema
kognitif yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi situasi terakhir klien mengalami
kecemasan kemudian mengajarkan klien mengenai pola skema kognitif yang
muncul dalam situasi itu
2. Tahapan kedua adalah mengubah keyakinan inti negatif menjadi menjadi keyakinan
baru yang adaptif. Fokus tahapan ini membantu mengubah “Saya tidak berguna dan
menjadi Saya berguna” menjadi keyakinan baru yang lebih adaptif
3. Tahapan ketiga adalah membantu klien untuk mengakses kondisi terbaik klien
dengan membantu klien memvisualisasikan momen keberhasilan saat klien berhasil
keluar dari masalahnya dan mencapai tujuan yang diinginkannya dalam hidup
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling kognitif dan
penggunan teknik rational emotive imagery.
1. Tahapan pertama, penerapan konseling kognitif. Terdapat beberapa Langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Meminta klien untuk mengingat pengalaman atau peristiwa terakhir rasa
cemas yang akhrinya mengkonsumsi obat terakhir dialami atau dirasakan.
Ditemukan bahwa peristiwa yang terakhir adalah seminggu yang lalu. Klien
menceritakan situasinya “Saat berada di rumah sendirian”
b. Bertanya kepada klien “Apa yang ada dalam pikiran klien saat itu ?”. Klien
menjelaskan “Saya tidak berguna”.
c. Bertanya kepada klie mengenai perasaan apa yang muncul Ketika berpikir itu.
Dan klien menjawab “Merasa gelisah dan sedih”.
d. Bertanya kepada klien, tindakan yang dilakukan ketika perasaan itu muncul.
Klien melaporkan “Hanya bisa menangis”
e. Tahapan selanjutnya konselor menggunakan metode “Socratic Method” untuk
menantang keyakinan inti negatif dan mengubah menjadi positif. Secara
umum, proses konseling kognitif dijabarkan dalam lembar berikut :
PENILAIAN :
Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari
TINDAK LANJUT :
Sesi kedua fokus pada evaluasi pekerjaan rumah yang dilakukan (homework assignment).
Konselor fokus pada pekerjaan rumah berupa jurnal skema kognitif serta konseling
kognitif
IDENTITAS KLIEN
Nama : R. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerjaan. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia
belum bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa
dirinya tidak bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang
krang mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi
seperti apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang bagaimana kondisi kesehatan dan kepuasan hidupnya terungkap
bahwa klien merasa sudah baik dan menjadi termotivasi untuk terus maju melihat
kedepan
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa mampu dan hebat melakukan segala sesuatu.
4. Dikaji tentang perasaan klien ketika tidak berpikir negatif terungkap bahwa klien
menjadi tenang dan meraa sangat senang.
5. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien lebih memfokuskan diri terhadap aktivitasnya didunia perkuliahan
6. Dikaji tentang perubahan skala terungkap bahawa disesi ini berada pada skala 8,5
karena menurut klien sudah bisa merasakan ketenangan dan juga menjadi lebih
bersemangat.
7. Dikaji terkait dengan tujuan yang klien inginkan terungkap ada salah satu tujuan
yang udah tercapai
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami teknik sterofoam
yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi situasi terakhir klien mengalami
kecemasan kemudian mengajarkan klien mengenai self talk yang muncul dalam
situasi itu
2. Tahapan kedua adalah mengubah keyakinan inti negatif menjadi menjadi keyakinan
baru yang adaptif. Fokus tahapan ini membantu mengubah “Saya tidak berguna dan
menjadi Saya berguna” menjadi keyakinan baru yang lebih adaptif
3. Tahapan ketiga adalah membantu klien untuk mengakses kondisi terbaik klien
dengan membantu klien memvisualisasikan momen keberhasilan saat klien berhasil
keluar dari masalahnya dan mencapai tujuan yang diinginkannya dalam hidup
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling kognitif dan
penggunan teknik cognitive behavior therapy.
a. Meminta klien untuk mengingat pengalaman atau peristiwa terakhir rasa cemas
yang akhrinya mengkonsumsi obat terakhir dialami atau dirasakan. Ditemukan
bahwa peristiwa yang terakhir adalah seminggu yang lalu. Klien menceritakan
situasinya “Saat berada di rumah sendirian”.
b. Bertanya kepada klien “Apa yang ada dalam pikiran klien saat itu ?”. Klien
menjelaskan “Saya mampu dan hebat melakukan segala sesuatu”.
c. Bertanya kepada klie mengenai perasaan apa yang muncul Ketika berpikir itu. Dan
klien menjawab “Merasa sangat senang dan menjadi tenang”.
d. Bertanya kepada klien, tindakan yang dilakukan ketika perasaan itu muncul. Klien
melaporkan “melakukan hal yang klien senangi dan mencoba menyibukan diri”.
e. Tahapan selanjutnya konselor menggunakan metode “Socratic Method” untuk
menantang keyakinan inti negatif dan mengubah menjadi positif. Secara umum,
proses konseling kognitif dijabarkan dalam lembar berikut :
2. Tahapan kedua yaitu menggunakan teknik sterofoam, dimana teknik ini akan
membawa klien pada perubahan yang positif
a. Untuk melatih klien supaya terbiasa dengan pemikiran positif
b. Konselor meminta klien berkomitmen dengan pemikiran positif
c. Konselor meminta klien menghancurkan pikiran negatif dan mengingat
terus pemikiran positif
PENILAIAN :
Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari
TINDAK LANJUT :
Sesi kedua fokus pada evaluasi pekerjaan rumah yang dilakukan (homework assignment).
Konselor fokus pada pekerjaan rumah berupa jurnal harian serta konseling kognitif.
IDENTITAS KLIEN
Nama : R. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerja. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia belum
bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa dirinya tidak
bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang krang
mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi seperti
apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang bagaimana kondisi kesehatan dan kepuasan hidupnya terungkap
bahwa klien merasa sudah baik dan menjadi termotivasi untuk terus maju melihat
kedepan
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa mampu dan hebat melakukan segala sesuatu.
4. Dikaji tentang perasaan klien ketika tidak berpikir negatif terungkap bahwa klien
menjadi tenang dan meraa sangat senang.
5. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien lebih memfokuskan diri terhadap aktivitasnya didunia perkuliahan
6. Dikaji tentang perubahan skala terungkap bahawa disesi ini berada pada skala 9/10
karena menurut klien sudah bisa merasakan ketenangan dan juga menjadi lebih
bersemangat.
7. Dikaji terkait dengan tujuan yang klien inginkan terungkap bahwa tujuan dan
harapan klien sudah tercapai
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami teknik sterofoam
yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah pembahasan mengenai “homework assigment” yang di
berikan oleh konselor, tujuannya agar konseli lebih mampu untuk mengidentifikasi
konseli dalam mengembangkan kesadaran diri sendiri tentang bagaimana dirinya
saat ini dengan menggunakan pola skema kognitif yang klien temui situsi yang
kurang nyaman dan mengubah keyakinan inti negative menjadi keyakinan baru
yang adaptif.
2. Tahapan kedua adalah konselor memberikan penguatan pada diri konseli berupa
jadwal yang spesifik dan positif yang mendorong konseli untuk melakukan perilaku
yang tepat atau tindakan yang lebih positif. Dan konselor memberikan penguatan
kembali agar konseli bisa berkomitmen terhadap tindakan positif yang akan
dilakukan yang sudah disepakati pada sesi-sesi sebelumnya.
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling kognitif dan
penggunan teknik cognitive behavior therapy.
1. Tahapan pertama, penerapan konseling kognitif. Terdapat beberapa Langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Meminta klien untuk mengingat pengalaman atau peristiwa terakhir rasa cemas
yang akhrinya mengkonsumsi obat terakhir dialami atau dirasakan. Ditemukan
bahwa peristiwa yang terakhir adalah seminggu yang lalu. Klien menceritakan
situasinya “Saat berada di rumah sendirian”.
b. Bertanya kepada klien “Apa yang ada dalam pikiran klien saat itu ?”. Klien
menjelaskan “Saya mampu dan hebat melakukan segala sesuatu”.
c. Bertanya kepada klie mengenai perasaan apa yang muncul Ketika berpikir itu. Dan
klien menjawab “Merasa sangat senang dan menjadi tenang”.
d. Bertanya kepada klien, tindakan yang dilakukan ketika perasaan itu muncul. Klien
melaporkan “melakukan hal yang klien senangi dan mencoba menyibukan diri”.
e. Tahapan selanjutnya konselor menggunakan metode “Socratic Method” untuk
menantang keyakinan inti negatif dan mengubah menjadi positif. Secara umum,
proses konseling kognitif dijabarkan dalam lembar berikut :
Situasi Pikiran Lama Perasaan Tindakan
Dirumah Saya tidak bisa Sedih dan tidak Bingung dan diam saja
melakukan hal apapun tenang
“Saat
sendirian di Pikiran Baru Perasaan Baru Tindakan Baru
rumah”
“Saya hebat” “Lebih tenang dan “Fokus menyibukan diri
senang” seperti lebih mengerjakan
hal yang disenangi”
Saya bisa melakukan
hal apapun
4. Tahapan kedua yaitu menggunakan teknik kursi irasional dan rasional, dimana
teknik ini akan membawa klien pada perubahan yang keyakinan negatif menjadi
positif
d. Untuk melatih klien supaya terbiasa dengan pemikiran positif
e. Konselor meminta klien berkomitmen dengan pemikiran positif
f. Konselor meminta klien mengucapkan kalimat negatif dan positif dan kliem
memilih kalimat positif untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari
PENILAIAN :
Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari
TINDAK LANJUT :
Selanjutnya konselor mengevaluasi sesi 1,2 dan 4 serta membuat komitmen
IDENTITAS KLIEN
Nama : R.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerjaan. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia
belum bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa
dirinya tidak bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang
krang mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi
seperti apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang bagaimana kondisi kesehatan dan kepuasan hidupnya terungkap
bahwa klien merasa sudah baik dan menjadi termotivasi untuk terus maju melihat
kedepan
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa mampu dan hebat melakukan segala sesuatu.
4. Dikaji tentang perasaan klien ketika tidak berpikir negatif terungkap bahwa klien
menjadi tenang dan meraa sangat senang.
5. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien lebih memfokuskan diri terhadap aktivitasnya didunia perkuliahan
6. Dikaji tentang perubahan skala terungkap bahawa disesi ini berada pada skala 9/10
karena menurut klien sudah bisa merasakan ketenangan dan juga menjadi lebih
bersemangat.
7. Dikaji terkait dengan tujuan yang klien inginkan terungkap bahwa tujuan dan
harapan klien sudah tercapai
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami teknik sterofoam
yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah pembahasan mengenai “homework assigment” yang di
berikan oleh konselor, tujuannya agar konseli lebih mampu untuk mengidentifikasi
konseli dalam mengembangkan kesadaran diri sendiri tentang bagaimana dirinya
saat ini dengan menggunakan pola skema kognitif yang klien temui situsi yang
kurang nyaman dan mengubah keyakinan inti negative menjadi keyakinan baru
yang adaptif.
2. Tahapan kedua adalah konselor memberikan penguatan pada diri konseli berupa
jadwal yang spesifik dan positif yang mendorong konseli untuk melakukan perilaku
yang tepat atau tindakan yang lebih positif. Dan konselor memberikan penguatan
kembali agar konseli bisa berkomitmen terhadap tindakan positif yang akan
dilakukan yang sudah disepakati pada sesi-sesi sebelumnya.
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling behavior dan
penggunan teknik “Reinforcemet”.
1. Tahapan pertama, membahas dan mengevaluasi tugas rumah “homework
Assigment” yang di kerjakan oleh konseli. Tugas ini bertujuan agar konseli lebih
mampu untuk mengidentifikasi konseli dalam mengembangkan kesadaran diri
sendiri tentang bagaimana dirinya saat ini dengan menggunakan pola skema
kognitif yang klien temui situsi yang kurang nyaman dan mengubah keyakinan inti
negative menjadi keyakinan baru yang adaptif. Terdapat beberapa langkah-langkah
yang dilakukan sebagai berikut :
a. Konselor bertanya pada konseli mengingat pengalaman atau peristiwa yang
terjadi saat menemui situasi kurang nyaman pada diri konseli. Ditemukan bahwa
bahwa perstiwa tersebut dialami pada saat merasa pria yang dekati klien memiliki
sifat atau perilaku yang membuat klien tidak nyaman
b. Konselor mengeksplorasi setiap pola skema kognitif yang sudah konseli
buat dan merubahnya ke yang lebih positif.
c. Konselor bertanya kesuliatan apa saja yang konseli dapatkan atau rasakan
saat mengerjakan homework tersebut. Konseli menjelaskan “sekarang saya sudah
tidak terlalu kesulitan karena dalam mengerjakan”.
2. Tahap kedua menerapkan teknik “Reinforcemet” Pada tahap kegiatan dan
pelaksanaan, konselor melakukan langkah berikut:
a. Konselor meminta konseli agar memiliki pengendalian diri yang baik dan
memiliki tanggung jawab pada peristiwa yang terjadi pada konseli
b. Konselor meminta konseli menuliskan untuk perilaku baru yang positif yang dia
dapat setelah melakukan setelah melakukan sesi konseling secara keseluruhan dan
perilaku baru tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang panjang
c. Konselor membantu konseli untuk bertindak dengan kayakinan baru yang lebih
rasional dan dengan meminta konseli untuk berkomitmen atas apa yang telah
disepakati secara bersama.
PENILAIAN :
Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari
TINDAK LANJUT :
-