Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL

Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir dari Mata Kuliah Intership Bimbingan dan Konseling
Perguruan Tinggi
Dosen Pengampu: Anandha Putri Rahimsyah, M.Pd.

Disusun Oleh:

SITI MARDIANTI MAULAENI


C2086201028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tanpa banyak kesulitan. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman jahiliah menuju ke zaman islamiah yang penuh dengan hidayah Allah SWT, serta
menuntun umatnya kepada realisasi kehidupan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat- Nya
sehingga makalah dengan judul “LAPORAN PELAKSANAAN KONSELING
INDIVIDUAL” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Instership Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi. Kami harap makalah ini
dapat menjadi referensi bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini
dan saya mohon kepada pembaca untuk saran dan kritik agar ketika penulisan makalah
kembali dapat diselesaikan lebih baik dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca maupun penulis.

Tasikmalaya, 14 Juli 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus
secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli.
Klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri,
kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional
dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling
ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam
masalahnya dimanan ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dalam
konseling diharapkan klien dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri
sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitar.
Pemilihan dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan
yang optimal kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat
lebih baik menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam
lingkungan. Layanan Konseling Individual adalah proses belajar melalui
hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor
dan seorang konseli. Layanan konseling individual ini memiliki sasaran
utamanya yaitu narapidana yang baru masuk.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. Dalam
hal ini masalah masalah perilaku yang terjadi di lingkungan sekolah salah
satunya yaitu masalah perilaku sosial pada peserta didik. Layanan bimbingan
pribadi sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi sosial seperti masalah hubungan
dengan sesama teman, dengan guru, serta staf, permasalahan sifat dan
kemampuan diri, penyesuain diri dengan lingkungan pendidikan dan
masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Tujuan layanan
konseling individual adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri,
lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya
sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling
bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Selanjutnya
menurut Tohirin secara khusus, tujuan konseling individual adalah merujuk
kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Sebagaimana telah
dikemukakan yaitu : 1. Merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujuan
layanan konseling adalah agar klien memahami seluk beluk yang dialami
secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. 2. Merujuk kepada
fungsi pengentasan, maka layanan konseling individual bertujuan untuk
mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. 3. Dilihat dari fungsi
pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling individual adalah
untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur
positif yang ada pada diri klien.
Dalam pelaksanaan konseling individu konselor harus membuat laporan-
laporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Laporan merupakan
kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang telah dicapai
dalam pelaksanaan konseling individu yang telah dilaksanakan, dari hasil
dalam format laporan yang dapat memberikan informasi kepada seluruh
pihak yang terlibat tentang keberhasilan dan kekurangan dari konseling
individu yang telah dilakukan.
B. Tujuan
Membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life
style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta
perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi
persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku
serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
Jadi kita sebagai mahasiswa diwajibkan untuk mengetahui bagaimana
rancangan-rancangan yang harus dilakukan dalam melakukan konseling
individual tersebut harus melakukan praktiknya dengan baik dan benar secara
keseluruhan agar klien dapat memahami apa yang akan diubah dalam
mencapai tujuannya sehingga konseling ini berjalan dengan sesuai yang telah
ditentukan .

C. Ruang Lingkup
A. Ruang lingkup praktik konseling individu
1. Unntuk mengidentifikasi permasalahan dari setiap klien
2. Untuk mengetahui asesmen dan pengukuran DASS dari setiap klien
3. Untuk mengetahui jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi
klien
4. Untuk mencapai tujuan/harapan yang ingin klien capai
5. Untuk mengetahui skala yang ingin diperoleh dari setiap klien
6. Untuk mengetahui tindak lanjut dan evaluasi konseling pada setiap klien
B. Ruang lingkup laporan
1. Untuk mengetahui apa itu layanan konseling individual
2. Untuk mengetahui bagaimana praktikum layanan konseling individual
yang telah dilakukan
3. Untuk mengetahui apa saja teknik yang dilakukan pada konseling
individual
4. Untuk mengetahui tujuan dari layanan konseling individual
5. Untuk mengetahui apa saja yang diperlukan konselor dalam melakukan
layanan konselig individual
6. Untuk mengetahui rencana-rencana yang dilakukan konselor
BAB II
KEGATAN PRA KONSELING

A. Persiapan Konselor
Prakonseling adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan konseling,
sebelum kegiatan konseling itu sendiri dilaksanakan. Persiapan ini hendaknya
mencakup persiapan untuk konseli, persiapan yang berhubungan dengan konselor
selaku helper, dan persiapan fisik serta lingkungan di mana konseling akan
dilaksanakan.
Prakonseling termasuk teknik dasar yang harus dilakukan oleh konselor,
karena dengan adanya persiapan yang matang baik dari segi konselor, konseli,
maupun lingkungan, akan mendorong terjadinya proses konseling yang kondusif,
dan mempermudah tercapainya tujuan konseling
1. Persiapan fisik
a. Menunjukkan penampilan diri yang rapi, tidak bertentangan dengan nilai
yang berlaku dengan tempat di mana konseling dilaksanakan
b. Menunjukkan wajah yang segar dan tidak terlihat lelah
c. Menjaga kebersihan diri, minimal supaya tidak bau badan sehingga
konseli merasa nyaman.
2. Persiapan psikologis
a. Menjernihkan pikiran untuk konsentrasi penuh saat konseling, misalnya
dengan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
b. Mencegah diri supaya tidak melamun saat akan melakukan konseling.
c. Mempersiapkan mental dan kekuatan energi untuk mendengarkan apapun
cerita konseli.
d. Meningkatkan minat dan motivasi untuk membantu konseli.
3. Persiapan instrumen pelaksanaan konseling
a. Mempersiapkan alat perekam untuk konseling (misalnya : recorder,
kamera digital, alat perekam lainnya).
b. Mempersiapkan alat tulis jika sewaktu-waktu diperlukan untuk
pembuatan kontrak konseling
c. Mempersiapkan tissue untuk mengantisipasi konseli menangis.
d. Me-non aktifkan telepon seluler / handphone saat memulai proses
konseling untuk menghindari adanya gangguan selama konseling
berlangsung.
4. Persiapan media Bimbingan dan Konseling
a. Mempersiapkan bahan-bahan informasional jika sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh konseli (brosur, buku-buku penunjang, dll).
b. Mempersiapkan media layanan, misalnya format self-help, modul, alat
tes, dll.
c. Setting tempat pelaksanaan konseling
d. Memilih tempat pelaksanaan konseling yang aman dan nyaman bagi
konseli
e. Memilih posisi duduk yang nyaman dan mendukung selama proses
konseling.

B. Usaha Mendapatkan Klien


Usaha mendapatkan klien yaitu denga menyebar instrumen dan
mempromosikan kepada khayalak orang sehingga informasi konseling
individu dapat dilakukan dan ada juga yang menawarkan diri kepada saya.
BAB III
PROSES KONSELING

A. Variasi dan Permasalahan Klien

Nama/Kode Jenis Usia Permasalahan Pekerjaan


Kelamin
R.R/002 Perempuan 21 Tahun Kecemasan Mahasiswi
terhadap masa
depan

B. Pengawalan Hubungan Konseling


Dalam hubungan proses konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana
konselor mengembangkan hubungan konseling yang membangun rapport dan
dengan memanfaatkan komunikasi verbal dan non verbal. Jadi konseling bukan
menomor satukan masalah klien. Hubungan konseling adalah hubungan yang
membantu, artinya pembimbing berusaha membantu terbimbing agar tumbuh ,
berkembang, sejahtera dan mandiri. Hubungan konseling yang bermakna ialah
jika klien terlibat diskusi dengan konselor. Hubungan tersebut dinamakan a
working relationship hubungan yang berfungsi, bermakna, berguna. Keberhasilan
proses konseling amat ditentukan oleh keberhasilan tahap ini.
Dalam hubungan proses konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana
konselor mengembangkan hubungan konseling yang membangun rapport dan
dengan memanfaatkan komunikasi verbal dan non verbal. Jadi konseling bukan
menomor satukan masalah klien.16 Hubungan konseling adalah hubungan yang
membantu, artinya pembimbing berusaha membantu terbimbing agar tumbuh ,
berkembang, sejahtera dan mandiri. Hubungan konseling yang bermakna ialah
jika klien terlibat diskusi dengan konselor. Hubungan tersebut dinamakan a
working relationship hubungan yang berfungsi, bermakna, berguna. Keberhasilan
proses konseling amat ditentukan oleh keberhasilan tahap ini.
Untuk setiap mengawali sesi konseling konselor mengawali hubungan
dengan baik dengan konseli, menanyakan kabar tentang konseli dari setiap
sesinya, menanyakan dari kesibukan konseli sehari-hari melakukan apa saja,
memberitahu penjelasan konseling kepada setiap konseli, menjelaskan durasi
yang akan dilakukan dari setiap konseling, lalu menanyakan dengan detail setiap
permasalahan konseli dari masing-masing konseli, dan masuk kedalam teori yang
akan diberikan beserta langkah-langkahnya yang akan dilakukan dalam
melakukan konseling. Lalu setelah itu memberikan pesan dan kesan disetiap
akhir konseling ketika akan selesi. Lalu penutupan dan pemberian salam serta
penghargaan kepada klien karena telah mampu mencapai tujuan yang ingin
dicapainya.

C. Eksplorasi Masalah
Eksplorasi masalah yang dilakukan cukup terjelajahi secara dalam dan
dangkal. Dengan mengeksplorasi 3 macam yaitu eksplorasi pikiran, perasaan,
dan pengalaman setiap klien, upaya untuk membuat klien mengatakan perasaan,
pikiran, dan pengalaman kepada saya secara jujur dan merinci.

D. Tujuan Konseling
Mendorong konseli agar berani berkomitmen dan bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya
dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

E. Penggunaan Intervensi Teori Konseling


A. Cognitive Behavior Therapy (CBT) /Terapi Prilaku Kognitif
Pengertian Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Yaitu teknik modifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Ahli
terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap
suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu
pengendalian reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan
depresi dengan mengajarkan mereka cara yang lebih efektif untuk
menginterpretasikan pengalaman mereka. Terapi perilaku kognitif/Cognitive
Behavior Therapy (CBT), atau disebut juga dengan istilah Cognitive
Behavior Modification merupakan salah satu terapi modifikasi perilaku yang
menggunakan kognisi sebagai “kunci” dari perubahan perilaku. Terapis
membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan buruk klien,
untuk kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik.
Perilaku merupakan pendekatan konseling dan terapi yang memadukan
pendekatan cognitive (pikiran) dan behavior (perilaku) untuk memecahkan
masalah. Pendekatan cognitive (pikiran) berusaha memfokuskan untuk
menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self
talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit untuk
dapat menentukan tujuan hidup saya).
Adapun Bush mengungkapkan bahwa konseling Cognitive Behavior
merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam psikoterapi yaitu Cognitive
Therapy dan Behavior Therapy. Terapi kognitif memfokuskan pada pikiran,
asumsi dan kepercayaan. Terapi Cognitive memfasilitasi individu belajar
mengenali dan mengubah kesalahan dalam berpikir atau pikiran yang
irasional menjadi rasional. Sedangkan terapi tingkah laku membantu individu
untuk membentuk perilaku baru dalam memecahkan masalahnya. Pendekatan
Cognitive Behavior tidak berfokus pada kehidupan masa lalu dari individu
akan tetapi memfokuskan pada masalah saat ini dengan tidak mengabaikan
masa lalu. Secara umum, proses Konseling Cognitive Behavior adalah
pembukaan, tahapan inti dan terminasi (pengakhiran).
Konsep Dasar Cognitive Behavior Teori Cognitive Behavior pada dasarnya
meyakini bahwa pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian
Stimulus Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkait dan membentuk
semacam jaringan SKR dalam otak manusia, dimana proses kognitif akan
menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir,
merasa, dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia
memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional,
dimana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan
tingkah laku, maka Terapi Cognitive Behavior diarahkan kepada modifikasi
fungsi berpikir, merasa, dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam
menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat, dan memutuskan kembali.
Dengan merubah status pikiran dan perasaannya, klien diharapkan dapat
merubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.
Pada umumnya, dalam sessi ini klien cukup dapat menerima penjelasan
terapis dan tertarik untuk mencoba bereksperimen dengan pikiran dan
perasaannya. Namun seringkali, mereka melaporkan kesulitan dalam
menerapkan teknik-teknik modifikasi pikiran dan perasaan, karena sistem
keyakinan meeka sudah membentuk semacam rajutan yang kokoh dalam
ingatannya. Semakin negatif pikiran seseorang semakin gelap dan tebal pula
rajutan distorsi kognitifnya. Oleh karena itu, hipnoterapi sudah dapat dilkukan
dalam sessi ini, karena umumnya klien akan dapat langsung merasakan
manfaat hipnoterapi segera setelah menyelesaikan sessi ini, terutama terhadap
perasaanya. Klien juga diberikan rekomendasi untuk melakukan latihan di
rumah, demi mencapai keterampilan “auto hypnose”.
BAB IV
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT

A. Penilaian Hasil Konseling


Konseli dapat membuat kontrak dengan konselor dan membuat kegiatan baru
sesuai apa yang diinginkan konseli dan apabila itu dilanggar maka konseli
bertanggungjawab dan menerima konsekuensi yang telah dibuat konseli sendiri.

B. Kendala yang Dihadapi


Kendala yang dihadapi dari klien yaitu tentang waktu atau pertemuan yang
agak susah karena mungkin juga mempunyai kesibukannya masing-masing. Lalu
kendala dari konselor yaitu saya sedikit kurang dalam alur yang sedang dihadapi
klien sehingga terjadinya kekurang pahaman antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga dampak kepada kliennya menjadi kurang aktif atau klien ngantuk dan
kurangnya jawaban dari klien.

C. Perlunya Konseling Lanjutan


Apabila konseli kembali mengalami permasalahan yang sama dan masih
sering muncul, dapat dilakukan konseling ulang. Jika konselor sudah tidak dapat
menangani karena ada sebab-sebab tertentu, maka dilakukan referal.
BAB V
PENGEMBANGAN KONSELING

A. Waktu dan Frekuensi Konseling


Waktu yang dilakukan untuk konseling individu rata-rata 35 menit sampai 40
menit dan dilakukan disiang hari.

B. Diskusi Profesional
Diskusi profesional dari setiap konseling yang dilakukan terhadap setiap klien
yaitu berdiskusi tentang keberhasilan klien selama ini dan pencapaian dari setiap
klien untuk merubah dirinya menjadi lebih baik dan permasalahannya selesai.
Serta banyak sekali manfaat yang dirasakan klien ketika sebelum dan sesudah
melakukan sesi konseling itu sangat bermanfaat yang mana klien bisa
merealisasikan dirinya dari tidak bisa mengarahkan arah tujuannya sekarang para
klien mampu merealisasikan itu semua.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konseling merupakan suatu layanan profesional yang dilakukan oleh
konselor terlatih terhadap klien/konseli. Layanan konseling dilakukan secara tatap
muka dan direncanakan untuk membantu orang lain dan memahami dirinya,
membuat keputusan dan memecahkan masalah. Oleh karena itu keberhasilan
konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan konseling (konselor
dan konseli)
Kegiatan praktikum konseling individual perlu dilakukan untuk mengasah
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan calon konselor terkait teknik dasar
dari teori konseling, supaya calon konselor terbiasa dan memiliki kapasitas
pengetahuan yang mumpuni sebelum di tunjuka kelapangan.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika laporan diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
laporan tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
Laporan Konseling Individu

No. Kode : K01 Pertemuan Ke :1

Tanggal : 25 Juni 2023 Jenis Layanan : Konseling Perorangan

IDENTITAS KLIEN
Nama : R. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah

MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerjaan. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia
belum bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa
dirinya tidak bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang
krang mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi
seperti apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang kondisi kesehatan mental dan kepuasan hidup ditemukan bahwa
klien berada pada tingkat stres sedang, kecemasan sangat parah dan depresi sedang.
Untuk profil kepuasan hidup, klien berada pada tingkat kepuasan hidup sangat
rendah kurangnya motivasi diri.
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang bagaimana hubungan klien dengan orang terdekatnya. Klien
menjelaskan bahwa memang tidak terlalu dekat dan baik dan suka berpikir negatif
ketika ingin menjalin hubungan yang baik.
4. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa tidak berguna terutama pada orang tua.
5. Dikaji tentang perasaan klien mengenai setelah mengalami rasa cemas berlebihan
terungkap bahwa klien merasakan kecemasan dan merasa gelisah terutama pada
saat mau tidur dirinya merasa tidak ada ketenangan.
6. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien cenderung menangis tidak bisa berbuat apa-apa karena merasa kebingungan.
Klien mengungkapkan bahwa dirinya pernah melakukan dengan cara seperti tidur 8
jam namun cara seperti itu gagal.
7. Dikaji terkait pandangan klien terhadap dirinya terungkap bahwa klien merasakan
kehilangan semangat dan merasa terpuruk dengan masa depannya terutama dalam
hal pekerjaannya. Klien mengungkapkan bahwa dirinya merasa tidak berguna untuk
orang-orang terdekatnya.
8. Dikaji terkait skala terungkap bahwa klien berada diskala 3 karena menurutnya
permasalahannya sangat menganggu pada kehidupan sehari-harinya
9. Dikaji terkait dengan tujuan dan harapan klien melalui sesi konseling terungkap
bahwa klien ingin menjadi lebih mampu mengendalikan rasa cemas.
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami pola skema
kognitif yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi situasi terakhir klien mengalami
kecemasan kemudian mengajarkan klien mengenai pola skema kognitif yang
muncul dalam situasi itu
2. Tahapan kedua adalah mengubah keyakinan inti negatif menjadi menjadi keyakinan
baru yang adaptif. Fokus tahapan ini membantu mengubah “Saya tidak berguna dan
menjadi Saya berguna” menjadi keyakinan baru yang lebih adaptif
3. Tahapan ketiga adalah membantu klien untuk mengakses kondisi terbaik klien
dengan membantu klien memvisualisasikan momen keberhasilan saat klien berhasil
keluar dari masalahnya dan mencapai tujuan yang diinginkannya dalam hidup
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling kognitif dan
penggunan teknik rational emotive imagery.
1. Tahapan pertama, penerapan konseling kognitif. Terdapat beberapa Langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Meminta klien untuk mengingat pengalaman atau peristiwa terakhir rasa
cemas yang akhrinya mengkonsumsi obat terakhir dialami atau dirasakan.
Ditemukan bahwa peristiwa yang terakhir adalah seminggu yang lalu. Klien
menceritakan situasinya “Saat berada di rumah sendirian”
b. Bertanya kepada klien “Apa yang ada dalam pikiran klien saat itu ?”. Klien
menjelaskan “Saya tidak berguna”.
c. Bertanya kepada klie mengenai perasaan apa yang muncul Ketika berpikir itu.
Dan klien menjawab “Merasa gelisah dan sedih”.
d. Bertanya kepada klien, tindakan yang dilakukan ketika perasaan itu muncul.
Klien melaporkan “Hanya bisa menangis”
e. Tahapan selanjutnya konselor menggunakan metode “Socratic Method” untuk
menantang keyakinan inti negatif dan mengubah menjadi positif. Secara
umum, proses konseling kognitif dijabarkan dalam lembar berikut :

Situasi Pikiran Lama Perasaan Tindakan


“Saya tidak berguna” “Merasa gelisah Menangis sendirian
dan sedih”
“Saat Pikiran Baru Perasaan Baru Tindakan Baru
sendirian di “Saya mampu
rumah” melakukan hal “Lebih tenang dan “Fokus menyibukan diri
positif” senang” seperti lebih mengerjakan
hal yang disenangi”
“Saya hebat”

2. Tahapan pemberian tugas (Homework Assignment)


a. Konselor berdiskusi dengan klien mengenai tugas rumah yang akan dilakukan
oleh konseli
b. Konselor memberikan lembar tugas rumah berupa latihan “Jurnal skema
kognitif” dalam kehidupan sehari-hari dan setiap kali rasa cemas itu muncul

PENILAIAN :

Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari

TINDAK LANJUT :
Sesi kedua fokus pada evaluasi pekerjaan rumah yang dilakukan (homework assignment).
Konselor fokus pada pekerjaan rumah berupa jurnal skema kognitif serta konseling
kognitif

Tasikmalaya, 25 Juni 2023


Calon Konselor

Siti Mardianti Maulaeni


No. Kode : K01 Pertemuan Ke :2

Tanggal : 27 Juni 2023 Jenis Layanan : Konseling Perorangan

IDENTITAS KLIEN
Nama : R. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah

MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerjaan. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia
belum bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa
dirinya tidak bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang
krang mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi
seperti apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang bagaimana kondisi kesehatan dan kepuasan hidupnya terungkap
bahwa klien merasa sudah baik dan menjadi termotivasi untuk terus maju melihat
kedepan
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa mampu dan hebat melakukan segala sesuatu.
4. Dikaji tentang perasaan klien ketika tidak berpikir negatif terungkap bahwa klien
menjadi tenang dan meraa sangat senang.
5. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien lebih memfokuskan diri terhadap aktivitasnya didunia perkuliahan
6. Dikaji tentang perubahan skala terungkap bahawa disesi ini berada pada skala 8,5
karena menurut klien sudah bisa merasakan ketenangan dan juga menjadi lebih
bersemangat.
7. Dikaji terkait dengan tujuan yang klien inginkan terungkap ada salah satu tujuan
yang udah tercapai
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami teknik sterofoam
yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi situasi terakhir klien mengalami
kecemasan kemudian mengajarkan klien mengenai self talk yang muncul dalam
situasi itu
2. Tahapan kedua adalah mengubah keyakinan inti negatif menjadi menjadi keyakinan
baru yang adaptif. Fokus tahapan ini membantu mengubah “Saya tidak berguna dan
menjadi Saya berguna” menjadi keyakinan baru yang lebih adaptif
3. Tahapan ketiga adalah membantu klien untuk mengakses kondisi terbaik klien
dengan membantu klien memvisualisasikan momen keberhasilan saat klien berhasil
keluar dari masalahnya dan mencapai tujuan yang diinginkannya dalam hidup
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling kognitif dan
penggunan teknik cognitive behavior therapy.

1. Tahapan pertama, penerapan konseling kognitif. Terdapat beberapa Langkah-


langkah yang dilakukan sebagai berikut :

a. Meminta klien untuk mengingat pengalaman atau peristiwa terakhir rasa cemas
yang akhrinya mengkonsumsi obat terakhir dialami atau dirasakan. Ditemukan
bahwa peristiwa yang terakhir adalah seminggu yang lalu. Klien menceritakan
situasinya “Saat berada di rumah sendirian”.
b. Bertanya kepada klien “Apa yang ada dalam pikiran klien saat itu ?”. Klien
menjelaskan “Saya mampu dan hebat melakukan segala sesuatu”.
c. Bertanya kepada klie mengenai perasaan apa yang muncul Ketika berpikir itu. Dan
klien menjawab “Merasa sangat senang dan menjadi tenang”.
d. Bertanya kepada klien, tindakan yang dilakukan ketika perasaan itu muncul. Klien
melaporkan “melakukan hal yang klien senangi dan mencoba menyibukan diri”.
e. Tahapan selanjutnya konselor menggunakan metode “Socratic Method” untuk
menantang keyakinan inti negatif dan mengubah menjadi positif. Secara umum,
proses konseling kognitif dijabarkan dalam lembar berikut :

Situasi Pikiran Lama Perasaan Tindakan


Dirumah Saya tidak bisa Sedih dan tidak Bingung dan diam saja
melakukan hal apapun tenang
“Saat
sendirian di Pikiran Baru Perasaan Baru Tindakan Baru
rumah”
“Saya hebat” “Lebih tenang dan “Fokus menyibukan diri
senang” seperti lebih mengerjakan
hal yang disenangi”
Saya bisa melakukan
hal apapun

2. Tahapan kedua yaitu menggunakan teknik sterofoam, dimana teknik ini akan
membawa klien pada perubahan yang positif
a. Untuk melatih klien supaya terbiasa dengan pemikiran positif
b. Konselor meminta klien berkomitmen dengan pemikiran positif
c. Konselor meminta klien menghancurkan pikiran negatif dan mengingat
terus pemikiran positif

3. Tahapan pemberian tugas (Homework Assignment)


a. Konselor berdiskusi dengan klien mengenai tugas rumah yang akan dilakukan oleh
konseli
b. Konselor memberikan lembar tugas rumah berupa latihan “Jurnal harian” dalam
kehidupan sehari-hari dan setiap kali rasa cemas itu muncul

PENILAIAN :

Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari

TINDAK LANJUT :
Sesi kedua fokus pada evaluasi pekerjaan rumah yang dilakukan (homework assignment).
Konselor fokus pada pekerjaan rumah berupa jurnal harian serta konseling kognitif.

Tasikmalaya, 27 Juni 2023


Calon Konselor

Siti Mardianti Maulaeni


No. Kode : K01 Pertemuan Ke :3

Tanggal : 30 Juni 2023 Jenis Layanan : Konseling Perorangan

IDENTITAS KLIEN
Nama : R. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah

MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerja. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia belum
bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa dirinya tidak
bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang krang
mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi seperti
apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang bagaimana kondisi kesehatan dan kepuasan hidupnya terungkap
bahwa klien merasa sudah baik dan menjadi termotivasi untuk terus maju melihat
kedepan
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa mampu dan hebat melakukan segala sesuatu.
4. Dikaji tentang perasaan klien ketika tidak berpikir negatif terungkap bahwa klien
menjadi tenang dan meraa sangat senang.
5. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien lebih memfokuskan diri terhadap aktivitasnya didunia perkuliahan
6. Dikaji tentang perubahan skala terungkap bahawa disesi ini berada pada skala 9/10
karena menurut klien sudah bisa merasakan ketenangan dan juga menjadi lebih
bersemangat.
7. Dikaji terkait dengan tujuan yang klien inginkan terungkap bahwa tujuan dan
harapan klien sudah tercapai
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami teknik sterofoam
yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah pembahasan mengenai “homework assigment” yang di
berikan oleh konselor, tujuannya agar konseli lebih mampu untuk mengidentifikasi
konseli dalam mengembangkan kesadaran diri sendiri tentang bagaimana dirinya
saat ini dengan menggunakan pola skema kognitif yang klien temui situsi yang
kurang nyaman dan mengubah keyakinan inti negative menjadi keyakinan baru
yang adaptif.
2. Tahapan kedua adalah konselor memberikan penguatan pada diri konseli berupa
jadwal yang spesifik dan positif yang mendorong konseli untuk melakukan perilaku
yang tepat atau tindakan yang lebih positif. Dan konselor memberikan penguatan
kembali agar konseli bisa berkomitmen terhadap tindakan positif yang akan
dilakukan yang sudah disepakati pada sesi-sesi sebelumnya.
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling kognitif dan
penggunan teknik cognitive behavior therapy.
1. Tahapan pertama, penerapan konseling kognitif. Terdapat beberapa Langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Meminta klien untuk mengingat pengalaman atau peristiwa terakhir rasa cemas
yang akhrinya mengkonsumsi obat terakhir dialami atau dirasakan. Ditemukan
bahwa peristiwa yang terakhir adalah seminggu yang lalu. Klien menceritakan
situasinya “Saat berada di rumah sendirian”.
b. Bertanya kepada klien “Apa yang ada dalam pikiran klien saat itu ?”. Klien
menjelaskan “Saya mampu dan hebat melakukan segala sesuatu”.
c. Bertanya kepada klie mengenai perasaan apa yang muncul Ketika berpikir itu. Dan
klien menjawab “Merasa sangat senang dan menjadi tenang”.
d. Bertanya kepada klien, tindakan yang dilakukan ketika perasaan itu muncul. Klien
melaporkan “melakukan hal yang klien senangi dan mencoba menyibukan diri”.
e. Tahapan selanjutnya konselor menggunakan metode “Socratic Method” untuk
menantang keyakinan inti negatif dan mengubah menjadi positif. Secara umum,
proses konseling kognitif dijabarkan dalam lembar berikut :
Situasi Pikiran Lama Perasaan Tindakan
Dirumah Saya tidak bisa Sedih dan tidak Bingung dan diam saja
melakukan hal apapun tenang
“Saat
sendirian di Pikiran Baru Perasaan Baru Tindakan Baru
rumah”
“Saya hebat” “Lebih tenang dan “Fokus menyibukan diri
senang” seperti lebih mengerjakan
hal yang disenangi”
Saya bisa melakukan
hal apapun

4. Tahapan kedua yaitu menggunakan teknik kursi irasional dan rasional, dimana
teknik ini akan membawa klien pada perubahan yang keyakinan negatif menjadi
positif
d. Untuk melatih klien supaya terbiasa dengan pemikiran positif
e. Konselor meminta klien berkomitmen dengan pemikiran positif
f. Konselor meminta klien mengucapkan kalimat negatif dan positif dan kliem
memilih kalimat positif untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari
PENILAIAN :
Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari
TINDAK LANJUT :
Selanjutnya konselor mengevaluasi sesi 1,2 dan 4 serta membuat komitmen

Tasikmalaya,30 Juni 2023


Calon Konselor
Siti Mardianti Maulaeni

No. Kode : K01 Pertemuan Ke :4


Tanggal : 03 Juli 2023 Jenis Layanan : Konseling Perorangan

IDENTITAS KLIEN
Nama : R.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah

MASALAH :
Kecemasan terhadap masa depan
GAMBARAN MASALAH :
Klien R.R berusia 20 tahun dia menjelaskan bahwa sering merasakan kecemasan yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gelisah bisa tidur tenang, awal mula mengalami
kecemasan yaitu pada saat dia masuk kuliah dia mecemaskan masa depan terutama pada
dunia pekerjaan. Dia juga meceritakan bahwa dirinya merasa tidak berguna karena dia
belum bisa menghasilkan apapun untuk orang tuanya, dia juga sering merasa bahwa
dirinya tidak bisa berbuat apa-apa disamping itu dia juga sering mendapatkan obrolan yang
krang mengenakan berawal dari tetangga yang mengatakan bahwa saya itu akan menjadi
seperti apa
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman pada waktu duduk dibangku SMA. Klien menghubungi saya lewat
media sosial meminta konselor untuk membantunya memecahkan masalahnya. Konselor
meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform” sebagai bagian awal
informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli keluhkan. Selain itu,
konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression Anxiety Stress Scale
(DASS)” sebagai dasar untuk mengetahui tingkat stress, kecemasan, depresi dan tingkat
kepuasan hidup.
PENGKAJIAN KEADAAN AWAL:
1. Dikaji tentang bagaimana kondisi kesehatan dan kepuasan hidupnya terungkap
bahwa klien merasa sudah baik dan menjadi termotivasi untuk terus maju melihat
kedepan
2. Dikaji tentang apa yang mengganggu klien selama beberapa minggu ini terungkap
bahwa klien merasakan kecemasan dan takut terkait masa depannya terutama pada
dunia pekerjaan. Terungkap bahwa klien merasa tidak berguna untuk orang tuanya.
3. Dikaji tentang tentang apa yang klien pikirkan mengenai situasi dan status baru
setelah mearasakan cemas berlebihan terungkap bahwa klien menganggap bahwa
dirinya merasa mampu dan hebat melakukan segala sesuatu.
4. Dikaji tentang perasaan klien ketika tidak berpikir negatif terungkap bahwa klien
menjadi tenang dan meraa sangat senang.
5. Dikaji tentang tindakan klien ketika berada dalam kecemasan terungkap bahwa
klien lebih memfokuskan diri terhadap aktivitasnya didunia perkuliahan
6. Dikaji tentang perubahan skala terungkap bahawa disesi ini berada pada skala 9/10
karena menurut klien sudah bisa merasakan ketenangan dan juga menjadi lebih
bersemangat.
7. Dikaji terkait dengan tujuan yang klien inginkan terungkap bahwa tujuan dan
harapan klien sudah tercapai
PENETAPAN APA YANG AKAN DIUBAH:
1. Membantu klien mengidentifikasi keyakinan inti (Core Belief) pikiran yang
terdistorsi seperti self talk “Saya tidak berguna” dan memahami teknik sterofoam
yang terjadi pada klien
2. Membantu klien dalam melatih keterampilan mengubah self talk negatif menjadi
self talk positif, adaptif dan memberdayakan diri
3. Membantu klien menemukan kekuatan diri yang lebih memberdayakan diri untuk
agar memiliki pandangan positif terhadap dirinya
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien memahami bahwa keyakinan inti yang terdistorsi sebagai sumber dari
gangguan emosi yang dialaminya
2. Klien memiliki keterampilan dalam mengubah self-talk negatif yang menjatuhkan
dirinya menjadi lebih adaptif terhadap situasi
3. Klien mampu mengakses kondisi positif yang memberdayakan diri
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Terdapat tahapan yang dilakukan dalam membantu klien mencapai tujuannya
1. Tahapan pertama adalah pembahasan mengenai “homework assigment” yang di
berikan oleh konselor, tujuannya agar konseli lebih mampu untuk mengidentifikasi
konseli dalam mengembangkan kesadaran diri sendiri tentang bagaimana dirinya
saat ini dengan menggunakan pola skema kognitif yang klien temui situsi yang
kurang nyaman dan mengubah keyakinan inti negative menjadi keyakinan baru
yang adaptif.
2. Tahapan kedua adalah konselor memberikan penguatan pada diri konseli berupa
jadwal yang spesifik dan positif yang mendorong konseli untuk melakukan perilaku
yang tepat atau tindakan yang lebih positif. Dan konselor memberikan penguatan
kembali agar konseli bisa berkomitmen terhadap tindakan positif yang akan
dilakukan yang sudah disepakati pada sesi-sesi sebelumnya.
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling behavior dan
penggunan teknik “Reinforcemet”.
1. Tahapan pertama, membahas dan mengevaluasi tugas rumah “homework
Assigment” yang di kerjakan oleh konseli. Tugas ini bertujuan agar konseli lebih
mampu untuk mengidentifikasi konseli dalam mengembangkan kesadaran diri
sendiri tentang bagaimana dirinya saat ini dengan menggunakan pola skema
kognitif yang klien temui situsi yang kurang nyaman dan mengubah keyakinan inti
negative menjadi keyakinan baru yang adaptif. Terdapat beberapa langkah-langkah
yang dilakukan sebagai berikut :
a. Konselor bertanya pada konseli mengingat pengalaman atau peristiwa yang
terjadi saat menemui situasi kurang nyaman pada diri konseli. Ditemukan bahwa
bahwa perstiwa tersebut dialami pada saat merasa pria yang dekati klien memiliki
sifat atau perilaku yang membuat klien tidak nyaman
b. Konselor mengeksplorasi setiap pola skema kognitif yang sudah konseli
buat dan merubahnya ke yang lebih positif.
c. Konselor bertanya kesuliatan apa saja yang konseli dapatkan atau rasakan
saat mengerjakan homework tersebut. Konseli menjelaskan “sekarang saya sudah
tidak terlalu kesulitan karena dalam mengerjakan”.
2. Tahap kedua menerapkan teknik “Reinforcemet” Pada tahap kegiatan dan
pelaksanaan, konselor melakukan langkah berikut:
a. Konselor meminta konseli agar memiliki pengendalian diri yang baik dan
memiliki tanggung jawab pada peristiwa yang terjadi pada konseli
b. Konselor meminta konseli menuliskan untuk perilaku baru yang positif yang dia
dapat setelah melakukan setelah melakukan sesi konseling secara keseluruhan dan
perilaku baru tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang panjang
c. Konselor membantu konseli untuk bertindak dengan kayakinan baru yang lebih
rasional dan dengan meminta konseli untuk berkomitmen atas apa yang telah
disepakati secara bersama.
PENILAIAN :

Laiseg
Acuan : Klien memiliki pandangan positif bahwa dirinya “Saya mampu
menghasilkan hal positif dan saya hebat”
Kompetensi : Klien mampu mempraktikan pengubahan self talk negative
menjadi positif ketika berada dalam situasi cemas
Usaha : Klien melakukan self-talk positif sebagai upaya bantuan diri
dalam situasi cemas
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan rasa
cemas berlebihan
Kesungguhan : Klien akan berkomitmen untuk mengaplikasikan upaya
bantuan diri dalam kehidupan sehari-hari

TINDAK LANJUT :
-

Tasikmalaya, 03 Juli 2023


Calon Konselor

Siti Mardianti Maulaeni


TRANSKIP PERCAKAPAN
Sesi 1
Konselor : apa kabarnya kakak hari ini ?
Klien : alhamdulilah baik
Konselor : Alhamdulillah, sebelumnya saya meminta izin untuk membawa buku catatan
dan merecord percakapan sesi konseling kita kali ini, apakah diperboleh kan ?
Klien : boleh
Konselor : baik, sebelumnya izin memperkenalkan diri, nama saya Siti Mardianti
Maualeni, mahasiswa bimbingan dan konseling dari universita Muhammadiyah Tasikmalaya,
yang kini duduk di semester lima, silahkan kakak boleh memperkenalkan diri
Klien : nama saya Resti, umur saya 20 tahun
Konselor : oke, baik disini saya akan jelaskan terlebih dahulu, sebagai seorang konselor
memiliki kode etik yaitu asas kerahasiaan, jadi anda jangan khawatir untuk sesi konseling ini,
saya menjadi asas kerahasiaan yang akan kita bahas kali ini bersama saya dan apabila ada
seorang teman ataupun orang terdekat anda menanyakan hal ini kepada saya, saya ingin
mengetahui batasan atau bagian – bagian mana yang boleh dibicarakan dan tidak boleh
dibicarakan ?
Klien : oke baik sudah paham
Konselor : baik, sebelumnya pernah mengikuti konseling
Klien : pernah,
Konselor : oh iya, kalo boleh saya tahu kapan dan membahas tentang apa ?
Klien : kalo gak salah dulu dan membahas masalah pribadi
Konselor : jadii anda ini sudah pernah melakukan sesi konseling sebelumnya dan
membahas tentang masalah pribadi
Klien : iya seperti itu
Konselor : baik, kita sudah kontrak waktu sesi konseling ini dengan durasi 45 menit
sampai 60 menit, apakah anda sudah bersedia ?
Klien : iya
Konselor : apakah posisi duduk anda sudah nyaman sudah rileks ?
Klien : sudah sudah
Konselor : baik, bisa diceritakan apa yang akan kita selesaikan atau bahas kali ini ?
Klien : ya jadi saya itu cemas akan msa depan terutama dalam hal pekerjaan jadi
saya selalu memikirkan hal yang belum terjadi selalu gelisah ketika mau tidur tidak tenang
Konselor : jadi anda ini ingin membahas tentang cemas?
Klien : iya
Konselor : bisa dijelaskan apa yang ingin anda bahas dalam konseling ini ?
Klien : menjelaskan dari awal mula, dari semua yang saya rasakan
Konselor : apa yang kamu pikirkan ?
Klien : emmm jadi saya itu selalu memikirkan hal yang belum terjadi misalnya
pekerjaan saya takut tidak bisa membahagiakan keluarga saya dan merasa tidak berguna
untuk keluarga saya, ditambah lagi tetangga selalu bilang bahwa saya itu mau jadi apa hal
tersebut lah yang membuat saya down dan hilang motivasi saya, jadi saya ingin
menghilangkan rasa cemas dan gelisah.
Klien : iya, makanya dengan adanya konseling ini, saya ingin tau bagaimana caranya
mengatasinya, cara memperlakukan ketika berhadapan dengan sesuatu yang membuat saya
cemas sehingga gelisah
Konselor : jadi anda ingin menghilangkan rasa cemas dan gelisah , jika diskala kan
permasalah anda ada diskala berpa
Klien : skla 4 karena menurut saya sangat mengganggu aktivitas saya
Konselor : baik sekarang saya ingin menggunakan teknik cbt dimana menggunakan jurnal
skema kognitif jadi kognitif ini menggambarkan situasi pikiran perasaan dan tindakan anda
ketika merasakan cemas dan gelisah lalu bisa dituliskan pada kertas jurnal skema kogniti,
apakah dapat dipahami?
Klien: ya dapat dipahami
Konselor : oke baik kalau begitu saya ingin mengetahui ketika anda merasa cemas situasinya
ada dimana
Klien : waktu itu ada dirumah sendirian
Konselor : oke ketika situasi dirumah sendirian kemudian pada saat itu muncul pikiran seperti
apa ?
Klien : pikiran yang muncul bahwa saya merasa tidak berguna selalu berpikir negatif
Konselor : oke ketika tadi situasi dirumah dan muncul pikiran merasa tidak berguna lalu
perasaan yang muncul seperti apa?
Klien : perasaan yang muncul yaitu mencari gelisah dan tidak tenang
Konselor : jika dipersenkan perasaan gelisah dan tidak tenang mungkin diberapa persen
Klien : 40%
Konselor: menurut anda 40% itu seperti apa
Klien : ya permasalahan yang saya alami cukup mengganggu saya sehingga tidur saya
terganggu
Konselor : oke ketika tadi situasi dirumah dan muncul pikiran merasa tidak berguna lalu
perasaan yang muncul gelisah dan tidak tenang dan dipersenkan yaitu 40% sehingga muncul
tindakan yang seperti apa?
Klien : tindakan nya saya hanya menangis saja sendirian
Konselor : oke baik jadi ketika tadi situasi dirumah dan muncul pikiran merasa tidak berguna
lalu perasaan yang muncul gelisah dan tidak tenang dan dipersenkan yaitu 40% sehingga
muncul tindakan menangis saja sendirian. Oke sekarang kita coba mengubah ke kognitif
yang positif
Konselor : yang mana tadi kan ada situasi klo boleh tau situasinya dimana?
Klien : situasinya masih sama dirumah
Konselor : ketika situasi dirumah lalu muncul pikiran seperti apa
Klien : pikiran saya yaitu saya merasa hebat dan bisa membahagiakan orangtua
Konselor : ketika situasi dirumah lalu memunculkan pikiran saya merasa hebat dan muncul
perasaan seperti apa
Klien : ya tentunya saya merasa sangat senang dan bahagia
Konselor : oke jika dipersenkan rasa bahagianya ada diberapa persen
Klien : emmm ada di 100%
Konselor : oke jadi situasi dirumah lalu muncul pikiran saya hebat sehingga muncul perasaan
senang dan bahagia kemudian tindakan yang akan dilakukan speperti apa
Klien : tindakan saya yaitu saya akan memfokuskan diri dan terus berpikir positif
Konselor : oke baik bagus sekali ketika tadi sudah membut skema kira-kira apa yang perlu
diubah dari skema tersebut
Klien : pikiran sih menurut saya karna ketika pikiran kita positif maka akan menghasilkan
tindakan yang positif juga
Konselor : oke bagus sekali ya artinya kamu setelah konseling ini sudah keliatan sekali
perubahannya. Nah lalu dari skema kognitif negatif dan positif yang mana yang harus dipilih
Klien : saya akan memilih yang positif karena ketika situasi pirikan perasaan dan tindakan
positif semuanya akan baik-baik saja dan saya akan merasa bahagia dan tidak akan merasaka
cemas
Konselor : oke bagus sekali ya, karna kita terbatas oleh waktu, saya akan memberikan home
work berupa skema kognitif
Klien : oke baik terimakasih ibu
Sesi 2
Konselor : assalamualaikum, apa kabarnya
Klien : alhamdulillah baik
Konselor : sekarang kesibukannya apa nih?
Klien : saya sedang sibuk dikampus banyak organisasi yang saya jalani
Konselor : oke jadi kesibukannya menjadi mahasiwa yaa
Klien : ya seperti itu
Konselor : oke baik sekarang langsung saja pada pekerjaan rumah yang saya berikan disesi 1
kemarin , apakah dikerjakan dan dibawa kertasnya?
Klien : ya dikerjakan dan dibawa
Konselor : oke coba sekarang anda bacakan skemanya
Klien : oke situasi saya dirumah lalu pikiran saya selalu berpikir yang belum terjadi dan
perasaan saya sedih kemudian tindakan saya saya mencoba menyibuka diri namun tidak ada
hasil
Konselor : oke ketika perasaan anda tadi sedih ika dipersenkan ada diberap persen
Klien : mungkin ada di 40%
Konselor : oke boleh dijelaskan
Klien : ya jadi perasaan di 40% itu saya sangat merasa sedih sekali dengan kondisi saya
dimana saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk ibu saya
Konselor : jadi anda merasa bahwa tidak bisa mengahsilkan hal positif untuk ibu anda
Klien : ya seperti itu
Konselor : nah lalu bacakan skema yang positifnya
Klien : oke jadi situasi pada saat itu masih sama dirumah kemudian pikiran saya yaitu saya
hebat dan perasan saya senang sekali sehingga tindakan yang dilakukan saya mencoba hal
yang seharusnya saya kerjakan terlebih dahulu
Konselor : jadi ketika perasaan seang dipersenkan ada diberapa persen
Klien : mungkin ada di 80% ya karna saya tidak merasakan cemas sehingga tidur saya
menjadi nyenyak
Konselor : oke bagus sekali, nah disini saya mempunyai media yaitu sterofoam dimana saya
ingin anda menusuk nusuk pemikiran negatif yang saya sudah tempelken dimana harus
hancur namun anda harus mengatakan pemikiran positif, apakah dapat dipahami
Klien : ya dapat dipahami
Konselor : oke sekarang lakukan,,, kemudian bagaimana perasaan nya
Klien : ya saya menjadi tenang sedikit berkurang
Konselor : oke sekarang kalau boleh tau skala nya ada diberpa 8
Klien : ada di 8,5 karna saya sudah bisa berpikir hal positif dan cemas saya berkurang
Konselor : oke bagus sekali saya sagat senang dengan perubahan anda, oke karna kita
terbatas oleh waktu saya kira dicukupkan untuk pekerjaan rumah masih sama membuat
skema nanti disesi berikutnya saya akan bahas, saya ucapkan terimakasih. Terimakasih
Klien : oke terimakasih kembali, waalaikumsalam.
Sesi 3
Konselor : assalamualaikum, apa kabarnya
Klien : alhamdulillah baik
Konselor : sekarang kesibukannya apa nih?
Klien : saya sedang sibuk dikampus banyak organisasi yang saya jalani
Konselor : oke jadi kesibukannya menjadi mahasiwa yaa
Klien : ya seperti itu
Konselor : oke baik sekarang langsung saja pada pekerjaan rumah yang saya berikan disesi 1
kemarin , apakah dikerjakan dan dibawa kertasnya?
Klien : ya dikerjakan dan dibawa
Konselor : oke coba sekarang anda bacakan skemanya
Klien : oke situasi saya dirumah lalu pikiran saya selalu berpikir yang belum terjadi dan
perasaan saya sedih kemudian tindakan saya saya mencoba menyibuka diri namun tidak ada
hasil
Konselor : oke ketika perasaan anda tadi sedih ika dipersenkan ada diberap persen
Klien : mungkin ada di 40%
Konselor : oke boleh dijelaskan
Klien : ya jadi perasaan di 40% itu saya sangat merasa sedih sekali dengan kondisi saya
dimana saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk ibu saya
Konselor : jadi anda merasa bahwa tidak bisa mengahsilkan hal positif untuk ibu anda
Klien : ya seperti itu
Konselor : nah lalu bacakan skema yang positifnya
Klien : oke jadi situasi pada saat itu masih sama dirumah kemudian pikiran saya yaitu saya
hebat dan perasan saya senang sekali sehingga tindakan yang dilakukan saya mencoba hal
yang seharusnya saya kerjakan terlebih dahulu
Konselor : jadi ketika perasaan seang dipersenkan ada diberapa persen
Klien : mungkin ada di 80% ya karna saya tidak merasakan cemas sehingga tidur saya
menjadi nyenyak
Konselor : oke bagus sekali, nah disini saya mempunyai kursi irasional dan rasional dimana
ada kursi negatif dan positif, dan saya ingin anda duduk dikursi yang negatif, lalu saya ingin
anda duduk dikursi negatif terlebih dahulu
Klien : ya dapat dipahami
Konselor : oke sekarang lakukan,,, kemudian bagaimana perasaan nya
Klien : saya tidak berguna 3x
Klien : saya tidak tenang
Konselor : oke sekarang duduk dikursi positif, lalu ucapkan kalimat saya hebat
Klien : saya hebat 3x
Konselor : bagaimana perasaannya
Klien : saya merasa sangat bahagia dan tenang
Konselor : oke sekarang kalau boleh tau skala nya ada diberpa
Klien : ada di 8, 7 karna saya sudah bisa berpikir hal positif dan cemas saya berkurang
Konselor : oke bagus sekali saya sagat senang dengan perubahan anda, oke karna kita
terbatas oleh waktu saya kira dicukupkan untuk pekerjaan rumah masih sama membuat
skema nanti disesi berikutnya saya akan bahas, saya ucapkan terimakasih. Terimakasih
Klien : oke terimakasih kembali, waalaikumsalam
Sesi 4
Konselor : assalamualaikum
Klien : waalaikumsalam
Konselor : bagaimana hari ini kabarnya
Klien : alhamdulillah sangat baik
Konselor : oke kemarin sudah melakukan sesi 1 2 dan 3 bagiamana perubahannya
Klien : banyak sekali perubahannya ya dan saya sudah bisa mengontrol dan mengendalikan
kecemasan saya

Anda mungkin juga menyukai