DESKRIPSI MASALAH
PRAKTIK LAYANAN KONSELING
PERORANGAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : F. P. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Pendidikan : Lulus SMA
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status Perkawinan : Belum Menikah
MASALAH :
Kurang kepercayaan diri terhadap orang lain dan trauma untuk menjalin hubungan yang
baru
GAMBARAN MASALAH :
Klien F. P berusia 21 tahun menjelaskan bahwa dirinya selalu dihantui rasa takut dan
trauma ketika menjalin hubungan yang toxic dengan mantan kekasihnya dimasa lalu,
kejadian tersebut terjadi 2 tahun kebelakang, mulai dari dirinya merasa ditipu oleh
pasangannya kemudian penipuan yang dialami mulai dari penipuan materi dan
perselingkuhan, penipuan tersebut juga melibatkan orang tua dari F.P, sehingga pada saat
sudah berakhir hubunganya dengan mantan kekasihnya dirinya juga pernah difitnah
seakan-akan dia yang bersalah dan orang terdekat dia pun memandang dia itu negatif
sehingga pernah mengalami self injury (melukai dirinya), dia juga merasa stres, dia juga
tidak pernah bercerita kepada siapapun karena takut berpandangan yang negatif kepada
dirinya sehingga sampai sekarang efek yang dirasakan dia yaitu kurang adanya
kepercayaan terhadap siapapun dan menjadi trauma akan menjalin hubungan yang baru
dan dia juga bercerita tidak ingin terus-menerus dalam kondisi seperti ini.
HUBUNGAN AWAL :
Klien adalah teman lama saya. Klien pada waktu itu menawarkan diri kepada saya untuk
dikonseling dan klien mulai menguhubungi saya karena sudah bersedia melakukan
konseling. Konselor meminta konseli untuk terlebih dahulu mengisi “Intake Inform”
sebagai bagian awal informasi bagi konselor dalam mempelajari kasus yang konseli
keluhkan. Selain itu, konselor meminta konseli untuk mengisi asesmen “Depression
Anxiety Stress Scale (DASS)”. Konseli juga terlebih dahulu bertanya mengenai bagaimana
sistematika dari proses konseling nya sampai klien bersedia untuk di konseling.
RAHASIA
TUJUAN PERUBAHAN:
1. Klien dapat memahami tentang bagaimana masalah itu muncul
2. Klien dapat mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban membuka berbagai
kemungkinan di masa depan
3. Klien mampu menghasilkan perubahan dalam hidupnya
4. Klien mampu menemukan solusi untuk mencapai tujuan yang diharapkan
RAHASIA
PELAKSANAAN USAHA:
Setelah melakukan tahapan pengantaran, penjajakan, dan penafsiran, maka konselor
melakukan tahap pembinaan dengan menerapkan prosedur konseling Postmodern dan
menggunakan pendekatan Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
2. Menerapkan teknik “Solution Focused Brief Therapy”. Pada tahap kegiatan dan
pelaksanaan, konselor melakukan langkah berikut:
a. Menanyakan skala (Scalling Question) 0-10, dimana 0 itu biasa saja dan 10 itu
sangat berat.
b. Menanyakan kepada klien menggunakan pertanyaan keajaiban (Mirecle Question)
dimana konselor menanyakan “Jika permasalahan Anda tuntas bagaimana kondisi
dan perasaan yang dialami?”. Klien menjawab “Akan lebih bahagia dan rasa trauma
berlebihan akan berkurang dan akan lebih menyibukan diri dan memperbaiki diri”.
c. Minta klien untuk rileks, kemudian membayangkan ada sebuah layar yang
menceritakan mengenai permasalahannya (Video tape)
PENILAIAN :
Laiseg
Acuan : Klien memiliki permasalah berhubungan dengan masa lalunya
yang belum terselesaikan dan ada rasa trauma dan kurangnya
kepercayaan terhadap siapapun”
Kompetensi : Klien mampu mengontrol rasa truma dan kurang kepercayaan
Usaha : Klien melakukan konseling sebagai awal dari usaha untuk bisa
menyelesaikan masalahnya dan mampu mengungkapkan
semua permasalahannya dari awal.
Rasa : Klien merasa lebih tenang dan lega karena bisa berani bercerita
tentang permasalannya dan bersyukur ada yang bisa
mendengarkan permasalahannya
Kesungguhan : Klien terlihat sangat bersungguh-sungguh untuk melakukan
perubahan menginginkan solusi dari permasalah yang
dialaminya.
TINDAK LANJUT :
Sesi kedua fokus pada evaluasi pekerjaan rumah yang dilakukan (Homework Assigment).
Konselor fokus pada perubahan atau solusi yang perlu klien capai dengan menggunakan
prosedur konseling Postmodern.