Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN WILAYAH KERJA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata kuliah, pun
agar mahasiswa terampil menggunakan perangkat keras berupa laptop, proyektor
LCD, mahasiswa berlatih mandiri dan terampil berbicara di depan umum.

Dosen pembimbing:
Malik

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Nisa Zalfa Ramadhani


2. Nunung Haryani
3. Anggi Nurhandayani
4. Ilbert Ardia Susanto

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) SUFYAN TSAURI

MAJENANG – CILACAP

Jln. K.H. Sufyan Tsauri Majenang Cilacap, Jawa Tengah 53257 tlp. (0280) 623562

Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah Swt yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidyah serta inayahnya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul
pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami tidak menutup diri para
pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
pengikatan kualitas penyusunan makalah selanjutnya,
Dan kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami
penyusun dan pembacanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
1.1.Latar belakang ....................................................................1
1.2.Rumusan masalah................................................................1
1.3.Tujuan pembahasan.............................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................2
2.1 Makna pengenalan wilayah kerja penyuluh.........................2
2.2. Lingkup pengenalan wilayah kerja penyuluh......................4
2.3. Cara pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat 9

BAB III PENUTUP.............................................................................10


3.1. Kesimpulan.......................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat merupakan cara kita
untuk lebih tau dan mengenali suatu tempat masyarakat yang akan mamou
mengoptimalisasikan masyarakat yang telah mampu sehingga masyarakat yang
lebih mampu dan lebih baik lagi serta tercipta masyarakat yang sejahtera.
Setiap desa memilikin potensi , kondisi daerah , dan karakteristik masyarakat
yang berbeda-beda. Untuk itu dalam upaya pemberdayaan , masyarakat desa
setempat harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena
masyarakatnya lebih mengetahui potensi dan kondisi desanya sedangkan
pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendukung program
pemberdayaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apa makna pengenalan wilayah kerja penyuluh
2. Apa saja lingkup pengenalan wilayah kerja penyuluh
3. Bagaimana cara pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Makna pengenalan wilayah kerja penyuluh
2. Lingkup pengenalan wilayah kerja penyuluh
3. Cara pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat
BAB II
PEMBHASAN
2.1 MAKNA PENGENALAN WILAYAH KERJA PENYULUH /
FASILITATOR
Didalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang penyuluh /
fasilitator Tidak cukup hanya mengenal masyarakat penerima manfaatnya saja,
tetapi juga harus mengenal beragam kekuatan yang mempengaruhi proses
perubahan, baik yang menyangkut lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lain-
lain. Selaras dengan itu, salah satu tugas yang harus dilakukan oleh setiap
penyuluh/ fasilitator adalah melaksanakan: pengenalan wilayah kerja
pemberdayaan masyarakat. Bagi penyuluh / fasilitator, pengenalan wilayah kerja
sebelum melaksanakan tugasnya tidak hanya penting baginya, tetapi justru
merupakan persyaratan mutlak. Sebab,hanya dengan mengenal wilayah kerja dia
akan dapat memahami :
1. Keadaan masyarakat yang akan menjadi penerima manfaatnya.

2. Keadaan lingkungan fisik dan sosial masyarakat penerima manfaatnya,

3. Masalah-masalah yang pernah, sedang, dan akan dihadapi oleh masyarakat


penerima manfaatnya di masa-masa mendatang,

4. Kendala yang akan dihadapi untuk melaksanakan pemberdayaan


masyarakat ,dan

5. Faktor-faktor pendukung dan pelancar kegiatan pemberdayaan masyarakat


yang akan dilaksanakannya.

Melalui pengenalan wilayah kerja yang mendalam, seorang penyuluh /


fasilitator tidak hanya akan mengetahui kegiatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat yang akan menjadi peneriama manfaat, tapi melalui pengenalan
wilayah kerja yang mendalam, seorang penyuluh / fasilitator akan dapat
memahami:
1. Keadaan alam, berikut faktor – faktor antara lain (pengairan,iklim,bencana
alam rutin,keadaan hama penyakit yang biasa mengganggu ,dan lain-lain.
2. Kegiatan usaha, baik komoditi yang di usahakan ,teknik budidaya, tingkat
produktivitas, dan lain-lain.
3. Keadaan penduduk, termasuk kebiasaan-kebiasaannya, kebutuhan dan
keinginannya, agama dan nila-nilai sosial budaya yang dianut dan terus-
menerus dijadikan pedoman hidup dan bekerja serta diwariskan dari generasi
kegenerasi dan lain- lain.
4. Keadaan kelembagaan yang akan mempengaruhi kegiatan usaha dan prilaku
masyarakat.
5. Sarana dan prasarana yang tersedia, yang diperlukan dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk terus meningkatkan produktivitas dan pendapatan serta
keuntungannya.
Lebih lanjut, melalui pengenalan wilayah kerja yang mendalam, fasilitator
akan dapat melihat :
1. Peluang peran bantuan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup
masyarakat penerima manfaatnya,
2. Memilih peluang peran bantuan yang paling tepat (mudah, murah, dan bener-
bener bermanfaat),
3. Sumberdaya yang tersedia dan dapat di manfaatkan untuk pelaksanaan
kegiatan penyuluh / fasilitator yang di rencanakan.
Oleh sebab itu, tanpa pengenalan wilayah kerja yang baik bukan saja akan
menyulitkan penyuluh / fasilitator untuk menyusun program dan kalender kerja
pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan, tetapi sekaligus juga akan
menyulitkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah
direncanakan.
Hal ini disebabkan karena, data/informasi atau gambaran tentang situasi
yang diperoleh berdasarkan pengamatan sekilas atau berdasarkan data sekunder
yang tersedia, seringkali tidak selalu dapat di percaya sebagai data yang
menggambarkan keadaan wilayah kerja yang sesungguhnya. Sehingga,masalah
yang terlihat mungkin bukan menjadi masalah utama.tetapi masalah utama atau
kunci permasalahannya seringkali justru tidak menonjol.
Dilain pihak , karena objek utama dari kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah manusia yang memiliki perasaan,kebutuhan, keinginan, dan harapan-
harapan yang selalu berubah-ubah tergantung keadaan (fisik dan sosial)
lingkungannya, akan sangatlah sulit bagi seorang penyuluh / fasilitator (jika tanpa
pengenalan wilayah kerja )untuk melakukan diagnose atau kebutuhan/keinginan,
dan masalah-masalah yang telah dan sedang dihadapi oleh masyarakat penerima
manfaatnya.
Melalui pengenalan wilayah kerja, penyuluh / fasilitator juga akan
membiasakan dirinya sendiri untuk bekerja berdasarkan data atau fakta yang
bener-bener diyakini,dan bukan bekerja berdasarkan prakiraan-prakiraan, asumsi-
asumsi, atau menurut”kata orang”.
2.2 LINGKUP PENGENALAN WILAYAH-KERJA FASILITATOR
Bertolak dari pemahaman kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
untuk memperbaiki usaha yang dilaksanakan oleh masyarakat dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sebagai syarat pembangunan seperti diatas, maka
lingkup pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat setidak-tidaknya
harus mencakup :
1. Keadaan Sumberdaya Alam
Pengenalan tentang keadaan sumberdaya alam, merupakan salah satu tugas
yang tidak boleh dilupakan oleh seorang penyuluh / fasilitator.
Melalui pengenalan keadaan sumberdaya –alam yang baik, seorang
penyuluh / fasilitator akan dapat melihat keunggulan-keunggulan dan Kendala-
kendala alami yang dimiliki dan harus dihadapi oleh masyarakat penerima manfaat
diwilayah kerjanya. Sebaliknya, tanpa mengenal keadaan sumberdaya-alam secara
cermat, penerapan inovasi yang disampaikan seringkali tidak akan berhasil seperti
yang diharapkan, atau bahkan akan mengalami kegagalan sama sekali.
Beberapa keadan sumberdaya-alam yang perlu diperhatikan oleh setiap
penyuluh / fasilitator adalah :
1) Lokasi Geografis, yang akan sangat menentukan keragaman komoditi
yang di usahakan , yang terkait dengan : keadaan iklim, sifat hujan dan saat-saat
pergantian iklim akan tiba. Contoh yang paling elas dari kasus ini adalah,
perbedaan antara wilayah Tropis dan wilayah sub tropis, atau dataran rendah dan
dataran tinggi.
2) Topografie wilayah, yang selalu membedakan jenis komoditi yang boleh
diusahakan sesuai dengan tingkat kemiringan lahan, juga seringkali menentukan
pola bertanam berkaitan dengan upaya pelestarian dan konservasi tanah, serta
keadaan pengairannya.
3) Iklim, termasuk didalamnya: keadaan hujan, intensitas penyinaran
matahari, suhu, dan kelembaban udara, yang secara bersama-sama akan sangat
menentukan pola bertanam, waktu bertanam, dan jenis komoditi yang dapat
diusahakan dengan memberikan produk dan harga jual yang lebih baik.
4) Jenis tanah, berikut sifat-sifat fisika dan kimianya, yang akan menentukan
ragam komoditi yang dapat diusahakan maupun tingkat produktivitasnya.
5) Bencana alam rutin, yang akan mempengaruhi peluang keberhasilan
komoditi yang diusahakan.
6) Status dan luas pemilikan lahan, yang akan menentukan tingkat
intensifikasi,produktivitas,dan pendapatannya.
7) Lokasi administrative, karena berkaitan dengan kebijakan pembangunan
yang ditetapkan maupun sikap pimpinan wilayah terhadap kegiatan pembangunan
diwilayahnya.
2. Keadaan Sumberdaya Manusia
Seperti telah dikemukakan, penerima manfaat pemberdayaan masyarakat
mencakup : masyarakat sebagai pelaku utama(baik sebagai manusia, sebagai
pengelola usaha, maupun sebagai warga masyarakat), tokoh masyarakat ( formal
dan informal), pengusahaan pedagang, peneliti, akademisi, seniman, dll.
Disamping itu, jika dalam pendekatan lama, modal dan teknologi di anggap
merupakan variabel strategis yang menentukan keberhasilan pembangunan dalam
pendekatan baru justru sumberdaya manusia (dan lembaga – lembaga sosial) di
anggap sebagai yang paling strategis.

Karena itu, setiap penyuluh / fasilitator harus benar-benar mengenal


karakteristik setiap warga masyarakat yang akan menjadi penerima manfaatnya,
baik secara individual maupun yang tergabung dalam kelompok/organisasi sosial.
Beberapa karakteristik sumber daya manusia yang perlu diketahui oleh
penyuluh / fasilitator adalah:
a. Jumlah dan kepadatan penduduk, yang akan menentukan ragam status dan
luas rata-rata pemilikan lahan setiap usaha..
b. Keragaman penduduk menurut umur dan jenis kelamin, yang akan
menentukan tersedianya tenaga kerja, baik dalam arti jumlah,
produktivitas, tingkat partisipasi, maupun alokasi waktu yang tersedia
untuk kegiatan usaha.
c. Tingkat pertumbuhan penduduk, yang akan berpengaruh terhadap ragam
kegiatan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dan harapan-harapan
serta upaya pemecahan masalah-masalah atau tantangan-tantangan di masa
depan.
d. Pendidikan penduduk, yang akan berpengaruh terhadap tingkat
keinovatifan, kekosmopolitan, serta kemampuannya untuk menerapkan
inovasi-inovasi yang akan ditawarkan ; serta berpengaruh terhadap metode
penyuluh / fasilitator yang akan direncanakan.
e. Nilai-nilai sosial budaya, termasuk agama dan kepercayaannya, yang perlu
di perhatikan penyuluh / fasilitator berkaitan dengan inovasi yang akan
ditawarkan, maupun metoda dan waktu pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang akan direncanakan.
3. Keadaan Kelembagaan
peran inovasi kelembagaan semakin menempati posisi penting disbanding
sekedar inovasi teknologi maupun inovasi sosial. Sebab inovasi teknologi maupun
inovasi sosial hanya dapat diimplementasikan dengan baik jika cukup tersedia
kelembagaan yang dapat berfungsi efektif.
1) Kelembagaan ekonomi, yang meliputi :
a. Lembaga-lembaga pemasaran sarana produksi pertanian, sejak produsen
sampai dengan pendistribusiannya ditingkat local (masyarakat).
b. Lembaga –lembaga penunjang kegiatan produksi, seperti lembaga
keuangan/perbankan, dan koperasi.
c. Lembaga-lembaga pemasaran produk, sejak pengolahan hasil, sampai
dengan pendistribusiannya kepada konsumen yang membutuhkannya.
2) Kelembagaan sosial, yang mencakup ;
1. Kelembagaan sosial kelompok tani seperti Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia (HKTI) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI),
perhimpuna agronomi (PERAGI), Perhimpunan Entomologi Indonesia
(PEI), himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), Perhimpunan Anggerek
Indonesia (PAI), dll.
2. Kelembagaan pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah, swasta,
lembaga swadaya masyarakat pada umumnya, seperti : PKK, Dawa-
wisma, Karang taruna, Pramuka Taruna Bumi,dll).
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan beragam sarana dan prasarana yang perlu diperhatikan oleh setiap
penyuluh/fasilitator diwilayah kerjanya adalah:
1) Keadaan bahan-baku atau sarana produksi, yang berupa benih/bibit,
pupuk, pestisida/obat-obatan, baik menyangkut penyediaannya yang harus
memenuhi persyaratan jumlah mutu yang dapat diandalkan maupun penyalurannya
yang tepat waktu.
2) Keadaan sarana pengangkutan, baik untuk pengangkutan sarana produksi,
produk yang di hasilkan, maupun pengangkutan tenaga kerja dan peralatan yang
diperlukan di setiap lokalitas usaha maupun antar lokalitas usaha di setiap distrik
usaha-tani.
3) Keadaan penyediaan kredit, untuk investasi, biaya operasional, maupun
kredit konsumsi yang dibutuhkan masyarakatnya.
4) Keadaan pasar,baik ragam pasar, jumlah, dan lokasinya.
5) Keadaan jalan, baik kelas jalan, dan keadaannya.
5. Kebijakan Pembangunan
Tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap kebijakan dan kesepakatan-
kesepakatan yang ditetapkan, dikhawatirkan program pemberdayaan masyarakat
yang dirumuskan akan kurang bermanfaat, berbeda, atau bahkan mungkin
bertentangan dengan kebijakan dan kesepakatan yang ada.
Sehubungan dengan itu, beragam kebijakan,peraturan, dan hasil-hasil
musyawarah yang harus diperhatikan oleh setiap penyuluh/fasilitator adalah :
1. Kebijakan pembangunan nasional jangka panjang, khususnya yang mengenai
tujuan pembangunan,peran pembangunan pertanian, dan tujuan pembangunan
pertanian itu sendiri.
2. Kebijakan pembangunan nasional jangka menengah/GBHN, khususnya
tentang arah, tujuan dan langkah kegiatan pembangunan pertanian .
3. Kebijakan pembangunan regional dan local (Wilayah Tingkat I/II) khususnya
tentang arah, tujuan, dan langkah kegiatan yang akan dilaksanakan.
4. Peraturan-peraturan wilayah yang berkaitan dengan pembangunan pertanian.
6. Potensi Ekonomi dan Keunggulan Lokal
Terkait dengan hal ini, maka setiap penyuluh/fasilitator pemberdayaan
masyarakat perlu mencermati :
1) Keunggulan dan kelemahan-kelemahan dari usaha yang telah
dilaksanakan selama ini.
2) Alternatif-alternatif peran bantuan yang dapat diberikan.
3) Alternatif tentang kegiatan penyuluh/fasilitatoran yang akan dapat
dilaksanakan.
7. Organisasi dan Administrasi Pemberdayaan Masyarakat
Pemahaman tentang organisasi dan administrasi pemberdayaan masyarakat
dewasa ini menjadi sangat penting untuk dipahami oleh setiap penyuluh/fasilitator,
seiring telah di bentuknya instusi (Badan/kantor) pemberdayaan masyarakat
ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
Sehubungan dengan itu,hal-hal yang perlu di perhatikan oleh setiap
penyuluh/fasilitator adalah :
1) Struktur organisasi pemberdayaan masyarakat tani, dan kaitannya dalam
organisasi pemerintahan.
2) Keterkaitan atau saling hubunga,baik antara sesama
penyuluh/fasilitator,antara penyuluh/fasilitator dengan (kelompok – kelompok)
masyarakat penerima manfaat, dan antara penyuluh/fasilitator dengan
lembaga/aparat penunjangnya.
3) Rincian kegiatan yang harus dilaksanakan
4) Hak dan kewajiban, termasuk kemudahan-kemudahan yang disediakan.
5) Jenjang karier, jaminan hari tua .
3.3 CARA PENGENALAN WILAYAH KERJA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Cara pengenalan Wilayah Kerja yang terbaik yang harus dilakukan oleh
setiap penyuluh/fasilitator adalah, sebelum melakukan kegiatannya sebagai
seorang penyuluh/fasilitator , itu melalui :
1) Pelaksanaan survey partisipatif atau survey mandiri yang dilakukan oleh
masyarakat (community self survey) yang difasilitasi oleh
penyuluh/fasilitator.
Peran penyuluh/fasilitator disini, bukan sebagai penentu tetapi sekadar
memberikan pertimbangan (advise) tentang :
a) Data/informasi dan sumber data yang diperlukan
b) Teknik pengumpulan data dan instrument pengumpuulan data yang
diperlukan
c) Perumusan instrument dan pengukurannya.
2) Penilaian keadaan secara partisipatif :
a) Kompilasi dan tabulasi data
b) Analisis keadaan dan perubahan.
c) Pembuatan peta situasi dalam bentuk gambar (lokasi)

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengenalan dalam wilayah kerja pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang
sangat penting karena dengan mengenal dahulu wilayah kerja untuk
mengembangkan masyarakat bisa membuat masyarakat tersebut menjadi
masyarakat yang sejahtera. Dalam lingkup pengenalan wilayah kerja penyuluh
harus mencakup : keadaan sumberdaya alam,keadaan sdm, keadaan
kelembagaan, sarana prasarana, kebijakan pembangunan, potensi ekonomi dan
keunggulan local.
DAFTAR PUSTAKA
Delivery.2004.pemberdayaan masyarakat
Mardikanto, T. 2010. Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat. Cetakan 1.
KITA tekan. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai