Anda di halaman 1dari 14

Evaluasi dan Terminasi dalam Pekerjaan Sosial

Unknown7:17 AM No comments

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Profesi pekerjaan sosial merupakan salah satu dari profesi pertolongan manusia (The
Human Helping Profesion). Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan,mempunyai
beberapa prinsip pertolongan.  Proses pertolongan pekerjaan sosial dibagi ke dalam beberapa
tahap. Pentahapan proses proses pertolongan pekerjaan sosial beraneka macam jenis dan
banyaknya.   Pentahapan proses pertolongan pekerjaan sosial pada dasarnya tidak bersifat
kaku tetapi fleksibel atau luwes artinya pekerja sosial didalam memberikan pertolongan
kepada kliennya tidak selalu dimulai dari tahap awal (engagement), namun didalam kondisi-
kondisi tertentu dapat dari tahap yang lainnya. Jadi proses pertolongan tidak selalu bersifat
linier (garis lurus) tetapi spiral.
Umumnya, dalam proses pertolongan pekerjaan sosial ini dilakukan dalam beberapa
tahap. Menurut Max Siporin, tahap proses pertolongan pekerjaan sosial terdiri dari lima
tahap, yaitu :
1.      Engagement, Intake, and Contract.
2.      Assesment.
3.      Planning.
4.      Intervention.
5.      Evaluation and Termination.
Permasalahan manusia sangat beraneka ragam dan beraneka macam jenis, corak dan
intensitas, sehingga batas waktu penyelesaian atau pemecahann masalah untuk setiap klien
sangat bervariasi. Pekerjaan sosial di dalam memberi pertolongan kepada kliennya selalu
dibatasi oleh waktu, artinya tidak ada pertolongan pekerjaan sosial yang seumur hidup. Untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pekerja sosial perlu mengidentifikasikan masalah
sejelas mungkin.  Salah satu tahapan proses pertolongan yaitu terminasi dan evaluasi.
Evaluasi  bentuk tahapan terhadap hasil yang telah dicapai selama melalukan kegiatan, baik
yang sukses maupun gagal. Sedangkan terminasi bentuk tahapan menghilangkan intervensi
yang tidak sukses dan menyeleksi pendekatan- pendekatan yang berbeda-beda atau
menyeleksi strategi-strategi intervensi yang beraneka macam dengan didasarkan pada proses
tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana tahap evaluasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial?
2.      Bagaimana tahap terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial?

C.    Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Adapun
tujuan makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui tahap evaluasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial.
2.      Mengetahui tahap terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial.

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Evaluasi
Evaluasi merupakan unsur yang cukup penting dalam proses pertolongan kerena
kemungkinan pekerja sosial maupun badan sosial memberi respon dan pertanggung jawaban,
baik kepada pemberi dana maupun kepada penerima pelayanan (sponsor atau klien ). Dengan
evaluasi pekerja sosial juga mampu menguji keampuhan dan ketepatan alternatif intervensi
yang diterapkannya. Di samping itu pekerja sosial juga dapat memonitor faktor-faktor yang
membawa keberhasilan dan yang mengakibatkan kegagalan.  Kemungkinan juga akan terjadi
kesalahan, baik yang dilakukan klien maupun yang dilakukan oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial bertanggung jawab untuk menciptakan iklim dimana prosedur diterima
sebagai objek evaluasi atau penilaian apa yang terjadi. Pada iklim semacam itu pekerja sosial
dan klien dapat melihat akibat-akibat yang telah mereka kerjakan dalam mencapai tujuan
akhir.

Definisi Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat kelebihan dan
kekurangan yang terjadi dalam memberikan pertolongan kepada klien. Tahap evaluasi itu
sendiri merupakan suatu tahap untuk menilai atau melihat sampai seberapa jauh tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Untuk melakukan evaluasi, pekerja sosial perlu mengkaji
tujuan yang ditentukan beserta indikator pencapaiannya. Dari indikator tersebut, pekerja
sosial dapat menyusun beberapa instrument evaluasi. Evaluasi merupakan suatu kegiatan
terus menerus selama proses perubahan berencana berlangsung.

Prinsip-prinsip Melaksanakan Tugas Monev


Dalam meninjau kembali dan mengevaluasi tugas-tugas dan penyebaran perubahan
pengetahuan pekerja sosial terdapat prinsip-prinsip dalam melaksanakan tugas monitoring
dan evaluasi, yaitu sebagai berikut :
1.      Dalam proses peninjauan kembali dan evaluasi, pekerja sosial harus membuat pendapat-
pendapat dengan mempehatikan variabel-variabel penting bagi permasalahan, bagi klien,
situasi, dan bagi sistem ekologi secarakeseluruhan.
2.      Pekerja sosial harus menilai hasil baik proses dan hasil yang objektif dalam pernyataan-
pernyataan yang ditetapkan empiris dan ukuran bertingkah laku.
3.      Evaluasi harus objektif dan juga disetujui klien.
4.      Ukuran-ukuran dan prosedur-prosedur yang diseleksi hendaknya realistis dan tepat untuk
sasasan pekerjaan sosial.
5.      Pekerja sosial harus siap memberikan sumbangan dalam program intervensi. 
6.      Mengkombinasikan pendekatan antara tugas dengan masalah yang akan ditangani.

Tipe Evaluasi
Menurut Suharto membagi evaluasi menjadi dua tipe, yaitu tipe on-going evaluation
atau evaluasi terus menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Tipe evaluasi yang
pertama dilaksanakan pada interval periode tertentu (biasanya akhir phase atau tahap suatu
rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana. Secara umum, evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      Evaluasi proses, yaitu suatu bentuk evaluasi untuk melihat apakah seluruh tahapan kerja atau
prosedur pelayanan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan secara lengkap. Evaluasi
proses mencakup aspek persiapan sosial (sosialisasi, dukungan klien, dan sebagainya),
asesmen (identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, identifikasi dan sumber),
perencanaan pemecahan masalah (perumusan tujuan, peerumusan rincian dan langkah
kegiatanpenyusunan anggaran, perumusan indikator keberhasilan) dan pelaksanaan program
(mobilisasi sumber, implementasi kegiatan, pemeliharaan, dan sebagainya).
2.      Evaluasi hasil, yaitu suatu bentuk evaluasi untuk melihat dampak atau manfaat dari
intervensi yang dilakukan. Evaluasi hasil terdiri dari aspek ketepatan waktu dan sasaran,
kesesuaian jumlah/kualitas/lokasi, penerimaan warga terhadap program dan manfaat
program.

Pendekatan dalam Evaluasi


Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi dikenal ada dua pendekatan
yaitu non partisipatif atau konvensional dan partisipatif. Evaluasi dengan pendekatan
konvensional dilaksanakan oleh ahli dari luar sedangkan evaluasi dengan pendekatan
partisipatif dilaksanakan oleh masyarakat/komunitas, staf proyek dan juga fasilitator.

Tujuan Evaluasi
Tahap-tahap dalam proses pertolongan pekerjaan sosial pasti mempunyai tujuan
tertentu yang hendak dicapai. Tujuan dari tahap evaluasi, yaitu :
1.      Mampu menguji keampuhan dan ketetapan alternatif.
2.      Pekerja sosial memonitor faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan untuk umpan balik bagi
program selanjutnya.
3.      Memeberikan dorongan bagi kegiatan baru.
4.      Sebagai bahan untuk menyususn laporan kerja.

Fungsi Evaluasi
Tahap-tahap dalam proses pertolongan pekerjaan sosial pasti mempunyai fungsi
tertentu. Fungsi dari tahap evaluasi, yaitu :
1.      Peninjauan kembali atau pemahaman secara jelas tentang pencapaian.
2.      Pertanggungjawaban profesional terhadap masyarakat atau sistem klien.

Objek Evaluasi
Hal yang paling mendasar dalam melakukan evaluasi adalah mengetahui terlebih
dahulu kegiatan dan objek apa saja yang dapat dijadikan bahan atau sasaran evaluasi.
Menurut Owen danRogers (1999) ada 5 objek atau sasaran yang dapat dijadikan bahan
evaluasi :
1.      Program. Program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mencapai
suatu perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu.
2.      Kebijakan. Kebijakan adalah ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan
cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan
tertentu (Suharto, 1997:108).
3.      Organisasi. Organisasi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Perusahaan, departemen pemerintahan atau lembaga swadaya masyarakat adalah
beberapa contoh organisasi.
4.      Produk atau hasil. Produk adalah keluaran atau output yang dihasilkan dari suatu proses
kegiatan tertentu. Misalnya, buku atau pedoman pelatihan, barang-barang, makanan, sapi atau
kambing yang berikan kepada klien dalam suatu pelayanan sosial.
5.      Individu. Individu yang dimaksud dalam hal ini adalah orang atau manusia yang ada dalam
suatu organisasi atau masyarakat. Umumnya, evaluasi terhadap individu difokuskan kepada
kemampuan atau performance  yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam organisasi atau masyarakat.

Penilaian
Penilaian adalah elemen yang paling esensial dalam praktek pekerjaan
sosial,sedangkan penilaian dari laporan adalah :
1.      Memperbaiki pelayanan pada kelayan.
2.      Mengembangkan penialian atau pencatatn diperbolehkan untuk pelayanan masadepan
kelayan.
3.      Belajar untuk memperbaiki keterampilan-keterampilan pelayanan.
4.      Mengawasi dan melaksanakan, mengatur dan menolong evaluasi pengalamantentang pekerja
sosial.
5.      Merupakan pelayanan yang bertanggung jawab sehingga pekerja sosialmelakukan dengan
penuh tanggung jawab.
6.       Menggunakan penelitian dalam mencatat pengamatan dan data lain.
7.      Mendukung pembela sosial perundang-undangan dan pembaharuan.
8.      Adapun prinsip penilaian yang lain diantaranya adalah semaksimal mungkinmembantu
kelayan, penilaian dilakukan sebagai suatu bentuk pengaruh pertolongan dalam kepentingan
kelayan, dan penilaian dilakukan untuk kepentingan profesional.

Yang harus diperhatikan dari proses penilaian, yaitu:


1.      Memerlukan indikator yang jelas dan operasional atau terukur.
2.      Objektif dan melibatkan klien.
3.      Pekerja sosial menyadari kontribusinya dalam proses pertolongan.
Kegiatan Evaluasi
Dalam evaluasi program pelayanan kesejahteraan sosial, Pekerja sosial melakukan
kegiatan:
1.      Menyusun rancangan evaluasi program pelayanan.
2.      Instrumen evaluasi program pelayanan.
3.      Melaksanakan evaluasi program pelayanan.
4.      menyusun laporan hasil program evaluasi pelayanan.
5.      Mensosialisasikan laporan hasil evaluasi program pelayanan.
Kegiatan pengembangan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial tersebut sering
dinamakan kegiatan pemberian pelayanan tidak langsung (indirect services). Tugas pokok
tersebut dilaksanakan pekerja sosial pada berbagai bidang pelayanan, seperti:
1.      Pelayanan kesejahteraan anak, remaja, keluarga, dan lanjut usia.
2.      Pelayanan pengembangan kelompok dan organisasi.
3.      Pelayanan pengembangan komunitas dan masyarakat.
4.      Pelayanan pemeliharaan penghasilan (bantuan sosial, asuransi sosial, dsb).
5.      Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi eks pelanggar hukum dan perilakumenyimpang (tuna
sosial).
6.      Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat (fisik, netra, rungu, danmental).
7.      Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi eks pasien penyakit kronis dan menular.
8.      Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang industri, dunia usaha, dan dunia kerja.
9.      Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang kesehatan umum dan jiwa.
10.  Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang pendidikan/ sekolah.
Evaluasi yang berkaitan dengan pelayanan sosial pada hakekatnya menekankan pada
pembuatan keputusan. Misalnya, keputusan yang menyangkut jenis pelayanan sosial yang
akan diberikan, sasaran yang akan menerima pelayanan sosial, serta metode pendistribusian
pelayanan social tersebut. Olehkarenaitu, kegunaan utama dari data evaluasi adalah
sebagai input atau masukan bagi proses pembuatan keputusan. Dalam konteks ini maka
evaluasi dapat diartikan sebagai proses penilaian terhadap pentingnya suatu program
pelayanan sosial. Dimana penilaian dibuat dengan cara membandingkan berbagai bukti yang
berkaitan dengan apakah program telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan
bagaimana seharusnya program tersebut dibuat dan diimplementasikan.
Berdasarkan konsepsi ini, maka evaluasi pada prinsipnya menunjuk kepada sebuah
proses pembuatan keputusan yang melibatkan:
1.      Penetapan kriteria (criteria),  yakni standar-standar tertentu yang akan dijadikan patokan
dalam melakukan penilaian.
2.      Pengumpulanbukti (evidence).
3.      Penilaian (judgement) mengenaiperbandinganantarabuktidankreteria.

Alasan Dilakukannya Evaluasi


Adanya tahap eavaluasi dalam tahapan proses pertolongan yang dilakukan dalam
profesi pekerjaan sosial pasti memiliki alasan. Bernie Jones telah mengatakan bahwa
program-program dievaluasi untuk sejumlah alasan-alasan khusus sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bagaimana efektifnya suatu program memenuhi tujuan-tujuannya
(Apakah ada perbedaannya? Kepada siapa?).
2.      Untuk mencapai informasi yang akan menolong merestruktur suatu programatau
mengelolanya lebih efektif. Mungkin petugas evaluasi ingin melihatapakah suatu komponen
tertentu harus dihilnagkan atau diganti.
3.      Untuk mendefinisikan model-model bagi yang lain-lain ikuti atau menguji suatuteori atau
suatu pendekatan suatu masalah (Apakah yang membuat program bekerja? Dapatkah setiap
elemen digunakan dalam program-program lain?).
4.      Untuk mengetahui apa yang anggota-anggota staf butuhkan agar mengarahkan program
mereka secara efektif.
5.      Untuk mengetahui bagaimana baiknya program terlaksana dari titik pandangkelayan dan
bagaimana membuatnya lebih efektif.
6.      Untuk memperbaiki hubungan masyarakat dan usaha-usaha pengumpulan dana(Apakah yang
akan menolong menjual suatu program kepada mereka yangdana-dananya atau pembenaran-
pembenaran yang dibutuhkan?
7.      Untuk memenuhi syarat-syarat suatu sumber pendanaan (Apakah program berlaku cukup
baik untuk membenarkan pendanaan kembali?
  

B.     Terminasi
Terminasi merupakan indikasi kapan akibat suatu kegiatan bergerak kepada hal-hal
yang diinginkan sehingga  secara langsung memperkuat atau menegaskan validitas keaslian
assesment, pendefenisian masalah, tujuan, penyeleksian model intervensi, dan kontrak.
Terminasi dilaksanakan ketika tujuan telah dicapai dan pelayanan telah lengkap, ketika
kegiatan lebih lanjut tidak ada lagi,ketika permintaan- permintaan klien berhenti, ketika
referal dibuat untuk sumber- sumber pertolongan yang lain dan pekerja sosial  sudah tidak
akan terlibat lebih lama lagi.
Terminasi juga merupakan pintu masuk bagi kontak selanjutnya yang akan
datang.  Kita akui itu merupakan proses pemecahan masalah secara terus menerus.  Terminasi
sering merupakan proses yang mengharukan. Hal ini disebabkan karena relasi yang baik dan
cukup mendalam diantara pekerja sosial dengan klien nya. Perpisahan dengan orang yang
akrab,dekat dalam pemecahan masalah dirasakan sangat berat dan memilikan hati., klien juga
akan merasa ragu dan kurang yakin akan krmampuannya dalam melaksanakan fungsi dan
tugas kehidupan selanjutnya tanpa dukungan pekerja sosial. Oleh sebab itu  pekerja sosial
perli melakukan tekanan psikologi dengan cermat dan mengamati menifestasi emosional
klien dengan hati hati.

Definisi Terminasi
Terminasi dalam pekerjaan sosial merupakan tahap pengakhiran dari proses
pertolongan pekerjaan sosial dimana terjadi pemutusan hubungan kerja antara pekerja sosial
atau lembaga usaha kesejateraan sosial dengan klien.
Terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial ini dapat dilakukan kapan saja
jika situasi menghendaki. Selain itu, terminasi ini juga harus berdasarkan kemauan
klien. Terminasi ini juga dapat dikatakan sebagai pintu masuk bagi pihak selanjutnya jika
memang diperlukan rujukan kaitannya dengan masalah yang sedang dihadapi klien.
Pekerja sosial hendaknya mengembangkan berbagai strategi agar klien mampu
memelihara perubahan-perubahan yang telah dicapai, walaupun pertolongan akan
diberhentikan dan pekerja sosial tidak berada disampingnya. Hal ini perlu diperhatikan,
walaupun sering ditemukan klien yang mengalami kemunduran menampilkan kembali
perilaku yang disfungsional setelah pertolongan dihentikan.
Dalam pertimbangan terminasi, terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu :
1.      Alasan bagi klien dan pekerja untuk mengakhiri proses pertolongan.
2.      Isi dari terminasi itu sendiri yang berkaitan dengan perasaan, stabilisasi perubahan, dan
evaluasi klien.

Alasan Dilakukannya Terminasi


Dalam proses pertolongan pekerjaan sosial, ada beberapa macam terminasi dan alasan
yang menyebabkan dilakukannya terminasi. Macam terminasi tersebut adalah terminasi
terencana dan terminasi tidak terencana.
Terminasi dapat terjadi kapan saja selama proses pertolongan berlangsung apabila
situasi menghendaki dengan alasan bila tujuan telah dicapai dan pelayanan telah lengkap, bila
klien telah merasa mampu melaksanakan tujuan tanpa pertolongan pekerja sosial, bila klien
merasa bahwa pertolongan telah cukup diberikan, bila kegiatan lebih lanjut tidak ada lagi,
bila tidak ada kemajuan atau tidak ada potensi perubahan, ketika referal dibuat untuk sumber
pertolongan yang lain.
Secara umum, ada beberapa alasan dilakukannya tahap terminasi dalam praktek
pertolongan pekerjaan sosial, yaitu :
1.      Tujuan telah tercapai,apabila tujuan dalam proses pertolongan pekerjaan sosial telah tercapai
maka dapat dikatakan bahwa dalam proses pertolongan tersebut berhasil sehingga sudah
dapat dilakukan pemutusan hubungan kerja.
2.      Proses pelayanan yang dilakukan pekerja sosial kepada klien telah lengkap terlaksanakan.
3.      Tidak ada rencana lain yang perlu dilakukan.
4.      Persetujuan dari pihak klien untuk mengakhiri proses pertolongan.
5.      Munculnya masalah baru yang mengakibatkan masalah tersebut tidak perlu ditangani.
6.      Periode pelayanan yang diberikan pekerja sosial kepada klien sudah selesai.
7.      Seorang klien dalam proses asesmen sudah tidak memenuhi persyaratan untuk diketegorikan
sebagai klien, baik berdasarkan hasil penilaian lembaga dan atau atas kemauan calon klien.
8.      Seorang calon klien yang sedang berada dalam proses rehabilitasi mengalami masalah baik
fisik maupun mental (misalnya sakit) sehingga tidak dapat melanjutkan proses rehabilitasi.
Kepada yang bersangkutan dapat dilakukan terminasi yang biasanya diikuti dengan rujukan
(yang ditujukan kepada dokter, rumah sakit, psikologis dan pelayanan profesional lain yang
berkompeten). Selain itu juga apabila klien ataupun pekerja social mengalami kematian.
9.      Seorang klien yang sedang mendapatkan pelayanan dari seorang pekerja sosial, baik
kemauan pekerja sosial atau klien sendiri dengan alasan tertentu (misalnya tidak suka kepada
pekerja sosial, keterlibatan emosional yang mendalam dan alasan lain yang tidak mendukung
jalannya proses pelayanan yang sehat) tidak dapat melanjutkan proses pelayanan. Dalam hal
ini dapat dilakukan terminasi dan dirujuk untuk memperoleh pelayanan dari pekerja sosial
lain. Hal ini dilakukan demi kepentingan keberlangsungan pelayanan kepada klien.
10.  Seorang klien yang sedang berada dalam proses rehabilitasi atas kemauan sendiri
memutuskan untuk tidak melanjutkan kegiatan rehabilitasi.
Terminasi juga dapat terjadi ketika pekerja sosial meninggalkan lembaga sehingga
kelayan ditransfer kepada pekerja lain, hal ini terjadi ketika klien atas kemauannya sendiri
memutuskan untuk tidak melanjutkan kegiatan pertolongan karena merasa terlalu terikat,
tidak menyukai situasi pertolongan, tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, terminasi
terjadi ketika ada kesepakatan untuk bekerja pada tujuan lain atau tujuan baru dengan rencana
aksi baru. Alasan lain dilakukannya transfer yaitu karena alasan (Badan Sosial atau
masyarakat) dimana pekerja sosial tidak memungkinkan mengatasi masalah, menyerahkan
atau merujuk kepada pekerja sosial lain yang berkompeten dalam masalah ini.
Beberapa indikasi dilakukan transfer dan terminasi, yaitu :
1.      Tujuan dan waktu yang disepakati telah tercapai.
2.      Atas keinginannya sendiri untuk mengakhiri.
3.      Klien dan pekerja sosial sama-sama tidak mampu melanjutkan.
4.      Proses pertolongan yang dilakukan sama sekali tidak berpengaruh kepada klien.
5.      Penyembuhan yang dilakukan pekerja sosial, sebagai contoh badan sosial menjadikan klien
tidak mau keluar dari badan sosial tersebut sekali pun sudah tidak habis waktunya atau masa
pertolongannya.

Prinsip Prosedural Terminasi Agar Positif


Agar terminasi dalam tahapan proses pertolongan pekerjaan sosial berjalan lancar dan
positif maka terdapat prinsip procedural yang harus dilaksanakan. Prinsip prosedural
terminasi tersebut sebagai berikut :
1.      Terminasi hendaknya berdasarkan asesmen dan keputusan bersama.
2.      Pengalaman terminasi hendaknya mengandung tujuan spesifik dan konkrit dengan segala
konsekuensinya.
3.      Klien hendaknya dipersiapkan menghadapi terminasi sehingga tidak bergantung terus kepada
pekerja sosial dan dapat hidup mandiri.
4.      Klien hendaknya dibantu mengembangkan kemampuan problem solving atau pemecahan
masalah agar dapat berperan aktif  dalam proses pertolongan dan nantinya akan dapat
memecahkan masalahnya sendiri bila berhadapan lagi dengan masalah.
5.      Sistim intervensi hendaknya diberikan dengan mengkaitkan klien kepada sistem sumber dan
penguasaan akses agar tercipta pemecahan masalahan sehingga dapat meningkatkan
keberfungsian klien.
Ada beberapa prosedur dasar yang dibutuhkan dalam tugas umum, antara lain :
1.      Pemindahan harus didasarkan pada kebutuhan bersama adanya saling memahamidalam
program pertolongan dan situasi pada waktu keputusan dibuat dalamterminasi.
2.      Pengalaman terminasi hendaknya mempunyai sasaran pertolongan secara spesifik dan akibat-
akibatnya untuk kelayan.
3.      Klien hendaknya bersiap-siap menghadapi atau disiapkan dan ditolong dengantata cara
terminasi.
4.      Klien harus dianjurkan secara terus-menerus untuk memecahkan masalah, belajar dan
pertumbuhan proses dirinya sendiri dengan pertolongan sumber petolongan baru.
5.      Sistem intervensi harus diterminasikan dalam cara-cara bahwa hubungan kliendengan
masyarakat haruslah merupakan sistem pertolongan yang alamiah dankemungkinan klien untuk
terus menerus memudahkan untuk memperolehsumber.
6.      Pekerja sosial atau lembaga sosial hendaknya diperkenalkan untuk menghadapikesulitan di
masa depan, kelajutannya adalah kontak yang telah ditetapkan.
7.      Pekerja sosial harus mengakui dan memperlakukan dengan perasaannya dalammelakukan
terminasi dimana perasaan-perasaan itu menyakitkan dia dapatmenggunakan kepercayaannya
untuk menolong memecahkan masalahnya sendirisebagaimana halnya dengan perasaan klien.

Perasaan-perasaan yang timbul ketika terjadi terminasi


Terminasi merupakan tahap yang tidak mudah untuk dilakukan karena hakekat hubungan
antara pekerja sosial dan klien itu adalah suatu hubungan yang dekat. 
1.      Positif
a.       Lega, karena memandang kerjasama sebagai suatu selingan hidup.
b.      Senang, karena telah mendapatkan pemahaman dan keterampilan sehingga mereka hidup
tanpa pertolongan lebih jauh lagi.
c.       Bangga akan apa yang telah dilakukan.
2.      Negatif
a.       Marah bila transfer ke pekerja baru.
b.      Sedih karena merasa ditinggalkan.
c.       Muncul perasaan-perasaan lama tentang perpisahan.
d.      Tidak puas / tidak senang.

Kegiatan terminasi
Terminasi itu sendiri terdiri dari dua kegiatan, yaitu kegiatan persiapan dan pelaksana.
1.      Kegiatan persiapan, meliputi :
a.       Mempersiapkan penerimaan lingkungan keluarga, dimana eks klien tinggal bersamanya.
b.      Mempersiapkan penerimaan lingkungan masyarakat, baik masyarakat lingkungan tempat
kerja maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
c.       Lebih memantapkan kemandirian eks klien, baik kemandirian secara materi/usaha ekonomi
produktif, maupun dalam penyesuaian diri hidup di masyarakat.
d.      Kegiatan tersebut pada nomor a, b, c, dilakukan melalui koordinasi dengan keluarga, tokoh
masyarakat, RT dan teman lingkungan kerja.
e.       Identifikasi kebutuhan eks klien dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan.
2.      Kegiatan pelaksanaan, meliputi :
a.       Dilakukan kesepakatan pemutusan hubungan kontrak pelayanan antara pekerja
sosial/lembaga dalam bentuk surat pernyataan diri.
b.      Penyerahan paket bantuan pengembangan usaha ekonomi produktif.
c.       Penutupan pencatatan kasus klien.

Komponen Terminasi
Terdapat beberapa komponen terminasi menurut Allen Pincus dan Anne Minahan, yaitu :
1.      Pembebasan
Terminasi dalam proses pertolongan menyebabkan penghentian hubungan antara
pekerja sosial dan klien. Penghentian hubungan ini memungkinkan munculnya berbagai
perasaan negatif, baik pada klien maupun pekerja sosial. Dalam hal ini terminasi juga berarti
membebaskan pekerja sosial dan klien dari berbagai ikatan emosional yang kemungkinan
dapat menghambat keberfungsian sosial setelah proses pertolongan atau proses lebih lanjut.
2.      Stabilisasi Perubahan
Hal ini dapat diartikan bahwa setelah dilakukannya proses terminasi, klien diharapkan
dapat menjaga kestabilan perubahannya. Dengan demikian, keberfungsian sosial pada diri
klien akan tetap berlanjut.
3.      Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam tahap terminasi. Hal ini
dikarenakan evaluasi sangat berguna dalam membantu pekerja sosial dan klien untuk
memahami lebih baik bagaimana cara menangani masalah dan memenuhi tuntutan kebutuhan
yang akan datang. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mengkaji apakah
hubungan yang telah terjadi antara pekerja sosial dank lien tersebut bermanfaat atau tidak.

Transfer Dan Rujukan


1.      Transfer
a.       Transfer terjadi ketika Pekerja sosial mengakhiri pekerjaan dan mendapat posisi baru,
sehingga mentransfer kelayan kepada pekerja lain.
b.      Transfer juga dapat terjadi ketika pekerja mempunyai rencana-rencana untuk suatu tugas
baru atau dalam tuntutan situasi baru.
Transfer menjadi penting untuk mengenal perasaan-perasaan yang merintangi kelanjutan
pelayanan kepada kelayan dan menyelesaikannya bila memungkinkan.
2.      Proses Rujukan / Referal
a.       Adalah proses dimana seoarang Pekerja Sosial memungkinkan seorang kelayan menjadi
sadar akan sumber pelayanan lain dan mengadakan kontak dengan sumber tersebut.
b.      Referal digunakan bila kebutuhan kelayan tidak dapat dipenuhi dengan pelayanan yang
disediakan oleh lembaga lain.
c.       Referal dibuat hanya dengan seijin kelayan.
d.      Referal adalah Follow Up
e.       Prosesnya yaitu :
Pekerja dan klien bersama-sama membahas pelayanan potensial dan Pekerja membantu
kelayan membuat kontak awal dengan lembaga baru, dapat dikerjakan dengan :
3.      Memberi nomor telepon.
4.      Mengarahkan untuk mencapai lembaga baru berupa saran-saran.
5.      Memanggil lembaga baru tersebut atau pergi ke lembaga baru tersebut dengan kelayan.
6.      Pekerja dan Kelayan bersama-sama membahas macam-macam informasi yang akan berguna
untuk lembaga baru.
7.      Pekerja menyediakan informasi tersebut kepada lembaga baru.

Teknik Dan Skill yang Digunakan dalam Proses Terminasi


Pekerjaan terminasi dapat meningkatkan keberfungsian sosial kelayan. Hal itu juga
akan menambah pemahaman kelayan dan pekerja ketika mereka bekerja bersama. Setiap
pengakhiran menumbuhkan perasaan-perasaan yang mungkin kuat. 
Perasaan-perasaan ini dapat digunakan sebagai suatu cara untuk pertumbuhan atau
perasaan ditolak yang mana dapat mempengaruhi keberfungsian sosial kemudian.
Menangani suatu terminasi adalah suatu skill penting bagi Pekerja Sosial untuk
dikembangkan.

Skill
1.      Kemampuan mengenal perasaan-perasaan dan mampu mengatasi dan menyelesaikannya
2.      Kemampuan merencanakan terminasi
3.      Kemampuan mengevaluasi
4.      Kemampuan dalam pembebasan dari hubungan dengan para klien
5.      Kemampuan mengetahui sumber-sumber pertolongan lain
6.      Kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi

Teknik
1.      Melakukan rencana terminasi bersama kelayan.
2.      Menolong kelayan menerima pekerja baru dan bersama kelayan membahas pekerjaan yang
telah dilakukan serta kemungkinan pekerjaan akan datang.
3.      Menyadari perasaan-perasaannya sendiri dan berfokus pada tujuan dan kebutuhan kelayan.
4.      Mengembangkan kebiasaan terminasi secara sadar tiap sesi bersama.
5.      Meninjau kembali apa yang telah dilaksanakan bersama.
Hal ini untuk melihat aspek-aspek positif dan menolong mereka/kelayan mengembangkan
pemahaman bahwa pertumbuhan sering mempunyai kepedihan.
6.      Dalam menolong kelayan melepaskan diri, pekerja dapat menolong dengan menyelesaikan
kehilangan-kehilangan masa lalu dan perasaan-perasaan tidak terpecahkan tentang kehilangan
tersebut dan menyediakan kelayan menangani kehilangan tersebut dimasa datang.
7.      Untuk menjaga stabilitas perubahan, pekerja dan kelayan bersama-sama membahas langkah-
langkah kemudian, merencanakan cara-cara untuk mendapat dukungan dan sumber yang
diperlukan untuk langkah tersebut dalam mencapai pertumbuhan lebih jauh lagi dan memberi
harapan nyata bahwa kelayan dapat berfungsi tanpa pertolongan pekerja.
8.      Ketulusan pekerja menerima evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan yang mungkin
sebagai kesalahan dan keterbatasannya.
9.      Kompetensi dalam membimbing proses terminasi adalah cara mempengaruhi kepuasan
kelayan.

Kaitan Terminasi dengan Rujukan


Rujukan merupakan proses dimana seorang pekerja sosial merujuk kliennya kepada
sumber pelayanan lain yang dapat membantu meningkatkan keberfungsian sosial klien
tersebut. Rujukan dilakukan ketika pekerja sosial memungkinkan kliennya sadar akan sumber
pelayanan lain yang dapat membantunya meningkatkan keberfungsian sosial dan
menginginkan untuk mengadakan kontak dengan sumber tersebut.
Rujukan dilakukan jika pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial tidak mampu
membantu klien meningkatkan keberfungsian sosialnya. Rujukan ini juga dilakukan hanya
jika klien mengijinkan atau bersedia dirujuk.
Pekerja sosial dan klien bersama-sama membahas pelayanan potensial yang
diperlukan klien dan merujuknya kepada sumber pelayanan lainnya. Adapun proses rujukan
tersebut dapat dilakukan sebagaimana berikut :
1.      Membuat kontak awal dengan lembaga baru.
2.      Memanggil lembaga baru tersebut atau pergi ke lembaga baru tersebut dengan klien
3.      Pekerja dan Klien bersama-sama membahas macam-macam informasi yang akan berguna
untuk lembaga baru
4.      Pekerja menyediakan informasi tersebut kepada lembaga baru.

Kriteria rujukan, yaitu :


1.      Kelayan memerlukan pertolongan lebih lanjut.
2.      Kelayan memerlukan sumber yang berada di luar lembaga.
3.      Adanya dampak negatif atas pertolongan tersebut sehingga memerlukan pertolongan lebih
lanjut.
4.      Rujukan harus jelas, yaitu jelas pihak yang dirujuk, isi rujukan jelas, dan siapa melakukan
apa harus jelas.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan,mempunyai beberapa prinsip
pertolongan.  Proses pertolongan pekerjaan sosial dibagi ke dalam beberapa tahap. Terdapat
tahapan proses pertolongan dalam pekerjaan sosial yaitu terminasi dan evaluasi.
Evaluasi  bentuk tahapan terhadap hasil yang telah dicapai selama melalukan kegiatan, baik
yang sukses maupun gagal. Evaluasi dianggap sebagai satu bagian yang terus-menerus dari
proses pekerjaan social. Hal itu telah menunjukkan tuntutan yang tumbuh untuk
akuntabilitas bagi kelayan, lembaga, sumber pendanaan, dan khalayak umum. Evaluasi
adalah suatu skill yang semua para pekerja social harus miliki dan suatu proses yang
semua para pekerja social harus melibatkan diri bila mereka harus mematuhi prinsip-
prinsipetik profesi pekerja sosial.
Sedangkan terminasi bentuk tahapan menghilangkan intervensi yang tidak sukses dan
menyeleksi pendekatan- pendekatan yang berbeda-beda atau menyeleksi strategi-strategi
intervensi yang beraneka macam dengan didasarkan pada proses tersebut. Tahap terakhir dari
proses pekerjaan sosial adalah terminasi. Hal itudirencanakan dari permulaan proses.
Terminasi mungkin menjurus kepada pemindahan kepada pekerjaan lain. Ada tiga komponen dari
pekerjaan terminasi: pembebasan, stabilisasi perubahan, dan evaluasi. Para pekerja sosial
yang melibatkan kelayan dalam pemikiran yang baik tentang proses terminasi memperkuat
kemampuan kelayan untuk keberfungsian sosial di masa datang. Mereka juga meningkatkan
kemampuan profesi mereka sendiri melalui evaluasi dengan kelayan apa yang menjurus
kepada hasil yang diinginkan. Terminasi adalah suatu bagian integral dari seluruh proses
pekerjaan sosial.

B.     Saran
Dalam tahap evaluasi sebaiknya pekerja sosial menyadari kontribusinya dalam proses
pertolongan sehingga dapat bertanggung jawab secara profesional terhadap masyarakat atau
sistim klien. Dalam penilaian sebaiknya pekerja sosial membuat indikator yang jelas dan
operasional sehingga dapat terukur serta melibatkan klien dalam proses pertolongannya.
Pekerja sosial hendaknya juga mengembangkan berbagai strategi agar klien mampu
memelihara perubahan- perubahan yang telah ia capai. Walau pertolongan akan dihentikan
dan pekerja sosial tidak berada disampingnya klien diharapkan mampu memelihara dan
meningkatkan perubahan-perubahan tersebut. Hal ini perlu diperhatikan karen sering
ditemukan klien yang mengalami klien yang mengalami kemunduran dan menampilkan
kembali perilaku disfugsional setelah pertolongan dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Louise. 2001. Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generarist). Bandung : Koperasi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
Sukoco, Dwi Heru. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Bandung : Koperasi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
DAFTAR RUJUKAN

http://dollybeltahemawan.blogspot.com/2011/02/terminasi-sebagai-salah-satu-proses.html. (Diunduh
pada tanggal 26 Oktober 2012)
http://www.scribd.com/doc/45872757/EVALUASI. (Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai