BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi pekerjaan sosial merupakan salah satu dari profesi pertolongan manusia (The
Human Helping Profesion). Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan,mempunyai
beberapa prinsip pertolongan. Proses pertolongan pekerjaan sosial dibagi ke dalam beberapa
tahap. Pentahapan proses proses pertolongan pekerjaan sosial beraneka macam jenis dan
banyaknya. Pentahapan proses pertolongan pekerjaan sosial pada dasarnya tidak bersifat
kaku tetapi fleksibel atau luwes artinya pekerja sosial didalam memberikan pertolongan
kepada kliennya tidak selalu dimulai dari tahap awal (engagement), namun didalam kondisi-
kondisi tertentu dapat dari tahap yang lainnya. Jadi proses pertolongan tidak selalu bersifat
linier (garis lurus) tetapi spiral.
Umumnya, dalam proses pertolongan pekerjaan sosial ini dilakukan dalam beberapa
tahap. Menurut Max Siporin, tahap proses pertolongan pekerjaan sosial terdiri dari lima
tahap, yaitu :
1. Engagement, Intake, and Contract.
2. Assesment.
3. Planning.
4. Intervention.
5. Evaluation and Termination.
Permasalahan manusia sangat beraneka ragam dan beraneka macam jenis, corak dan
intensitas, sehingga batas waktu penyelesaian atau pemecahann masalah untuk setiap klien
sangat bervariasi. Pekerjaan sosial di dalam memberi pertolongan kepada kliennya selalu
dibatasi oleh waktu, artinya tidak ada pertolongan pekerjaan sosial yang seumur hidup. Untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pekerja sosial perlu mengidentifikasikan masalah
sejelas mungkin. Salah satu tahapan proses pertolongan yaitu terminasi dan evaluasi.
Evaluasi bentuk tahapan terhadap hasil yang telah dicapai selama melalukan kegiatan, baik
yang sukses maupun gagal. Sedangkan terminasi bentuk tahapan menghilangkan intervensi
yang tidak sukses dan menyeleksi pendekatan- pendekatan yang berbeda-beda atau
menyeleksi strategi-strategi intervensi yang beraneka macam dengan didasarkan pada proses
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap evaluasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial?
2. Bagaimana tahap terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Adapun
tujuan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui tahap evaluasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial.
2. Mengetahui tahap terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evaluasi
Evaluasi merupakan unsur yang cukup penting dalam proses pertolongan kerena
kemungkinan pekerja sosial maupun badan sosial memberi respon dan pertanggung jawaban,
baik kepada pemberi dana maupun kepada penerima pelayanan (sponsor atau klien ). Dengan
evaluasi pekerja sosial juga mampu menguji keampuhan dan ketepatan alternatif intervensi
yang diterapkannya. Di samping itu pekerja sosial juga dapat memonitor faktor-faktor yang
membawa keberhasilan dan yang mengakibatkan kegagalan. Kemungkinan juga akan terjadi
kesalahan, baik yang dilakukan klien maupun yang dilakukan oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial bertanggung jawab untuk menciptakan iklim dimana prosedur diterima
sebagai objek evaluasi atau penilaian apa yang terjadi. Pada iklim semacam itu pekerja sosial
dan klien dapat melihat akibat-akibat yang telah mereka kerjakan dalam mencapai tujuan
akhir.
Definisi Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat kelebihan dan
kekurangan yang terjadi dalam memberikan pertolongan kepada klien. Tahap evaluasi itu
sendiri merupakan suatu tahap untuk menilai atau melihat sampai seberapa jauh tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Untuk melakukan evaluasi, pekerja sosial perlu mengkaji
tujuan yang ditentukan beserta indikator pencapaiannya. Dari indikator tersebut, pekerja
sosial dapat menyusun beberapa instrument evaluasi. Evaluasi merupakan suatu kegiatan
terus menerus selama proses perubahan berencana berlangsung.
Tipe Evaluasi
Menurut Suharto membagi evaluasi menjadi dua tipe, yaitu tipe on-going evaluation
atau evaluasi terus menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Tipe evaluasi yang
pertama dilaksanakan pada interval periode tertentu (biasanya akhir phase atau tahap suatu
rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana. Secara umum, evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Evaluasi proses, yaitu suatu bentuk evaluasi untuk melihat apakah seluruh tahapan kerja atau
prosedur pelayanan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan secara lengkap. Evaluasi
proses mencakup aspek persiapan sosial (sosialisasi, dukungan klien, dan sebagainya),
asesmen (identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, identifikasi dan sumber),
perencanaan pemecahan masalah (perumusan tujuan, peerumusan rincian dan langkah
kegiatanpenyusunan anggaran, perumusan indikator keberhasilan) dan pelaksanaan program
(mobilisasi sumber, implementasi kegiatan, pemeliharaan, dan sebagainya).
2. Evaluasi hasil, yaitu suatu bentuk evaluasi untuk melihat dampak atau manfaat dari
intervensi yang dilakukan. Evaluasi hasil terdiri dari aspek ketepatan waktu dan sasaran,
kesesuaian jumlah/kualitas/lokasi, penerimaan warga terhadap program dan manfaat
program.
Tujuan Evaluasi
Tahap-tahap dalam proses pertolongan pekerjaan sosial pasti mempunyai tujuan
tertentu yang hendak dicapai. Tujuan dari tahap evaluasi, yaitu :
1. Mampu menguji keampuhan dan ketetapan alternatif.
2. Pekerja sosial memonitor faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan untuk umpan balik bagi
program selanjutnya.
3. Memeberikan dorongan bagi kegiatan baru.
4. Sebagai bahan untuk menyususn laporan kerja.
Fungsi Evaluasi
Tahap-tahap dalam proses pertolongan pekerjaan sosial pasti mempunyai fungsi
tertentu. Fungsi dari tahap evaluasi, yaitu :
1. Peninjauan kembali atau pemahaman secara jelas tentang pencapaian.
2. Pertanggungjawaban profesional terhadap masyarakat atau sistem klien.
Objek Evaluasi
Hal yang paling mendasar dalam melakukan evaluasi adalah mengetahui terlebih
dahulu kegiatan dan objek apa saja yang dapat dijadikan bahan atau sasaran evaluasi.
Menurut Owen danRogers (1999) ada 5 objek atau sasaran yang dapat dijadikan bahan
evaluasi :
1. Program. Program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mencapai
suatu perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu.
2. Kebijakan. Kebijakan adalah ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan
cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan
tertentu (Suharto, 1997:108).
3. Organisasi. Organisasi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Perusahaan, departemen pemerintahan atau lembaga swadaya masyarakat adalah
beberapa contoh organisasi.
4. Produk atau hasil. Produk adalah keluaran atau output yang dihasilkan dari suatu proses
kegiatan tertentu. Misalnya, buku atau pedoman pelatihan, barang-barang, makanan, sapi atau
kambing yang berikan kepada klien dalam suatu pelayanan sosial.
5. Individu. Individu yang dimaksud dalam hal ini adalah orang atau manusia yang ada dalam
suatu organisasi atau masyarakat. Umumnya, evaluasi terhadap individu difokuskan kepada
kemampuan atau performance yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam organisasi atau masyarakat.
Penilaian
Penilaian adalah elemen yang paling esensial dalam praktek pekerjaan
sosial,sedangkan penilaian dari laporan adalah :
1. Memperbaiki pelayanan pada kelayan.
2. Mengembangkan penialian atau pencatatn diperbolehkan untuk pelayanan masadepan
kelayan.
3. Belajar untuk memperbaiki keterampilan-keterampilan pelayanan.
4. Mengawasi dan melaksanakan, mengatur dan menolong evaluasi pengalamantentang pekerja
sosial.
5. Merupakan pelayanan yang bertanggung jawab sehingga pekerja sosialmelakukan dengan
penuh tanggung jawab.
6. Menggunakan penelitian dalam mencatat pengamatan dan data lain.
7. Mendukung pembela sosial perundang-undangan dan pembaharuan.
8. Adapun prinsip penilaian yang lain diantaranya adalah semaksimal mungkinmembantu
kelayan, penilaian dilakukan sebagai suatu bentuk pengaruh pertolongan dalam kepentingan
kelayan, dan penilaian dilakukan untuk kepentingan profesional.
B. Terminasi
Terminasi merupakan indikasi kapan akibat suatu kegiatan bergerak kepada hal-hal
yang diinginkan sehingga secara langsung memperkuat atau menegaskan validitas keaslian
assesment, pendefenisian masalah, tujuan, penyeleksian model intervensi, dan kontrak.
Terminasi dilaksanakan ketika tujuan telah dicapai dan pelayanan telah lengkap, ketika
kegiatan lebih lanjut tidak ada lagi,ketika permintaan- permintaan klien berhenti, ketika
referal dibuat untuk sumber- sumber pertolongan yang lain dan pekerja sosial sudah tidak
akan terlibat lebih lama lagi.
Terminasi juga merupakan pintu masuk bagi kontak selanjutnya yang akan
datang. Kita akui itu merupakan proses pemecahan masalah secara terus menerus. Terminasi
sering merupakan proses yang mengharukan. Hal ini disebabkan karena relasi yang baik dan
cukup mendalam diantara pekerja sosial dengan klien nya. Perpisahan dengan orang yang
akrab,dekat dalam pemecahan masalah dirasakan sangat berat dan memilikan hati., klien juga
akan merasa ragu dan kurang yakin akan krmampuannya dalam melaksanakan fungsi dan
tugas kehidupan selanjutnya tanpa dukungan pekerja sosial. Oleh sebab itu pekerja sosial
perli melakukan tekanan psikologi dengan cermat dan mengamati menifestasi emosional
klien dengan hati hati.
Definisi Terminasi
Terminasi dalam pekerjaan sosial merupakan tahap pengakhiran dari proses
pertolongan pekerjaan sosial dimana terjadi pemutusan hubungan kerja antara pekerja sosial
atau lembaga usaha kesejateraan sosial dengan klien.
Terminasi dalam proses pertolongan pekerjaan sosial ini dapat dilakukan kapan saja
jika situasi menghendaki. Selain itu, terminasi ini juga harus berdasarkan kemauan
klien. Terminasi ini juga dapat dikatakan sebagai pintu masuk bagi pihak selanjutnya jika
memang diperlukan rujukan kaitannya dengan masalah yang sedang dihadapi klien.
Pekerja sosial hendaknya mengembangkan berbagai strategi agar klien mampu
memelihara perubahan-perubahan yang telah dicapai, walaupun pertolongan akan
diberhentikan dan pekerja sosial tidak berada disampingnya. Hal ini perlu diperhatikan,
walaupun sering ditemukan klien yang mengalami kemunduran menampilkan kembali
perilaku yang disfungsional setelah pertolongan dihentikan.
Dalam pertimbangan terminasi, terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu :
1. Alasan bagi klien dan pekerja untuk mengakhiri proses pertolongan.
2. Isi dari terminasi itu sendiri yang berkaitan dengan perasaan, stabilisasi perubahan, dan
evaluasi klien.
Kegiatan terminasi
Terminasi itu sendiri terdiri dari dua kegiatan, yaitu kegiatan persiapan dan pelaksana.
1. Kegiatan persiapan, meliputi :
a. Mempersiapkan penerimaan lingkungan keluarga, dimana eks klien tinggal bersamanya.
b. Mempersiapkan penerimaan lingkungan masyarakat, baik masyarakat lingkungan tempat
kerja maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
c. Lebih memantapkan kemandirian eks klien, baik kemandirian secara materi/usaha ekonomi
produktif, maupun dalam penyesuaian diri hidup di masyarakat.
d. Kegiatan tersebut pada nomor a, b, c, dilakukan melalui koordinasi dengan keluarga, tokoh
masyarakat, RT dan teman lingkungan kerja.
e. Identifikasi kebutuhan eks klien dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan.
2. Kegiatan pelaksanaan, meliputi :
a. Dilakukan kesepakatan pemutusan hubungan kontrak pelayanan antara pekerja
sosial/lembaga dalam bentuk surat pernyataan diri.
b. Penyerahan paket bantuan pengembangan usaha ekonomi produktif.
c. Penutupan pencatatan kasus klien.
Komponen Terminasi
Terdapat beberapa komponen terminasi menurut Allen Pincus dan Anne Minahan, yaitu :
1. Pembebasan
Terminasi dalam proses pertolongan menyebabkan penghentian hubungan antara
pekerja sosial dan klien. Penghentian hubungan ini memungkinkan munculnya berbagai
perasaan negatif, baik pada klien maupun pekerja sosial. Dalam hal ini terminasi juga berarti
membebaskan pekerja sosial dan klien dari berbagai ikatan emosional yang kemungkinan
dapat menghambat keberfungsian sosial setelah proses pertolongan atau proses lebih lanjut.
2. Stabilisasi Perubahan
Hal ini dapat diartikan bahwa setelah dilakukannya proses terminasi, klien diharapkan
dapat menjaga kestabilan perubahannya. Dengan demikian, keberfungsian sosial pada diri
klien akan tetap berlanjut.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam tahap terminasi. Hal ini
dikarenakan evaluasi sangat berguna dalam membantu pekerja sosial dan klien untuk
memahami lebih baik bagaimana cara menangani masalah dan memenuhi tuntutan kebutuhan
yang akan datang. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mengkaji apakah
hubungan yang telah terjadi antara pekerja sosial dank lien tersebut bermanfaat atau tidak.
Skill
1. Kemampuan mengenal perasaan-perasaan dan mampu mengatasi dan menyelesaikannya
2. Kemampuan merencanakan terminasi
3. Kemampuan mengevaluasi
4. Kemampuan dalam pembebasan dari hubungan dengan para klien
5. Kemampuan mengetahui sumber-sumber pertolongan lain
6. Kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi
Teknik
1. Melakukan rencana terminasi bersama kelayan.
2. Menolong kelayan menerima pekerja baru dan bersama kelayan membahas pekerjaan yang
telah dilakukan serta kemungkinan pekerjaan akan datang.
3. Menyadari perasaan-perasaannya sendiri dan berfokus pada tujuan dan kebutuhan kelayan.
4. Mengembangkan kebiasaan terminasi secara sadar tiap sesi bersama.
5. Meninjau kembali apa yang telah dilaksanakan bersama.
Hal ini untuk melihat aspek-aspek positif dan menolong mereka/kelayan mengembangkan
pemahaman bahwa pertumbuhan sering mempunyai kepedihan.
6. Dalam menolong kelayan melepaskan diri, pekerja dapat menolong dengan menyelesaikan
kehilangan-kehilangan masa lalu dan perasaan-perasaan tidak terpecahkan tentang kehilangan
tersebut dan menyediakan kelayan menangani kehilangan tersebut dimasa datang.
7. Untuk menjaga stabilitas perubahan, pekerja dan kelayan bersama-sama membahas langkah-
langkah kemudian, merencanakan cara-cara untuk mendapat dukungan dan sumber yang
diperlukan untuk langkah tersebut dalam mencapai pertumbuhan lebih jauh lagi dan memberi
harapan nyata bahwa kelayan dapat berfungsi tanpa pertolongan pekerja.
8. Ketulusan pekerja menerima evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan yang mungkin
sebagai kesalahan dan keterbatasannya.
9. Kompetensi dalam membimbing proses terminasi adalah cara mempengaruhi kepuasan
kelayan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan,mempunyai beberapa prinsip
pertolongan. Proses pertolongan pekerjaan sosial dibagi ke dalam beberapa tahap. Terdapat
tahapan proses pertolongan dalam pekerjaan sosial yaitu terminasi dan evaluasi.
Evaluasi bentuk tahapan terhadap hasil yang telah dicapai selama melalukan kegiatan, baik
yang sukses maupun gagal. Evaluasi dianggap sebagai satu bagian yang terus-menerus dari
proses pekerjaan social. Hal itu telah menunjukkan tuntutan yang tumbuh untuk
akuntabilitas bagi kelayan, lembaga, sumber pendanaan, dan khalayak umum. Evaluasi
adalah suatu skill yang semua para pekerja social harus miliki dan suatu proses yang
semua para pekerja social harus melibatkan diri bila mereka harus mematuhi prinsip-
prinsipetik profesi pekerja sosial.
Sedangkan terminasi bentuk tahapan menghilangkan intervensi yang tidak sukses dan
menyeleksi pendekatan- pendekatan yang berbeda-beda atau menyeleksi strategi-strategi
intervensi yang beraneka macam dengan didasarkan pada proses tersebut. Tahap terakhir dari
proses pekerjaan sosial adalah terminasi. Hal itudirencanakan dari permulaan proses.
Terminasi mungkin menjurus kepada pemindahan kepada pekerjaan lain. Ada tiga komponen dari
pekerjaan terminasi: pembebasan, stabilisasi perubahan, dan evaluasi. Para pekerja sosial
yang melibatkan kelayan dalam pemikiran yang baik tentang proses terminasi memperkuat
kemampuan kelayan untuk keberfungsian sosial di masa datang. Mereka juga meningkatkan
kemampuan profesi mereka sendiri melalui evaluasi dengan kelayan apa yang menjurus
kepada hasil yang diinginkan. Terminasi adalah suatu bagian integral dari seluruh proses
pekerjaan sosial.
B. Saran
Dalam tahap evaluasi sebaiknya pekerja sosial menyadari kontribusinya dalam proses
pertolongan sehingga dapat bertanggung jawab secara profesional terhadap masyarakat atau
sistim klien. Dalam penilaian sebaiknya pekerja sosial membuat indikator yang jelas dan
operasional sehingga dapat terukur serta melibatkan klien dalam proses pertolongannya.
Pekerja sosial hendaknya juga mengembangkan berbagai strategi agar klien mampu
memelihara perubahan- perubahan yang telah ia capai. Walau pertolongan akan dihentikan
dan pekerja sosial tidak berada disampingnya klien diharapkan mampu memelihara dan
meningkatkan perubahan-perubahan tersebut. Hal ini perlu diperhatikan karen sering
ditemukan klien yang mengalami klien yang mengalami kemunduran dan menampilkan
kembali perilaku disfugsional setelah pertolongan dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Louise. 2001. Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generarist). Bandung : Koperasi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
Sukoco, Dwi Heru. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Bandung : Koperasi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
DAFTAR RUJUKAN
http://dollybeltahemawan.blogspot.com/2011/02/terminasi-sebagai-salah-satu-proses.html. (Diunduh
pada tanggal 26 Oktober 2012)
http://www.scribd.com/doc/45872757/EVALUASI. (Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2012)