Anda di halaman 1dari 5

METODA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Oleh:

IR. GATOT MURDJITO, MS

Pelatihan Metodologi Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2012

METODA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Yang dimaksud dengan metode disini ialah pola atau sistim tindakan yang akan dilakukan, ataupun urutan atau tahapan-tahapan yang perlu dalam menjalankan kegiatan pengabdian-pengabdian pada masyarakat. Adapun tahapan-tahapan yang perlu diikuti adalah sebagai berikut : 1. Analisa situasi masyarakat. Ini merupakan awal yang amat penting yang tidak sepatutnya dilompati, sebab memang kegiatan pengabdian pada masyarkat harus dimulai dari niat untuk membantu masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan dengan dua sub tahapan, yang terbagi lagi menjadi beberapa kemungkinan. Pertama : menentukan khalayak sasaran,apakah : a. Masyarakat luas secara keseluruhan ; b. Komunitas tertentu; c. Khalayak atau organisasi tertentu; d. Orang-orang tertentu dalam masyarakat. Penentuan kelompok sasaran itu tidak selalu mudah ; sering-sering harus dilakukan secara bertahap Kedua : menentukan bidang permasalahan yang akan dianalisis, apakah itu : a. Secara komprenhensip, artinya mencoba menemukan, melihat dan mempelajari keseluruhan masalah yang dihadapi oleh khalayak sasaran. Ini memerlukan pendekatan secara multidisipliner b. Secara terbatas, artinya hanya terbatas pada satu atau dua bidang permasalahan saja 2. Indentifikasi masalah. Hasil dari kerja analisis yang mencakup sasaran dan bidang permasalahan tadi ialah dapat ditemukannya dan kemudian dapat dirumuskannya permaslahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran yang terpilih. Dalam tahap ini sasaran yang akan ditangani melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat nanti. Semakin konkrit perumusan masalahnya, semakin baiklah hasil yang akan dicapai dalam perencanaan ini. 3. Menentukan tujuan kerja secara speifik. Pada tahap ini harus dapat ditentukan kondisi baru mana yang ingin dihasilkan melalui kegiatan pengabdian nantinya. Dengan kata lain perubahan apa yang diinginkan. Seandanya perubahan itu dapat dikuantifikasikan akan membuat tujuan kerja itu lebih jelas, kalaupun tidak ukuran kuantitatipun dapat

diterima. Yang penting dapat dibedakan antara kondisi sekarang dan kondisi baru yang ingin dicapai dengan kegiatan pengabdian itu. 4. Rencana pemecahan masalah. Masalah yang sudah diidentifikasi perlu dipecahkan dan sekaligus mencapai tujuan (kondisi baru) yang telah ditetapkan. Semuanya itu perlu direncanakan dalam tahap ini, yang terdiri dari sub-tahapan, yaitu : a. Mencari alternatif pemecahan masalah ; b. Memilih salah satu alternatief yang terbaik ; Adanya dua sub-tahapan itu perlu diperhatikan, karena bila tidak maka seseorang cenderung untuk loncat pada ide pertama yang muncul, dengan anggapan bahwa ide itu adalah satu-satunya alternatif dan satu-satunya cara yang terbaik. Masing-masing alternatif tentunya memilik kuatan dan kelemahannya; dan setelah itu ditimbang-timbang denagn memperhatikan situasi kelompok sasaran dan kondisi calon-calon pelaksananya, maka dapatlah dipilih satu alternatif yang terbaik. Artinya satu pilihan pada yang paling banyak memberikan keuntungan, serta yang paling sedikit memiliki kelemahan dan paling sedikit memberikan kerugian. 5. Pendekatan sosial. Yang dimaksud adalah pendekatan terhadap masyarakat sasaran. Prinsipnya ialah bahwa masyarakat sasaran harus dijadikan subyek dan bukan obyek dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini. Untuk ini masyarakat harus sebanyak mungkin dan sejauh mungkin dilibatkan dalam kegiatan, termasuk dalam proses perencanaan. Kalau dalam proses perencanaan mungkin hanya beberapa orang saja yang dilibatkan, maka pada tahap pendekatan sosial ini sebaiknya semua orang yang akan terkena program kegiatan dijadikan sasaran pendekatan. Mereka harus menyadari bahwa mereka menghadapi masalah seperti yang dirumuskan diatas, mereka harus ditumbuhkan kesadarannya bahwa masalah itu adalah masalah mereka yang perlu untuk dipecahkan mereka. Selanjutnya apabila mereka tak mampu memecahkan masalah itu sendiri, maka mereka dapat meminta bantuan pada perguruan tinggi. Dengan demikian kesadaran dari masyarakat perlu ditumbuhkan dan bergairah untuk memecahkan masalah, yang berarti usaha untuk memperbaiki hidup mereka sendiri harus ditingkatkan. 6. Pelaksanaan kegiatan. Meskipun sudah sampai pada tahap pelaksanaan, tetapi tidak berarti perencanaan sudah tidak diperlukan lagi. Justru pada tahap ini pelaksanaan kegiatan yang akan segera dilakukan itu harus direncanakan secara matang dan terinci. Penyusunan rencana kerja ini termasuk :

a. Penetapan bagaimana kegiatan itu akan dilakukan ; b. Penetapan waktu pelaksanaannya ; c. Penetapan tempat-tempat pelaksanaan kegiatan ; d. Penetapan orang-orang yang akan terlibat dalam kegiatan. Untuk penyusunan rencana kerja itu pendapat-pendapat dan saran-saran dari masyarakat sasaran sangat perlu untuk diperhatikan. Sekali lagi perlu diusahakan agar masyarakat beranggapan bahwa kegiatan itu adalah kegiatan mereka, usaha mereka untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi dengan mendapatkan bantuan dari unsur perguruan tinggi, dan mungkin juga dari unsur-unsur lain, misalnya dari berbagai instansi yang relevan, Sebaliknya harus dihindarkan tumbuhnya anggapan masyarakat bahwa kegiataan itu adalah kegiatan perguruan tinggi dan untuk keperluan perguruan tinggi, sehingga mereka hanyalah membantu. Dalam rencana kerja ini harus disahakan sebaikmungkin agar tugas, kewajiban dan tanggungjawab masing-masing fihak. Pertumbuhan rasa tanggung-jawab pada fihak masyarakat sasaran sangat penting bagi keberhasilan kegiatan di kemudian hari. Selanjutnya, segala macam persiapan dan penyediaan sarana-sarana yang diperlukan harus dilakukan dengan sebaik mungkin pada tahap ini. Termasuk didalamnya ialah persiapan para pelaksana dari perguruan tinggi sedemikian rupa sehingga mereka benar-benar dapat menjalankan tugasnya secara profesional, penuh keahlian dan kemantapan 7. Evaluasi kegiatan dan hasil. Setiap tahapan memang perlu dievaluasi, sehingga timbul keyakinan bahwa segala yang telah diputuskan adalah benar, dan dapat melangkah ketahap berikutnya secara aman. Namun hal itu tidak menghilangkan kemungkinan diadakannya penyempurnaan-penyempurnaan selama proses kegiatan berlangsung. Yang tidak kurang pentingnya adalah evaluasi terhadap hasil ataupun dampak dari seluruh kegiatan pengabdian masyarakat itu terhadap masyarakat sasaran. Proses evaluasi itu dapat mengikutsertakan unsur masyarakat, sehingga mereka tidak harus mengetahui apa hasil dari kegiatan selama ini, tetapi juga belajar bagaimana mengetahui dan mengukur perubahan-perubahan yang terjadi. Proses evaluasi ini harus dapat mengahasilkan semacam bentuk pertanggungjawaban dari segala hal yang telah dilakukan sebelumnya. Kalau disimpulkan bahwa kegiatan itu berhasil, maka perlu dijelaskan sejauhmana keberhasilannya, dan kalau tidak/kurang berhasil apa yang sudah dapat dicapai dan mengapa tidak dapat lebih baik lagi hasilnya. Hasil evaluasi itu tidak hanya penting sebagai kelengkapan administrasif, tetapi juga

sangat penting untuk diketahui oleh semua orang yang terlibat, termasuk masyarakat sasaran. Metode pengadian masyarakat seperti diuraikan diatas sebenarnya merupakan garis besar proses penyusunan program pengabdian pada masyarakat. Proses perencanaan yang lebih terinci akan dibahas kemudian. Proses perencanaan pada umumnya tidak menyinggung isi program itu sendiri. Berdasarkan isi yang terkandung dalamnya, program pengabdian pada masyarakat dibedakan-bedakan menurut bentuk, jenis dan sifatnya. Bentuk program ditentukan berdasarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh program itu, dan terdapatlah adanya lima bentuk program pengabdian pada masyarakat, yaitu (1) Pendidikan pada Masyarakat, (2) Pelayanan pada Masyarakat, (30 Pengembangan Hasil Penelitian, (4) Pengembangan Wilayah Secara Terpadu, dan (5) Kuliah Kerja Nyata atau KKN

Anda mungkin juga menyukai