Kepribadian adalah target praktik terapi psikososial. Karena itu, konsep tentang
kepribadian dan komponen-komponen signifikannya perlu dipahami secara baik yang
pada gilirannya konsep tentang normal atau abnormalnya suatu kepribadian dan
keberfungsian klien menjadi fokus dari praktik terapi psikososial (Tungga.Y.E.M,
2008). Seperti dikatakan dalam Andi Mappiere A.T (2006) bahwa “ seorang individu
dapat menjadi normal pada satu aspek pribadi dan dapat menjadi tidak normal pada
aspek pribadi lain.” Kenyataan pada pengalaman-pengalaman sehari-haripun
memperlihatkan adanya perilaku-perilaku individual yang secara kontekstual normal
atau tidak normal. Pembedaan diantara kedua konsep yaitu normal dan tidak
normal/abnormal adalah hal yang sangat esensial dalam pemahaman terhadap situasi
klien sehingga tidak salah dalam menentukan suatu intervesi.
Turner Francis J (1978) dalam terjemahan dan interpretasi Tungga, Y.E.M (2008),
bahwa seorang penolong harus mengembangkan serangkaian konsep-konsep kerja
yang berkaitan dengan keberfungsian normal dan sehat dan konsep-konsep sebaliknya
yaitu keberfungsian abnormal / tidak sehat. Walapun konsep-konsep normal dan
patologis telah dikritisi sebagai penghakiman terhadap model berbasis medis, tidak ada
cara untuk menghindari beberapa bentuk rangkaian pemahaman terhadap
keberfungsian normal dan abnormal. Bahkan ketika istilah normal dan abnormal
ditolak, beberapa istilah yang terkait harus dikembangkan untuk menggantikan kedua
istilah itu. Terlepas dari sudut pandang konseptual orang, terdapat permintaan-
permintaan praktik terapeutik yang bertanggung jawab. Kemudian, bahwa tiap klien
yang diases pandangan tentang diri dan potensinya memiliki kemampuan untuk
berkontribusi dan berfungsi secara memuaskan. Juga berkontribusi dalam mengakses
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
B. Abnormalitas
Menurut kamus istilah konseling dan terapi psikososial dalam Mappiare AT (2006,
hal. 3), abnormalitas merupakan suatu konsepsi yang membedakan antara kondisi tidak
normal dari kondisi normal individu. Namun tidak mudah untuk mendefenisikan
perilaku normal (Davison Gerlad C, Neale John M dan Kring Ann M (2006: 4).
Disamping itu, banyak kalangan mungkin enggan mengkatetgorikan perilaku abnormal
karena alasan untuk mnehindari stigma. Meskipun demikian, dikotomi kedua kondisi
ini, yaitu normal dan abnormal sangat perlu dalam pemahaman dan penungkapan
tentang perilaku disfungsi atau malfungsi. Karena itu, sangat perlu bagi para pekerja
sosial untuk memahami perilaku manusia dari beberapa karakteristik yang
mengindikasikan perilaku abnormal menurut Davison dkk, 2006, hal.5-7. Karkteristik
Pengarang :
Pengarang :
Melalui prosedur statistik yaitu dengan melakukan pengukuran dan penilain akan
terlihat adanya gangguan yang sering terjadi, rata-rata terjadi dan terjadi sekali-sekali.
Kemudian hasil penilaian di visualisasikan melalui grafik yang biasa dideskripsikan
dalam bentuk kurva lonceng. Davison dkk (2006) menggambarkan penggunaan
kurva normal ini pada pegukuran intelligence quotient (IQ) untuk mendiagnosa
retardasi mental dan mengatakan bahwa;
“ kurva normal atau kurva berbentuk lonceng menempatkan mayoritas manusia di
bagian tengah dalam kaitannya dengan karakteristik tertentu, dan sangat sedikit yang
berada di kedua bagian ekstrim yaitu sisi inferior dan superior. Seseorang dianggap
normal bila orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku
tertentu. ”
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Penulis mereview beberapa hal dari pembahasan, Payne Malcom (1997), Maquire
Lambert (2002) dan Newman Barbara M dan Newman Philip R (2006) tentang
pendekatan psikososial sebagai berikut:
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Krisis psikososial
Perilaku
coping
Proses sentral
Pengarang :
Pengarang :
Genetic
Skeletal
Motor
Respiratory
Endocrine
Circulatory
Waste
elimination
Sexual
reproductive
Change
factors
Pengarang :
Environmental
Environmental toxin Accident
resources and
(nutrition, disseasses
sunlight)
2. Sistem psikologis
Sistem psikologis termasuk semua proses mental yang berpusat pada
kemampuan seseorang untuk mengartikan pengalaman-pengalamannya dan
mengambil tindakan seperti yang terlihat pada gambar 4.
Emosi, memori, persepsi, pemecahan masalah, bahasa, kemampuan-
kemampuan simbolik dan orientasi terhadap masa depan, semuanya
mengharuskan penggunaan proses psikologis. Dalam kasus Patrick, pengaruh
dari sistem psikologis dapat dihargai ketika seseorang mempertimbangkan
motivasinya, ketekunannya, kemampuan akademiknya, kelihaiannya, tujuan-
tujuannya, dan perasaan terhadap disiplin dirinya. Sistem psikologis
menyediakan sumber-sumber untuk memproses informasi dan sumber-sumber
untuk mengarungi realitas.
Pengarang :
3. Sistem sosietal/sosial
Sistem sosial termasuk proses-proses melalui mana satu pribadi menjadi
terintegrasi kedalam cara-cara hidup tertentu dari orang-orang dalam suatu
negara, seperti terlihat pada gambar 5.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Interpersonal relationships
Social roles
Rituals
Cultural myths
Social expectations
Leadership styles
Communication patterns
Family Organization
Social Support
Political and religious Ideologies
Patterns of economic prosperity, poverty, war or peace
Patterns of intolerance and discrimintation
Change
factors
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Tabel 1
Tahap Kehidupan Proses sentral
Bayi (sejak lahir – 2 tahun) Timbal balik dengan pemberi perawatan
Masa Kanak-kanak (2 dan 3 tahuan) Imitasi
Awal usia sekolah (4-6 tahun) Identifikasi
Usia anak tanggung (6-12 tahun) Pendidikan
Masa remaja awal (12-18 tahun) Tekanan sebaya
Masa remaja akhir (18-24 tahun) Eksperimen / mencoba peran
Masa dewasa awal (24-34 tahun) Kebersamaan dengan teman-teman sebaya
Usia separuh baya (34-60 tahun) Penyesuaian dengan lingkungan dan
kreativitas
Dewasa akhir (60-75 tahun) Introspeksi
Usia lanjut (75 sampai meninggal) Dukungan sosial
Pengarang :
KONTEKS PERKEMBANGAN
Pengarang :
Keluarga
Di seluruh dunia, anak-anak dibesarkan oleh kelompok kecil atau keluarga.
Keluarga adalah konteks sosial primer yang universal bagi kanak-kanak. Keluarga terus
menjadi konteks yang berarti sepanjang kehidupan, terutama seperti yang kita pikirkan
Pengarang :
Kultur
Budaya merujuk kepada cara-cara berpikir, perasaan dan tindakan anggota masyarakat
yang terstandarisasi secara sosial (Thomas, 1999 dalam Newman & Newman,2006).
Selanjutnya, Newman Barbara M dan Newman Philip R menjelaskan bahwa budaya/kultur
meliputi konsep-konsep, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan-keterampilan, seni-seni,
teknologi, agama dan pemerintahan. Hal ini meliputi juga peralatan dan sistem simbol yang
memberikan struktur dan arti terhadap pengalaman. Berkaitan dengan perkembangan
manusia, kultur memiliki teori yang implisit tentang tahap-tahap kehidupan, harapan-
harapan bagi perilaku-perilaku sebagai orang dewasa, dan hakekat kewajiban seseorang
terhadap anggota-anggota kelompok-kelompok budaya yang lebih tua dan lebih muda.
Suatu budaya sangat mempengaruhi secara langsung melalui keluarga dan juga melalui
organisasi sosial seperti gereja dan sekolah.
Kelompok-kelompok etnik
Sub-kultur mempengaruhi setiap orang yang bertumbuh atau tinggal dalam jangka waktu
yang lama di suatu lingkungan yang menekan dan membentuk kehidupan sehari-hari anak-
anak dan orang-orang dewasa. Suatu masyarakat terbentuk dari beragam kultur dari
Pengarang :
BAB III
KONSELING DAN TERAPI PSIKOSOSIAL
2. Terapi psikososial
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Untuk memahami terapi berpusat pada klien, maka penting untuk memahami
istilah-istilah tertentu yang digunakan oleh Rogers. Terapi berpusat pada klien benar-
benar didasarkan pada asumsi bahwa tiap orang mempunyai motif untuk
mengaktualisasikan diri. Motif ini didefinisikan sebagai tendensi/kecenderungan yang
melekat pada tiap orang dan organisma untuk mengembangkan kapasitas-kapasitas
dalam cara-cara yang memelihara atau meningkatkan seseorang (Rogers,1959 dalam
Zastrow,1999). Apabila motif yang dimaksud tidak muncul maka fokus utama terapi
berpusat pada klien adalah pada non-direktif yang akan diajukan dalam pertanyaan.
Rogers mempercayai bahwa seorang terapis tidak seharusnya membuat saran-saran
atau interpretasi-interpretasi dalam terapi, karena motif yang diaktualisasikan akan
menjadi petunjuk terbaik bagi klien. Jika motif ini tidak muncul maka tidak alasan bagi
seorang terapis untuk menjadi nondirektif.
Berbeda dengan Freud, yang memandang sifat dasar manusia sebagai kejahatan,
yaitu bersifat immoral, insting asosial, Rogers memandang sifat dasar manusia sebagai
sifat yang baik. Kemudian Rogers juga meyakini bahwa jika seseorang secara relatif
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Menjadi tulus dan harmoni adalah menjadi “ nyata” dalam berelasi; adalah
ketiadaan kepura-puraan dan pembelaan diri (phoniness & defensiveness). Menjadi
tulus berarti terapi tidak memakai kedok profesional atau menyembunyikan
kelemahan.
Pengarang :
Pengarang :
Rogers mengindikasikan bahwa terdapat dua kondisi yang penting sebelum terapi
dapat terjadi. Pertama, klien harus merasa tidak nyaman atau gelisah karena
inkongruensi-inkongruensi antara diri dan pengalaman-pengalaman. (Terapi yang
berpusat pada klien tidak akan bekerja dengan baik dengan para klien yang menyangkal
bahwa ia memiliki masalah atau yang tidak termotivasi untuk berubah). Kedua, seorang
ahli terapi harus menciptakan sebuah atmosfir yang tidak mengancam di mana klien
yang bersangkutan merasa bahwa dirinya secara utuh diterima dan dipahami dan bahwa
ahli terapi secara tulus peduli dengan klien yang bersangkutan.
Dalam hubungan tersebut seorang klien merasa bebas (mungkin untuk pertama
kalinya) untuk mengeksplor inkongruensi-inkongruensi antara diri dan pengalaman-
pengalaman. (Contohnya, seorang klien mulai menguji inkonsistensi bahwa seks
merupakan sesuatu yang penuh dosa sementara secara alamiah pengalamannya
tidaklah demikian). Klien kemudian secara langsung menyadari bahwa terdapat
inkongruensi. Klien mulai menguji inkongruensi ini dan berpikir tentang makna apa
yang timbul jika nilai-nilai lain dipegang (contohnya, memiliki sebuah nilai bahwa
pengalaman-pengalaman seks yang bertanggungjawab adalah hal yang diinginkan).
Selama proses ini klien yang bersangkutan biasanya mengalami perasaan-perasaan
yang disangkal, ditekan, atau disimpan dari kesadaran pada masa lalu. (Serupa dengan
Freud, Rogers meyakini bahwa orang dalam terapi harus menjadi mawas akan
perasaan-perasaan dan ide-ide dan menghadapi mereka dalam bagian dari pikiran
sadar). Bahkan dan ketika hal ini terjadi, konsep diri diatur kembali untuk meliputi
pengalaman-pengalaman tersebut yang pada masa lalu telah disimpan dari kesadaran.
Sebagai tambahan, konsep seseorang akan diri menjadi semakin kongruen dengan
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Penerimaan Sederhana
Contohnya, ahli terapi dapat menanggapi dengan menggunakan “ Saya mengerti”
atau “ M-hm” pada sesuatu yang telah dikatakan klien, dengan kata-kata ahli terapi
dalam sebuah nada yang menunjukan bahwa ahli terapi tersebut memahami dan secara
utuh menerima apa yang telah dikatakan klien.
Tujuan teoritis akan terapi tersebut adalah untuk klien berfungsi secara utuh.
Seseorang yang berfungsi secara keseluruhan adalah seorang individu yang telah
memiliki kedewasaan yang telah mencapai kongruensi, dan juga, mengalami
penyesuaian secara psikologis. Individu ini bukan berada dalam sebuah keadaan statis
namun adalah seseorang yang berada dalam proses, seseorang yang secara
berkelanjutan berubah (Rogers, 1959). Terapi membebaskan para klien dari
pembelajaran mereka yang keliru sehingga mereka dapat menjadi apa yang mereka
pahami secara mendalam. Ini bukanlah untuk mengatakan bahwa terapi akan
menghasilkan seseorang yang mengalami penyesuaian secara optimal
Rogers meyakini bahwa sebagian besar orang tidak sepenuhnya melaksanakan
keberfungsiannya secara ideal bahkan ketika sudah diberikan terapi ekstensifpun.
Karakteristik-karakteristik orang yang berfungsi secara utuh adalah:
Terbuka bagi semua pengalaman
Tidak menggunakan pembelaan-pembelaan untuk mendistorsi atau
menyangkal pengalaman-pengalaman
Memiliki konsep diri yang kongruen dengan pengalaman-pengalaman
Pengarang :
Evaluasi
Rogers dapat dipuji karena kontribusi yang diberikannya dalam mengartikulasi
komponen-komponen hubungan terapi. Ia telah menekankan pentingnya konsep-
konsep inti ini dalam membangun sebuah hubungan yang menolong: atmosfir yang
tidak mengancam, sikap yang tidak menghakimi, empati, ketulusan, rujukan positif non
kondisional, dan klien sebagai penyelesai masalah. Rogers juga telah mengembangkan
teknik-teknik meliputi tanggapan-tanggapan ahli terapi yang telah memfasilitasi
perkembangan sebuah hubungan konstruktif: klarifikasi (atau refleksi) perasaan,
pernyataan kembali konten, dan penerimaan sederhana. Hubungan antara pekerja sosial
dengan klien yang bersangkutan, secara parsial disebabkan oleh penekanan Rogers,
telah diatur kembali sebagai sebuah batu loncatan praktik pekerjaan sosial (Simon,
1970).
Zastrow (1999) mengulas tinjauan Fischer (1978:207), mengenai sejumlah besar
studi-studi yang dilakukan pada tiga perilaku yang dihipotesiskan oleh Rogers sebagai
hal yang penting dan merupakan kondisi-kondisi sufisien untuk menghasilkan
perubahan-perubahan positif dalam diri para klien terkait tiga sikap yaitu sikap akan
empati, ketulusan, dan rujukan positif atau kehangatan. Ia menyimpulkan:
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Rangkuman
Terapi yang berpusat pada klien terutama dirumuskan oleh Carl Rogers
menyatakan bahwa pendekatan tersebut meyakini bahwa setiap orang memiliki sebuah
motivasi untuk aktualisasi diri. Kekuatan yang mengendalikan dalam perkembangan
kepribadian diteorisasikan sebagai motivasi aktualiasi diri, yang berusaha untuk secara
optimal mengembangkan kapasitas-kapasitas seseorang. Masalah-masalah emosional
dan behavioral diperkirakan berkembang dalam masa kanak-kanak ketika si anak
mengambil (menanggapi) nilai-nilai orang lain yang tidak konsisten dengan motif
aktualisasi dirinya. Pengambilan nilai-nilai yang tidak konsisten dengan motif
aktualisasi dirinya menyebabkan “ inkongruensi-inkongruensi” antara konsep diri
seseorang dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang. Ketika seseorang
mengalami inkongruensi-inkongruensi antara konsep diri seseorang dan
pengalamannya, orang yang bersangkutan akan merasakan tekanan, kegelisahan, dan
kebingungan internal. Seseorang akan menanggapi “ inkongruensi ini” dalam
berbagai cara. Salah satu caranya adalah menggunakan berbagai mekanisme
pembelaan diri. Seseorang akan menyangkal bahwa pengalaman-pengalaman yang
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
2. TERAPI PERILAKU
Tidak ada seorang pun yang mendapat kredit akan perkembangan pendekatan-
pendekatan perilaku pada psikoterapi. Para ahli terapi psikoterapi memiliki keragaman
baik dalam teori maupun teknik. Asumsi utama sistem terapi ini adalah bahwa perilaku-
perilaku maladaptif secara utama didapatkan melalui pembelajaran dan dapat
dimodifikasikan melalui pembelajaran tambahan
Para Penemu
Berdasarkan sejarah, teori pembelajaran telah menjadi dasar filosofis bagi terapi
perilaku Sejumlah pakar otoritas telah mengembangkan teori-teori yang berbeda
tentang bagaimana orang belajar. Pavlov, seorang Rusia yang hidup antara tahun 1849
dan 1936, merupakan salah satu ahli teori pembelajaran awal. Ahli-ahli teori
pembelajaran lainnya antara lain E. L. Thorndike (1913), E. R. Guthrie (1935), C. L
Hull (1943), E. C. Tolman (1932), dan B. F. Skinner (1938).
Sejumlah besar ahli terapi perilaku telah mendaoat perhatian internasional untuk
mengembangkan pendekatan-pendekatan terapi berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran. Beberapa dari ahli-ahli terapi ini adalah R. E. Alberti dan M. L. Emmons
(1970), A. Bandura (1969). B. F. Skinner (1948), J. B. Watson dan R. Rayner (1920),
dan J. Wolpe (1958).
Pengarang :
Pengarang :
Pengkondisian operant
Menurut teori pembelajaran, banyak dari perilaku manusia ditentukan oleh
penguat-penguat positif dan negatif. Sebuah penguat positif adalah stimulus apapun
yang, ketika diaplikasikan mengikuti sebuah perilaku, meningkatkan atau memperkuat
perilaku tersebut. Contoh-contoh umum meliputi makanan, air, seks, perhatian, kasih
sayang, dan persetujuan. Daftar penguat-penguat positif tidak akan habis dan amat
terindividualisasikan. Pujian, contohnya, merupakan sebuah penguatan positif ketika
itu, dan hanya ketika itu, ia memelihara atau meningkatkan perilaku di mana ia
berasosisasi (contohnya, upaya-upaya untuk memperbaiki keterampilan-keterampilan
menulis seseorang).
Sebuah sinonim bagi penguatan negatif adalah stimulus aversif. Sebuah penguat
negatif (atau stimulus aversif) adalah sitimulus apapun bahwa seseorang akan
mengakhiri atau menghindari jika diberikan kesempatan. Contoh-contoh umum
termasuk menggerutu, sengatan listrik, dan kritisisme. (Stimulus yang sama-
contohnya, aroma keju Limburger-dapat menjadi penguatan negatif bagi seseorang dan
sebuah penguatan negatif bagi orang lainnya).
Terdapat empat prinsip pembelajaran dasar yang meliputi stimulus penguat-
penguat positif dan aversif:
1. Jika sebuah penguat positif (contohnya, makanan) ditampilkan pada
seseorang mengikuti sebuah tanggapan, maka hasilnya adalah penegakan positif.
Dengan penguatan positif, terjadinya sebuah perilaku diperkuat atau ditingkatkan.
Pengarang :
Pengkondisian Responden
Pembelajaran responden juga disebut sebagai pengkondisian klasik atau Pavlovian.
Beragam perilaku-perilaku sehari-hari dianggap sebagai perilaku-perilaku responden-
bernafas, menghasilkan ludah, dan, yang lebih penting, banyak kegelisahan, ketakutan,
dan phobia. Sebuah konsep kunci dalam pembelajaran responden adalah
“ penjodohan” , yakni, perilaku-perilaku yang dipelajari dengan secara konsisten
menjodohkan dengan perilaku-perilaku atau kejadian-kejadian lain sepanjang waktu.
Untuk menjelaskan pengkondisian responden, kita akan mulai mendefinsikan istilah-
istilah kunci berikut:
Stimulus netral (Neutral Stimulus-NS): Sebuah stimulus yang menyatakan
sedikit tanggapan atau tidak ada tanggapan sama sekali.
Pengarang :
Pengarang :
Modeling
Modeling merujuk pada sebuah perubahan dalam perilaku sebagai sebuah hasil
pengamatan perilaku orang lain-yakni, belajar dengan pengalaman atau inisiasi yang
menyenangkan. Banyak dari pembelajaran harian diperkirakan terjadi melalui
modeling-menggunakan baik model-model kehidupan dan model simbolik (seperti
Pengarang :
Teori Psikoterapi
Terapi perilaku didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa semua perilaku
terjadi sebagai tanggapan pada stimulasi, internal maupun eksternal. Tugas pertama
ahli terapi perilaku adalah untuk mengidentifikasikan hubungan-hubungan tanggapan-
stimulus yang dapat terjadi (S-R) yang terjadi bagi klien. Bagian proses terapi ini
disebut sebagai analisa keberfungsian berhavioral. Berikut ini adalah sebuah ilustrasi
sebuah hubungan S-R: Untuk seseorang yang takut ketinggian, stimulus (S) akan
terbang dalam sebuah pesawat kecil akan memiliki tanggapan (R) akan kegelisahan
intens dan penghindaran stimulus.
Sebelum dan selama waktu di mana ahli terapi melakukan analisa bethavioral, ia
juga berusaha untuk membangun sebuah hubungan kerja. (Karakteristik-karakteristik
sebuah hubungan kerja telah digambarkan dalam Bab 5). Berkaitan pada penekanan
pada membangun sebuah hubungan pekerjaan ini, Chambless dan Goldstein (1979)
menyatakan bahwa:
Pengarang :
Selama analisa perilaku, ahli terapi berupaya untuk menentukan stimuli yang
berkaitan dengan tanggapan-tanggapan maladaptif. Melalui analisa ini, baik klien
maupun ahli terapi menjadi paham akan masalah dan bagaimana ia pada umumnya
berkembang, berguna karena ia mengurangi beberapa kegelisahan klien, dan ia tidak
akan lama lagi merasa dirasuki atau pengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang tidak
dikenal dan misterius. Eror-eros mengenai hubungan-hubungan S-R yang
dihipotesiskan pada tahap diagnosa ini biasanya mengarah pada tritmen yang tidak
efektif karena tritmen selanjutnya akan berfokus pada penanganan hubungan-hubungan
S-R yang tidak termasuk dalam pencerminan perilaku maladaptif.
Sebuah analisa behavioral berawal dengan ahli terapi mengamati sejarah rinci
tentang presentasi masalah, kejadiannya, dan khususnya kaitannya dengan pengalaman
terakhir. Dalam membuat analisa tersebut, adalah hal yang krusial untuk mendapatkan
rincian spesifik, konkrit mengenai keadaan-keadaan di mana masalah yang ditampilkan
muncul. Jika, contohnya, seorang klien bersikap malu dalam beberapa situasi,
merupakan hal yang penting untuk mengidentifikasikan interaksi-interaksi spesifik di
mana klien yang bersangkutan bersikap malu. Secara lebih lanjut, merupakan hal
penting untuk menentukan alasan-alasan mengapa klien yang bersangkutan bersikap
malu. Apakah karena ia tidak tahu bagaimana mengekspresikan dirinya sendiri, atau
apakah karena ia memiliki ketakutan-ketakutan tertentu? Tritmen yang dipilih
bergantung pada informasi tersebut. Jika klien yang bersangkutan tidak mengetahui
bagaimana mengekspresikan dirinya sendiri, sebuah pendekatan modeling melalui
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Secara sederhana, perilaku asertif adalah mampu untuk mengekspresikan diri anda
tanpa menyakiti atau melangkahi orang lain.
Pelatihan keasertifan dirancang untuk membawa seseorang untuk menyadari,
merasakan, dan bertindak berdasarkan asumsi bahwa ia memiliki hak untuk menjadi
dirinya sendiri dan untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya dengan bebas.
Perbedaan antara dua tipe interaksi ini adalah penting. Jika, contohnya, seorang istri
memiliki seorang ibu mertua yang terlalu kritis, tanggapan-tanggapan agresif oleh sang
istri akan meliputi meledek sang ibu mertua tersebut, dengan sengaja melakukan hal-
hal yang diketahuinya akan membuat kesal sang ibu mertua (tidak mengunjungi,
menyajikan tipe makanan yang tidak disukainya, tidak membersihkan rumah),
mendesak sang suami untuk memberitahu ibunya untuk “ diam” , dan terlibat dalam
adu mulut yang kuat dengan sang ibu mertua. Secara berlawanan, sebuah tanggapan
asertif yang efektif akan berupa balasan terhadap kritik seperti, “ Jane, kritik anda
benar-benar menyakiti saya. Saya tahu bahwa anda mencoba menolong saya ketika
anda memberikan nasihat, namun saya merasakan bahwa ketika anda melakukan hal
tersebut anda sedang mengkritik saya. Saya tahu bahwa anda tidak menginginkan saya
membuat kesalahan, namun setiap orang harus membuat kesalahan dan belajar dari
mereka. Jika anda benar-benar ingin menolong saya, biarkan saya melakukan hal
tersebut sendiri dan bertanggungjawab bagi konsekuensi-konsekuensinya. Tipe
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
1. K = kontak
Kontak mata, apakah anda menatap langsung kepada orang lain dalam sebuah
tatapan santai dan stabil? Melihat kebawah atau kearah lain menandakan kurangnya
kepercayaan diri. Sedangkan melotot merupakan sebuah tanggapan agresif
2. G= gesture
apakah gesture-gestur anda tepat, bebas mengalir, santai, dan digunakan secara
efektif untuk menekankan pesan-pesan anda? Kekauan yang canggung menyatakan
perasaan grogi: gesture-gestur lain (seperti sebuah kepalan kemarahan) menandakan
reaksi agrasif
Pengarang :
Pengarang :
Langkah 5
Amatilah salah satu atau lebih model-model efektif. Tontonlah pendekatan-
pendekatan verbal dan nonverbal yang secara asertif digunakan untuk menghadapi tipe-
tipe interaksi di mana anda mengalami masalah-masalah. Bandingkanlah konsekuensi-
konsekuensi antara pendekatan mereka dan pendekatan anda. Jika memungkinkan,
bahaslah pendekatan mereka dan perasaan mereka ketika menggunakannya.
Langkah 6
Buatlah sebuah daftar mengenai berbagai pendekatan-pendekatan alternatif agar
menjadi lebih asertif.
Langkah 7
Tutuplah mata anda dan bayangkanlah diri anda sendiri menggunakan setiap
pendekatan-pendekatan alternatif. Bagi setiap pendekatan, pikirkanlah secara
menyeluruh serangkaian interaksi apakah yang akan muncul, bersama dengan
konsekuensi-konsekuensinya. Pilihlah sebuah pendekatan, atau kombinasi pendekatan-
pendekatan tersebut, yang anda yakini akan menjadi pendekatan yang paling efektif
untuk digunakan. Melalui imajinasi, latihlah menggunakan pendekatan ini sampai anda
merasa nyaman bahwa hal tersebut akan bermanfaat bagi anda.
Langkah 8
Lakukanlah permainan peran pendekatan tersebut dengan orang lain, mungkin
seorang teman atau konselor. Jika segmen-segmen tertentu dari pendekatan anda
Pengarang :
Langkah 9
Ulangi Langkah 7 dan 8 sampai anda mengembangkan sebuah pendekatan sensitif
yang anda yakini akan dengan baik bekerja bagi anda dan nyaman untuk anda.
Langkah 10
Gunakanlah pendekatan anda dalam situasi kehidupan nyata. Langkah-langkah
sebelumnya dirancang untuk mempersiapkan anda untuk menghadapi kejadian
sebenarnya. Dapat diduga bahwa anda akan gelisah ketika pertama kali mencoba
menjadi asertif. Jika anda masih terlalu takut untuk berusaha menjadi lebih asertif,
ulangi langkah 5 sampai 8. Bagi para individu yang gagal untuk mengembangkan
kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk mencoba menjadi asertif, konseling
professional disarankan untuk mengekspresikan diri anda dan interaksi-interaksi efektif
dengan orang lain merupakan hal penting bagi kebahagiaan pribadi.
Langkah 11
Bercermin pada keefektifan usaha anda. Apakah anda tetap tenang? Dengan
mempertimbangkan pedoman-pedoman perilaku asertif nonverbal yang dibahas dalam
Langkah 4, komponen-komponen apa saja dari tanggapan-tanggapan anda yang asertif,
Pengarang :
Langkah 12
Harapkanlah keberhasilan, namun bukan kepuasan pribadi yang utuh, dengan
usaha-usaha anda. Pertumbuhan pribadi dan berinteraksi secara lebih efektif dengan
orang lain adalah sebuah proses pembelajaran yang berkelanjutan. Berikanlah
penghargaan yang tepat pada perilakui yang telah dilakukan secara tepat dengan cara
menepuk punggung anda sendiri. Namun juga tandai area-area di mana anda harus
memperbaiki diri anda sendiri, dan gunakanlah langkah-langkah ini untuk
memperbaiki usaha-usaha asertif anda. Langkah-langkah ini secara sistematik masuk
akal namun tidak untuk diikuti dengan kaku. Setiap orang harus mengembangkan
sebuah proses yang dengan baik bekerja bagi dirinya sendiri.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Latihan Perilaku
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Kontrak Kontingensi
Hal yang berkaitan dengan dekat pada ekonomi benda-benda kecil adalah kontrak
kontingensi. Kontrak-kontrak kontingensi memberikan klien sekumpulan aturan yang
menguasai proses perubahan. Kontrak-kontrak dapat tidak bersifat unilateral, yakni,
seorang klien dapat membuat sebuah kontrak dengan dirinya sendiri. Contohnya,
seseorang dengan sebuah masalah berat badan dapat membatasi dirinya sendiri pada
sebuah pemasukan kalori, dengan sebuah sistem penghargaan-penghargaan yang
dibangun untuk tetap berada dalam batas kalori dan konsekuensi-konsekuensi negatif
karena terus melebihi batas kalori. Kontrak dapat bersifat bilateral dan
menspesifikasikan kewajiban-kewajiban dan penguatan-penguatan mutual bagi setiap
pihak.
Kanfer (1975, hal. 321) dalam zastrow (1999), menandai bahwa sebuah kontrak
kontingensi yang baik berisi tujuh elemen:
1. Sebuah deskripsi yang jelas dan terperinci akan perilaku instrumental yang
dibutuhkan yang harus dinyatakan.
2. Beberapa kriteria harus ditetapkan bagi waktu atau batasan-batasan
frekuensi yang memenuhi tujuan kontrak tersebut.
3. Kontrak tersebut harus menspesifikasikan penguatan-penguatan positif,
kontingen pada pemenuhan kriteria.
4. Provisi-provisi harus dibuat untuk beberapa konsekuensi aversif, kontingen
terhadap tidak adanya pemenuhan kontrak dalam waktu yang terspesifikasi atau dengan
frekuensi yang terspesifikasi.
Pengarang :
Pengarang :
Desentisasi Sistematik
Desentisisasi sistemik adalah sebuah teknik yang berguna bagi bagi seseorang yang
secara terus menerus gelisah tentang sebuah stimulus spesifik. Sebagian besar kita
memiliki reaksi-reaksi ekstrim (fobia-fobia) pada satu atau lebih dari stimuli-stimuli
berikut ini: mengikuti ujian-ujian, ular, tikus, bercinta, berada sendirian, api,
ketinggian, berjalan sendiri, suntikan, pengobatan, berada dalam sebuah tempat kecil
atau sebuah tempat penuh, pintu-pintu terkunci, tangga curam, hal-hal yang tidak
dikenal, kematian, mimpi-mimpi buruk, lalu lintas, petir dan kilat, berbicara pada figur-
figur yang berkuasa, disfungsi-disfungsi seksual, berbicara di depan umum, kritisisme,
dan seseorang yang mengalami kehilangan pikiran.
Desentiasasi sistematik dikembangkan oleh Joseph Wolpe (1969). Dasar bagi
pendekatan ini adalah fakta ilmiah yang menyatakan bahwa seseorang tidak bisa
mengalami kegelisahan secara simultan dan rileks. Wolpe menggunakan “ relaksasi”
sebagai sebuah kontrapengkondisian pada stimulus-stimulus yang ditakuti. Desentisasi
sistematik meliputi tiga fase: pelatihan dalam relaksasi otot yang dalam,
pengkonstruksian hirarki-hirarki kegelisahan, dan penetapan posisi yang berlawanan
melalui penggambaran stimuli dan relaksasi yang memicu kegelisahan.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Desentisasi In Vivo
Desentisasi In Vivo (dari bahasa Latin yakni “ dalam kehidupan”) merujuk pada
sebuah proses desentisasi kehidupan nyata di mana seseorang secara perlahan
Pengarang :
Pengarang :
Terapi Implosif
Seperti desentisasi sistematik, terapi implosif membuat klien
membayangkan (berpikir tentang) materi yang memprovokasi kegelisahan. Tidak
seperti desentisasi sistematik, pelatihan relaksasi tidak diharuskan dalam terapi ini.
Terapi implosif dikembangkan oleh Stampfl dan Levis (1967). Pendekatan
didasarkan pada kepunahan. Seperti yang digunakan Stampfl dan Levis, kepunahan
merujuk pada pengurangan secara perlahan timbulnya tanggapan kegelisahan sebagai
sebuah hasil presentasi berkelanjutan terhadap timulus yang menghasilkan ketakutan
dalam ketidaadaan penguatan yang memicu ketakutan tersebut.
Dalam penggunaan terapi implosif, ahli terapi pertama-tama mengkonstruksikan
sebuah Hirarki Penghindaran Titik Tolak Serial. Pada awal wawancara-wawancara
dengan klien, ahli terapi mengembangkan sebuah peringkat akan tolak ukur-tolak ukur
yang berada dalam ketakutan klien. Contohnya, jika seseorang memiliki ketakutan
untuk terbang, sebuah titik tolak yang berada rendah pada hirarki adalah mengemudi
ke bandara, di mana sebuah titik tolak yang berada tinggi pada hirarki dapat berupa
terbang dalam pesawat selama badai. Dalam mengembangkan hirarki ahli terapi
terutama berupaya untuk memasukan tolak ukur-tolak ukur yang dianggap mampu
dalam menghasilkan sebuah tingkat maksimum kegelisahan dalam klien. Sebagai
contoh jenis hirarki ini digambarkan oleh Hogan dan Kirchner (1967).
Pengarang :
Sesi berakhir setelah 30 sampai 60 menit, pada umumnya setelah klien mengalami
sebuah pengurangan dalam kegelisahan sampai adegan-adegan implosif. Antara sesi-
sesi tersebut klien yang bersangkutan didorong untuk mempraktikan pembayangan
Pengarang :
Terapi Pembukaan/Pembongkaran
Terapi pembukaan adalah sebuah penghalusan terapi implosif. Terapi
pembukaan/pembongkaran juga didasarkan pada prinsip kepunahan. Dalam terapi
pembukaan/pembongkaran para klien membuka diri mereka sendiri pada stimuli atau
situasi-situasi yang sebelumnya ditakuti atau dihindari. “ Pembukaan/pembongkaran”
dapat berada dalam kehidupan (in vivo) atau dalam fantasi (in imagino). Dalam kedua
kasus tersebut, para klien diminta untuk membayangkan diri mereka sendiri dalam
sebuah kehadiran stimulus yang ditakuti (contohnya, seekor ular) atau dalam situasi
yang menghasilkan kegelisahan (contohnya, memberikan sebuah persentasi dalam
sebuah kelas). Teori di balik terapi pembukaan/pembongkaran adalah akan terdapat
sebuah pengurangan perlahan dalam kejadian sebuah tanggapan kegelisahan sebagai
sebuah hasil presentasi berkelanjutan akan stimulus yang menghasilkan ketakutan
dalam ketiadaan penguat yang mengabadikan ketakutan tersebut.
Terapi pembukaan/pembongkaran telah ditemukan oleh para peneliti sebagai
efektif dalam tritmen-tritmen bagi disorder-disorder panic, fobia yang
terspesifikasikan, agoraphobia (ketakutan abnormal akan menyebrangi atau berada
dalam tempat-tempat terbuka), fobia sosial, disorder stress pascatrauma, disorder
Pengarang :
Pengarang :
Sensitisasi Tersembunyi/tersamar
Sensitisasi merupakan sebuah pendekatan kontrapengkondisian aversif yang
pertama kali dikembangkan oleh J. R. Cautela (1967). Daripada menhalangi
kegelisahan dengan relaksasi seperti dalam desentisasi sistematik, sensitisasi
tersembunyi digunakan untuk menunjukan kegelisahan dalam situasi-situasi
problematik tertentu. Teknik tersebut dinyatakan tepat secara khusus bagi penanganan
kelebihan-kelebihan perilaku seperti deviasi-deviasi seksual, alkoholisme, mencuri,
makan berlebihan, dan kecanduan obat-obatan (Anant, 1967, 1968; Ashem & Donner,
1968; Sundel & Sundel, 1975).
Langkah pertama dalam sensitisiasi tersembunyi/tersamar adalah untuk
menginstruksikan klien dalam bagaimana berileks-contohnya, dengan menggunakan
sebuah teknik relaksasi otot. (Teknik-teknik relaksasi digambarkan dalam Bab 17).
Langkah selanjutnya adalah untuk membuat klien membayangkan
(memvisualisasikan) tentang menjadi terlibat dalam perilaku problematisnya
sementara membayangkan konsekuensi-konsekuensi yang sangat tidak mengenakkan.
John (1972) menggambarkan bagaimana sensitisasi tersembunyi/tersamar
digunakan untuk orang-orang yang memiliki masalah dengan minuman keras:
Pengarang :
Pengarang :
Teknik-Teknik Aversif
Stimulus aversif adalah stimulus apapun yang akan dihindari atau diterminasi suatu
organism (seseorang) jika memiliki kesempatan. Contoh-contoh stimuli tersebut
meliputi sengatan listrik, gambaran yang tidak enak, menahan nafas, rokok yang rusak,
zat-zat yang berbau tidak sedap, white noise, dan rasa malu. Sensitisasi tersembunyi
adalah sebuah contoh akan sebuah teknik aversif di mana klien membayangkan
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dalam kaitannya dengan perilaku
maladaptif. Sensitisasi tersembunyi menghasilkan berkurangnya ketertarikan dalam
stimuli yang telah digambarkan sebelumnya.
Dalam sebuah peninjauan kembali metode-metode aversif, Sandler (1986)
menemukan bahwa terapi aversif telah digunakan dalam menangani perilaku-perilaku
menciderai diri sendiri (seperti membanting kepala dan menggigit diri sendiri),
ketidaksanggupan mengatur kencing, bersin, gagap, alkoholisme, mengisap rokok,
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Teknik-Teknik Pengalihan
Teknik-teknik pengalihan digunakan untuk menangani para klien yang memiliki
emosi-emosi kuat yang tidak diinginkan seperti kesepian, kepahitan, depresi, frustasi,
dan kemarahan. Seperti yang diindikasikan dalam Bab 19, emosi-emosi yang tidak
diinginkan menjadi terlibat dalam kegiatan fisik, pekerjaan, interaksi-interaksi sosial,
atau permainan, mereka biasanya akan menggantikan kognisi-kognisi negatif pada
kognisi-kognisi yang berbeda berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengalihan baru.
Ketika mereka memfokuskan pikiran mereka pada kegiatan-kegiatan pengalihan yang
mereka ketahui sebagai kegiatan bermakna dan dinikmati, mereka akan mengalami
lebih banyak emosi-emosi yang memuaskan.
Pengarang :
Pengkerangkaan Kembali
Pengkerangkaan kembali meliputi pertolongan pada seorang klien untuk mengubah
kognisi-kognisi yang menyebabkan emosi-emosi yang tidak diinginkan atau perilaku-
perilaku disfungsional. Beberapa di antara kategori kognisi dapat dikerangkakan
kembali.
Salah satu fokus pengkerangkaan kembali adalah pikiran positif. Ketika kejadian-
kejadian yang tidak menyenangkan terjadi seperti menerima sebuah nilai rendah dalam
ujian, kita selalu memiliki pilihan untuk berpikir positif atau negatif. Jika kita
mengambil sebuah pandangan positif dan berfokus pada penyelesaian masalah, maka
kita akan cenderung untuk mengidentifikasikan dan memulai tindakan-tindakan untuk
memperbaiki keadaan. Walaupun demikian, jika kita berpikir secara negatif, kita akan
cenderung mengembangkan emosi-emosi yang tidak diinginkan (seperti depresi dan
frustasi) dan gagal untuk berfokus pada bagaimana menyelesaikan masalah. Dengan
pemikiran negatif, kita pada umumya tidak berpikir secara konstruktif dan bahkan
dapat terlibat dalam perilaku destruktif.
Ketika seorang klien sedang berpikir secara negatif, seorang ahli terapi dapat
menggunakan pengkerangkaan kembali untuk menolong klien menyadari bahwa ia
sedang berpikir negatif. Terkadang merupakan hal yang bersifat menolong untuk
mengingatkan klien yang bersangkutan bahwa baik pikiran negatif maupun positif
sering menjadi kenyataan. Kemudian, dengan meminta klien untuk
Pengarang :
Pengarang :
“Terdapat sebuah cerita Cina tentang seorang petani tua yang memiliki
seekor kuda tua untuk membajak lahan-lahannya. Suatu hari kuda tersebut
kabur ke perbukitan dan ketika semua tetangga petani tersebut bersimpatisasi
dengan petani tua itu atas ketidakberuntungannya, petani tersebut menanggapi,
“ Beruntung? Tidak Beruntung? Siapa yang tahu?” . Kemudian, ketika anak
laki-laki petani tersebut berusaha menjinakkan salah satu kuda liar, ia jatuh dari
atas kuda tersebut dan mengalami patah kaki. Setiap orang berpikir bahwa ini
adalah sebuah ketidakberuntungan yang amat sangat. Bukan si petaninya yang
rekasinya hanya, “ Tidak Beruntung? Beruntung? Siapa yang tahu?” .
Beberapa minggu kemudian tentara datang ke desa mereka melakukan wajib
militer setiap remaja laki-laki yang sehat secara fisik di sana. Ketika mereka
melihat anak petani tersebut sedang mengalami patah kaki, mereka
membiarkannya. Sekarang apakah kejadian tersebut keberuntungan?
Ketidakberuntungan? Siapa yang tahu? (hal. 140)”.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Evaluasi
Merupakan hal yang sulit untuk membuat evaluasi secara keseluruhan pada terapi
perilaku. Terapi perilaku terdiri dari beragam teknik terapi, beberapa di antaranya lebih
efektif dari yang lainnya. Juga, terapi perilaku didasarkan pada berbagai teori
pembelajaran yang berbeda, dan tidak pernah terdapat persetujuan di antara para ahli
terapi perilaku tentang teori pembelajaran mana yang harus menjadi fokus utama terapi
perilaku. Hal yang secara khusus bersifat kontroversial di antara para ahli terapi
perilaku adalah pendekatan pembelajaran yang diadvokasikan oleh para ahli terapi
kognitif yang menyatakan bahwa emosi-emosi dan tindakan-tindakan amat ditentukan
oleh pikiran-pikiran kita. Teknik-teknik kognitif tidak cocok dengan prinsip-prinsip
tradisional behaviorisme, di mana ia telah mengabaikan proses-proses kognitif karena
proses-proses pikiran ini tidak bisa diukur dan diuji. Behaviorisme tradisional telah
berusaha menjelaskan semua perilaku dalam hal hubungan-hubungan stimuli-respon.
Dalam 40 tahun belakangan ini terapi perilaku telah menimbulkan sebuah
pertumbuhan dramatis dalam perkembangan teknik-teknik tritmen baru dan dalam
pengadopsian teknik-teknik ini oleh para anggota profesi-profesi menolong. Dua buku
yanh telah menginspirasikan perkembangan ini adalah Science and Human Behavior
(Skinner, 1953) dan Psychotherapy by Reciprocal Inhibition (Wolpe, 1958). Sejumlah
buku pada terapi perilaku tekah diterbitkan sejak itu. Para ahli terapi perilaku telah
mengembangkan, dan sedang terus mengembangkan, lebih banyak teknik-teknik
Pengarang :
Pengarang :
2. Banyak masalah yang dihadapi para klien dalam dunia nyata meliputi
pengambilan keputusan. Haruskah seorang remaja berusia 17 tahun melakukan aborsi
atau menuntaskan kehamilannya? Haruskah seorang suami dan seorang istri yang
menikah selama 21 tahun dan kehilangan cinta satu sama lain terus hidup bersama atau
mencari kehidupan baru masing-masing? Bagaimanakah seharusnya seorang ibu
dengan tiga anak yang baru bercerai mencoba mendukung keluarganya?
Bagaimanakah anda membuat seseorang dengan sebuah masalah minum untuk
mengakui bahwa ia memang memiliki masalah demikian dan membuat sebuah
keputusan untuk mencari pertolongan? Haruskah para anak laki-laki dan anak
perempuan dari orang tua mereka yang lanjut usia mencari panti bagi orang tua
tersebut? Bagaimanakah anda mencoba menolong seseorang yang mencoba bunuh
diri membuat sebuah keputusan untuk tidak mengakhiri hidupnya? Bagaimanakah anda
membuat seorang penyimpang membuat keputusan untuk menghentikan tindakan-
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Rangkuman
Asumsi utama terapi perilaku adalah perilaku-perilaku maladaptif secara utama di
dapatkan melalui pembelajaran dan dapat dimodifikasikan melalui pemblajaran
tambahan. Terapi perilaku didasarkan pada teori pembelajaran. Sejumlah teori-teori
pembelajaran yang berbeda telah dikembangkan, dan tidak pernah terdapat sebuah
kesepakatan di antara ahli perilaku tentang teori pembelajaran manakah yang harus
menjadi dasar terapi perilaku.
Tren utama dalam perilaku terapi dalam dua decade belakangan ini telah mengacu
pada sebuah pengenalan peran kognisi dalam perilaku manusia. Beberapa ahli terapi
perilaku sekarang sedang mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai para ahli
terapi kognitif dan telah menerima buah pikiran bahwa perubahan-perubahan pikiran-
pikiran akan sering mengubah perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku. Para ahli teori
ini mengembangkan teknik-teknik baru seperti penghentian pikiran, pernyataan
tersembunyi, dan pengkerangkaan kembali.
Terdapat beberapa fokus umum di antara para ahli perilaku. Salah satunya adalah
perilaku maladaptif harus diarahkan pada perubahan perikaku daripada berfokus pada
penyebab-penyebab mendasar yang tidak diketahui. Para ahli terapi perilaku
menyatakan bahwa menangani perilaku maladaptif tidak akan menghasilkan
substituasi gejala. Fokus lainnya adalah pengujian teknik-teknik terapi dengan
prosedur-prosedur eksperimental yang keras. Tingkat-tingkat dasar perilaku-perilaku
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Reformasi Kesejahteraan
Dalam Bab 2, saya mengindikasikan bahwa sebuah “ devolusi revolusi”
sedang terjadi di Amerika Serikat dengan kaitannya dengan layanan-layanan sosial
provisional. Banyak pimpinan politik sekarang memandang pelarangan-pelarangan
beasiswa memiliki makna akan pemindahan kekuatan pengambilan keputusan tentang
program-program sosial dari pemerintah federal pada tingkat-tingkat negara bagian dan
lokal. Mungkin contoh yang paling penting akan hal ini adalah penempatan kembali
program AFDC (yang memberikan bantuan finansial pada para orang tua miskin,
terutama para ibu yang menjadi orang tua tunggal, sampai anak termudan berusian18
tahun) dengan Reform Act 1996, yang memindahkan sebagian besar keputusan tentang
bantuan finansial pada para keluarga dan anak miskin dari pemerintah ke negara bagian
dan lokal. (Para resipien manfaat-manfaat finansial akan menerima tidak lebih dari dua
tahun bantuan finansial tanpa bekerja, dan terdapat batasan lima tahun kehidupan akan
manfaat-manfaat bagi orang-orang dewasa). Pertimbangan-pertimbangan utama
sekarang telah meningkat berkaitan dengan apakah yang akan terjadi pada para orang
tua yang miskin itu (dan anak mereka) yang tidak mampu secara finansial mendukung
Pengarang :
Pengarang :
Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual berbeda dari penggodaan, penyanjungan, permintaan untuk
kencan, dan perilaku yang dapat diterima yang terjadi dalam tempat kerja atau ruang
kelas. Hal tersebut juga berbeda dari bentuk-bentuk pelecehan lain yang tidak terjadi
pada sifat alami seksual. Pelecehan seksual adalah sebuah tipe koersi seksual yang
bergantung pada kekuatan si pelaku untuk mempengaruhi status ekonomi atau
akademik status dan tidak selalu melibatkan paksaan fisik. Menurut hukum Amerika
Serikat, pelecehan seksual adalah sebuah bentuk diskriminasi seksual dalam pekerjaan
dan pendidikan yang dilarang oleh Pasal VII tentang Hak-Hak Sipil tahun 1964.
Pelecehan seksual didefinsikan sebagai:
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pemerkosaan
Penetrasi yang dipaksakan merupakan kejahatan kekerasan yang dilakukan secara
umum di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kasus dilaporkan setiap umum, dan lebih
banyak kasus tidak dilaporkan (Kornblum & Julian, 1995). Para korban pemerkosaan
ragu untuk melaporkan kasus-kasus karena berbagai alasan. Mereka merasa bahwa
melaporkan kasus tersebut tidak akan membawa manfaat apapun karena mereka telah
menjadi korban. Mereka takut bahwa mereka akan dihina oleh pertanyaan-pertanyaan
yang akan ditanyakan petugas kepolisian. Mereka ragu untuk menyebarluaskan
tuntutan karena mereka takut terhadap reaksi-reaksi masyarakat umum dan orang yang
dekat dengan mereka, termasuk suami atau partner mereka. banyak di antara mereka
takut bahwa jika mereka melakukan pelanggaran tersebut, si penyerang akan cenderung
menyerang mereka lagi. Beberapa di antara mereka mencoba melupakan tentang hal
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pemerkosaan Kencan
Pemerkosaan kencan bukanlah merupakan kejadian yang jarang terjadi. Dalam
beberapa kasus pemerkosaan kencan tampak merupakan hasil dari keyakinan yang
keliru pada bagian laki-laki di mana jika ia menghabiskan uang pada wanita yang ia
libatkan dalam (atau si wanita yang memberikan kesepakatan untuk) perilaku seksual.
Pandangan tradisional dalam hubungan-hubungan kencan telah menyatakan jika
seorang wanita berkata “ tidak” maka ia bermaksud berkata “ ya” . Secara tidak
beruntung, pernyataan-pernyataan media akan kesalahan informasi yang terikat, dari
film-film John Wayne sampai film-film klasik seperti Last Tango in Paris dan Gone
With the Wind. Contohnya, terdapat sebuah film John Wayne, The Quiet Man, di mana
Wayne peran seorang pria Irlandia yang macho. Ia mengejar seorang wanita cantik
yang dimainkan oleh Maureen O’ Hara, namun tidak berfaedah. Hanya setelah
memukul seorang pesaing yang jahat, memukul wanita di bagian bokong di depan
penduduk kota, dan secara harafiah menyeretnya ke rumah apakah ia akan
memenangkan kepenurutannya dan kerjasamanya. Pesan yang tersimpan dapat berupa
bahwa “ pria sejati” mendapatkan kekuatan, status, dam gratifikasi seksual dengan
melanggar hak wanita secara seksual-memang merupakan pesan yang sangat
berbahaya!
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Perspektif Feminis
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
“Filosofi kesetaraan antara wanita dan pria yang meliputi baik sikap
maupun tindakan, yang secara virtual menginfiltrasi semua aspek kehidupan,
yang seringkali mewajibkan penyediaan pendidikan dan advokasi berkaitan
dengan wanita, dan yang mengapresiasi keberadaan perbedaan-perbedaan
individual dan pencapaian-pencapaian pribadi terlepas dari gender” . (hal. 427).
Mari kita membahas lima komponen definisi ini yang telah ditekankan. Filosofi
kesetaraan antara pria dan wanita tidak berarti bahwa wanita harus mengadopsi
perilaku-perilaku yang biasanya maskulin. Hal tersebut berarti bahwa wanita dan pria
harus memiliki hak-hak setara atau identik pada kesempatan dan pilihan dan bahwa
baik wanita maupun pria harus didiskriminasikan berdasarkan gender.
Komponen kedua meliputi baik sikap maupun tindakan. Dengan sikap-sikap,
feminisme menekankan pentingnya memandang orang lain dalam perspektif yang adil,
objektif dan pencegahan penstereotipan. Dengan tindakan-tindakan, feminisme
meliputi sebuah komitmen untuk bertindak pada keyakinan seseorang yang meliputi
kesetaraan gender. Contohnya, seorang pembimbing yang menyatakan bahwa ia
meyakini feminisme memiliki sebuah kewajiban untuk mengkonfrontasikan seorang
yang sedang berada di bawah bimbingan yang memberitahu candaan-candaan seksis
atau yang memperlakukan wanita menurut stereotip-stereotip berbasis gender
(contohnya, dengan membuat komentar-komentar kejam tentang para pekerja sosial
wanita yang terlibat secara terlalu emosional dengan para klien mereka).
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Sebuah ciri utama yang membedakan dari tritmen feminis adalah untuk menolong
klien menganalisa bagaimana masalah-masalahnya berkaitan dengan kesulitan-
kesulitan sistematik yang dialami oleh wanita dalam sebuah masyarakat seksis, klasis,
dan rasis.
b. Peran-peran seks tradisional bersifat patologis, dan para klien harus
didorong untuk membebaskan diri mereka dari ikatan-ikatan peran gender tradisional.
Secara tradisional, para wanita Amerika diharapkan untuk bersikap penuh afektif,
pasif, lembut, sensitif, intuitif, berkebergantungan; dengan kata lain, “ gula dan bumbu
dan segala sesuatu yang enak” . Mereka seharusnya menjadi terbebani tentang
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Dalam tritmen feminis para klien ditolong untuk melihat bagaimana kesulitan-
kesulitan mungkin terhubungkan dengan gambaran berlebihan terhadap streotip tradisi
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Evaluasi
Perspektif feminis terapi dapat (biasanya) digunakan dalam hubungannya dengan
pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Para ahli terapi yang memiliki perspektif
feminis hampir selalu memiliki pelatihan dalam dan menggunakan pendekatan-
pendekatan psikoterapik seperti terapi perilaku, terapi realitas, terapi rasional, dan
Pengarang :
Pengarang :
TERAPI REALITAS
Penemu terapi realitas adalah William Glasser (1925-1995). Glasser adalah seorang
psikiatris yang lulus dari Western Reserve Medical School di Cleveland, Ohio, pada
tahun 1953. Pada tahun 1956 ia menjadi seorang psikiatris konseling di Ventura School
for Girls, sebuah institusi negara California untuk tritmen anak-anak perempuan yang
menyimpang.
Glasser telah menjadi skeptik akan nilai psikoanalisis ortodoks yang diterimanya
selama mengikuti pelatihan. Di Ventura School for Girls, ia menciptakan sebuah
program tritmen berdasarkan pada prinsip-prinsip sebuah pendekatan baru, di mana ia
mengembangkan dan menamainya terapi realitas. Dalam mengembangkan pendekatan
ini, ia telah amat dipengaruhi oleh Dr. Helmuth Kaiser, seorang ahli psikologi
eksistensial, dan oleh Dr. G. L. Harrington, seorang psikiatris yang menjadi
pembimbingnya selama residensi psikiatrisnya di University of California di Los
Angeles. Pendekatan terapi realitas menunjukan janji di Ventura; para anak perempuan
mulai menikmati dan mengekspresikan antuasiasme bagi program tersebut .
Glasser juga menerapkan pendekatan baru ini dalam pekerjaannya di sebuah klinik
pasian swasta dengan para pasien yang memiliki berbagai masalah. Pada tahun 1962
Dr. Harrington ditempatkan untuk bertugas dalam sebuah ruang perawatan bagi para
Pengarang :
Pengarang :
Teori Kendali
Glasser (1984) mengembangkan sebuah penjelasan teori kendali akan perilaku
manusia. Sebuah pengaruh utama teori tersebut adalah bahwa kita memiliki gambaran-
gambaran dalam pikiran-pikiran kita akan seperti apakah teori realitas dan gambaran-
gambaran akan dunia seperti apa yang kita inginkan. Glasser (1984, hal: 32)
menyatakan: “ Semua perilaku kita adalah usaha konstan kita untuk mengurangi
perbedaan antara apa yang kita inginkan (gambaran-gambaran dalam pikiran-pikiran
kita) dan apakah yang kita miliki (cara kita memandang situasi-situasi di dunia)” .
Beberapa contoh dapat menolong mengilustrasikan apa yang diteorisasikan
Glasser. Setiap kita memiliki gambaran-gambaran dalam pikiran kita dalam
karakteristik-karakteristik fisik dan kepribadian akan tipe orang yang ingin kita kencani
atau yang kita ingin membangun hubungan dengan; ketika kita menemukan seseorang
yang secara dekat cocok dengan katakteristik-karakteristik tersebut, kita berusaha
untuk membentuk sebuah hubungan. Setiap kita memiliki gambaran-gambaran di
kepala kita tentang makanan-makanan favorit kita, ketika kita lapar, kita memilih salah
satu dari gambaran-gambaran tersebut dan berusaha mendapatkan makanan tersebut.
Setiap kita memiliki gambaran-gambaran dalam kepala kita tentang apa yang suka kita
lakukan untuk mengisi waktu luang; ketika kita memiliki waktu luang, kita memilih
salah satu dari gambaran-gambaran tersebut dan berupaya untuk melibatkan diri dalam
kegiatan yang kita pilih.
Pengarang :
Ketika anak ini belajar bagaimana memusakannya biskuit biji coklat itu, ia
menempatkan gambar biskuit-biskuit ini dalam album gambar pribadinya.
Dengan istilah gambaran-gambaran, Glasser memiliki maksud persepsi-persepsi
dari kelima indra akan pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan
pencicipan. Ketika kita menjadi lapar atau haus atau memiliki kebutuhan atau
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Teori Identitas
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Teori Terapi
Dalam mengkonselingkan para klien, terapi realitas mengembangkan 14 prinsip.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
7. Mendorong Perencanaan
Pengarang :
8. Menolak Alasan-Alasan
Glasser menyadari bahwa tidak semua rencana dan komitmen yang dibuat oleh para
klien akan dicapai. Namun ia tidak mendorong pencarian bagi alasan-alasan untuk
membenarkan perilaku yang tidak bertanggungjawab; untuk melakukannya akan
mendukung sebuah keyakinan bahwa para klien memiliki alasan-alasan yang dapat
diterima untuk tidak melakukan apa yang mereka sepakati yang berada dalam
kapabilitas-kapabilitas mereka. Alasan-alasan menggiring orang ke luar dari jalur yang
seharusnya; mereka memberikan pemulihan sementara, namun mereka selanjutnya
akan mengarah pada lebih banyak kegagalan dan pada sebuah identitas gagal.
Ketika seorang klien gagal untuk memenuhi sebuah komitmen, ahli terapi akan
secara sederhana bertanya, “ Apakah anda berencana untuk memenuhi komitmen
anda?” . Jika jawabannya adalah berupa afirmasi, ahli terapi akan bertanya,
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Evaluasi
Terapi realitas merupakan sebuah pendekatan akal sehat pada terapi yang sensibel
dan rasional. Ia mengafirmasi sebuah keyakinan yang kuat dalam martabat manusia
dan kemampuan mereka untuk memperbaiki situasi-situasi mereka. konsep
tanggungjawab personal bagi perilaku seseorang memiliki aplikasi yang luas. Melalui
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
TERAPI RASIONAL
Penemu terapi rasional adalah Albert Ellis (1913- ). Ellis menerima sebuah
gelar Ph.D dalam psikologi klinis di Columbia University pada tahun 1947, di mana ia
menerima pelatihan dalam psikoanalisis. Selama akhir tahun 1940an dan awal tahun
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Tindakan-Tindakan
Prinsip dasar ini bukanlah merupakan hal baru. Ahli filosofi yang mampu
mengendalikan diri Epictetus menuliskan dalam The Enchiridion pada abad pertama.
“ Manusia tidak diganggu oleh hal-hal, namun oleh cara pandang mereka atas hal-hal
tersebut” . (Ellis, 1979).
Pengarang :
Tindakan-Tindakan : Lari menuju orang tersebut dan secara fisik terlibat dalam
perkelahian.
Jika, walaupun demikian, suami tersebut mengingat bahwa istrinya dan kenalannya
tersebut sedang mempersiapkan sebuah drama romantis pada sebuah kampus terdekat,
maka hal berikut ini akan terjadi :
Kejadian : Seorang suami secara tidak diharapkan tiba di rumah lebih
awal dan berjalan ke arah ruang keluarga melihat istrinya dan seorang kenalannya
sedang saling merangkul
Pembicaraan diri sendiri : “ Tampaknya mereka hanya berlatih untuk sebuah
drama” .
“ Saya akan melihat dari dekat, namun saya tidak berpikir bahwa sesuatu
yang romantis sedang terjadi” .
“ Tidak ada alasan bagi saya untuk kesal dan membuat diri saya bodoh” .
Emosi : Lebih tenang dan rileks secara emosional, walaupun kadang bercampur
dengan perasaan lain.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Fase II
Anak tersebut mulai belajar mengendalikan perilakunya sejajar dengan
instruksi-instruksi verbal dan reaksi-reaksi agen-agen eksternal (seperti para orang
tua).
Fase III
Instruksi-instruksi verbal dan reaksi orang-orang eksternal mengarah pada
perkembangan keyakinan-keyakinan elemental. Berdasarkan keyakinan-keyakinan
Pengarang :
Fase IV
Pola-pola perilaku masa depan kemudian dikembangkan melalui sebuah
interaksi kejadian-kejadian dan pembicaraan diri mengenai kejadian-kejadian tersebut.
Sekumpulan pembicaraan yang berulang-ulang akan menjadi tertutupi (yakni, melalui
bawah tanah, dengan menggunakan istilah Vygotsky) dan menjadi sikap-sikap,
keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai.
Fase V
Sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai ini membentuk citra kita
akan siapa dan apa diri kita. Pembicaraan diri kita (berdasarkan keyakinan-keyakinan,
sikap-sikap, dan nilai-nilai) tentang kejadian-kejadian yang terjadi pada kita kemudian
sebagian besar mengendalikan emosi-emosi dan tindakan-tindakan kita.
Dengan materi teoritis ini, mari kita kembali pada pertanyaan mengapa, ketika dua
orang anak telah secara esensial memiliki pengalaman-pengalaman yang sama, mereka
dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang berbeda (yakni, emosi-emosi
dan perilaku-perilaku). Alasannya adalah pembicaraan diri tentang pengalaman-
pengalaman mereka dapat beragam.
Contohnya, jika seorang anak berusia 8 tahun dipergoki sedang mencuri permen
dan dipukul oleh orang tuanya, beragam pembicaraan diri sendiri mungkin akan
muncul. Jika si anak mengatakan, “ Saya telah melakukan hal yang salah. Mencuri
adalah salah. Bagaimanapun juga saya harus mengembalikan kepercayaan orang tua
saya ke dalam diri saya” , inklinasi-inklinasi si anak untuk mencuri akan dikurangi
secara tajam. Walaupun demikian, jika si anak mengatakan kalimat berikut pada
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Teori Terapi
Fokus terapi mula-mula adalah untuk menolong para klien menjadi mawas
akan pembicaraan diri yang irasional dan negatif yang secara utama merupakan sumber
emosi-emosi mereka yang tidak diinginkan dan perilaku-perilaku yang tidak
bertanggungjawab. (emosi-emosi yang tidak diinginkan didefinisikan sebagai emosi-
emosi yang ingin diubah oleh klien). Setelah para klien menjadi mawas akan
pembicaraan diri mereka yang irasional, mereka diminta dan didorong untuk
menantang pembicaraan diri mereka yang irasional dengan sekumpulan pembicaraan
diri berbeda yang lebih rasional dan positif. Mengembangkan tantangan-tantangan diri
pada pembicaraan diri yang irasional yang dilakukan oleh klien, baik melalui diskusi
dengan ahli terapi maupun dengan menulis sebuah “ analisa diri-rasional” .
Analisa Diri-Rasional
Maultsby (1977) mengembangkan sebuah pendekatan yang dinamakan Analisa
Diri-Rasional (RSA), yang amat berguna dalam menanggulangi emosi manapun yang
tidak diinginkan.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Tindakan-Tindakan
Poin paling penting tentang perumusan ini adalah pembicaraan diri menentukan
bagaimana kita berperasaan dan bertindak; dengan mengubah pembicaraan diri kita,
kita dapat mengubah bagaimana kita berperasaan dan bertindak. Pada umumnya kita
tidak dapat mengendalikan kejadian-kejadian yang terjadi pada kita, namun kita
memiliki kekuatan untuk berpikir secara rasional dan selanjutnya mengubah semua
emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang disfungsional.
Perumusan ini menunjukan bahwa pembicaraan diri adalah penentu utama semua
tindakan dan semua emosi, termasuk cinta, ketakutan, kemarahan, kesedihan, depresi,
Pengarang :
Psikoanalisis
Freud (1924) memandang tujuan dasar terapi membawa ide-ide dan emosi-emosi
yang mengganggu, tertekan pada bagian sadar dari pikiran sehingga ide-ide (sekarang
sadar) dapat dihadapi dengan dan emosi alam bawah sadar (energi) harus
diekspresikan. Bukanlah Freud, secara esensial, berupaya untuk menolong para klien
menjadi mawas akan ide-ide mengganggu mereka (pembicaraan diri) sehingga mereka
kemudian mengubah pembicaraan diri yang mengganggu ini? Ketika pembicaraan diri
Pengarang :
Terapi Perilaku
Pada asalnya, para ahli terapi modifikasi perilaku mengkonseptualisasikan upaya-
upaya mereka sebagai S (stimulus)-R (respon) secara alamiah. Upaya-upaya mereka
berfokus pada mengidentifikasikan dan mengaplikasikan stimuli yang akan mengubah
respon-respon yang tidak diinginkan (perilaku-perilaku). Dalam 30 tahun belakangan
ini, terdapat sebuah kelompok yang semakin besar akan para ahli terapi perilaku yang
menekankan pentingnya perubahan-perubahan kognisi untuk memodifikasikan
perilaku manusia (Beck, 1976; Cautela & Upper, 1975, Craighead, Mahoney, &
Kazdin, 1976; Goldfried & Merbaum, 1973; Lazarus, 1971; Mahoney, 1974;
Meichenbaum, 1975). Otoritas-otoritas pada terapi perilaku ini sekarang menyebut diri
mereka sendiri para ahli perilaku kognitif. Pendekatan mereka berfokus pada
mengubah pikiran seseorang untuk mengubah perilaku. Daripada konseptualisasi S-R
lama, mereka menekankan bahwa perubahan-perubahan perilaku akan amat baik jika
dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang melibatkan sebuah perubahan dalam pola
pikir seseorang, seperti yang diilustrasikan dalam format berikut: S-O (pemikiran
organisme)-R. Penghentian pikiran dan pengkerangkaan kembali, merupakan contoh-
Pengarang :
Pengarang :
Meditasi
Daniel Coleman (1977) merangkum pendekatan-pendekata kontemporer pada
meditasi dan menggambarkan bagaimana setiapnya berupaya mencapai tujuannya.
Secara praktis semua pendekatan berupaya mencapai sebuah status meditatif dengan
membuat seseorang berkonsentrasi pada sebuah objek (seperti pernapasan atau tempat
Pengarang :
Hipnosis
Hipnosis secara esensial meliputi dua proses: (1) menjadi rileks sehingga orang
tersebut dapat mengalami apa yang disebut sebagai trance hipnotik, dan (2) sementara
dalam trance tersebut, memberikan saran-saran hipnotik. Trance atau keadaan hipnotik
tidak sadar dapat ditimbulkan oleh berbagai teknik-teknik relaksasi, termasuk relaksasi
pernapasan mendalam, relaksasi pembayangan, dan bentuk-bentuk meditasi lainnya.
Pengarang :
Relaksasi Otot
Relaksasi otot mendalam adalah sebuah teknik yang dapat digunakan orang-orang
untuk menjadi lebih rileks ketika mereka merasa tegang atau gelisah (Paul, 1966).
Teknik tersebut dipelajari dengan meminta seseorang pertama-tama mengencangkan
dan merenggangkan jaringan otot. Ketika merenggangkan otot-otot, orang yang
bersangkutan diinstruksikan untuk berpikir tentang perasaan yang rileks, sementara
memperhatikan bahwa otot sekarang lebih rileks daripada ketika mereka tegang.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Emosi
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Evaluasi
Karena pembentukannya pada tahun 1950an, terapi rasional telah menjadi salah
satu pendekatan terapi yang digunakan secara luas. DiGuiseppe, Miller, dan Tresler
(1977) merangkum sejumlah besar studi-studi hasil yang dilakukan pada terapi rasional
dan menemukan lebih dari 90 persen studi-studi ini mendukung pernyataan-
pernyataannya. Ellis (1989) menuliskan:
“ Lebih dari 200 studi hasil telah diterbitkan, menunjukan bahwa terapi
emosi-rasional adalah efektif dalam mengubah pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan, dan perilaku-perilaku sekelompok individu dengan berbagai jenis
gangguan” . (hal. 233).
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Rangkuman
Pengarang :
Pengarang :
Latihan
1. Mengubah Emosi-Emosi yang Tidak Diinginkan
Tujuan : Latihan ini dirancang untuk menggambarkan banyak
prinsip terapi rasional dan untuk mendemonstrasikan pada para mahasiswa bagaimana
mengubah emosi-emosi yang tidak diinginkan.
Langkah 1 : Mulailah dengan menanyakan para mahasiswa untuk
berpikir tentang saat terakhir ketika mereka “ sedih” atau “ marah” . Tanyakanlah apa
yang membuat mereka sedih atau marah. Daftarkanlah tiga atau empat tanggapan pada
papan tulis di bawah setiap judul. Para mahasiswa dalam semua kemungkinan akan
memberikan anda “ kejadian-kejadian” sebagai sumber emosi-emosi ini.
Pengarang :
Pengarang :
2. Afirmasi-Afirmasi Positif
Tujuan : Latihan ini dirancang untuk memberikan para mahasiswa pendekatan lain
untuk mengubah pemikiran negatif dan irasional.
Langkah 1 : Indikasikanlah bahwa beberapa orang menyadari bahwa
menuliskan sebuah analisa-diri rasional adalah hal yang memakan waktu dan
merepotkan. Sebuah alternatif adalah untuk menggunakan afirmasi-afirmasi positif.
Sebuah afirmasi positif adalah sebuah pernyataan positif yang menolong dalam
mencapai tujuan-tujuan emosional dan behavioral. Proses menuliskan sebuah afirmasi
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
NEURO-LINGUISTIC PROGRAMMING
Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah sebuah model komunikasi yang
dikembangkan baru-baru ini yang menjanjikan untuk memiliki aplikasi substansial
dalam menilai perilaku manusia, dan mengembangkan laporan, dan dalam
mempengaruhi orang lain (dalam pendidikan, berbicara di depan umum, dan
penjualan), dan dalam mengubah perilaku (psikoterapi). NLP dikembangkan oleh John
Grinder, Richard Bandler, dan beberapa ototitas lainnya (Lankton, 1980).
Secara praktis semua tritmen psikoterapis yang digambarkan dalam tulisan ini
dikembangkan oleh para ahli psikiatri dan para ahli psikologi klinis. Secara
berlawanan, NLP dikembangkan secara utama oleh spesialis-spesialis dalam bidang
Pengarang :
Pengarang :
Definisi NLP
Neuro-Linguistic Programming adalah studi struktur pengalaman subjektif
(Lankton, 1980, hal. 13). Ia membuat pola-pola eksplisit perilaku dan perubahan yang
sebelumnya hanya dapat dipahami secara intuitif. Komponen-komponen isilah neuro-
linguistic programming merujuk pada:
Neuro: sistem saraf yang menjadi saluran penerimaan pengalaman dan
diproses melalui lima panca indra.
lingusitic: sistem-sistem bahasa dan komunikasi nonverbal melalui di mana
representasi-representasi neural mendapat kode, perintah, dan makna.
Programming: kemampuan untuk mengenali sistem-sistem komunikasi dan
neurologis kita untuk mencapai hasil-hasil spesifik yang diinginkan.
NLP adalah sebuah model daripada sebuah teori perilaku manusia. Sebuah teori
adalah sebuah hipotesis yang berupaya menjelasakan atau menafsirkan alasan-alasan
mengenai hubungan hal-hal sebagaimana adanya. Sebuah model, secara berlawanan,
Pengarang :
Sistem-Sistem Representasional
Sebelum membaca lebih lanjut, ambillah beberapa menit untuk
mengidentifikasikan apa yang anda paling ingat tentang:
Toko sayuran terakhir yang anda kunjungi.
Apa yang anda lakukan pada ulang tahun terakhir anda.
Hari-hari anda di SMA.
Pengalaman seksual yang paling anda nikmati.
Liburan yang paling anda nikmati.
Setiap orang memiliki, setidaknya, lima sistem sensoris melalui di mana mereka
berhubungan dengan realitas fisik. Lima panca indra ini adalah mata (visual), telinga
(auditori), kulit (kinestetik), hidung (penciuman), dan lidah (rasa). Bagi setiap situasi
ini anda mungkin merespon dengan ingatan-ingatan yang meliputi hanya dua panca
indra. Dalam contoh toko sayuran anda dapat mengingat sebuah gambaran buah-buah
Pengarang :
Pengarang :
CONTOH KASUS
Sistem-Sistem Representasional Sensoris
Sebuah pasangan yang telah menikah mencari konseling ketika mereka merasakan
bahwa hubungan seksual mereka mengalami gangguan dengan amat cepat. Setelah
laporan telah dibuat, konselor menanyakan setiap anggota pasangan, “ Apakah yang
merangsang anda secara seksual?” . Sang suami menyebutkan bahwa ia terangsang
ketika mendengar hal-hal romantis yang dikatakan kepadanya, di mana sang istri
menyebutkan bahwa ia terangsang ketika ia mengalami sentuhan lembut dalam
berbagai area. Secara tidak mengejutkan, sang suami mencoba menyenangkan sang
istri dengan mengatakan hal-hal romantis (tanpa banyak menyentuh istrinya), dan sang
istri berupaya menyenangkan suaminya dengan menyentuhnya dalam keadaan tidak
bersuara. Sebuah deskripsi sederhana pentingnya “ bergabung” dengan sistem
representasional orang lain secara cepat meningkatkan kehidupan asmara mereka
dengan sang suami menghabiskan waktu mencumbui istrinya dengan lembut dan sang
istri secara romantis berbicara pada suaminya.
Pengarang :
Pengarang :
EXHIBIT 24.1
Pekerja Sosial dan Karyawan Penjualan: Persamaan dan Perbedaan
Terdapat beberapa persamaan menonjol dalam karakteristik esensial pekerja sosial
dan karyawan penjualan yang berhasil. Saya mawas bahwa beberapa orang-orang suci
dalam pekerjaan sosial akan menganggap ini sebagai hal yang merendahkan untuk
membandingkan karakteristik-karakteristik para pekerja sosial (yang berupaya
memberdayakan orang-orang untuk mencapai pemenuhan diri dan keberadaan sosial
yang baik) dengan karakteristik-karakteristik para karyawan penjualan (yang
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Sumber: Materi ini diadaptasikan dari Charles Zastrow, “ Para Pekerja Sosial dan
Para Karyawan Penjualan: Persamaan dan Perbedaan” , Journal of Independent Social
Work, 4, no. 3, 1990, hal. 7-16.
Pengarang :
EXHIBIT 24.2
Predikat-Predikat untuk Mengidentifikasikan Sistem-Sistem
Representasional Sensoris
Visual Auditori Kinestetik
Tampak Audibel Mundur
Jelas Buzz Runtuh
Warna-warni Berbicara Memantul
ganda
Rabun dekat Kejutan Mencumb
telinga u
Menduga Gema Menangka
p
Melirik Mendengar Dingin
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Mewawancarai
Sebagian besar komunikasi pekerjaan sosial terjadi melalui wawancara, baik dalam
kantor, pada telepon atau dalam rumah orang yang bersangkutan. Wawancara pekeja
sosial telah digambarkan dalam berbagai cara. Davies (1985) menyebutnya sebuah
“ pembicaraan dengan tujuan” , sementara Hughman (1977) berpendapat bagi para
pekerja sosial untuk ‘ bersikap alami’ . Atribut-atribut personal seperti kehangatan,
fleksibilitas dan kreatifitas telah dianggap sebagai sebuah dasar yang baik untuk
memulai. Literatur pekerjaan sosial pada komunikasi dan hubungan berpendapat bagi
kombinasi kehangatan, empati, dan rujukan positif dengan keterampilan-keterampilan
yang telah dikembangkan melalui praktik yang dibimbing (terstimulasi atau nyata).
Compton dan Galaway (1989: 334) memberikan sebuah kerangka kerja,
menggambarkan wawancara pekerjaan sosial sebagai, ‘ sekumpulan komunikasi
dengan empat karakteristik: (1) ia memiliki konteks atau tatanan; (2) ia bertujuan dan
terarah; (3) ia terbatas dan kontraktual; (4) ia meliputi hubungan-hubungan
terspesialisasi’ .
Terdapat banyak buku yang berguna untuk menolong para mahasiswa dengan
penstrukturan dan tujuan teoritis proses ini (Breakwell 1990; Heron 1997; Nelson-
Jones 1981; Rollnick 1996; Trevithick 2000). Program-program pekerjaan sosial
diharapkan untuk mengajari keterampilan-keterampilan dasar dan penempatan praktik
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Mempertanyakan
Banyak pekerjaan sosial meliputi informasi awal dari membuat sebuah penilaian
dan/atau memberikan sebuah pelayanan dan/atau melakukan beberapa tindakan.
Banyak wawancara muncul dari sebuah krisis pribadi dalam kehidupan orang yang
bersangkutan di mana pekerja sosial harus menanggapi dengan cepat. Hal ini membuat
semua itu lebih penting untuk mengkultivasikan pewawancaraan suara dan
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Bahasa Tubuh
Sementara perbedaan kebudayaan tentang apa yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima dalam hal kontak mata, sentuhan, pakaian dan lain sebagainya harus
dipertimbangkan setiap saat. Terdapat beberapa area dasar untuk diingat. Contohnya,
akan merupakan hal terbaik untuk memastikan bahwa sebuah jarak yang nyaman
diperhatikan antara pewawancara dengan klien. Susunlah agar tidak terinterupsi.
Pertimbangkanlah informalitas atau formalitas dalam ruangan. Terlihat terganggu,
menguap, melihat jam tangan anda, dan lain sebagainya memberikan pesan-pesan
negatif. Ekspresi wajah adalah penting, karena kerutan atau senyuman pada saat-saat
yang tidak tepat memberikan pesan yang keliru. Nada suara yang lebih rendah pada
umumnya lebih baik dan menenangkan. Bebicara dengan tenang dan amat jelas pada
Pengarang :
4. PROSES KONSELING
Zastrow (1999) mengemukakan proses konseling dari sudut pandang klien yang
dalam terlihat pada 8 tahap sebagai berikut:
Tahap I Kesadaran tentang masalah
“ Saya memiliki masalah”
Pada tahap awal ini, para klien harus mengatakan pada diri mereka sendiri, “ Saya
memiliki sebuah masalah-Saya harus melakukan sesuatu terhadap situasi saya” . Jika
orang-orang dengan masalah menolak mengetahui bahwa mereka memiliki masalah,
mereka tidak akan termotivasi untuk melakukan upaya-upaya yang dibutuhkan untuk
perubahan. Dalam beberapa area konseling (contohnya, bekerja dengan para peminum
yang bermasalah), terkadang sulit untuk membuat orang mengetahui bahwa mereka
memiliki masalah. Para klien non sukarela secara khusus cenderung menyangkal
bahwa ada sebuah masalah. Mereka adalah para klien yang dipaksa untuk melakukan
konseling. Para pekerja sosial menghadapi dalam berbagai tatanan: pelayanan-
pelayanan perlindungan, tatanan koreksional, tatanan sekolah umum tertentu, rumah-
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
BAB IV
TUJUAN DAN TIPE-TIPE PERUBAHAN DALAM TERAPI PSIKOSOSIAL
Pengarang :
C. Perubahan Emotif
Pengarang :
Pengarang :
D. Perubahan Perilaku
Tampaknya bahwa dalam dekade-dekade sebelumnya perubahan-perubahan
perilaku tidak tampak sebagai sebuah tujuan utama tritmen namun tampak sebagai
sebuah hasil tritmen. Ketika seorang klien memahami dirinya sendiri dan merespon
secara lebih jelas, ia dapat mengubah perilakunya. Dengan bertumbuhnya penghargaan
pengaruh-pengaruh intersistemik yang merupakan hasil dari kontak yang berkelanjutan
dengan teori sistem, terdapat sebuah penghargaan yang diperkaya di mana perubahan-
perubahan perasaan pun dapat merupakan hasil dalam perilaku yang berubah, jadi
perilaku yang berubah dapat membawa sikap-sikap dan pemahaman akan diri sendiri
yang berubah. Seringkali, kita mendorong mereka untuk mengambil resiko melibatkan
diri dalam beberapa perilaku baru dan mengamati kepuasan mereka yang meningkat
dalam diri mereka sendiri dan otonomi mereka. Apa yang belum kita lakukan adalah
menggunakan pengetahuan yang sama ini secara sufisien dalam terapi bagi manfaat-
manfaat para klien kita.
Terdapat dua cara prinsipil di mana terapi bertujuan membawa tipe perubahan ini.
Pertama, terdapat sebuah perubahan yang terjadi secara tidak langsung, tanpa medium
hubungan. Di sini klien dapat mempelajari pola-pola tanggapan baru, keterampilan-
keterampilan baru dalam berkomunikasi, dan pendekatan-pendekatan baru pada
penyelesaian masalah melalui proses interaksi dengan ahli terapi. Tipe pengaruh
perilaku pada para klien ini seringkali diremehkan oleh para ahli terapi, seringkali
karena kita tidak memandang perilaku yang berubah di mana para klien belajar dari
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
E. Perubahan Lingkungan
Tampaknya bahwa dalam dekade-dekade sebelumnya perubahan-perubahan
perilaku tidak tampak sebagai sebuah tujuan utama tritmen namun tampak sebagai
sebuah hasil tritmen. Ketika seorang klien memahami dirinya sendiri dan merespon
secara lebih jelas, ia dapat mengubah perilakunya. Dengan bertumbuhnya penghargaan
pengaruh-pengaruh intersistemik yang merupakan hasil dari kontak yang berkelanjutan
dengan teori sistem, terdapat sebuah penghargaan yang diperkaya di mana perubahan-
perubahan perasaan pun dapat merupakan hasil dalam perilaku yang berubah, jadi
perilaku yang berubah dapat membawa sikap-sikap dan pemahaman akan diri sendiri
yang berubah. Seringkali, kita mendorong mereka untuk mengambil resiko melibatkan
diri dalam beberapa perilaku baru dan mengamati kepuasan mereka yang meningkat
dalam diri mereka sendiri dan otonomi mereka. Apa yang belum kita lakukan adalah
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
A. Relasi (Relationship)
Sumber tritmen psikososial yang pertama dan utama adalah relasi antara terapis dan
klien. Sejak awalnya dalam tulisan Mary Richmond, terapi psikososial telah
menekankan kekuatan dari orang perorangan, kemampuan dari satu orang manusia
untuk mengubah ide-ide, persepsi-persepsi, perasaan-perasaan, tindakan-tindakan dan
gaya hidup orang lain. Relasi pertolongan pernah dianggap memiliki kekuatan
sehingga pada saat itu hampir diberikan identitas mistik dan dipandang sebagai
kekuatan magis dan misterius. Sekarang persepsi ini telah berubah dan pada dekade
lalu sudah tumbuh minat untuk mencoba memahami dan menjelaskan tentang
bagaimana orang-orang saling mempengaruhi, baik berkaitan dengan keadaan dan
durasinya. Kecenderungan ini mengandung makna bahwa tidak berkurangnya respek
terhadap kekuatan dari komponen inti dari sumber daya manusia .
Pengaruh satu sama lain, adalah hal yang signifikan dan juga bukan sesuatu yang
positif perlu. Pengaruh dari satu pribadi terhadap pribadi lain telah sejak lama di
pahami sebagai salah satu dari agen yang terkuat dalam perkembangan manusia, sehat,
Pengarang :
B. Terapis (Therapist)
Terapis adalah sama pentingnya dengan relasi. Karena itu, pengetahuan dan
ketrampilan terapis yang diperoleh melalui pelatihan-pelatihan profesional, keunikan
terapis sebagai seseorang juga tidak kalah penting sebagai komponen proses
penyembuhan. Siapa yang menjadi terapis, akan mempengaruhi cara klien memandang
terapisnya, orang macam apa yang dapat ia bantu, dalam setting seperti apa ia dapat
praktek secara efektif, dan jenis masalah apa yang dapat ia tangani dengan efisien?
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
D. Tempat (Locale)
Tempat merupakan variabel penting yang perlu mendapat perhatian dalam proses
pertolongan. Interaksi dan kontak antara terapis dan klien dapat terjadi di lokal/tempat
seperti kantor, rumah, latar kerja atau beberapa tempat informal.
Dalam beberapa dekade, anggota-anggota profesi pertolongan telah bekerja dengan
klien dalam seting yang luas. Sering pilihan seting yang akan digunakan bersifat
fragmatis berdasarkan urgensi waktu yang tersedia pada tempat yang berbeda untuk
proses terapeutik.
Pada tahun 1950an, kunjungan rumah diasumsikan sebagai kepentingan utama
dalam penemuan tentang pengaruh-pengaruh sosio-kultural dan gelombang antusiasme
terhadap terapi keluarga. Tetapi sayangnya aspek tritmen ini lama terpisah dari praktik
pekerjaan sosial dibidang kesejahteraan anak, asistensi publik, dan praktik pekerjaan
sosial di pedesaan. Aspek ini hanya dipandang sebagai suatu penyebab masalah yang
tidak dipertimbangkan dan diujicoba dalam praktik. Perlu ditegaskan bahwa diperlukan
lebih banyak data untuk mengklarifikasi efek dan tempat praktik yang berbeda. Tanpa
berpaling jauh dari kehidupan psikososial, dikertahui bahwa kita bereaksi secara
berbeda terhadap situasi-situasi dan orang-orang, tergantung pada tempat dimana kita
bertemu atau berinteraksi dengan mereka. Misalnya, persepsi dan kepercayaan orang
terhadap pengacara,dokter/perawat atau pemimpin agama sangat besar dipengaruhi
oleh fleksibilitas ketersediaan mereka dalam situasi kebutuhan khusus.
E. Waktu (Time)
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
2. Pelayanan
Terapis psikososial juga mempertimbangkan fungsi menolong seorang klien untuk
memperoleh akses terhadap sumber-sumber yang tersedia. Fungsi ini merupakan
variabel penting dalam tritmen, termasuk proses membuat ketersedian informasi
tentang terapi yang lebih kompleks. Sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki anak
cacat tidak hanya perlu mengetahui tentang fasilitas ‘ day care’ untuk anaknya
tersebut, tetapi juga perlu mengetahui tentang hal-hal lain seperti cara-cara memperoleh
akses terhadap sumber pelayanan tersebut. Apabila proses tersebut difasilitasi dengan
cara yang sangat menolong maka hasilnya akan berdampak positif terhadap konsep diri
klien dan kemampuannya untuk berfungsi. Kita lupa tentang berapa banyak
pengetahuan yang telah kita dapatkan menjamin ketersediaan sumber-sumber dalam
komunitas. Kitapun lupa terhadap cara mengakses sumber-sumber tersebut. Kita
mengabaikan bagaimana terbatasnya kehidupan beberapa klien yang disebabkan oleh
kekurangan akses terhadap sumber-sumber. Dalam pengalaman kerja Turner dengan
kelompok ibu-ibu dari kelas pekerja (working class) di kota Canada yang merasa puas
Pengarang :
3. Sumber-sumber material
Pengarang :
G. Teknologi
Komponen terakhir dari spectrum sumber-sumber terapi adalah penggunaan
teknologi. Komponen ini merupakan aspek yang relative baru dalam terapi. Namun
telah menghasilkan beberapa literature yang menarik.Termasuk penggunaan audiotape,
videotape dan alat-alat teknik lainnya dan sumber-sumber yang tersedia dalam
masyarakat. Dalam kaitannya dengan komitmen terhadap keragaman dalam praktik
pendekatan psikososial, sumber-sumber tersebut harus dilihat dengan cara yang netral.
Beberapa klien dari Turner mendapatkan manfaat dari penggunaan audiotape, dimana
mereka mampu mendengarkan ucapan-ucapan mereka sendiri tentang argument-
argumen interpersonal mereka melalui audiotape. Banyak juga keluarga yang telah
tertolong dengan menonton fungsi mereka sendiri melalui video tape. Individu lainnya
Pengarang :
BAB VII
PRAKTEK TERAPI PSIKOSOSIAL
Pengarang :
A. KETERAMPILAN-KETERAMPILAN TERAPEUTIK
Menurut Turner Francis J (1978) dalam terjemahan Tungga Y.E.M (2008), adalah
sulit untuk melakukan kategorisasi terhadap rentang keterampilan yang di persyaratkan
dalam kompetensi sebagai seorang terapis secara tepat. Terdapat dua ekstrim yang
dihindari, yaitu di satu sisi ada identifikasi terhadap sejumlah keterampilan yang terlalu
generalis. Karena itu, hanya sedikit membantu untuk menggambarkan tentang terapis
psikososial sebagai seseorang yang terampil dalam menetapkan dan memelihara
hubungan-hubungan dan penggunaan sumber-sumber lingkungan. Disisi lain, suatu
daftar tentang keterampilan-keterampilan, yang berusaha untuk mengidentifikasinya
dari tiap komponen asesmen, diagnosis, dan tahap-tahap dari proses intervensi akan
membosankan dan membingungkan. Dalam daftar itu seseorang harus menyebutkan
bahwa seorang terapis harus mengkhususkan untuk mampu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, memfokuskan diskusi, berurusan dengan keheningan dan seterusnya secara
jelas melalui membuat sejumlah besar kegiatan-kegiatan pertemuan manusia secara
terencana.
Selanjutnya, menurut Turner Francis J (1978) bahwa dalam upaya mengidentifikasi
serangkaian keterampilan-keterampilan klinis yang dipersyaratkan oleh seorang
terapis, keempat topik berikut ini dapat diidentifikasikan:
1. Keterampilan-keterampilan melibatkan diri (Involvement skills)
Serangkaian kegiatan yang kompleks mengharuskan pelibatan individu-individu,
keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok dalam suatu proses yang menghasilkan
pemberian dan penerimaan informasi, pelayanan-pelayanan, atau sumber-sumber.
Pengarang :
Pengarang :
Data Gathering
Komitmen untuk memahami orang dalam situasi yang spesifik, pengumpulan data
dan penilaian informasi adalah bagian penting dari proses terapi psikososial.
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Asesmen (penilaian)
Penggunaan data yang tersedia adalah bagian proses terapeutik yang bertanggung
jawab. Berbagai pertimbangan profesional yang kita buat mengenai data sangat penting
dalam membentuk arah di mana terapis dan klien akan bergerak bersama-sama.
Tujuan dari komponen asesmen atau penilaian adalah untuk memahami klien,
dengan potensi dan keterbatasan, sumber kekuatan dan stres, sumberdaya perubahan
dan hambatan terhadap perubahan yang diinginkan. Asesmen membentuk formulasi
dari penilaian profesional tentang data yang diperoleh, dari sudut pandang yang
alamiah dan objektif .
Proses asesmen terdiri dari dua elemen. Pertama adalah keputusan tentang data
tambahan apa yang diperlukan dari suatu kasus dan di mana data tersebut akan
diperoleh. Elemen kedua adalah asesmen atau penilaian terhadap data yang diperoleh
tersebut. Tidak cukup hanya memperoleh gambaran kondisi kehidupan fisik klien,
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Diagnosis
Proses asesmen terletak di tengah antara tahap pengumpulan data dan diagnosis.
Konsep diagnosis telah lama menjadi bagian dari kerangka psikososial. Seperti konsep-
konsep atau istilah yang disebutkan dalam bab sebelumnya, kata diagnosis telah
menjadi bermuatan emotifistilah yang sering menimbulkan diskusi. Beberapa kritik
terhadap penggunaan istilah diagnosis, dan ini membuat diskusi dan proses sulit.
Dikatakan oleh beberapa orang bahwa diagnosis yang merupakan hak
prerogatif profesi medis, di mana memiliki arti yang tepat.
Istilah diagnosis seperti yang telah digunakan dalam tradisi psikososial,
mempunyai arti yang sama yang diberikan dalam profesi lain: yaitu, proses
membedakan, atau seni mengetahui, tanda dari sebuah fenomena. Diagnosis telah lebih
dekat melekat untuk tentu saja membantu profesi medis, di mana ia memiliki
kecenderungan untuk ditafsirkan sebagai proses memahami proses penyakit dari tanda-
tanda yang diamati.
Keterampilan dari ahli diagnosis bukan hanya mengenali apa yang salah dan
mengapa, tetapi juga dalam mengenali apa yang benar dan sehat, bahkan lebih penting,
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Permulaan
Awal dari proses terapi adalah masa sulit bagi terapis serta untuk klien karena
berbagai tugas yang harus dicapai dengan minimal data. Klien harus dengan cepat
terlibat dalam proses teurapeutik dengan merasakan bahwa proses yang akan dilalui
aman dan bermanfaat, proses yang menghormati haknya untuk berada disana,
menghargai martabat pribadi.
Pengarang :
Pertengahan
Fase ini adalah proses yang paling menuntut dan membutuhkan tingkat terbesar
keterampilan terapis. Tantangan terhadap terapis dan klien berasal dari meningkatnya
risiko kekecewaan selama periode ini. Pada diri klien antusiasme awal selesai, dampak
pertama dari karisma profesional telah berlalu. Klien dapat mengalami kekecewaan
ketika menyadari bahwa perubahan secara pribadi dan situasi memang tidak mudah,
ada banyak pekerjaan keras ke depan. Keraguan mulai muncul tentang kompetensi
terapis, kegunaan sumber daya dan kemampuan atau keinginan untuk berubah. Di sisi
terapis reaksi yang sama terjadi, keingintahuan awal dan antusiasme tentang situasi
baru telah berlalu. Kesamaan banyak kasus lain namun ternyata klien berbeda. Banyak
kejutan muncul, kesulitan membuat kemajuan yang jelas. Keadaan tersebut sangat
mudah untuk membuat terapis menjadi bosan dan kondisi ini menggangu klien yang
sedang berjuang.
Terapis yang terampil harus menyadari risiko dalam fase ini. Pentingnya proses
teurapeutik harus diperkuat, rasa sakit dan ambivalensi klien harus segera ditanggapi
dan dihilangkan.Terapis perlu juga menekankan keterlibatan orang lain yang signifikan
dan sumber daya di sekitar klien.Titik berat pada terapis bahwa pada fase ini harus
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
Terminasi
Kebanyakan tulisan di terminasi telah cukup negatif, mungkin karena banyak dari
penghentian yang terjadi lapangan kami tidak direncanakan dari sudut pandang terapis.
Klien seringkali orang yang memutuskan kapan proses selesai. Hal ini jelas menjadi
perhatian profesi karena bertentangan dengan citra terapis sebagai orang yang
mengendalikan situasi terapeutik.
Dari sisi positif, pengakhiran adalah komponen yang paling penting dalam
pengobatan. Proses teurapeutik sebagai suatu proses yang direncanakan, maka
terminasi menandai puncak dari keseluruhan proses. Titik arah dimana seluruh proses
telah bekerja. Terminasi yang baik apabila klien dan terapis telah memutuskan bahwa
proses telah mencapai puncaknya dan ke arah mana proses telah ditujukan telah
tercapai. Terminasi berkaitan pula tentang keputusan yang telah dibuat bahwa tidak
dapat dicapai tujuan atau proses tidak diinginkan untuk dilanjutkan.
Tahapan ending bahwa klien sekarang dapat berfungsi tanpa terapis, dengan
demikian dapat mewakili pencapaian untuk klien yang dengan sendirinya
meningkatkan ego. Ending ini juga memberikan kesempatan kepada klien dan terapis
untuk meninjau, untuk memeriksa apa yang terjadi dan bahkan lebih penting untuk
memahami mengapa. Ini memberikan kesempatan bagi klien untuk merenungkan
bagaimana hubungan telah membantu, untuk melihat apa perannya setelah bermain di
dalamnya, untuk mengakui kemajuan yang telah terjadi. Fenomena ini adalah
Terapi Psikososial Suatu Pengantar
Pengarang :
1. Asesmen Diagnostik
2. Proses Treatmen
Pengarang :
2. Masyarakat (society)
Resiko dari terapi yang tidak kompeten tidak hanya berasal dari klien secara
individual dan keluarganya saja, tetapi juga berasal dari masyarakat. Bertahun-tahun
para pekerja sosial dibidang kesejahteraan anak telah terlibat dalam perencanaan dan
seringkali melakukan berbagai pemisahan dan pengintergasian kembali keluarga. Tiap
anak yang dipindahkan dari satu rumah dan ditempatkan pada sebuah rumah
pengasuhan baik untuk sementara ataupun seara permanen telah memiliki kehidupan
tersendiri dan secara esensial diubah oleh lingkungan. Banyak dari pekerjaan ini telah
berhasil tetapi banyak dari mereka yang terlibat tidak menyadari tentang bahaya yang
telah ditimbulkan oleh ketidakompeten. Pertanyaan-pertanyaan yang sangat
menakutkan dari diagnosis akurat dalam kasus kesejahteraan anak telah terbawa dalam
pikiran secara dramatis pada tahun-tahun terakhir ini dalam kass-kasus perlakuan salah
terhadap anak. Disinilah pekerja sosial dan anggota-anggota dari disiplin terkait harus
secara sering menghadapi pilihan tentang meninggalkan seorang anak beresiko untuk
diperlakukan salah dirumahnya atau bahkan mati atau memindahkan anak tersebut
berserta dengan masalah-masalah perpisahan dan trauma yang bersifat permanen.
Tipe lain dari resko societal terkait dengan kompetensi diagnosis yang terlibat
dalam pengambilan keputusan tentang klien yang secara permanen berbahaya bagi
masyarakat. Misalnya, ada seorang yang sangat marah, sangat terganggu, dan sangat
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
Pengarang :
DAFTAR PUSTAKA
Maguire, Lambert. 2002. Clinical Social Work : Beyond Generalist Practice with
Individual, Group and Families. Canada : Brooks/Cole Thomson Learning.
Supiadi, Epi. 2004. Nilai dan Etika Profesi Pekerjaan Sosial. Bandung : STKS
Pengarang :
Tungga Y.E.M. 2008. Terapi Psikososal ;Terjemahan dari Turner Francis J.1978.
Untuk Kalangan Terbatas.
Sumber Lain
Shwartz Orit Nuttman dan Kleinberg Jeffrey . 2012. Clinical Social Work Journal
40:387– 390 DOI 10.1007/s10615-012-0421-2 INTRODUCTION to Special Issue on
International Group Work and Psychotherapy
Published online: 30 October 2012
Pengarang :