Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Malang sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)/
Penulis :
201610030311070
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan yang akan dicapai negara Indonesia ialah peningkatan
kesejahteraan seluruh warga negara, tidak hanya dalam arti materil akan tetapi
juga dalam semua bidang kehidupan karena secara langsung menyangkut harkat
dan martabat manusia. Pentingnya tujuan tersebut, sehingga bentuk-bentuk
kesejahteraan yang ingin dicapai itu sering dicantumkan dalam pasal-pasal
tertentu dari undang-undang dasar negara misalnya, keadilan sosial yang berarti
kesenjangan ekonomi dibuat sekecil mungkin karena memang sulit atau tidak
mungkin dihilangkan sama sekali, peningkatan kecerdasan bangsa, perolehan
pekerjaan yang layak, jaminan adanya penghasilan yang wajar, jaminan
terpeliharanya anak-anak yatim piatu, jaminan tidak terlantarnya para janda dan
orang-orang lanjut usia, pelayanan kesehatan yang memuaskan dan terhindarnya
rakyat dari kelaparan serta berbagai bentuk jaminan sosial lainnya.
1
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Aksara
perlindungan sosial dan negara juga memiliki kewajiban untuk merealisasikan hak
yang termuat dalam konvensi, melalui penyesuaian peraturan perundang-
undangan, hukum dan adminitrasi dari setiap negara, termasuk mengubah
peraturan perundang-undangan, kebiasaan dan praktik-praktik yang diskriminatif
terhadap penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, politik, olahraga, seni dan budaya, serta pemanfaatan
teknologi, informasi dan komunikasi.
Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya
yang normal. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.2 Tunadaksa sering juga diartikan sebagai
suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau
gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu
untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.
2
Sutjihati Somantri. 2006. Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama
sosial yang ada di RSBD Bangil salah satunya melakukan bimbingan fisik,
bimbingan mental/keagamaan, dan bimbingan sosial, dan keterampilan berbasis
praktek pekerjaan sosial. Program rehabilitasi yang dilakukan oleh Lembaga
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Bangil salah satunya ialah WES (Wisata Edukasi
Sosial). Wisata Edukasi Sosial merupakan bentuk pembelajaran mental dan
pengetahuan bagi penyandang disabilitas tubuh yang ada di RSBD Bangil.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penlitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan dasar
referensi pengembangan teori terkait dengan rehabilitasi sosial serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian pada jurusan kesejahteraan
sosial.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa maupun lembaga UPT Rehabilitasi Sosial
lain untuk memberikan inovasi baru melalui program kerja, seperti halnya
program edukasi sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS).
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya konsep yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian terdahulu penulis, tidak menemukan
penelitian dengan judul seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat
beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian penulis. Berikut
merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dalam penelitian yang
dilakukan penulis.
Penelitian Terdahulu
Brawijaya
Dermawan Pemberdayaan Penelitian ini membahas
Fakultas
Ekonomika
dan
Humaniora,
Universitas
Dhyana Pura.
Yulia Implementasi Rehabilitasi sosial yang
memaksimalkan pelaksanaan
penyandang disabilitas
B. Definisi Implementasi
Implementasi dapat dikatakan sebagai pelaksanaan ataupun penerapan.
Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk
menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga
pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Implementasi merupakaan tahap proses atau pelaksanaan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan. Model
manajemen implementasi menurut Nugroho (2009) menggambarkan pelaksanaan
atau implementasi kebijakan dalam konteks manajemen berada dalam kerangka
oganizing-leading-controlling.3 Jadi ketika kebijakan sudah dibuat, maka tugas
selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk
memimpin pelaksanaan, dan melakukan pengendalian pelaksanaan tersebut. Dalam
manajemen implementasi kebijakan dapat disusun melalui (1) Implementasi strategi,
(2) pengorganisasian, (3) penggerakkan dan kepemimpinan, (4) pengendalian. Peter
deLeon dan Linda deLeon (2001) dalam Nugroho (2010) mengemukakan
pendekatan-pendekatan dalam implementasi kebijakan publik dapat dikelompokkan
menjadi tiga model yaitu model kebijakan Top-down, bottom-up, dan hybrid model.
Salah satu model implementasi yang menggunakan pendekatan top-down adalah
model implementasi dari Van Meter dan Van Horn.
Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn dalam Nugroho
(2009) menegaskan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari
kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. 4 Beberapa variabel
yang dimasukkan sebagai variebal yang mempengaruhi dalam proses kebijakan
publik adalah (1) standar dan sasaran kebijakan; (2) Aktivitas implementasi dan
komunikasi antar organisasi; (3) Karakteristik dari agen pelaksana; (4) Kondisi
ekonomi, sosial dan politik; dan (5) Kecenderungan (disposition) dari pelaksana.
Variabelvariabel bebas dari model implementasi van meter dan van horn ini
3
Sugiyono. 2014.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
4
Nugroho, D. Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo
diperoleh dari pendekatannya yang mencoba menghubungkan antara isu kebijakan
dengan kinerja kebijakan. Mereka menegaskan bahwa perubahan, kontrol, dan
kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur
implementasi. Sementara Edward III (1980, 1) dalam Nugroho (2009, h.512)
menegaskan bahwa masalah utama administrasi publik adalah lack of attention
implementation. Edward juga menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok
dalam implementasi agar dapat berjalan secara efektif yaitu communication,
resource, disposition, dan bureaucratic structures.
5
Upt Rehabilitasi Bina Daksa Sosial Pasuruan. 2017. Program Inovasi “ Wisata Edukasi
Sosial. Malang : Pasuruan.
keunikan dan daya tarik dari keberadaan warga binaan/klien disabilitas tubuh dalam
berlatih untuk berkarya serta dapat menikmati lingkungan alam yang dimiliki dalam
jangka waktu tertentu sehingga diperoleh proses pembelajaran kehidupan yang lebih
baik dan dapat memberikan banyak manfaat mengenai permasalahan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) disabilitas tubuh. Dengan demikian program
ini diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan klien binaan dalam bersosialisasi
dengan masyarakat dan melatih fungsi sosialnya kembali sekaligus mengetuk hati
dan kepedulian masyarakat terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) disabilitas tubuh tersebut.6
Wisata Edukasi merupakan salah satu program usaha untuk mengoptimalkan
potensi lahan ulang yang dimiliki oleh UPT Rehabilitas Sosial Bina Daksa Pasuruan
agar lebih bermanfaat dan berdaya bagi warga binaan.
2. Tujuan Wisata Edukasi Sosial
Tujuan adanya wisata edukasi sosial ini sebagai pusat informasi dan edukasi
bagi masyarakat tentang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
khususnya pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang disabilitas
tubuh, Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan sehingga
menjadi tempat penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang nyaman,
segar, bersih, indah bagi klien disabilitas tubuh dan sebagai tempat untuk
meningkatkan kemampuan bersosialisasi para klien disabilitas tubuh dengan
masyarakat maupun sesama teman klien disabilitas, dan sebagai alternatif bagi
masyarakat sebagai wahana edukasi, bermain, rekreasi alam, rekreasi sosial
dengan lingkungan yang nyaman dan sebagai bagian dari paru-paru kota.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Wisata Edukasi Sosial:
a. Menjadikan UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan sebagai pusat informasi
dan edukasi bagi masyarakat tentang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) khususnya pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang
disabilitas tubuh di prov. Jatim.
b. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan sehingga menjadi
tempat penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang nyaman, segar,
bersih, indah bagi klien disabilitas tubuh dan sebagai tempat untuk meningkatkan
6
Upt Rehabilitasi Bina Daksa Sosial Pasuruan. 2017. Program Inovasi “ Wisata Edukasi
Sosial. Malang : Pasuruan.
kemampuan bersosialisasi para klien disabilitas tubuh dengan masyarakat maupun
sesama teman klien disabilitas di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan
c. Menjadikan UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Pasuruan sebagai alternatif bagi
masyarakat sebagai wahana edukasi, bermain, rekreasi alam, rekreasi sosial dengan
lingkungan yang nyaman dan sebagai bagian dari paru-paru kota.
d. Sebagai tempat penelitian bagi para mahasiswa di perguruan tinggi mengenai
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan dalam penanganan PMKS
Disabilitas Tubuh di Prov. Jawa Timur.
3. Sasaran Program Wisata Edukasi Sosial
Adapun sasaran dari program Wisata Edukasi Sosial ini antara lain:
1. Dunia Pendidikan ( TK – SD – SMP – SMA – Mahasiswa)
2. Penyandang Disabilitas Tubuh dan keluarganya
3. Masyarakat umum
TEORI PEMBERDAYAAAN
Mereka yang mengalami kelainan akibat gangguan pada susunan saraf di otak.
Jika otak mengalami kelainan, sesuatu akan terjadi pada organisme fisik, emosi, dan
mental.
12
Karyana, A dan Sri W. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta:
Luxima
13
Mangunsong, F. 2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok:
LPSP3 Universitas Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini dimulai menggunakan sumber data primer yaitu sumber
data yang dihasilkan dari wawancara. Karena penelitian ini menggunakan model
penelitia kualitati. Wawancara yang akan dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan
terbuka, diharapkan data ataupun pertanyaan yang akan diberikan oleh narasumber
dapat berkembang dan menjawab data-data yang diperlukan di dalam penelitian ini.
Informan yang hendak diwawancarai adalah Kepala UPT RSBD Bangil , Divisi
Rehabilitasi dan Pelayanan, Klien UPT RSBD Bangil.
2. Sekunder
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah pekerja sosial, Kepala Bidang
Advokasi, dan Penerima Manfaat penyandang disabilitas tunadaksa di Unit Pelayanan
Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Bangil-Pasuruan. Dalam pengumpulan data dari
sumber data, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu15. Penentuan sampel subyek tersebut berdasarkan
kreteria sebagai berikut :
14
Arikunto, S., 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek EdisiRevisi VI hal 134,
Rineka Apta, Jakarta.
15
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
2. Melaksanakan layanan bimbingansosial.
3. Mengajar penyandang disabilitas tunadaksa kurang lebih 1 tahun.
4. Bersedia untuk diteliti.
6. Analisis Data
Teknis analisis data yaitu data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan
studi kepustakaan atau dekomentasikan, dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui
maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang
terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil wawancara.
Pengumpulan data dengan cara:
1. Reduksi Data
2. Display Data
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah
usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,
penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Penarikan kesimpulan
merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.Penarikan kesimpulan ini
merupakan tahap akhir dari pengolahan data.
4. Keabsahan Data
Data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dalam penelitian harus dijamin
kebenarannya dan keabsahanya. Sedangkan pengalaman seseorang itu subyektif. Jika
disepakati oleh beberapa atau banyak orang barulah dapat dikatakan obyektif. Dalam
penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengembangkan validitas data atau mengecek keabsahan data.16
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan
teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Diluar data itu keperluan pengetikan atau pembandingan terhadap
data itu.17
Dalam pemeriksaan data ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi.
Menurut Patton (Moleong, 2014: 330) bahwa trianggulasi dengan sumber yaitu
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
16
Poerwandari, E.K. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. .
Depok: LPSP3 Universitas Indonesia
17
Moleong, L.J. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset