Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karena atas rahmat dan karunia-Nya tim telah mampu menyelesaikan
penyusunan Pedoman Kegiatan Sentra Pemberdayaan Sosial dan
Vokasional bagi Penyandang Disabilitas Mental. Pedoman ini disusun
sebagai acuan pihak terkait yang akan menyelenggarakan kegiatan
dimaksud agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan.
Kegiatan Sentra Pemberdayaan Sosial dan Vokasional bagi
Penyandang Disabilitas Intelektual merupakan kegiatan yang
dirancang untuk membantu mengoptimalkan kemampuan yang
dimiliki penyandang disabilitas intelektual dan mewujudkan hak
mereka untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan
bermasyarakat. Upaya ini berorientasi pada keterlibatan keluarga
dan masyarakat dalam mendukung pengembangan potensi, minat,
dan bakat penyandang disabilitas intelektual melalui pelaksanaan
aktifitas vokasional dan produktif. Pada kegiatan ini penyandang
disabilitas dapat tetap tinggal bersama keluarga sehingga dapat tetap
terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan yang akan berdampak pada
penurunan stigma.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan pedoman
ini. Kami menerima kritikan dan masukan dalam peningkatan kualitas
pedoman ini.
.Jakarta, Juni 2016
Direktur Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabiiitas

Nahar, SH, M.Si


NIP. 19650603 199103 1003

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL i


ii SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................ iii\

BAB I Pendahuluan..................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan..................................................... 4
C. Dasar Hukum............................................................... 5
D. Sasaran....................................................................... 6
E. Pengertian................................................................... 6

BAB II Gambaran Umum Penyandang Disabilitas Intelektual..... 9


A. Klasifikasi dan Karakteristik......................................... 9
B. Faktor-Faktor Penyebab Disabilitas Intelektual........... 13
C. Ciri-Ciri Umum Penyandang Disabilitas Intelektual..... 15
D. Permasalahan Penyandang Disabilitas Intelektual...... 15
E. Kebutuhan Penyandang Disabilitas Intelektual........... 17
F. Potensi Penyandang Disabilitas Intelektual................. 19

BAB III Pelaksanaan Sentra Pemberdayaan Sosial dan


Vokasional Bagi Penyandang Disabilitas Intelektual........ 21
A. Kelembagaan............................................................... 21
B. Pelaksanaan Pemberdayaan Sosial dan Vokasional.. 26
C. Kemitraan dan Kerjasama............................................ 33

BAB IV Supervisi, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan................ 35


A. Supervisi...................................................................... 35
B. Monitoring.................................................................... 37
C. Evaluasi....................................................................... 39
D. Pelaporan.................................................................... 41

BAB V Penutup............................................................................. 45

Tim Penyusun................................................................................ 47

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL iii


iv SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan kesadaran tentang
penyandang disabilitas, maka dituntut perhatian dan pemahaman
semua pihak agar penyandang disabilitas dapat menikmati secara
penuh kehidupannya, setara dengan yang lainnya sesuai dengan
martabat yang melekat pada mereka. Khusus penyandang
disabilitas Intelektual yang dipandang berbeda dalam hal
intelektual, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi,
tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik, memerlukan dukungan
dari berbagai pihak agar mereka dapat mengoptimalkan potensi
yang ada dalam dirinya.
Penyandang disabilitas intelektual merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Mereka hidup, tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, mengadakan
interaksi dengan anggota masyarakat lainnya, namun karena
keadaan dan keterbatasan, mereka tersisihkan dalam pergaulan
dan kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar dalam kehidupan
sehari-hari orang-orang disekitarnya mengabaikan hak dan
kewajiban mereka.
Pandangan yang berkembang dalam masyarakat yang
perlu dihilangkan adalah sikap negatif terhadap penyandang
disabilitas intelektual, bahwa mereka dianggap tidak memiliki
kemampuan dan tidak dapat mandiri sehingga dianggap menjadi
beban keluarga atau orang-orang dekatnya sepanjang masa.
Pandangan ini perlu dirubah karena penyandang disabilitas
intelektual juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan
sesuai dengan minat, bakat dan kondisi kedisabilitasannya.
Khususnya pada penyandang disabilitas intelektual ringan dan

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 1


sedang dengan bimbingan dan arahan yang tepat, mereka dapat
ditingkatkan kemampuannya untuk dapat lebih berperan dan
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual
telah dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) pemerintah
pusat, pemerintah daerah dan juga melalui lembagai
kesejahteraan sosial (LKS) di masyarakat. Namun demikian
upaya ini tidak cukup dapat memberikan solusi karena daya
tampung lembaga yang sangat terbatas. Disamping itu proses
rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual melalui
lembaga kurang mampu melibatkan peran serta keluarga
secara maksimal sehingga upaya rehabilitasi sifatnya tidak
berkelanjutan. Ketika penyandang disabilitas intelek-tual kembali
ke keluarga/masyarakat maka akan kembali pada permasalahan
awal sebelum dilakukan upaya rehabilitasi dalam lembaga,
sehingga nampak bahwa pengembangan potensi pe-nyandang
disabilitas intelektual yang dilakukan di dalam lembaga kurang
optimal.
Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan upaya
rehabili-tasi sosial yang lebih banyak melibatkan keluarga/
masyarakat atau rehabilitasi berbasis masyarakat. Dengan
upaya tersebut, penyandang disabilitas intelektual akan
berada ditengah-tengah keluarga ketika dilakukan upaya
rehabilitasi sehingga akan memberi manfaat yang sebesar-
besarnya bagi penyandang disabilitas intelektual itu sendiri
dan juga bagi keluarga/masyarakat. Penyandang disabilitas
intelektual akan merasa nyaman berada di tengah-tengah
orang yang dikenalnya dan hal ini akan membantu dalam
optimalisasi pengembangan kemampuannya. Keluarga
akan semakin terlatih dalam keterampilan pengasuhan dan
perawatan, bahkan pengembangan keterampilan sosial maupun
vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual seperti

2 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


membantu pengembangan keterampilan kehidupan sehari-hari,
mengajarkan mobilitas, interaksi sosial maupun mengembangkan
potensi, minat dan bakat penyandang disabilitas intelektual.
Keuntungan lain penyandang disabilitas intelektual dapat tetap
berada di lingkungan tempat tinggalnya, sehingga dapat tetap
terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan yang akan berdampak
positif pada penurunan stigma dan pengucilan.
Rehabilitasi sosial berbasis masyarakat sebagai
pengembangan program layanan pemerintah selaras dengan
isi Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas khususnya
Pasal 26, yang menyebutkan bahwa “Negara harus mengambil
langkah-langkah efektif dan tepat yang memungkinkan
penyandang disabilitas memperoleh kebebasan penuh dalam
pengembangan kemampuan fisik, mental, sosial dan vokasional,
serta partisipasi dalam segala aspek kehidupan menuju
masyarakat inklusi”. Merujuk kepada isi konvensi, pemerintah
memperkuat dan memperluas program layanan rehabilitasi bagi
penyandang disabilitas selain dalam kelembagaan/institusi juga
mengembangkan layanan di masyarakat sehingga lebih mudah
dijangkau oleh seluruh penyandang disabilitas di masyarakat
dan mendorong masyarakat yang inklusi bagi penyandang
disabilitas.
Upaya yang berorientasi kepada rehabilitasi sosial berbasis
masyarakat, juga merespon perlunya keterlibatan keluarga dan
keberlanjutan pengembangan potensi penyandang disabilitas
inte-lektual di masyarakat, maka perlu dilakukan kegiatan yang
berpusat di masyarakat untuk mengembangkan potensi,minat
dan bakat penyandang disabilitas intelektual untuk mandiri
melalui pelaksanaan aktifitas vokasional dan produktif.
Sentra pemberdayaan sosial dan vokasional yang
dikembangkan di masyarakat dapat menjadi satu pilihan penting

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 3


bagi pengembangan kemampuan dan keterampilan penyandang
disabi-litas intelektual. Sentra pemberdayaan ini dapat menjadi
pusat kegiatan yang dapat mengoptimalkan kemampuan
penyandang disabilitas intelektual khususnya dalam kategori
ringan dan sedang untuk lebih mandiri dan produktif, sehingga
mereka dapat lebih berfungsi sosial di masyarakat sesuai dengan
kondisi kedisabilitasannya. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam
sentra pemberdayaan sosial dan vokasional adalah bimbingan
sosial, pendidikan dan latihan keterampilan kerja terpadu
dengan melibatkan orang tua, keluarga dan masyarakat sebagai
pendamping dalam proses pelaksanaannya.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi
penyelenggara kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan
vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual.
2. Tujuan
a. Tersedianya acuan bagi penyelenggara kegiatan sentra
pemberdayaan sosial dan vokasional bagi penyandang
disabilitas intelektual.
b. Terciptanya kesamaan pemahaman penyelenggaraan
kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional
bagi penyandang disabilitas intelektual.
c. Tersusunnya mekanisme kerja yang efektif dan efisien
dalam penyelenggaraan kegiatan sentra pemberdayaan
sosial dan vokasional bagi penyandang disabilitas
intelektual.

4 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Konvensi
Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa.
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/Prt/M/2006
tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
10. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 184/HUK/2011 tentang
Lembaga Kesejahteraan Sosial.
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
12. Surat Edaran Menteri Sosial RI Nomor 96/HK/SE/2005
tentang Penyelenggaraan Rencana Aksi Nasional
Penyandang Cacat Tahun 2004 - 2013
.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 5


D. Sasaran
1. Pemerintah Pusat dan Daerah.
2. Lembaga kesejahteraan Sosial (LKS) penyelenggara sentra
pemberdayaan sosial dan vokasional di masyarakat.
3. Pelaksana program (Pekerja Sosial, TKSM, Pendamping,
Relawan Sosial, Instruktur/ Pelatih).
4. Dunia usaha, akademisi, praktisi.

E. Pengertian
a. Penyandang disabilitas adalah termasuk mereka yang
memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensori
dalam jangka waktu lama dimana ketika berhadapan dengan
berbagai hambatan, hal ini dapat menghalangi partisipasi
penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan
kesetaraan dengan yang lainnya.
b. Penyandang disabilitas intelektual adalah mereka yang
memiliki kecerdasan jauh di bawah rata-rata, dan mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya
dalam setiap tahap perkembangannya.
c. Rehabilitasi sosial berbasis masyarakat adalah kegiatan
yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
penyandang disabilitas, dilakukan di masyarakat dengan
melibatkan penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat
sebagai pelaku aktif dalam proses rehabilitasi.
d. Pemberdayaan sosial dan vokasional adalah proses
peningkatan kemampuan dan keterampilan penyandang
disabilitas intelektual melalui pemberian kemampuan/
keterampilan khusus yang sesuai dengan kondisi
kedisabilitasannya, sehingga penyandang disabilitas
intelektual dapat hidup lebih mandiri dan produktif.

6 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


e. Sentra pemberdayaan sosial dan vokasional adalah sebuah
pusat kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan penyandang disabilitas intelektual, melalui
bimbingan sosial, pendidikan dan latihan keterampilan
kerja terpadu dengan melibatkan orang tua, keluarga
dan masyarakat sebagai pendamping dalam proses
pelaksanaannya.
f. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) adalah organisasi
sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 7


8 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL
BAB II
GAMBARAN UMUM
PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL

A. Klasifikasi dan Karakteristik


Klasifikasi adalah penggolongan yang dipergunakan untuk
memperjelas rumusan dan perbedaan pada keadaan disabilitas
intelektual. Terdapat bermacam-macam klasifikasi untuk
disabilitas intelektual, tergantung dari masing-masing ahli dalam
memberikan sudut pandangnya.
Perubahan pandangan tentang kata “Mental Retardation”
menjadi “Intelectual Disability” merupakan pendapat yang
sangat mendasar. Disabilitas intelektual bukanlah penyakit jiwa/
mental atau yang berkaitan dengan masalah kejiwaan. Sakit
jiwa/mental berkaitan langsung dengan disintegrasi kepribadian,
Setiap orang mempunyai peluang untuk mengalami penyakit
jiwa. Sementara disabilitas intelektual menyangkut kemampuan
dan kecerdasan mereka. Kecerdasan mereka dibawah rata rata,
namun mereka tetap memiliki potensi dan bahkan pada bidang
tertentu mereka memiliki kelebihan.
Klasifikasi untuk disabilitas intelektual dapat ditinjau
berdasar-kan tes intelegensi/IQ, atau berdasarkan fungsi
perilaku adaptif, dan klasifikasi secara typology (sudut pandang
medis berdasarkan kelainan fisik).
1. Klasifikasi berdasarkan tes intelegensi/IQ, dapat
dikategorikan sebagai berikut:

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 9


Alat Ukur

No Klasifikasi Weschler
Standford-
(WPPSI, WISC,
Binet
WAIS, WB)
1. Sangat berat (Profound) 19 – di 24 - di bawah
bawah
2. Berat (Severe) 20 – 35 25 -39
3. Sedang (Moderate) 36 – 51 40 -54
4. Ringan (Mild) 52 – 69 55 - 70
5. Borderline 70– 79 -
Karakteristik penyandang disabilitas intelektual berdasarkan
tingkat intelegensi/IQ:
a. Karakteristik Mild (Ringan)
1) Perkembangan fungsi fisiknya agak terlambat
2) Pertumbuhan (tinggi dan berat badan) dan
perkembangan seksual tidak jauh berbeda dengan
individu lain yang seu-sia.
3) Kurang memiliki kekuatan, kecepatan dan
koordinasi
4) Sering mengalami masalah kesehatan
5) Perhatiannya kurang, sulit untuk berkonsentrasi
6) Mampu melakukan keterampilan menolong dan
mengurus dirinya sendiri
7) Mampu bekerja asal mendapat pendampingan
8) Kurang mampu untuk mengatur keuangan.
b. Karakteristik Moderate (sedang)
1) Masih dapat dilatih membaca dan menulis yang
sangat sederhana

10 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


2) Dapat dilatih mengurus dirinya sendiri dengan tetap
mendapatkan pendampingan (makan, minum,
berpakaian, mandi)
3) Dapat dilatih beberapa keterampilan tertentu yang
sederhana
4) Dapat dilatih menyesuaikan dengan lingkungan
rumah atau sekitarnya
5) Kurang dapat melindungi diri, sehingga sebaiknya
berada dilingkungan yang terlindung.
6) Mengalami kekurangan kemampuan untuk
mengingat, menggeneralisasi, bahasa, konseptual,
kretivitas, sehingga tugas yang diberikan kepada
mereka harus sederhana, singkat dan relevan.
7) Diantaranya ada yang menampakan kelainan
fisik yang merupakan kelainan bawaan (Down
Syndrome)
8) Kurang mampu mengontrol diri (hasrat seksual, dll)
c. Karakteristik Severe & Profound (berat)
1) Tidak mampu mengurus diri sendiri
2) Tidak mampu bersosialisasi atau berinteraksi
dengan baik
3) Sangat membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengurus kebutuhan diri sendiri
2. Klasifikasi dan karakteristik ditinjau dari tingkat fungsi
perilaku adaptif, maka dibagi menjadi 3 kategori :
a. Penyandang disabilitas intelektual (PDI) ringan (mild)
ialah seseorang yang memiliki kesulitan memenuhi
tuntutan akademik, secara umum keterampilan

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 11


komunikasi dan so-sial dapat berkembang sama
dengan anak lainnya ketika masa usia pra sekolah, dan
mulai menunjukkan perbedaan ketika usia sekolah.
b. Penyandang disabilitas intelektual (PDI) sedang
(moderate) ialah seseorang yang biasanya
mengembangkan keterampilan komunikasi dan
sosial selama awal kehidupan anak-anak saja, dan
setelah masa kanak-kanak akan mengalami kesulitan
perkembangan komunikasi dan so-sial. Dapat dilatih
untuk melakukan pekerjaan dengan pengawasan. Dapat
belajar rawat diri bersifat dasar, tetapi membutuhkan
pengawasan yang lebih.
c. Penyandang disabilitas intelektual (PDI) berat (Severe
dan Profound) ialah seseorang yang kemampuan
berbicara secara komunikatif biasanya tidak dapat
berkembang sejak usia masa anak-anak. Memerlukan
perawatan dan perlindungan secara total dalam
kehidupan sehari hari.
3. Klasifikasi ditinjau dari typology (sudut pandang medis
berdasarkan kelainan fisik).
a. Down Syndrome ialah penyandang disabilitas intelektual
yang mempunyai ciri-ciri fisik antara lain kepala kecil/
besar, gepeng/panjang mata sipit, dahi sempit, hidung
pesek, bibir tebal cenderung terbuka, rambut lurus,
sendisendi tulang pendek, penis dan scrotum cenderung
kecil.
b. Cretinisme adalah penyandang disabilitas intelektual
yang mempunyai penampilan tubuh kecil dan pendek
dari ukuran orang-orang normal.

12 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


c. Microcephali ialah penyandang disabilitas intelektual
dengan bentuk kepala kecil.
d. Macrocephali ialah penyandang disabilitas intelektual
dengan bentuk kepala besar.
e. Schapochepali ialah penyandang disabilitas intelektual
dengan bentuk kepala gepeng.
f. Penyandang disabilitas intelektual yang tidak memiliki
ciri fisik tertentu secara mencolok, khususnya ditemukan
pada disabilitas intelektual ringan.
g. Penyandang disabilitas intelektual yang disertai dengan
gangguan perkembangan lainnya (autis, hambatan/
gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktif (GPP/H),
gangguan pemusatan perhatian (GPP).

B. Faktor-Faktor Penyebab Disabilitas Intelektual.


1. Sebelum dilahirkan (prenatal).
a. Kurang cerdas bawaan karena keturunan. Hal ini terjadi
karena perkawinan satu kelompok orang yang ber-IQ
rendah, mental retardasi, jenis ini biasanya ringan.
b. Penyakit berat dan tekanan kehidupan emosional yang
di-alami, saat ibunya sedang mengandung.
c. Penyakit infeksi yang pada awal pertumbuhan janin,
misalnya TBC, rubella, siphilis.
d. Kelainan kromoson, kelainan dalam jumlah maupun
bentuknya (akan lahir mongolisme atau down
syndrome).
e. Penyinaran dengan sinar rontgent dan radiasi.
f. Bahan kontrasepsi dan usaha abortus.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 13


g. Obat-obatan atau jamu tertentu yang diminum oleh ibu,
terutama ibu yang sedang hamil muda.
h. Benturan/desakan kuat sewaktu janin dalam kandungan,
misalnya: ibu terjatuh.
i. Kerusakan sel pada zat benih (sperma, ovum)
2. Waktu dilahirkan (natal).
a. Prematur, minim berat waktu lahir, tulang tengkorak
yang masih lemah sudah terluka.
b. Proses kelahiran yang lama, hingga kekurangan O2
dalam waktu melahirkan.
c. Proses kelahiran yang sulit dan mempergunakan alat.
Kepala bayi bisa terjepit dan terdapat tekanan yang
mengakibatkan pendarahan.
3. Setelah dilahirkan (postnatal).
a. Terserang penyakit berat, seperti demam tinggi yang
diikuti dengan kejang)
b. Radang otak (encephalitis) dan radang selaput otak
(meningitis).
c. Gangguan metabolisme pertumbuhan.
d. Kekurangan gizi yang berat dan lama pada masa anak-
anak umur di bawah 4 tahun sangat mempengaruhi
perkembangan otak, keadaan ini dapat diperbaiki
sebelum anak berusia 6 tahun.
e. Akibat gangguan jiwa yang berat yang diderita dalam
masa anak-anak.
f. Faktor-faktor sosial budaya (yang berhubungan dengan
penyesuaian diri).

14 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


g. Akibat depresi lingkungan dapat timbul karena
kurangnya komunikasi verbal.
h. Jatuh/benturan kepala yang mengakibatkan kerusakan
otak.

C. Ciri-Ciri Umum Penyandang Disabilitas Intelektual :


1. Tingkat intelegensi yang rendah
2. Kemampuan adaptasi sosial rendah sehingga mengalami
keterbatasan kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain/lingkungan.
3. Tingkat kematangan sosial dibawah umur yang sebenarnya
sehingga nampak kekanak-kanakan.
4. Keterbatasan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
ke-hidupan sehari-hari (Activity of Daily Living/ADL).
5. Tidak fokus dalam perhatian
6. Daya ingat lemah.
7. Emosi sangat miskin dan terbatas, misalnya tidak ada
perasaan senang, takut, marah, benci dan terkejut.
8. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya.

D. Permasalahan Penyandang Disabilitas Intelektual


Permasalahan utama yang dialami oleh penyandang
disabilitas intelektual adalah sikap negatif dari lingkungan
sekitarnya, yaitu dari keluarga maupun dari masyarakat pada
umumnya. Masih banyak yang belum menyadari bahwa
penyandang disabilitas intelektual mempunyai hak dan martabat
yang sama dengan orang lainnya. Meskipun mereka memiliki

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 15


fungsi intelektual di bawah rata-rata dan mengalami kesulitan
secara kognitif, afektif, psikomotorik, maupun sosial, namun
mereka memiliki potensi dan kelebihan yang dapat dikembangkan
sesuai dengan talenta yang dibawanya sejak lahir.
Secara umum permasalahan penyandang disabilitas
intelektuat dapat dilihat dari dua sisi yakni:
1. Dari sisi penyandang disabilitas intelektual:
a. Rendahnya kemampuan intelektual.
b. Kurangnya pemahaman akan diri sendiri.
c. Kemampuan ekonomi lemah.
d. Kurang kreatifitas dan mudah bosan.
e. Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi atau
menyampaikan aspirasinya.
f. Sangat tergantung pada orang lain karena tidak memiliki
atau tidak mengembangkan keterampilan hidup yang
memadai.
g. Tidak memiliki ketrampilan, sehingga tidak mandiri dan
tidak produktif.
2. Dari sisi lingkungan penyandang disabilitas intelektual:
a. Para pihak belum memahami eksistensi disabilitas
sebagai potensi sumber daya manusia.
b. Berbagai stigma, isolasi dan penolakan dalam
masyarakat masih berkembang.
c. Perlakuan diskriminasi dan pengabaian hak dalam
berbagai hal.
d. Keluarga dan masyarakat kurang memberi
dukungan, peluang dan kesempatan bagi

16 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


penyandang disabilitas intelektual untuk
mengembangkan diri sesuai dengan potensi, minat
dan bakatnya.
e. Sebagian keluarga memberikan perlindungan yang
berlebihan dan tidak tepat.
f. Kurangnya pemahaman, sikap/nilai dan
keterampilan keluarga dan masyarakat terhadap
kondisi dan masalah penyandang disabilitas
intelektual.
g. Aksesibilitas untuk disabilitas masih sangat
terbatas, sehingga kesulitan untuk mendapatkan
hak dasarnya yaitu kesehatan, pendidikan dan
pekerjaan.
h. Terbatasnya pusat layanan pengembangan
keterampilan bagi PDI.
i. Kurangnya program pemberdayaan yang responsif
atau dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, minat
dan bakat penyandang disabilitas intelektual.
j. Regulasi yang belum mendukung pemberdayaan
penyandang disabilitas intelektual.

E. Kebutuhan Penyandang Disabilitas Intelektual


Penyandang disabilitas intelektual memiliki kebutuhan
untuk memperoleh kesempatan dalam melaksanakan partisipasi
penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan
dengan yang lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut khususnya
terkait dengan upaya untuk mencapai kemandirian (independent
living), penyediaan akomodasi yang beralasan (reasonable
accommodation), dan desain universal yang berarti desain

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 17


produk, lingkungan, program dan pelayanan yang dapat
digunakan oleh semua orang termasuk oleh penyandang
disabilitas intelektual sehingga mereka dapat meningkatkan
kemampuan fungsi sosialnya. Upaya yang dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan melalui
bentuk kegiatan/program :
1. Bimbingan dan Pendampingan
a. Bimbingan dan pendampingan oleh keluarga dalam
me-laksanakan peran dan aktivitas hariannya.
b. Bimbingan dan pendampingan oleh guru/instruktur/
pelatih/pendamping untuk mengembangkan potensi,
minat, bakat dan keterampilannya.
2. Pendidikan dan Pelatihan
a. Pendidikan untuk penyandang disabilitas intelektual
dengan kurikulum yang memuat materi esensial dan
fungsional sesuai dengan karakteristik kemampuan dan
kebutuhan penyandang disabilitas intelektual dalam
kehidupan di masyarakat.
Strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan:
1) Gunakan media konkrit dan menarik yang dekat
den-gan kehidupannya.
2) Berikan instruksi pendek, jelas dan bertahap.
3) Menggunakan kalimat yang singkat dan bahasa
sederhana.
4) Koreksi langsung dan berulang.
5) Perlu pembiasaan atau konsistensi.
6) Perlu pendampingan dan pengawasan.

18 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


7) Proses pembelajaran yang santai, berulang-ulang
dan selalu siap untuk membantu mereka.
8) Perlu penguatan (pemberian penghargaan terhadap
pencapaian walaupun sedikit).
b. Pelatihan life skill (keterampilan sosial, keterampilan
vokasional) yang bermanfaat dalam menunjang
kehidupan masing-masing individu penyandang
disabilitas intelektual.
3. Pengawasan
a. Pengawasan yang dilakukan oleh keluarga dan
masyarakat karena keterbatasan kemampuan
penyandang disabilitas intelektual untuk melindungi diri.
b. Pengawasan dari guru/instruktur/pelatih/pendamping
dalam proses belajar maupun dalam proses pelatihan
dan kegiatan produksi karena penyandang disabilitas
intelektual mengalami kesulitan berkonsentrasi.
4. Pemberdayaan
Peningkatan kemampuan dan keterampilan sosial (bantu
diri dan sosialisasi), keterampilan komunikasi (kemampuan
pemahaman dan bicara), keterampilan motorik (gerak)
dan keterampilan vokasionalnya, sehingga penyandang
disabilitas intelektual dapat lebih berdaya dalam
kehidupannya, dapat mandiri dan produktif sehingga kualitas
hidup mereka lebih meningkat.

F. Potensi Penyandang Disabilitas Intelektual


Penyandang disabilitas intelektual sesuai dengan harkat
dan martabatnya akan memiliki kelebihan dan kekurangan yang
sama dengan manusia lainnya. Keterbatasan yang ada pada

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 19


mereka selayaknya tidak menutup potensi, minat dan bakat
yang dapat dikembangkan pada diri mereka. Perhatian dan
dukungan lingkungan sekitar juga merupakan potensi yang dapat
meningkatkan kemandirian dan produktifitas mereka. Beberapa
potensi yang ada baik pada penyandang disabilitas intelektual
maupun pada lingkungannya dapat menjadi sumber kekuatan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan penyandang disabilitas
intelektual, diantaranya:
a. Penyandang disabilitas intelektual ringan, sedang dan
pe-nyandang disabilitas intelektual dengan gangguan
perkembangan lainnya masih bisa dikembangkan
kemampuannya baik pada aspek keterampilan komunikasi
(kemampuan pemahaman dan bicara), keterampilan sosial
(bantu diri dan sosialisasi), keterampilan motorik (gerak) dan
keterampilan vokasionalnya.
b. Penyandang disabilitas intelektual ringan, sedang dan
penyandang disabilitas intelektual dengan gangguan
perkembangan lainnya masih memiliki keinginan, hasrat
dan kemauan yang dapat diarahkan dengan peningkatan
motivasinya.
c. Kondisi fisik yang sebagian besar tidak terganggu.
d. Sebagaian besar tinggal bersama keluarga, sehingga
dukungan keluarga bisa ditingkatkan.
e. Dukungan masyarakat sekitar yang mulai memiliki kesadaran
terkait masalah disabilitas.
f. Dukungan pemerintah melalui kebijakan dan program.

20 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


BAB III
PELAKSANAAN

A. Kelembagaan
Kelembagaan merupakan sistem perorganisasian dan
manajemen kegiatan/program sentra pemberdayaan sosial dan
vokasional yang dilaksanakan oleh Lembaga Kesejahteraan
Sosial (LKS) di masyarakat. Kelembagaan juga memuat hakikat
kegia-tan/program dan mekanisme/tahapan program.
1. Pengertian
Sentra pemberdayaan sosial dan vokasional adalah sebuah
pusat kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan
ke-mampuan penyandang disabilitas intelektual, melalui
bimbingan sosial, pendidikan dan latihan keterampilan
kerja terpadu dengan melibatkan orang tua, keluarga
dan masyarakat sebagai pendamping dalam proses
pelaksanaannya.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Memberikan peluang dan kesempatan kepada
penyandang disabilitas intelektual untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan
sosial dan keterampilan vokasional dengan dukungan
keluarga dan masyarakat sehingga dapat mandiri
dalam kehidupannya dan berperan sebagai pekerja
yang terlatih dan produktif.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 21


b. Tujuan
1) Meningkatnya kemampuan dan keterampilan
kerja PDI sesuai dengan minat, bakat dan kondisi
kedisabilitasannya.
2) Meningkatnya kemauan dan kemampuan
penyandang disabilitas intelektual untuk hidup lebih
mandiri dan produktif.
3) Meningkatnya keterampilan sosial penyandang
disabi-litas intelektual untuk aktivitas bantu diri dan
bersosia-lisasi.
4) Terciptanya dukungan keluarga dan masyarakat
dalam meningkatkan kondisi kehidupan penyandang
disabilitas intelektual.
3. Sasaran
a. PDI Laki-laki dan Perempuan, usia 18 – 45 tahun.
b. Orang tua / Keluarga yang memberikan pendampingan
pada PDI.
4. Persyaratan :
a. PDI dalam klasifikasi ringan dan sedang.
b. PDI dapat berkomunikasi dan berinteraksi.
c. PDI sehat (surat keterangan dokter yang menyatakan
sehat dan mampu mengikuti pelatihan).
d. PDI bersedia mengikuti asesmen.
e. Orang tua / keluarga wajib memberikan pendampingan
kepada PDI selama dan setelah proses pemberdayaan
untuk mengimplementasikan kegiatan.
5. Peran dan Tugas Tim Kegiatan

22 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


a. Ketua
1) Membuat perencanaan kegiatan.
2) Mengatur pelaksanaan kegiatan.
3) Memonitor pelaksanaan kegiatan.
4) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.
5) Melaporkan perkembangan kegiatan.
6) Melakukan konsultasi pelaksanaan kegiatan ke
Dinas Sosial.
7) Melakukan koordinasi dengan stakeholders yang
terlibat proses pemberdayaan.
b. Sekretaris
1) Melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan.
2) Membuat pertanggungjawaban administrasi
kegiatan.
3) Membuat dokumentasi pelaksanaan administrasi
kegiatan.
c. Pendamping
1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan sosial dan vokasional.
2) Melaksanakan kegiatan pemberdayaan sosial dan
vokasional.
3) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan sosial dan vokasional.
4) Mendampingi dan memfasilitasi penerima manfaat
(PDI dan keluarganya) dalam proses pemberdayaan
sosial dan vokasional.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 23


d. Pengajar/pendidik/pelatih/instruktur/fasilitator
1) Melakukan asesmen akademik.
2) Menyiapkan rencana kegiatan belajar mengajar.
3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
4) Menyusun laporan hasil kegiatan belajar mengajar.
e. Pekerja Sosial/Konselor
1) Melakukan asesmen.
2) Menyusun catatan kasus.
3) Melakukan motivasi dan konsultasi bagi PDI dan
keluarganya.
4) Mendampingi PDI dalam proses kegiatan.
5) Menjadi mediator bagi PDI yang mengalami konflik
dengan orang lain/pihak lain.
6) Memberikan informasi dan pertimbangan tentang
akses layanan yang dibutuhkan PDI.
7) Menjadi penghubung bagi PDI dengan sistem
sumber yang dapat membantu pemecahan
masalah.
8) Memberikan intervensi pada PDI baik secara
individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan
dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
6. Prinsip
a. Prinsip penerimaan / Non Diskriminasi
Menerima keberagaman, tidak membedakan perlakuan
atas dasar perbedaan status, umur, suku dan agama.
b. Prinsip menentukan diri sendiri

24 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


1) Penghormatan untuk pengembangan kapasitas
dari penyandang disabilitas intelektual.
2) Penghormatan kapasitas penyandang disabilitas
intelektual dalam menentukan pilihan.
3) Menghormati nilai-nilai pribadi, tidak memaksakan
kehendak dan menjunjung nilai kearifan lokal/
budaya daerah.
c. Prinsip Partisipasi
1) Melibatkan partisipasi aktif PDI dan keluarganya.
2) Menciptakan kehidupan masyarakat yang inklusif
(merangkul dan menerima penyandang disabilitas
intelektual).
d. Prinsip Kesetaraan
1) Kesetaraan kesempatan.
2) Kesetaraan gender.
3) Memperlakukan penyandang disabilitas intelektual
sebagai mitra.
e. Prinsip berkeadilan sosial
Menyediakan layanan yang bisa diakses penyandang
disabilitas intelektual.
f. Prinsip Individualisasi
Setiap penyandang disabilitas intelektual memiliki
karakteristik yang unik sehingga dimungkinkan untuk
memberikan bantuan dan layanan yang berbeda untuk
setiap individu.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 25


B. Pelaksanaan Pemberdayaan Sosial dan Vokasional
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial dan vokasional
pada intinya dilakukan melalui aktifitas bimbingan sosial,
pendidikan dan latihan keterampilan kerja terpadu dengan
melibatkan orang tua, keluarga dan masyarakat sebagai
pendamping dalam proses pelaksanaannya. Bimbingan sosial
untuk meningkatkan keterampilan sosial dilakukan secara
terpadu dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasional.
Upaya untuk meningkatkan penguasaan PDI terhadap pelatihan
yang sudah diberikan maka diberikan juga kesempatan untuk
praktek kerja lapangan yang didampingi. Pendampingan juga
tetap dilakukan ketika PDI mengembangkan usaha mandiri
bersama keluarganya. Hasil akhir yang diharapkan adalah PDI
dapat mandiri dan produktif dengan dukungan dari keluarga dan
lingkungannya sebelum dilakukan terminasi.
1. Bentuk Kegiatan
a. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan latihan terdiri dari penyampaian teori
dan praktek secara langsung. Penyampaian teori
senantiasa dibantu dengan simulasi alat/bahan yang
akan digunakan atau simulasi gambar/video. Pendidikan
dan latihan dila-kukan oleh guru/pengajar/pendidik/
fasilitator/instruktur dan dengan melibatkan orang tua/
wali secara periodik sesuai dengan kebutuhan. Metoda
penyampaian melalui analisis tugas (dimulai dari tugas
sederhana sampai yang berat).
b. Workshop atau magang kerja (Praktek Kerja Lapangan)
Kegiatan yang ditujukan untuk memberikan
kesempatan kepada penyandang disabilitas intelektual
melaksanakan praktek kerja di lembaga/perusahaan

26 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


tertentu dengan melibatkan orang tua/wali secara
periodik sesuai dengan kebutuhan.
Workshop atau praktek kerja lapangan dilakukan
setelah PDI selesai mengikuti proses pendidikan dan
latihan. Akses terhadap lembaga/perusahaan tempat
magang dan kegiatan pendampingan ketika magang
dilakukan oleh pendamping dan pekerja sosial.
Pendampingan terhadap PDI dilakukan dalam seluruh
proses kegiatan masing-masing oleh pelaksana yang
ber-tanggung jawab pada setiap tahapan kegiatan. Pada
tahap pendidikan dan latihan dilakukan pendampingan
oleh guru/fasilitator/instruktur/pelatih serta keluarga.
Kegiatan pendampingan pada saat PDI melakukan
praktek kerja lapang dilakukan oleh pendamping yang
ditunjuk (instruktur/pelatih). Pendampingan pada saat
PDI dan keluarganya mengembangan praktek kerja
mandiri atau usaha ekonomi produktif dilakukan oleh
pendamping dan pekerja sosial.
Keterlibatan orang tua/keluarga dalam proses
pemberdayaan dapat berupa:
a. Kegiatan insidental, jika PDI membutuhkan
pendampingan (prosentasi pendampingan diawal
program sangat besar, diakhir program diharapkan
berkurang).
b. Kegiatan periodik yang ditetapkan oleh lembaga
penyelenggara sesuai dengan tahapan proses
pemberdayaan.
2. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan sangat bervariasi merujuk pada beberapa
keterampilan yang memungkinkan dilakukan oleh

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 27


penyandang disabilitas intelektual ringan dan sedang, sesuai
dengan potensi, minat dan bakat serta potensi lingkungan
sekitar. Beberapa pilihan jenis keterampilan yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Pengolahan hasil pangan (kue, roti, nugget, minuman
sehat, makanan ringan)
b. Perikanan (manajemen/pengelolaan budidaya ikan
konsumsi dan ikan hias (pembenihan ikan konsumsi/hias,
pembesaran ikan konsumsi/hias, pengembangbiakan
ikan konsumsi/hias, pemasaran ikan konsumsi/hias).
c. Pemeliharaan binatang ternak (kambing, ayam, kelinci,
dsb).
d. Pengelolaan/pengurusan rumah tangga (house
keeping).
e. Linen rumah tangga (jahit sederhana, potong, rajut)
f. Sablon/percetakan.
g. Pertanian (pemeliharaan tanaman sayuran dan
tanaman hias).
h. Jenis kegiatan lainnya yang dikembangkan sesuai
dengan minat, bakat, potensi PDI serta potensi ling-
kungan di sekitar PDI.
3. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme kegiatan merupakan rangkaian tata cara
pelaksanaan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional
yang dilaksanakan oleh lembaga kesejahteraan sosial
(LKS). Mekanisme pelaksanaan dapat dilihat pada bagan
berikut:

28 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


Keterangan: Bagan warna merah menunjukkan keterlibatan orangtua/
keluarga.

Penjelasan mekanisme dari bagan di atas, sebagai berikut:


a. Sosialisasi, dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh
LKS. Sosialiasi ditujukan kepada PDI dan keluarga
yang potensial, juga sosialisasi dilakukan kepada
masyarakat sekitar tempat LKS berada agar kegiatan
sentra pemberdayaan sosial voka-sional diketahui dan
mendapat dukungan dari masyarakat.
b. Seleksi dan Motivasi, dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk LKS. Seleksi dan motivasi merupakan satu
rangkaian kegiatan terpadu menyeleksi sambil
memberikan motivasi kepada PDI dan keluarga yang
potensial.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 29


c. Tahap persiapan
1) Asesmen, dilakukan oleh petugas yang ditunjuk
LKS (pekerja sosial) untuk melakukan asesmen:
• PDI (karakteristik, minat, bakat, potensi,
kesehatan, fungsional, keterampilan)
• Asesmen terhadap keluarga (karakteristik,
dukungan keluarga)
• Asesmen sumber daya masyarakat
2) Pengelompokan peserta pelatihan sesuai dengan
bakat dan minat keterampilan dilakukan oleh tim
dalam LKS.
3) Mengkomunikasikan hasil asesmen dilaksanakan
oleh pekerja sosial kepada orangtua/keluarga
terkait rencana pelaksanaan kegiatan yang akan
diikuti oleh PDI.
4) Merancang rencana individual untuk masing-
masing PDI dan keluarganya, dilakukan oleh tim
dalam LKS.
5) Menetapkan silabus untuk setiap keterampilan yang
akan dilaksanakan, dilakukan oleh tim instruktur/
pelatih/pendidik/guru.
d. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilaksanakan oleh tim instruktur/
pelatih/pendidik/guru dan pendamping, merupakan
kegiatan pendidikan dan pelatihan kerja terpadu yang
memuat materi keterampilan sosial dan keterampilan
vokasional. Dalam artian bukan hanya memuat materi
keterampilan vokasi saja tetapi juga aspek sosial juga
diberikan untuk meningkatkan kemampuan PDI dalam

30 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


berkomunikasi, bersosialisasi dan bantu diri. Pada tahap
pelaksanaan dilibatkan orang tua/wali/keluarga secara
periodik sesuai dengan kebutuhan. Tahap pelaksanaan
memuat dua kegiatan utama yaitu:
1) Proses pendidikan dan latihan melalui penyampaian
materi secara teori dan praktek dengan melibatkan
keluarga.
2) Kegiatan praktek kerja lapangan di lembaga/
perusahaan/home industry yang sesuai dengan
jenis keterampilan yang dipilih.
Kegiatan pendampingan pada PDI dan keluarganya
dilakukan sepanjang proses kegiatan, terutama pada
saat:
• PDI praktek kerja lapang, oleh instruktur/pelatih.
• Pendampingan kedua dilakukan setelah PDI
bersama keluarga mengembangkan Usaha
Ekonomis Produktif (UEP). Pendampingan
dilakukan secara periodik sampai UEP yang
dikembangkan oleh PDI dan keluarganya dapat
berjalan aktifitasnya.
• Pengembangan distribusi, penyaluran atau
pengembangan usaha.
e. Tahap pengakhiran
Tahap pengakhiran merupakan sesi akhir dari proses
pemberdayaan terhadap PDI dan keluarganya. Pada
tahap ini ada sesi proses mengakhiri pendampingan
secara administratif bagi PDI yang telah selesai mengikuti
proses pemberdayaan. Namun demikian sebelum
proses pengakhiran secara administratif, LKS dapat

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 31


membantu PDI untuk akses kepada dunia usaha atau
lapangan kerja bagi PDI yang belum mengembangkan
usaha sendiri/bekerja. Kegiatan pemantauan
merupakan kegiatan akhir terhadap perkembangan PDI
dan keluarganya, terkait kemandirian di dunia usaha/
tempat bekerja atau kemandirian pengembangan
usaha produktif yang dilakukan PDI dan keluarganya.
Tiga kegiatan pada tahap pengakhiran adalah sebagai
berikut:
1) Melakukan evaluasi hasil dengan merujuk kepada
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
2) Mengakhiri proses pendampingan kepada PDI dan
ke-luarganya.
3) Mengakseskan PDI kepada dunia usaha atau
lapangan kerja atau akses jaringan layanan lainnya
yang dibutuhkan PDI untuk mengembangkan
keterampilannya.
4) Pemantauan terhadap perkembangan PDI.
4. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan program pemberdayaan sosial dan vokasional
dapat dilihat dari tercapainya beberapa aspek berikut (tidak
harus keseluruhan aspek):
a. PDI mampu menguasai satu atau dua jenis keterampilan
vokasional
b. PDI dapat melakukan usaha mandiri dan produktif.
c. Hasil produksi dapat dipasarkan.
d. Tumbuhnya minat dan kemampuan wirausaha PDI
sesuai kemampuannya

32 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


e. Meningkatnya peran serta dan partisipasi keluarga dan
masyarakat terhadap upaya PDI untuk mengembangkan
dirinya agar lebih mandiri dan produktif.
f. Meningkatnya peran serta berbagai pihak (pemerintah,
pengusaha, tokoh masyarakat) dalam upaya
pemberdayaan PDI.

C. Kemitraan dan Kerjasama


Kemitraan dan kerjasama dapat dijalin dengan berbagai
pihak seperti:
1. Pemerintah; Instansi pemerintah yang terkait baik ditingkat
pusat maupun daerah.
2. Masyarakat; Organisasi kemasyarakatan (Karang Taruna,
PKK), Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Pekerja
Sosial Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Pengusaha, Home Industry.
3. Perguruan tinggi; untuk memperoleh dukungan pelatih/
pendidik ataupun program kegiatan dalam ranah pengabdian
masyarakat dari perguruan tinggi.
4. Kelompok Swadaya Masyarakat (Pokja-pokja).

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 33


34 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL
BAB IV
SUPERVISI, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi program perlu


dilakukan secara berkala, untuk memastikan kegiatan sentra
pemberdayaan sosial dan vokasional bagi penyandang disabilitas
intelektual dapat dilaksanakan secara lancar dan optimal dalam
pencapaian tujuan. Kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi juga
dapat memberikan umpan baik positif bagi upaya perbaikan program.
A. SUPERVISI
Supervisi merupakan kegiatan pembinaan untuk memastikan
pelaksanaan kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan
vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual dapat berjalan
lancar dan optimal. Kegiatan supervisi bersifat konsultatif bagi
pelaksana program di lapangan, untuk memastikan ketepatan
kegiatan yang dilakukan dan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Dasar supervisi
adalah kebijakan, prosedur, dan rencana kerja kegiatan.
1. Materi Supervisi
Supervisi yang dilakukan secara menyeluruh dan simultan
antara lain untuk mengetahui apakah:
a. Pelaksana telah melaksanakan tugas masing-masing
dengan tepat dan profesional.
b. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas/
pelaksana dapat saling mengisi dan menunjang
kegiatan (koordinatif).
c. Penyandang disabilitas intelektual dan keluarganya
dapat mengikuti kegiatan tanpa kesulitan.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 35


2. Sasaran
Sasaran supervisi adalah:
a. Pengelolaan sumberdaya manusia yang terlibat dalam
kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional
bagi penyandang disabilitas intelektual.
b. Pengelolaan dana meliputi:
1) Penggunaan dana.
2) Pelaporannya.
c. Pengelolaan layanan meliputi kegiatan:
1) Sosialisasi.
2) Seleksi dan motivasi.
3) Asesmen.
4) Komunikasi kepada orang tua/keluarga.
5) Penyusunan rencana individual.
6) Penentuan bentuk layanan dan jenis keterampilan.
7) Pelaksanaan pemberdayaan.
8) Pelaksanaan praktek kerja lapangan.
9) Pendampingan.
3. Fungsi Supervisi
a. Fungsi Administratif; memastikan administrasi kegiatan
dilaksanakan secara rapi dan lengkap.
b. Fungsi Edukatif; memberikan konsultasi, arahan dan
bimbingan.
c. Fungsi Suportif; membangkitkan semangat dan motivasi
para pelaksana kegiatan.

36 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


4. Pelaksana supervisi
Pelaksana supervisi dapat dilakukan oleh unsur pemerintah
dan masyarakat, sesuai dengan kedudukan lembaga
pelaksana kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan
vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual..
a. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial
Orang dengan Kecacatan.
b. Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten .
5. Pelaksanaan/Waktu Supervisi
Kegiatan supervisi dapat dilaksanakan secara periodik dan
sesuai dengan kebutuhan, artinya supervisi dapat dengan
jawal yang ditentukan dan dilakukan sewaktu-waktu jika
dipandang perlu oleh pelaksana, dan atau jika terdapat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh petugas/ pelaksana
kegiatan.
6. Hasil Supervisi
Peningkatan kualitas pelaksanaan kegiatan sentra
pemberdayaan sosial dan vokasional bagi penyandang
disabilitas intelektual. Informasi yang dihasilkan dari kegiatan
supervisi dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memperbaiki/meningkatkan layanan.

B. MONITORING
Monitoring merupakan sistem pengawasan yang
dilaksanakan oleh penanggung jawab suatu kegiatan
atau program. Tujuan monitoring adalah untuk mengetahui
pelaksanaan kegiatan dan memastikan semua kegiatan sesuai
dengan rencana (tujuan program).

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 37


1. Materi kegiatan monitoring adalah:
a. Realisasi kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan
voka-sional bagi penyandang disabilitas intelektual
yang sedang dilaksanakan.
b. Kemudahan dan hambatan PDI dalam mengikuti
kegiatan.
c. Kemudahan dan hambatan pelaksana dalam
menjalankan program.
d. Penggunaan dana yang meliputi: penerimaan,
penggunaan dan pelaporannya.
e. Penggunaan sarana prasarana; apakah sudah tepat
memenuhi kebutuhan pelaksanaan program.
2. Sasaran monitoring adalah :
a. Pengelolaan sumberdaya manusia yang terlibat dalam
kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional
bagi penyandang disabilitas intelektual.
b. Pengelolaan dana meliputi:
1) Penggunaan dana.
2) Pelaporannya.
c. Pengelolaan layanan meliputi kegiatan:
1) Sosialisasi.
2) Seleksi dan motivasi.
3) Asesmen.
4) Komunikasi kepada orang tua/keluarga.
5) Penyusunan rencana individual.
6) Penentuan bentuk layanan dan jenis keterampilan.

38 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


7) Pelaksanaan pemberdayaan.
8) Pelaksanaan magang.
9) Pendampingan.
3. Pelaksana monitoring
Pelaksana monitoring dapat dilakukan oleh unsur
pemerintah dan masyarakat, sesuai dengan kedudukan
lembaga pelaksana kegiatan sentra pemberdayaan sosial
dan vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual.
a. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas.
b. Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten .
c. Yayasan yang menjadi naungan lembaga pelaksana
tersebut.
4. Pelaksanaan monitoring
Kegiatan monitoring dapat dilaksanakan secara periodik,
terutama pada tahapan pelaksanaan program.
5. Hasil Monitoring
Informasi yang dapat ditindaklanjuti sebagai bahan masukan
untuk perbaikan pelaksanaan program.

C. EVALUASI
Kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apakah
kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional bagi
penyandang disabilitas intelektual telah dilaksanakan dengan
baik dan benar. Jika kegiatan tersebut belum mencapai hasil
yang memuaskan, maka perlu perbaikan atau penyempurnaan.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 39


1. Materi evaluasi :
a. Proses penyelenggaraan kegiatan.
b. Pencapaian indikator keberhasilan.
c. Pencapaian tujuan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi (pendukung dan
penghambat).
2. Sasaran Evaluasi
a. Pelaksana kegiatan sentra perbedayaan sosial dan
vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual.
Evaluasi dilakukan untuk melihat kapasitas
atau ketepatan masing-masing pelaksana yang
bertanggungjawab pada bidang tugas tertentu.
b. Program, penilaian terhadap setiap tahapan program,
apakah masing-masing tahapan telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam hal
ini meliputi tahap: sosialisasi, penjangkauan dan
seleksi, asesmen, penentuan bentuk layanan dan
jenis keterampilan, pelaksanaan pemberdayaan,
pelaksanaan magang dan pendampingan.
c. Pendanaan, penilaian terhadap pengelolaan dana yang
meliputi: penggunaan dan pelaporan selama proses
layanan berjalan.
d. Sarana dan prasarana, penilaian terhadap penggunaan
fasilitas yang dimiliki lembaga apakah sudah memenuhi
kebutuhan, apakah sudah dimanfaatkan secara optimal
untuk penyelenggaraan layanan.
e. Penerima manfaat, penilaian apakah penerima manfaat
dapat mengikuti proses kegiatan sentra pemberdayaan
sosial dan vokasional bagi penyandang disabilitas

40 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


intelektual dengan mudah atau apakah ada kesulitan
dan hambatan.
3. Pelaksana Evaluasi
a. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas.
b. Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten
4. Pelaksanaan evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan secara periodik pada saat
berlangsungnya kegiatan maupun di akhir kegiatan. Perlu
ditetapkan tujuan dan materi evaluasi pada setiap tahapan
evaluasi.
5. Hasil evaluasi
Informasi yang dihasilkan dipergunakan sebagai:
a. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan
masyarakat (akuntabilitas publik).
b. Bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana
program tahun berikutnya.

D. PELAPORAN
Pelaporan merupakan bagian akhir dari pelaksanaan program
yang perlu dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban
kegiatan. Pelaporan adalah penyampaian informasi tentang
kegiatan yang sudah dilaksanakan, hambatan atau masalah
yang dihadapi, alternatif dan usulan/saran/rekomendasi untuk
mengatasi masalah.
1. Materi yang dilaporkan :

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 41


a. Realisasi layanan, yakni kegiatan sentra pemberdayaan
sosial dan vokasional bagi penyandang disabilitas
intelektual.
b. Kondisi penyandang disabilitas intelektual yang telah
mengikuti kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan
voka-sional bagi penyandang disabilitas intelektual,
meliputi penguasaan keterampilan, hambatan dan
kemudahan yang dialami penyandang disabilitas
intelektual dalam mengikuti kegiatan.
c. Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap
pengembangan diri penyandang disabilitas intelektual.
d. Pengelolaan dana yang digunakan untuk pelaksanaan
program.
e. Kondisi sarana dan prasarana serta dukungan fasilitas
yang dipergunakan.
f. Kondisi sumber daya manusia pelaksana kegiatan.
2. Pelaporan dilaksanakan secara berkala, yaitu sebagai
berikut :
a. Laporan semester
b. Laporan tahunan
3. Bentuk laporan
Bentuk narasi yang menjelaskan seluruh proses kegiatan,
dilengkapi dengan data dan foto-foto kegiatan (sesuai format
terlampir).
Format Laporan, mengikuti sistematika berikut:
a. Bab I Pendahuluan
b. Bab II Realisasi Kegiatan

42 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL


c. Bab III Kesimpulan dan Saran
d. Bab IV Penutup
e. Lampiran (foto-foto, dll)
4. Pelaksanaan Pelaporan
LKS penyelenggara kegiatan sentra pemberdayaan sosial
dan vokasional bagi penyandang disabilitas intelektual perlu
menyampaikan laporannya kepada:
a. Kementerian Sosial ditembuskan ke Dinas/Instansi
Sosial Provinsi/Kab/Kota.
b. Yayasan yang menjadi naungan lembaga tersebut.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 43


44 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL
BAB V
PENUTUP

Pedoman kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional


bagi penyandang disabilitas intelektual ini disusun sebagai acuan
bagi lembaga yang menyelenggarakan layanan pemberdayaan bagi
penyandang disabilitas intelektual. Inti layanan adalah memberikan
peningkatan kemampuan dan keterampilan khusus bagi penyandang
disabilitas intelektual agar mereka memiliki peningkatan kemandirian
dan lebih produktif dalam kehidupan sehari-harinya. Layanan ini juga
menitikberatkan pelibatan keluarga sebagai lingkungan terdekat
bagi penyandang disabilitas intelektual. Keluarga dilibatkan sebagai
pendamping selama proses pemberdayaan, dan tetap mendukung
mendampingi penyandang disabilitas intelektual setelah proses
pemberdayaan untuk mengembangkan keterampilan yang telah
diperoleh.
Lembaga yang menyelenggarakan pemberdayaan sosial dan
vokasional dapat melakukan penyesuaian bentuk dan jenis vokasi
yang diberikan kepada penyandang disabilitas intelektual, sesuai
dengan kondisi kedisabilitasan, minat, bakat, potensi dan sumber daya
lingkungan setempat. Selanjutnya lembaga yang menyelenggarakan
pemberdayaan sosial dan vokasional bagi penyandang disabilitas
intelektual diharapkan mampu mengimplementasikan pedoman ini
berdasarkan komitmen dan kompetensi yang dimiliki dengan tetap
mengakomodasi potensi lokal di masing-masing daerah.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kelebihan buku pedoman
ini, kiranya kegiatan sentra pemberdayaan sosial dan vokasional
bagi penyandang disabilitas intelektual ini dapat dioptimalkan guna
mewujudkan peningkatan kondisi kehidupan dan pemenuhan hak-
hak penyandang disabilitas intelektual.

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 45


46 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL
TIM PENYUSUN

1. Nahar, SH, M.Si Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas


2. Rini Martini Rindha, PhD Lektor Kepala STKS Bandung
3. Drs. Robinson W. Saragih Pemerhati Disabilitas Intelektual
4. Dr. Lukman Nadjamuddin, M.Hum Koordinator PPK dan SBLPPMP Universitas Tadulako Palu
5. Abdul Rahman Hasan, S.Sos Penyuluh Sosial Muda PSBG Nipotowe Palu
6. Andi Muh. Jaya, S.Sos, M.Si Kasi Yanrehsos Paca Dinsos Provinsi Sulawesi Tengah
7. Yuli Fridayanti, S.Sos Staf PRS Paca Dinsos Provinsi Jawa Tengah
8. Suryo Sutiyoso, AKS Peksos Pertama BBRSBG Kartini Temanggung
9. Dwi Susilawati, S.Psi Universitas Gajah Mada Yogyakarta
10. Drs. Faizard Dinsos Provinsi Jawa Barat
11. Andri Hendriana, S.Pi, M.Si Tenaga Pendidik IPB Bogor
12. Dra. Adiningsih Kasi Rehsos PSBG Ciung Wanara Bogor
13. Drs. Pudjo Tjahjono Pembina Yayasan Rumah Kampus Jakarta
14. Dra. Endang Rahayu Pimpinan Yayasan Rumah Kampus Jakarta
15. Anastasia Retno Pujiastuti Koordinator ALPS Special Olympics Indonesia
16. Widia Nevianti, SH Pimpinan Yayasan Asih Budi Jakarta
17. Dra. Ulfah Nurohmi Yayasan Asih Budi Jakarta
18. Drs. Supardi, MM Yayasan Asih Budi Jakarta
19. Drs. Z.A. Sutarli Yayasan Asih Budi Jakarta
20. Mohammad Tohar, S.Pdl Kasubdit RSODK Mental
21. M. Sabir, S.Sos, M.Si Kasubdit Asistensi clan Pemeliharaan Kesos
22. Erna Widiati, M.Si Kasi Rehsos Dalam Panti Subdit RSODK Mental
23. Drs. Agus Diono Kasi Rehsos Luar Panti Subdit RSODK Mental
24. DR. Yanti Damayanti, M.Si Kasi Pemeliharaan Kesos
25. Rumondang Napitupulu, SH Penyusun Bahan Rehsos Subdit RSODK Mental
26. Desrywani M. Situmeang, ST, M.Si Penyusun Bahan Rehsos Subdit RSODK Mental
27. Dra. Ilyana Desiana, M.Si Kasubag Tata Usaha Direktorat RSODK
28. Karnali Arsiparis Direktorat RSODK
29. Rudiyanto, SST Bendahara Pengeluaran Direktorat RSODK
30. Gina Natriani Putri, A.Md Pengolah Data Kelembagaan Direktorat RSODK
31. Triningsih, S.Pd Koordinator Young Athletes Special Olympics Indonesia

SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL 47


48 SENTRA PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN VOKASIONAL

Anda mungkin juga menyukai