NASKAH AKADEMIK
PERANCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
memiliki hak penuh sebagai warga negara dan memiliki identitas yang
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
I. Latar Belakang Penyusunan Naskah Akademik.............................1
II. Identifikasi Masalah...........................................................................10
III. Tujuan dan Kegunaan........................................................................11
IV. Metode Penelitian..............................................................................12
V. Sistematika Naskah Akademik..........................................................12
BAB II....................................................................................................................15
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS...............................................15
I. Konsepsi dan Model Disabilitas.........................................................15
II. Urgensi Reformasi Peraturan Perundangan terkait Disabilitas..........29
BAB III...................................................................................................................34
EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN..........................36
I. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
Convention On The Rights of Persons With Disabilities (Konvensi
Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
II. Undang – Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
III. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 Tentang Perencanaan,
Penyelenggaraan, Dan Evaluasi terhadap Penghormatan, Perlindungan,
Dan
IV. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Disabilitas
BAB IV..................................................................................................................60
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS.........................60
I. Landasan Filosofis...............................................................................60
II. Landasan Sosiologis............................................................................61
III. Landasan Yuridis..............................................................................64
BAB V....................................................................................................................97
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH
iii
I. Rumusan Akademik Berbagai Istilah Kunci Dalam Peraturan Daerah 97
II. Muatan Materi Peraturan Daerah..............................................100
BAB VI.................................................................................................................106
PENUTUP....................................................................................................106
I. Kesimpulan.....................................................................................106
II. Saran...............................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................107
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Negara.
Ruang lingkup warga negara dalam hal ini luas, siapapun tanpa
1
dalam masyarakat berdasarkan pada asas kesetaraan dengan warga
hingga internasional.
dan bermartabat.
milik sektor sosial, tetapi sudah terkait dengan berbagai sektor, seperti
pemberi kerja.
1
1
dan Kabupaten/Kota.
1
2
Tahun 2019 ini merupakan tonggak untuk partisipasi aktif
daerah;
diubah.
berikut:
akademik ini.
14
Bab VI : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
15
BAB II
tahun 2016), masih ada asumsi di masyarakat bahwa istilah kecacatan dan
disabilitas itu adalah hal yang sama. Padahal, kecacatan, istilah yang
bukan sekadar label tapi juga sekaligus stereotip, karena makna kecacatan
Sebagai contoh, jika menyebut ‘matanya buta’, maka itu akan berbeda
dengan ‘matanya cacat’. Untuk itu, jika menggunakan kata ‘buta’ maka
itu adalah ‘impairment’. Lalu, jika orang buta ini tidak diberikan
tersedia. Begitu juga dengan istilah Tuli yang bukan karena ketuliannya
metode lain yang lebih sesuai dengan dirinya agar bisa beraktivitas.
14
kondisi disabilitas. Dengan demikian, mengubah konsepsi kecacatan
15
Sementara itu, bagi profesional medik atau pengelola rehabilitasi
pemberdayaan masyarakat.
16
menyiapkan landasan penting bagi gerakan memperjuangkan
Ada tiga model disabilitas yang dianggap dominan dalam berbagai studi
fungsi tubuh
17
'normal'-nya, bukan dan bahkan sama sekali tidak mempertimbangkan
berada dan bersumber dari diri individu dan terlepas dari konteks sosial,
penyembuhan
18
‘sakitnya’ dan merehabilitasi ‘impairment-nya.’ Jika pandangan medik ini
atau gangguan fungsi tubuh dan mental. Misalnya seseorang baru saja
Aspek aktifitas ini dapat mencakup cara atau metode belajar, cara makan,
21
cara mandi, perawatan tubuh, dan pekerjaan di rumah dan lain-lain.
alat-alat bantu semisal kruk, kaki palsu, atau kursi roda dan tentu saja
mandi atau WC, model pintu kamar, model meja belajar, dan lain-lain
dan tentu saja kebijakan kantor dan seterusnya dengan beragam jenis
penyandang disabilitas selama ini, dan konsep ini harus digunakan untuk
politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya bagi semua orang (Silvers
26
1998). Pendekatan sosial ini berkembang pesat dan menonjol, dan paling
lainnya.’
27
Model Hak Asasi Manusia: Orang dengan Disabilitas memiliki hak-hak khusus
sebagai manusia
Model lain yang hampir sealiran dengan model sosial disabilitas adalah
menganggap model sosial sama saja dengan model HAM. Degener (2017),
model HAM meliputi hak-hak dasar manusia, hak sipil dan politik serta
2017:44).
26
Terakhir, model sosial hanya menjelaskan mengapa banyak penyandang
meratifikasi Konvensi tersebut pada tahun 2011. Sejak saat itu, pendekatan
seseorang.
27
Sampai saat ini, konsepsi kesehatan masih dipakai dalam menentukan
29
sejarah. Hal ini berkaitan dengan perubahan tingkat kebutuhan
disabilitas.
30
undang sebelumnya, tetapi semua aspek, terutama penyiapan
berkesinambungan.
dalam pengaturannya.
31
4. Indonesia telah mengesahkan UU No.8 Tahun 2016 tentang penyandang
disabilitas dan beberapa aturan turunannya: Pemerintah sudah
berkomitmen untuk membentuk 7 PP sebagai bentuk implementasi
saat ini baru dua RPP turunan dari UU Penyandang Disabilitas tahun
32
menjadi leading institution dari pemenuhan hak disabilitas, yang
33
BAB III
34
mesti serius melaksanakan kewajibannya untuk menghormati,
penyandang disabilitas
kemerdekaan perseorangan;
2. Non diskriminasi
masyarakat;
kemanusiaan;
5. Kesetaraan kesempatan;
6. Aksesibilitas;
mereka.
disabilitas;
35
b. Kebebasan menentukan pilihan;
36
atau pelaksanaan, atas dasar
37
kesetaraan dengan yang lainnya terhadap semua Hak Asasi
37
Manusia dan
38
kebebasan fundamental penyandang disabilitas berdasarkan
penyandang disabilitas;
dan program;
38
f) Melaksanakan atau memajukan penelitandan pengembangan
terjangkau;
40
Perempuan dan anak
3. Peningkatan kesadaran;
4. Aksesibiltas;
informasi;
19. Pendidikan;
20. Kesehatan;
41
25. Partisipasi dalam kegiatan budaya, rekreasi, hiburan dan
olahraga
b. Otonomi individu;
c. Tanpa Diskriminasi;
d. Partisipasi penuh;
f. Kesamaan Kesempatan;
g. Kesetaraan;
h. Aksesibilitas;
j. Inklusif;
41
Sebelumnya Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun
yakni :
42
penyebab hambatan untuk beraktifitas atau hidup
sebagaimana layaknya.
Penyandang disabilitas.
a. Hidup;
c. Privasi;
43
d. Keadilan dan perlindungan hukum;
e. Pendidikan;
g. Kesehatan;
h. Politik;
i. Keagamaan;
j. Keolahragaan;
l. Kesejahteraan sosial;
m. Aksesibilitas;
n. Pelayanan publik;
q. Konsesi;
r. Pendataan;
penyiksaan,dan eksploitasi.
berlapis;
44
d. Untuk mendapatkan perlindungan lebih dari tindak
kejahatan seksual;
hak anak;
mendapatkan :
a. Hak pendidikan
45
b. Hak pekerjaan, kewirausahaan dan koperasi;
c. Hak kesehatan;
d. Hak politik;
e. Hak keagamaan;
f. Hak keolahragaan;
i. Hak Aksesibilitas;
m. Hak pendataan;
p. Hak Kewarganegaraan;
ekspolitasi;
r. Hak Keadilan dan perlindungan hokum.
46
b. Penyelenggaraan adalah pelaksanaan terhadap Penghormatan,
tingkat daerah.
penyandang disabilitas.
47
terkait Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang
48
dampak yang tepat dari proses Perencanaan, Penyelenggaraan, dan
Disabilitas;
Disabilitas;
Penyandang Disabilitas;
Disabilitas
49
IV. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Disabilitas
50
Rehabilitasi dasar merupakan upaya yang dilakukan untuk
51
ditujukan kepada
52
Penyandang Disabilitas, keluarga Penyandang Disabilitas,
52
Penyandang Disabilitas, dan/atau
53
komunitas Penyandang Disabilitas yang dilanggar haknya.
pengadilan.
59
BAB IV
I. Landasan Filosofis
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri
harus dipenuhi agar dapat hidup layak dan utuh sesuai dengan
Hak Asasi Manusia tidak dapat dihilangkan oleh siapa pun atau
yang tidak dapat dihilangkan oleh apa pun atau siapa pun. Banyak
60
Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) (Indonesia, 1945) dan
Hak Asasi Manusia yang lebih lengkap dan rinci dalam pergaulan
61
sosial menjadi sudut pandang yang melihat penyandang disabilitas
60
Indonesia adalah negara yang bermartabat, negara yang
ayat (1,2), Pasal 31 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik
tahun 2006.
61
apalagi perempuan penyandang disabilitas. Padahal peningkatan
95
terhadap penyandang disabilitas.
pengaturan di
96
97
BAB V
dari :
daerah otonom.
96
7. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
Penyandang Disabilitas.
97
esensi masalah dan prioritas kebutuhan Penyandang
Disabilitas.
kesetaraan.
pendidikan nasional.
98
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial
masyarakat.
kegiatan sehari-hari
pelayanan publik.
99
23. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik
Daerah.
Disabilitas.
Penyandang Disabilitas.
disabilitas.
102
sebagai bentuk jaminan hak-hak penyandang disabilitas dan
disabilitas;
1. Ketentuan Umum
3. Ruang Lingkup
4. Ragam Penyandang Disabilitas
5. Hak Penyandang Disabilitas
dan kabupaten/kota.
Disabilitas
10. Pendanaan
12. Penghargaan
13. Larangan
104
BAB VI
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
106
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, C. (2009) Understanding the Social Model of Disability. Leeds:
rights and capabilities, Disability & Society Vol. 17, Iss. 7, 2002.
Trends 47(2)
ILO Jakarta.
107
Retief, M. and Letšosa, R. (2018) 'Models of disability: A brief
https://hts.org.za/index.php/hts/article/view/4738.
210. https://doi.org/10.1177/002070209605100201
the new realism of the body. American Literary History, 13(4), 737-
745.
108
UPIAS (1976) Fundamental Principles of Disability, London: UPIAS.
109