Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PENGGANTI UTS

MAKALAH SUPERVISI LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAN


SOSIAL DISABILITAS

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial D2

Oleh:

Chandika Permana L.P

190910301064

Dosen Pengampu :

Dr. Sama’i, M.Kes


NIP. 195711241987021001

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berisi “Supervisi Penyelenggara Pelayanan Sosial Disabilitas“
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial Kelas D2

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Sama’i yang telah


memberikan pengetahuan serta bimbingan teknis dalam menyelesaikan makalah
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan masukan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan


dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi makalah yang lebih sempurnanya diwaktu yang akan datang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umunya dan bagi penulis khususnya

Jember, 17 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Definisi dari Disabiltas .................................................................................. 3

2.2 Kebutuhan dan Hak dari Penyandang Disabilitas ......................................... 4

2.3 Pelayanan Sosial bagi Penyandang Disabilitas ............................................. 6

2.4 Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan Sosial Disabilitas ............................. 8

2.5 Pelaksanaan Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial Disabilitas ................... 12

BAB III ................................................................................................................. 17

PENUTUP ............................................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam dunia ini terdapat beberapa masalah masalah dan juga keperluan
yang terjadi dimasyarakat atau di lingkungan sosial, oleh karenanya di perlukan
beberapa layanan agar dapat menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu layanan
yang dapat diberikan adalah pelayanan sosial. Pelayanan sosial sendiri merupakan
suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok,
ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka dapat memecahkan permasalahan
melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan sumber-
sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya.
Didalam pelayanan sosial sendiri terdapat beberapa bidang atau
permasalahan yang dapat diselesaikan. Bidang bidang atau pelayanan yang
diberikan berdasarkan dengan kebutuhan yang ada di masyarakat, contoh
contohnya adalah pelayanan sosial bagi lansia, anak – anak, kaum disabilitas dan
lain sebagainya. untuk dapat mengimplementasikan program program pemecahan
masalah dan kebutuhan tersebut maka didirikan lembaga lembaga pelayanan
sosial. Lembaga pelayanan sosial adalah lembaga yang didirikan bertujuan untuk
memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat yang memang membutuhkan
pelayanan tersebut.
Salah satu jenis lembaga pelayanan sosial yaitu lembaga pelayanan sosial
khusus disabilitas, lembaga pelayanan sosial khusus disabiloitas adalah lembaga
sosial yang berfokus pada penyelengaraan pelayanan sosial guna memenuhi hak
hak kaum disabilitas. Didalam pemenuhan hak hak tersebut biasanya terdapat
beberapa masalah sehingga proses pelayanan tidak berjalan dengan efektif, oleh
karena itu diperlukan adanya supervisi lembaga penyelenggara pelayanan sosial
disabilitas agar dapat meningkatkan efektifitas pelayanan sosial di dalam lembaga.
Untuk itu didalam makalah ini akan menjelaskan terkait beberapa hal yang
berkaitan dengan supervisi lembaga penyelenggara pelayanan sosial disabilitas.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari disabilitas?
2. Apakah kebutuhan dan hak dari penyandang disabilitas?
3. Apakah pelayanan sosial yang dapat diberikan untuk penyandang
disabilitas?
4. Apakah peran pekerja sosial dalam pelayanan sosial disabilitas?
5. Bagimanakah pelaksanaan supervisi lembaga pelayanan sosial disabilitas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari disabilitas
2. Untuk memahami kebutuhan dan hak penyandang disabilitas
3. Untuk memahami pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas
4. Untuk memahami peran pekerja sosial dalam pelayanan sosial bagi
penyandang disabilitas.
5. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi lembaga pelayanan
sosial disabilitas.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
jurusan kesejahteraan sosial dalam memahami ruang lingkup pekerja sosial
dalam praktek pelayanan sosia bagi penyandang disabilitas. Dan bagi para
pembaca dari kaum awam dapat bermanfaat untuk mengetahui bahwa
penyandang disabilitas juga mempunyai hak yang sama dengan kita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Disabiltas


Pengertian penyandang disabilitas menurut Undang Undang Nomor 8
tahun 2016 disebutkan bahwa penyandang disabilitas adalah setiap orang
yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Adapun
istilah penyandang disabilitas yang pada saat ini dipakai guna menyebut
penyandang disabilitas adalah mengacu pada kesepakatan pada saat lokakarya
Kementerian Sosial RI pada tanggal 31 Maret 2010 yang menggantikan
istilah penyandang disabilitas menjadi penyandang disabilitas. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penyandang disabilitas adalah seseorang yang memiliki
keterbatasan baik secara fisik, intelektual, mental dan juga sensorik dalam
jangka waktu yang lama sehingga memngganggu proses interkasi mereka
dengan masyarakat pada umumnya. Dalam Undang Undang Nomor 8 tahun
2016 juga dijelaskan pembagain jenis jenis disabilitas yaitu :
1. Penyandang Disabilitas Fisik adalah terganggunya fungsi gerak,
antara lain amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral
palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil.
2. Penyandang Disabilitas Intelektual adalah terganggunya fungsi
pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain
lambat belajar, disabilitas grahita dan down syndrom.
3. Penyandang Disabilitas Mental adalah terganggunya fungsi pikir,
emosi, dan perilaku, antara lain:
a. Psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas,
dan gangguan kepribadian; dan
b. Disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan
interaksi sosial di antaranya autis dan hiperaktif.

3
4. Penyandang Disabilitas Sensorik adalah terganggunya salah satu
fungsi dari panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas
rungu, dan/atau disabilitas wicara.
Selain empat ragam penyandang disabilitas di atas, pemerintah juga
menjelaskan mengenai Penyandang Disabilitas ganda atau multi,
yaitu Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam
disabilitas, antara lain disabilitas rungu-wicara dan disabilitas netra-tuli.

2.2 Kebutuhan dan Hak dari Penyandang Disabilitas


Sama seperti anggota masyarakat pada umumnya tentunya para
penyandang disabiltas juga mempunyai kebutuhan dan juga hak yang harus
dipenuhi oleh pemerintah dan juga masyarakat pada umumnya. Kebutuhan
dan hak dari penyandang disabilitas sendiri terdapat didalam Undang Undang
No 8 tahun 2016 Bab III tentang Hak Penyandang Disabilitas, hak hak
tersebut meliputi :
5. Hak Untuk Hidup
Hak untuk hidup meliputi atas Penghormatan integritas; b. tidak
dirampas nyawanya; c. mendapatkan perawatan dan pengasuhan
yang menjamin kelangsungan hidupnya; d. bebas dari penelantaran,
pemasungan, pengurungan, dan pengucilan; e. bebas dari ancaman
dan berbagai bentuk eksploitasi; dan f. bebas dari penyiksaan,
perlakuan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi,
dan merendahkan martabat manusia.
6. Hak Bebas Stigma
Hak bebas dari stigma untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak
bebas dari pelecehan, penghinaan, dan pelabelan negatif terkait
kondisi disabilitasnya.
7. Hak Privasi
Hak privasi meliputi a. diakui sebagai manusia pribadi yang dapat
menuntut dan memperoleh perlakuan serta Pelindungan yang sama
sesuai dengan martabat manusia di depan umum; b. membentuk
sebuah keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

4
yang sah; c. Penghormatan rumah dan keluarga; d. mendapat
Pelindungan terhadap kehidupan pribadi dan keluarga; dan e.
dilindungi kerahasiaan atas data pribadi, suratmenyurat, dan bentuk
komunikasi pribadi lainnya, termasuk data dan informasi
kesehatan.
8. Hak Keadilan dan Perlindungan Hukum
9. Hak Pendidikan
10. Hak Pekerjaan, Kewirausahaan, dan Koperasi
11. Hak Kesehatan
Hak kesehatan untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak: a.
memperoleh informasi dan komunikasi yang mudah diakses dalam
pelayanan kesehatan; b. memperoleh . . . - 13 - b. memperoleh
kesamaan dan kesempatan akses atas sumber daya di bidang
kesehatan; c. memperoleh kesamaan dan kesempatan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau; d. memperoleh
kesamaan dan kesempatan secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya; e. memperoleh Alat Bantu Kesehatan berdasarkan
kebutuhannya; f. memperoleh obat yang bermutu dengan efek
samping yang rendah; g. memperoleh Pelindungan dari upaya
percobaan medis; dan h. memperoleh Pelindungan dalam penelitian
dan pengembangan kesehatan yang mengikutsertakan manusia
sebagai subjek.
12. Hak Keolahragaan
13. Hak Aksesibilitas
14. Hak Kesejahteraan Sosial
Hak kesejahteraan sosial untuk Penyandang Disabilitas meliputi
hak rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial.
15. Hak Pelayanan Publik
16. Hak Habilitasi dan Rehabilitasi

5
Hak habilitasi dan rehabilitasi untuk Penyandang Disabilitas
meliputi hak: a. mendapatkan habilitasi dan rehabilitasi sejak dini
dan secara inklusif sesuai dengan kebutuhan; b. bebas memilih
bentuk rehabilitasi yang akan diikuti; dan c. mendapatkan habilitasi
dan rehabilitasi yang tidak merendahkan martabat manusia.
17. Hak Hidup Secara Mandiri dan Dilibatkan dalam Masyarakat
18. Hak Berekspresi, Berkomunikasi, dan Memperoleh Informasi
19. Hak Bebas dari Diskriminasi, Penelantaran, Penyiksaan, dan
Eksploitasi
Hak dan kebutuhan tersebut tentunya harusdipenuhi oleh negara karena
memang penyandang disabilitas juga merupakan warga negara yang wajib
untuk mendapatkan pelayanan yang sama dengan masyarakat lainnya, selain
itu hak hak tersebut juga harus di ketahui oleh seluruh masyarakat indonesia,
hal tersebut agar memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat bahwa
penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama meskipun mereka
memiliki kekurangan.

2.3 Pelayanan Sosial bagi Penyandang Disabilitas


Seperti yang sudah dijelaskan di pembahasan sebelumnya bahwa
penyadang disabilitas memiliki hak dan kebutuhan khusus guna menunjang
keberfungsian sosialnya. kebijakan dari pemerintah sendiri dalam menangani
penyandang disabilitas diarahkan kepada perlindungan, pemulihan dan
kemandirian dalam mencapai taraf hidup kesejahteraan sosial yang layak,
normatif dan manusiawi yang dilaksanakan melalui pelayanan dan
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas melalui sistem panti dan non panti.
Pelayanan sosial sendiri adalah Pelayanan Sosial adalah Pelayanan yang
ditujukan untuk membantu warga negara yang mengalami permasalahan
sebagai akibat ketidakmampuan keluarga melaksanakan fungsi-fungsinya.
Dan penyandang disabilitas adalah salah satu golongan dari warga negara
yang berhak mendapatkan pelyanan sosial. Pelayanan sosial bagi penyandang
disabilitas dapat dilakukan oleh lembaga pelayanan sosial baik melalui sistem
panti maupun non panti. Didalam lembaga pelayanan sosial inilah para

6
penyandang disabilitas mendapatkan multi layanan sosial. Multi layanan
sisini bermakna proses pelayanan rehabilitasi sosial dan atau vokasional
penyandang disabilitas di dalam Balai Besar atau panti sosial yang
diselenggarakan secara profesional berdasarkan profesi pekerjaan sosial dan
bidang profesi lainnya di mana penerima manfaat berasal dari berbagai jenis
kedisabilitasan. Tidak semua lembaga pelayanan sosial dapat menjalankan
program multi layanan bagi para penyandang disabilitas, terdapat beberapa
karakteritik lembaga yang dapat melakukan multi layanan yaitu :
a. Memiliki petugas dengan kualifikasi keterampilan yang bersifat
multi layanan.
b. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung multi layanan.
c. Memberikan pelayanan kepada klien dengan berbagai jenis
kedisabilitasan.
d. Kapasitas tampung lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dan atau
vokasional penyandang disabilitas.

Ruang lingkup dari multi layanan penyandang disabilitas adalah rangkaian


kegiatan yang meliputi cara, sasaran yang bersifat penjangkauan, pencegahan,
rehabilitasi, dan pengembangan sebagai upaya untuk melayani penyandang
disabilitas agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan
bermasyarakat. Adapun Tugas dari lembaga pelayanan sosial penyandang
disabilitas adalah memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial
dan atau vokasional yang bersifat kuratif, rehabilitatif dan promotif.
Kegiatan-kegiatan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar, bimbingan pengetahuan dasar, pendidikan, pembinaan fisik,
bimbingan mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan
lanjut. Adapun beberapa fungsi lembaga pelayanan sosial disabilitas antara
lain :
a) Sebagai pusat pelayanan rehabilitasi sosial dan atau vokasional
Lembaga pelayanan sosial penyandang disabilitas berfungsi
memberikan pelayanan Rehabilitasi sosial dan atau vokasional

7
kepada penyandang disabilitas yang meliputi aspek fisik, sosial dan
mental.
b) Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.
Lembaga pelayanan sosial penyandang disabilitas diharapkan
melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan bagi penyandang
disabilitas, petugas dan masyarakat yang peduli terhadap
penyandang disabilitas.
c) Sebagai pusat informasi dan rujukan.
Lembaga pelayanan Sosial Penyandang Disabilitas juga berfungsi
sebagai media informasi, sekaligus sebagai pusat rujukan bagi
pelayanan penyandang disabilitas.
d) Sebagai pusat pengembangan model.
Lembaga pelayanan sosial penyandang disabilitas melaksanakan
fungsi pengembangan model-model pelayanan rehabilitasi sosial
dan atau vokasional sebagai upaya peningkatan kualitas dan jenis
pelayanan.

Dalam praktik rehabilitasi lembaga pelayanan sosial disabilitas kepada


penyandang disabilitas sendiri diperlukan beberapa teknik agar rehabilitasi
dapat berjalan dengan baik, Pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang disabilitas menggunakan berbagai teknik penyembuhan dan
terapi psikososial seperti: terapi berpusat pada klien (client-centered therapy),
terapi perilaku (behavior therapy), terapi keluarga (family therapy), dan terapi
kelompok (group therapy). Dalam penerapannya, penyandang disabilitas
diajak untuk mengetahui dan menyadari masalahnya (problem awareness),
membangun relasi, pemberian motivasi, memahami masalah, penggalian
strategi pemecahan masalah, pemilihan strategi hingga implementasi strategi
dimaksud.

2.4 Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan Sosial Disabilitas


Sebagai seorang praktisi kesejahteraan sosial seorang pekerja sosial
tentunya memiliki tugas untuk dapat memeberikan pelayanan sosial kepada

8
para penyandang masalah masalah kesejahteraan sosial, salah satunya adalah
penyandang disabilitas, pekerja sosial sendiri Memiliki latar belakang
pendidikan kesejahteraan sosial atau yang telah mengikuti pendidikan dan
pelatihan pekerjaan sosial. Khusus bagi lembaga pelayanan yang dikelola
oleh pemerintah, disesuaikan dengan Kepmenpan RI Nomor
KEP/03/M.PAN/I/2004 tentang Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan Angka
Kreditnya. Dalam proses pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas
pekerja sosial dapat melakukan intervensi yaitu berupa rehabilitasi. Dalam
prakteknya pekerja sosial dapat menggunakan beberapa metode rehabilitasi
yaitu :
1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Social Case Work).
Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses pelayanan
profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada penyandang
disabilitas secara perorangan yang mengalami permasalahan psikososial
yang mengganggu peranan sosialnya. Metode ini bertujuan untuk
membantu penyandang disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan,
menghadapi dan memecahkan masalahnya serta meningkatkan
kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya, sehingga terjalin
relasi sosial yang efektif dan efisien.
a. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang diberikan
1) Intervensi Krisis
Pelayanan diberikan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh
atas kejadian yang sifatnya menekan dan merusak serta membantu
memobilisasi kemampuan-kemampuan psikologis serta sumber-
sumber sosial dari orang-orang yang terlibat.
2) Terapi Perilaku (Behavior Therapy).
Pelayanan diarahkan pada pengubahan perilaku melalui prinsip-
prinsip teori belajar.
3) Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment).

9
Penciptaan suatu lingkungan hidup atau belajar dengan menggunakan
peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari
untuk mengajarkan perilaku yang diinginkan.
4) Terapi Bermain (Play Therapy).
Terapi dilakukan dengan menggunakan situasi permainan yang
sesuai dengan perilaku.
5) Terapi Realitas kemampuan penyandang disabilitas untuk tujuan
pengubahan (Reality Therapy).
Terapi dilakukan untuk membantu penyandang disabilitas atau
keluarganya untuk menghadapi kenyataan dalam pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan dasarnya.
6) Konseling.
Dalam kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang disabilitas, konseling menjadi salah satu bagian kegiatan
penting dan sangat bermanfaat untuk memperkuat kesanggupan dan
kapasitas penerima manfaat dalam mengikuti pelayanan rehabilitasi
sosial dan vokasional. Konseling membantu penyandang disabilitas
dalam mengatasi kesulitan atau memecahkan masalahnya,
memantapkan integritas kepribadiannya dan membantu keluarga
membangun saling pengertian, sikap dan penerimaan terhadap
penyandang disabilitas.
7) Kunjungan rumah (Home Visit)
Kunjungan rumah kepada keluarga penyandang disabilitas untuk
mengetahui kondisi sosial penyandang disabilitas dan keluarganya,
dalam rangka mengikutsertakan keluarga dalam pelayanan rehabilitasi
sosial dan vokasional penyandang disabilitas.

2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Social Group Work).


Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan
profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu penyandang
disabilitas mengatasi permasalahan psikososialnya dengan memanfaatkan
proses dan interaksi kelompok. Jenis Pelayanan yang diberikan melalui

10
pendekatan kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah
psikososial yang dialami penyandang disabilitas.

3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (Community


Organization/ Community Development).
Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses pelayanan dan rehabilitasi sosial profesional yang dilakukan
pekerja sosial bersama profesi lain kepada kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki penyandang disabilitas agar mereka
mempunyai kepedulian dan tanggungjawab untuk membantu memenuhi
kebutuhan atau memecahkan masalah penyandang disabilitas.
a. Jenis-Jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang
diberikan.
1) Promosi sosial (social promotion).
Promosi sosial dilakukan dalam rangka memperkenalkan berbagai
program pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang
disabilitas kepada kelompok-kelompok masyarakat agar mereka
peduli dan berpartisipasi dalam pemberian pelayanan rehabilitasi
sosial dan vokasional kepada penyandang disabilitas.
2) Mediasi.
Dalam pemberian pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang disabilitas, pekerja sosial perlu menjalin hubungan
dengan berbagai sistem sumber (SDM, dana dan sarana prasarana)
yang ada dalam masyarakat, agar sistem sumber tersebut dapat diakses
oleh penyandang disabilitas.
3) Kemitraan (partnership).
Dalam pemberian pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang disabilitas, pekerja sosial perlu melakukan kemitraan
dengan berbagai pihak-pihak terkait yang memiliki berbagai sumber
daya (manusia, sarana-prasarana dan dana) agar terjadi sinergi dalam
pemberian pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional kepada
penyandang disabilitas.

11
4) Penggalangan dana (fundrising).
Dalam pemberian pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang disabilitas, pekerja sosial perlu melakukan pendekatan
kepada pihak-pihak lain, termasuk dunia usaha agar bersedia
berpartisipasi dalam pendanaan program pelayanan rehabilitasi sosial
dan vokasional penyandang disabilitas.

2.5 Pelaksanaan Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial Disabilitas


Supervisi adalah sebuah proses pengarahan serta pengendalian kepada
tingkat karyawan yang berada di bawahnya dalam suatu organisasi atau
kelompok. Dengan adanya supervisi diharapkan dapat meningkatkan
keberfungsian suatu individu didalam kelompok atau organisasi agar
organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Di dalam lembaga pelayanan
sosial disabilitas supervisi dapat dilakukan guna memberikan pengawasan
kepada lembaga pelayanan sosial disabilitas terkait program pelayanan sosial
yang mereka berikan kepada para penyandang disabilitas.
Di dalam Lembaga pelayanan sosial disabilitas supervisi dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan, artinya supervisi dapat dilakukan secara berkala 3
bulan, 6 bulan atau tahunan jika dipandang perlu oleh pimpinan, dan atau jika
terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh petugas/pelaksana lembaga
pelayanan dalam menjalankan tugasnya. Hasil dari supervisi ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-
langkah yang tepat dalam meningkatkan pelayanan. Supervisi lembaga
pelayanan sosial disabilitas dapat dilakukan oleh :
1) Untuk lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional pusat
dapat disupervisi oleh Departemen Sosial cq Direktorat Jenderal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dan atau Direktorat Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (PRSPC).
2) Untuk lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional milik
pemerintah daerah dapat di supervisi oleh Instansi Sosial Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

12
3) Untuk lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional milik
organisasi sosial/LSM dapat di supervisi oleh lembaga yang menjadi
naungan lembaga pelayanan tersebut dan dapat juga disupervisi oleh
pihak-pihak yang berkompeten (Instansi Sosial Pusat/Daerah).

Supervisi lembaga pelayanan sosial disabilitas sendiri memiliki beberapa


tahapan, tahapan tersebut antara lain :
1. Monitoring
Monitoring merupakan sistem pengawasan yang dilaksanakan oleh
penanggung jawab suatu kegiatan atau program. Tujuan monitoring adalah
untuk mengetahui dan memastikan seluruh aspek kegiatan mulai sejak awal
perencanaan, telah maupun sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Adapun materi kegiatan monitoring meliputi :
a. Pemantauan terhadap realisasi kegiatan yang telah dan sedang
dilaksanakan oleh kelompok kerja, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
b. Pemantauan terhadap pengelolaan dana yang meliputi: penerimaan,
penggunaan dan pelaporannya selama proses pelayanan berjalan.
c. Pemantauan kemudahan dan hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan, sehingga perubahan-perubahan dapat diadakan
secepat mungkin.

2. Evaluasi
Kegiatan Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apakah program kerja
yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Jika
program tersebut belum mencapai hasil yang memuaskan, maka perlu
perbaikan atau penyempurnaan, baik metode, sistem, sumber daya manusia
maupun sarana dan prasarana, untuk mencapai tujuan secara efektif. Kegiatan
ini dilaksanakan secara berkala. Materi yang dievaluasi meliputi :
a. Proses penyelenggaraan pelayanan
b. Pencapaian indikator keberhasilan dan tujuan
c. Faktor faktor yang mempengaruhi (pendukung dan penghambat)

13
3. Pelaporan
Pelaporan merupakan penyampaian informasi tentang kegiatan, baik
secara lisan maupun tertulis tentang proses kegiatan pelayanan rehabilitasi
sosial penyandang disabilitas yang telah dilaksanakan, sebagai bahan
masukan untuk mengadakan evaluasi serta untuk penyusunan kebijakan baru.
Melalui laporan dapat diketahui tentang dukungan maupun hambatan yang
dihadapi serta alternatif-alternatif yang diajukan untuk pemecahan masalah.

Setelah melakukan beberapa tahapan tersebut selanjutnya adalah


menghitung indikator keberhasilan, Dalam rangka pelaksanaan multi layanan
rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang disabilitas, perlu adanya
seperangkat parameter untuk mengukur berhasil tidaknya kegiatan, parameter
tersebut hendaknya mudah dicapai, dimengerti dan rasional. Sejalan dengan
hal tersebut disusunlah indikator keberhasilan yang dilihat dari klien
(penerima manfaat), kegiatan pelayanan, dan bentuk pengembangan sebagai
berikut :
1. Indikator keberhasilan dari segi klien (penerima manfaat)
a. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang mendapat
pelayanan di lembaga pelayanan yang melaksanakan multi layanan.
b. Meningkatnya tingkat pengetahuan dan keterampilan klien
(penerima manfaat).
c. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang telah
mendapatkan pekerjaan.
d. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang berhasil
membuka usaha mandiri.
e. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang telah berhasil
membuka lapangan kerja baru.
f. Meningkatnya jejaring kerja penyandang disabilitas baik di
kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
g. Meningkatnya jumlah organisasi swadaya dan perkumpulan orang
tua penyandang disabilitas.

14
20. Indikator keberhasilan dari segi kegiatan pelayanan
a. Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang disabilitas sesuai dengan rencana.
b. Meningkatnya kesiapan perangkat pelayanan dalam melaksanakan
multi layanan meliputi :
1) Petugas Pelaksana :
a) Meningkatnya profesionalitas dalam pelaksanaan tugasnya
b) Meningkatnya kemampuan berkomunikasi dengan klien
(seperti mampu berbahasa isyarat, mengusai huruf braille,
mampu mengoperasionalkan komputer bicara)
c) Meningkatnya pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab
masing masing
2) Fasilitas
a) Meningkatnya aksesibilitas di lembaga pelayanan multi
layanan (antara lain : adanya ramp untuk penggunaan kursi
roda, ada tanda – tanda huruf braille, ada tanda untuk rungu
wicara, ada lift berbicara, pegangan toilet khusus)
b) Meningkatnya kapasitas tampung lembaga pelayanan untuk
klien (penerima manfaat)
c) Meningkatnya kegiatan rujukan di lembaga pelayanan multi
layanan
d) Meningkatnya jumlah lembaga pelayanan rehabilitasi sosial
dan vokasional yang melaksanakan multi layanan.
e) Meningkatnya fasilitas pelayanan dan rehabilitasi sosial dan
vokasional di lingkungan lembaga pelayanan.

3) Pembinaan Lanjut (After Care)


a) Menurunnya jumlah klien (penerima manfaat) yang
memerlukan pembinaan lanjut.
b) Menurunnya jangka waktu yang diperlukan dalam pembinaan
lanjut klien (penerima manfaat).

15
c) Meningkatnya jumlah masyarakat yang mengetahui tentang
lembaga multi layanan.
d) Meningkatnya jumlah perusahaan/lembaga yang menerima
tenaga kerja penyandang disabilitas.
e) Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas sebagai kader
RBM di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

21. Bentuk Pengembangan


a. Meningkatnya pelayanan harian (day care services) bagi penyandang
disabilitas yang datang ke lembaga pelayanan.
b. Meningkatnya pelayanan penjangkauan (outreach services) oleh
petugas lembaga pelayanan di masyarakat.
c. Meningkatnya subsidi silang dalam pelaksanaan multi layanan.
d. Meningkatnya kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
berbasis masyarakat bagi penyandang disabilitas.
e. Meningkatnya kemampuan kader masyarakat dalam pemberian multi
pelayanan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang
dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak. Oleh karenanya mereka membutuhkan
kebutuhan khusus dalam kehidupan sehari harinya. Oleh karena itu
dibutuhkan pelayanan sosial khusus bagi penyandang disabilitas agar mereka
dapat menjalankan memudahkan mereka. Salah satu pelayanan sosial
disabilitas yang dapat dilakukan oleh lembaga baik panti maupun non panti.
Lembaga Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial adalah lembaga yang
melaksanakan pelayanan rehabilitasi sosial dan atau vokasional penyandang
cacat. Untuk meningkatkan pelayanan sosial dilembaga pelyanan sosial
dibutuhkan adanya peran dari supervisi, Supervisi merupakan salah satu
fungsi manajemen, berkaitan dengan pelayanan dalam lembaga pelayanan
dan luar lembaga pelayanan, yang esensinya dari kegiatan tersebut
menekankan pada optimalisasi pelayanan dan tanggung jawab terhadap
pengelolaan pendanaan. Indikator supervisi, monitoring, dan evaluasi adalah
akuntabilitas semua kegiatan yang dilaksanakan dalam pelayanan. Hal ini
sebagai bentuk pertanggung jawaban dari penyelenggara pelayanan terhadap
masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Undang undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas


Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat.
A. Priamsari, RR. Putri. “Hukum Yang Berkeadilan Bagi Penyandang
Disabilitas.” MasalahMasalah Hukum 48, no. 2 (2019): 215–223
Andriani, Nurul Saadah. “Kebijakan Responsif Disabilitas: Pengarusutamaan
Managemen Kebijakan Di Level Daerah, Nasional Dan Internasional.”
Palastren 9, no. 1 (2016): 189– 214.
Nurhidayati, Lilis. “Gambaran Pelayanan Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas
Intelektual Di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo.”
Universitas Negeri Semarang, 2016.
Kadushin, Alfred. & Harkness, Danie. 2002. Supervision in Social Work. New
York: Columbia University Press.
National Association of Social Workers. 2013. Best Practice in Social Work
Supervision. Washington, D.C.: NASW
Departemen Sosial, RI. 1999, Profil Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta;
Pusdati.
Eva Rahmi Kasim, 2008. Tinjauan Terhadap Kebijakan Integrasi Sosial
Penyandang Cacat Kedalam Mainstream Masyarakat, Jakarta: PRSPC
Aniyati, Dewi R. (2017). Peran Pekerja Sosial dalam Penyesuaian Diri
Penyandang Disabilitas Netra di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Netra
Penganthi Temanggung. Bandung. STKS : Skripsi Tidak Diterbitkan

18

Anda mungkin juga menyukai