MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan
Disabilitas
Dosen Pengampu
Disusun oleh :
Vira Gusmaya
NRP 19.04.204
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs.
Rosyikin Sukanda, M.Pd dan Bambang Indrakentjana, M.Pd, Ph.D pada bidang
studi/mata kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan Disabilitas. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Personal Strengths bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Rosyikin Sukanda,
M.Pd dan Bambang Indrakentjana, M.Pd, Ph.D pada bidang studi/mata kuliah
Praktik Pekerjaan Sosial dengan Disabilitas yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ...………..………………………………………………....1
I.1 Latar Belakang ...………………………………………………………...2
I.2 Rumusan Masalah ...……………………………………………………..2
I.3 Tujuan…....………………………………………………………………2
II. PEMBAHASAN....………...………………………………………………….2
II.1 Jenis-jenis Disabilitas dan Pelayanannya …………... ….………………3
II.2 Layanan Publik Bagi Penyandang Disabilitas Secara Umum yang
Berkeadilan………………………………………………………………17
III. PENUTUP……………………………….…………………………...……..17
III.1 Kesimpulan ……………………………………………………….
……23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
daripada perempuan sebesar 57,96%.
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Disabilitas Mental
vi
Pelayanan :
vii
(SLB-E)
B. Disabilitas Sensori
Disabilitas sensori terdiri dari:
Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas tuna netra dalam bentuk Lembaga
Pendidikan adalah SLB-A. SLB-A merupakan SLB yang khusus
untuk penyandang tuna netra. Tuna netra merupakan kondisi
seseorang mengalami hambatan dan keterbatasan dalam indera
penglihatannya. Para guru di SLB-A mengajar murid-murid
dengan metode yang dipahami oleh tuna netra. Guru mengajar
dengan huruf dan tulisan braille, model benda, huruf timbul, dan
rekaman suara.
viii
(SLB-A)
2. Fasilitas untuk disabilitas tuna netra dalam bentuk teknologi salah
satunya adalah Be My Eyes. Be My Eyes adalah aplikasi untuk
membantu mereka yang buta atau memiliki penglihatan buruk.
Dengan terkoneksi secara live, pengguna Be My Eyes bisa meminta
bantuan dari para sukarelawan dalam hal-hal yang berhubungan
dengan penglihatan. Aplikasi ini mendapatkan beberapa
penghargaan, seperti Dubai Expo 2020 Global Innovator, CER
Prize 2017 dan World Summit Awards 2017.
ix
(Aplikasi Be My Eyes)
3. Selain itu, ada aplikasi Voice Dream Reader. Aplikasi ini akan
membacakan buku yang menarik untuk kalian. Lewat aplikasi ini,
kalian terasa seperti mendengarkan podcast. Voice Dream Reader
berguna baik mereka yang menyandang disabilitas maupun tidak.
x
(Aplikasi Voice Dream Reader)
(Aplikasi Brailliac)
xi
b) Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas tunarungu dalam bentuk Lembaga
Pendidikan adalah SLB-B. Berbeda dengan SLB-A, SLB-B khusus
ditujukan untuk penyandang tuna rungu. Tuna netra merupakan
kondisi seseorang mengalami hambatan dan keterbatasan dalam
indera pendengarannya. Para murid penyandang tuna rungu akan
diajarkan tentang cara berkomunikasi dengan bahasa isyarat
sekaligus membaca gerakan bibir lawan bicaranya.
Murid-murid penyandang tuna rungu juga diajarkan menggunakan
alat bantu pendengaran.
(SLB-B)
xii
(Hearing Aid)
(Signteraktif)
xiii
Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun
adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan
bicara.
Pelayanan :
(Tunavoice)
C. Disabilitas Fisik
Penyandang disabilitas fisik mengalami keterbatasan akibat gangguan
pada fungsi tubuh. Cacat dapat muncul sejak lahir atau akibat kecelakaan,
penyakit, atau efek samping dari pengobatan medis. Beberapa jenisnya
antara lain lumpuh, kehilangan anggota tubuh akibat amputasi,
dan cerebral palsy.
xiv
Pelayanan :
1. Salah satu bentuk pelayanan dari Kemensos bagi para penyandang
disabilitas fisik adalah program ATENSI. Program ATENSI
merupakan wujud kehadiran pemerintah pusat melalui Kemensos
dalam memberikan layanan bagi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS), khususnya penyandang disabilitas fisik. Alat bantu
yang diberikan kepada penerima manfaat (PM) beragam sesuai
dengan kebutuhan PM.
(Program ATENSI)
xv
(SLB-D)
3. Fasilitas untuk disabilitas fisik dalam bentuk teknologi salah
satunya adalah aplikasi wheel map. Aplikasi ini sangat berguna
bagi para kaum disabilitas yang menggunakan kursi roda. Pasalnya
Wheelmap dapat menuntun mereka memberitahu lokasi serta jalan
yang ramah bagi mereka. Aplikasi ini juga memberikan
kesempatan bagi penggunanya untuk memberikan info lebih
tentang lokasi yang dilewatinya serta mengirim gambar buktinya.
Mirip dengan Waze, namun khusus untuk penyandang kursi roda.
Informasi dalam aplikasi ini ditampilkan dalam tiga warna yang
masing-masing memiliki arti yang berbeda namun sangat mudah
untuk dipahami. Warna-warna tersebut persis seperti rambu-rambu
lampu merah yang mengatur para pengguna jalan.
xvi
(Aplikasi WheelMap)
D. Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual dapat ditandai dengan tingkat IQ di bawah standar
rata-rata, kesulitan memproses informasi, dan keterbatasan dalam
berkomunikasi, bersosialisasi, dan kepekaan terhadap lingkungan.
Beberapa jenis disabilitas intelektual adalah down syndrome dan
keterlambatan tumbuh kembang.
Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas intelektual dalam bentuk Lembaga Pendidikan
adalah SLB-C. SLB-C khusus ditujukan untuk penyandang tuna grahita.
Tuna grahita merupakan kondisi seseorang anak mengalami
keterbelakangan mental atau juga disebut retardasi mental. Penyandang
tuna grahita memiliki IQ di bawah rata-rata sehingga tingkat
intelegensianya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Para pengajar di SLB-C membutuhkan ekstra kesabaran untuk mengajari
murid-murid SLB-C.
(SLB-C)
2. Layanan untuk disabilitas intelektual dalam bentuk teknologi adalah
aplikasi Dyslexia Test and Training. Disleksia adalah gangguan di fungsi
otak yang membuat kalian memiliki kesulitan dalam membaca dan
menulis. Tampak seperti gangguan pada mata, namun sebenarnya tidak.
xvii
Penderitanya mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca. Sekilas
hal tersebut seperti gangguan pada mata, namun bukan. Gangguan ini
menyebabkan penderitanya sering salah tulis dan baca.
Setelah kehadiran aplikasi Dyslexia Test and Training, penderita disleksia
bisa mengenali gangguan yang dialaminya. Apakah sudah membaik
ataupun semakin parah. Selain itu, aplikasi Dyslexia Test and Training ini
juga direkomendasikan untuk anda yang ingin melatih kemampuan
kognitif. Aplikasi Dyslexia Test and Training ini juga bisa digunakan
untuk mengecek apakah anda terkena disleksia atau tidak.
E. Disabilitas Ganda
Disabilitas multi atau ganda merupakan dua disabilitas atau lebih yang
disandang oleh satu orang. Misal, fisik dan mental, fisik dan intelektual,
fisik dan sensorik, sensorik dan mental, intelektual dan sensorik, mental
dan intelektual, fisik mental sensorik, atau fisik intelektual dan sensorik.
Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas intelektual dalam bentuk Lembaga Pendidikan
adalah SLB-G. SLB-G hadir untuk penyandang tuna ganda. Tuna ganda
merupakan kondisi seseorang yang memiliki dua atau lebih kelainan pada
dirinya misalnya tuna netra sekaligus tuna rungu, tuna netra sekaligus tuna
xviii
laras, dan lainnya. Metode pembelajaran di SLB-G disesuaikan dengan
kelainan yang dialami oleh anak.
(SLB-G)
xix
1) Bus khusus penyandang disabilitas
Sejak 2014 lalu, Blue Bird meluncurkan layanan taksi dengan rancangan
khusus untuk penyandang difabel. Didesain khusus oleh produsen mobil
Jepang, taksi ini memiliki tempat duduk dengan pengaturan canggih untuk
xx
mempermudah difabel masuk ke dalam. Walau terkesan mewah, biaya
layanan yang diberi nama ‘Lifecare’ ini tetap bertarif normal. Namun, tak
seperti taksi pada umumnya, armada Lifecare hanya berfokus pada lokasi
rumah sakit dan hotel yang memiliki pangkalan Blue Bird.
xxi
4) Toilet umum khusus penyandang disabilitas
Fasilitas toilet umum khusus penyandang difabel kini sudah mulai marak
disediakan. Fasilitas ini dapat ditemukan baik di mall, sejumah rest area
tertentu, dan fasilitas umum lainnya. Tak seperti toilet biasa, fasilitas ini
juga harus memenuhi kaidah aksesibilitas. Berikut beberapa syaratnya:
1. Ruang toilet harus lebih besar agar pengguna kursi roda lebih
leluasa.
2. Pintu toilet harus mengarah ke luar agar bisa dilewati kursi roda.
5. Toilet duduk yang lebih tinggi agar penyandang difabel tanpa kaki
mudah berpindah dari kursi roda.
xxii
Fasilitas ramah difabel ini amat membantu teman-teman penyandang
tunanetra. Indonesia punya sejumlah perpustakaan umum yang
menyediakan bacaan khusus dalam format braille ataupun digital. Di
antara sekian perpustakaan, berikut beberapa yang sudah menerapkan
fasilitas ramah difabel:
Lift khusus penyandang difabel merupakan salah satu fasilitas yang sudah
bisa kita temukan di beberapa tempat publik. Sayangnya, lift khusus ini
masih belum terpenuhi seluruhnya bagi penyandang difabel di Indonesia.
Tak seperti lift biasa, fasilitas ini idealnya dibuat mudah diakses oleh para
penyandang difabel. Berikut syaratnya:
Tombol lift yang tingginya 90-120 cm atau minimal setinggi kursi roda
Ruang lift yang lebih luas agar pengguna kursi roda lebih leluasa
Dilengkapi hand-rail minimal setinggi 80-90 cm untuk berpegangan
xxiii
Waktu buka-tutup pintu lift yang lebih lama.
xxiv
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
xxv
kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Mereka yang
mengalami disabilitas mental dapat mengalami kesulitas untuk
berkonsentrasi, berpikir, mengambil keputusan, dan mengutarakan isi
pikiran mereka. Salah satu cara menangani disabilitas mental adalah
dengan tidak menempatkan mereka pada kondisi yang rentan
menimbulkan stres atau tertekan.
Disabilitas intelektual
Disabilitas intelektual dapat ditandai dengan tingkat IQ di bawah
standar rata-rata, kesulitan memproses informasi, dan keterbatasan
dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan kepekaan terhadap
lingkungan. Beberapa jenis disabilitas intelektual adalah down
syndrome dan keterlambatan tumbuh kembang.
DAFTAR PUSTAKA
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
disabilitas-anak.pdf
https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3113/pendidikan-inklusif-bagi-
anak-penyandang-disabilitas
xxvi
https://www.rukita.co/stories/fasilitas-penyandang-difabel/
https://www.emc.id/id/care-plus/kenali-ragam-disabilitas-lain-dan-penanganannya
https://intelresos.kemensos.go.id/new/?module=Program+Dis&view=bantuan
xxvii