Anda di halaman 1dari 27

PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan
Disabilitas

Dosen Pengampu

Drs. Rosyikin Sukanda, M.Pd


Bambang Indrakentjana , M.Pd, Ph.D

Disusun oleh :

Vira Gusmaya

NRP 19.04.204

Kajian Disabilitas (K2/B)

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PEKERJAAN


SOSIAL POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs.
Rosyikin Sukanda, M.Pd dan Bambang Indrakentjana, M.Pd, Ph.D pada bidang
studi/mata kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan Disabilitas. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Personal Strengths bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Rosyikin Sukanda,
M.Pd dan Bambang Indrakentjana, M.Pd, Ph.D pada bidang studi/mata kuliah
Praktik Pekerjaan Sosial dengan Disabilitas yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 28 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI ...………………………………………………………………….iii

I. PENDAHULUAN ...………..………………………………………………....1
I.1 Latar Belakang ...………………………………………………………...2
I.2 Rumusan Masalah ...……………………………………………………..2
I.3 Tujuan…....………………………………………………………………2
II. PEMBAHASAN....………...………………………………………………….2
II.1 Jenis-jenis Disabilitas dan Pelayanannya …………... ….………………3
II.2 Layanan Publik Bagi Penyandang Disabilitas Secara Umum yang
Berkeadilan………………………………………………………………17
III. PENUTUP……………………………….…………………………...……..17
III.1 Kesimpulan ……………………………………………………….
……23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi masyarakat umum, disabilitas merupakan hal yang dianggap “tidak


normal” dan sebuah kutukan/dosa besar sehingga menjadikan stigma buruk
di masyarakat. Stigma tersebut berdampak pada rendahnya penghargaan atas
kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki serta menimbulkan rasa iba
karena dianggap akan membebani lingkungannya. Mereka sebenarnya hanya
membutuhkan pengakuan atas persamaan kesempatan dan hak dari
lingkungannya, serta bukan rasa iba atau belas kasihan semata (Colbran,
2010; Kusumaningtyas, 2014). Data mengenai penyandang disabilitas belum
dapat diketahui secara pasti karena masyarakat belum terbuka dengan kondisi
ini dan cenderung menyembun- yikan dari lingkungannya.

Menurut data sensus penduduk Badan Pusat Statis- tik/BPS (2010)


menunjukkan bahwa 2,71% penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas
mengalami kesulitan fungsional (dari tingkat kesulitan ringan-berat)
sebanyak 16.718 orang. Sedangkan sumber lain dari Kementrian Sosial
Republik Indonesia (2009) mengatakan bahwa jumlah total penduduk difabel
di Indonesia mencapai sebanyak 1.541.942 orang.

Menurut Indarwati (2009), berdasarkan hasil pen- dataan/survey jumlah


penyandang cacat pada 9 provinsi (2009) sebanyak 299.203 jiwa dan 10,5%
(31.327 jiwa) merupakan penyandang cacat berat yang mengalami hambatan
dalam kegiatan sehari-hari (activity of daily living/ADL). Sekitar 67,33%
penyandang cacat dewasa tidak mempunyai keterampilan dan pekerjaan.
Jenis ket- rampilan utama penyandang disabilitas adalah pijat, pertukangan,
petani, buruh dan jasa. Jumlah penyandang disabilitas laki-laki lebih banyak

iv
daripada perempuan sebesar 57,96%.

Jumlah penyandang disabilitas tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat (50,90%)


dan terendah ada di Provinsi Gorontalo (1,65%). Dari kelompok umur, usia
18-60 tahun menempati posisi tertinggi. Kecacatan yang paling banyak
dialami adalah cacat kaki (21,86%), mental retardasi (15,41%) dan bicara
(13,08%). Permasalahan yang muncul adalah penyandang disabilitas ini
mengalami kesulitan dalam mengakses layanan publik dalam aktivitas
kehidupan sehari- harinya (Rahayu et al., 2013). Padahal mereka juga
merupakan warga negara Indonesia yang mempunyai kedudukan, kewajiban,
dan hak untuk memperoleh keadilan yang setara dengan warga negara
lainnya seperti yang termaktum dalam Pancasila dan UUD 1945. Oleh sebab
itu, pemerintah sudah semestinya memberikan perhatian, perlindungan, dan
fasilitas yang memadahi bagi penyandang disabilitas ini, termasuk dalam hal
aksesibilitas pelayanan publik khususnya bidang transportasi umum
(Dwiyanto, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis-jenis disabilitas dan bagaimana pelayanan yang sesuai
dengan jenis kedisabilitasannya?
2. Bagaimanakah perwujudan layanan publik bagi penyandang disabilitas
yang berkeadilan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja jenis-jenis disabilitas dan bagaimana pelayanan yang
sesuai dengan jenis kedisabilitasannya.
2. Mengetahui bagaimanakah perwujudan layanan publik bagi penyandang
disabilitas secara umum yang berkeadilan.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Disabilitas dan Pelayanannya

A. Disabilitas Mental

Disabilitas mental merupakan individu yang mengalami gangguan


fungsi pikir, emosi, dan perilaku sehingga menyebabkan keterbatasan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Disabilitas mental juga
terlindung dalam beberapa pasal di Undang-Undang No.8 tahun 2016 di
antaranya adalah pasal 4 ayat 1 tentang ragam disabilitas, pasal 37 ayat 2
tentang layanan disabilitas mental, pasal 38 tentang menempatkan
disabilitas mental dalam layanan rumah sakit jiwa atau pusat rehabilitasi,
pasal 71 tentang fasilitas sesuai dengan keselamatan dan kepuasan pasien,
terakhir pasar 72 tentang tindakan medik yang sesuai dengan standar.
Disabilitas mental terdiri dari:
1. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual,
di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata
dia juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas. 
2. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas
intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow
learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara
70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient)
di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
3. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan
dengan prestasi belajar (achievment) yang diperoleh.

vi
Pelayanan :

1. Program Bimbingan Mental Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang


Disabilitas Mental (BRSPDM) 
Bimbingan mental diberikan untuk menumbuhkan kembali
kepercayaan dan harga diri warga binaan agar terbentuk mental
yang kuat dan tidak merasa minder dengan kondisi yang dialami
serta hidup mandiri. Bimbingan mental yang diberikan antara lain:
Bimbingan Agama, Bimbingan Pramuka, Bimbingan Olahraga,
Bimbingan Activity of Day Living (ADL), dan Bimbingan
kedisiplinan.

2. Pelayanan untuk disabilitas mental dalam bentuk Lembaga


Pendidikan adalah SLB-E. SLB-E khusus ditujukan untuk
penyandang tuna laras. Tuna laras merupakan kondisi seseorang
anak mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dirinya
dan bertingkah laku kurang sesuai dengan aturan. Contoh sikap
yang kurang aturan seperti bersikap tak sopan, suka mengganggu
orang lain, mudah marah, membuat onar, dan lainnya. Para
pendidik di SLB-E akan membimbing penyandang tuna laras agar
mereka mampu mengendalikan emosi, mematuhi norma sosial
hingga berperilaku sesuai aturan.

vii
(SLB-E)
B. Disabilitas Sensori
Disabilitas sensori terdiri dari:

a) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah


individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta total
(blind) dan low vision.

Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas tuna netra dalam bentuk Lembaga
Pendidikan adalah SLB-A. SLB-A merupakan SLB yang khusus
untuk penyandang tuna netra. Tuna netra merupakan kondisi
seseorang mengalami hambatan dan keterbatasan dalam indera
penglihatannya. Para guru di SLB-A mengajar murid-murid
dengan metode yang dipahami oleh tuna netra. Guru mengajar
dengan huruf dan tulisan braille, model benda, huruf timbul, dan
rekaman suara.

viii
(SLB-A)
2. Fasilitas untuk disabilitas tuna netra dalam bentuk teknologi salah
satunya adalah Be My Eyes. Be My Eyes adalah aplikasi untuk
membantu mereka yang buta atau memiliki penglihatan buruk.
Dengan terkoneksi secara live, pengguna Be My Eyes bisa meminta
bantuan dari para sukarelawan dalam hal-hal yang berhubungan
dengan penglihatan. Aplikasi ini mendapatkan beberapa
penghargaan, seperti Dubai Expo 2020 Global Innovator, CER
Prize 2017 dan World Summit Awards 2017.

Pengguna atau relawan dapat mendaftarkan diri di Be My Eyes


dengan akun Facebook atau email. Aplikasi ini akan memberi
notifikasi kepada relawan jika ada seorang tunanetra yang butuh
bantuan. Jika relawan menolak memberi bantuan pada saat itu,
relawan lain akan menerima notifikasi, untuk memastikan bahwa
kalian tidak meninggalkan seorang diri tunanetra yang butuh
bantuan. Relawan yang memberi bantuan akan mendapatkan poin
dan bakal terpampang pada profil pengguna.

ix
(Aplikasi Be My Eyes)

3. Selain itu, ada aplikasi Voice Dream Reader. Aplikasi ini akan
membacakan buku yang menarik untuk kalian. Lewat aplikasi ini,
kalian terasa seperti mendengarkan podcast. Voice Dream Reader
berguna baik mereka yang menyandang disabilitas maupun tidak.

Tapi, untuk mendapatkan aplikasi ini kamu perlu mengeluarkan uang


terlebih dahulu. Aplikasi ini mendukung beberapa format file teks
untuk dijadikan suara, misalnya saja PDF, Plain text, MS Word, MS
PowerPoint, RTF, dan Google Docs. Tidak hanya itu saja, Voice
Dream Reader juga bisa menjadikan artikel di website menjadi suara.
Untuk format audionya sendiri adalah mp3, mp4 dan zipped mp3.
Voice Dream Reader ini juga support dengan beberapa aplikasi
diantaranya Dropbox, Google Drive, iCloud Drive, Pocket, Instapaper,
dan Evernote.

x
(Aplikasi Voice Dream Reader)

4. Yang terakhir, aplikasi Brailliac mampu membantu kalian yang ingin


berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Hal ini dikarenakan
aplikasi Brailliac berfungsi untuk mengajarkan bahasa Braille. Seperti
yang diketahui, bahasa Braille bisa memudahkan dalam berkomunikasi
dengan tunanetra. Selain itu, aplikasi Brailliac ini juga disarankan
untuk orang yang mengalami penurunan kualitas penglihatan. Kalian
tak perlu ragu untuk memanfaatkan aplikasi ini karena aplikasi ini
memiliki tampilan yang sederhana sehingga mudah dioperasikan, tak
terkecuali untuk pemula sekalipun.

(Aplikasi Brailliac)

xi
b) Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.

Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas tunarungu dalam bentuk Lembaga
Pendidikan adalah SLB-B. Berbeda dengan SLB-A, SLB-B khusus
ditujukan untuk penyandang tuna rungu. Tuna netra merupakan
kondisi seseorang mengalami hambatan dan keterbatasan dalam
indera pendengarannya. Para murid penyandang tuna rungu akan
diajarkan tentang cara berkomunikasi dengan bahasa isyarat
sekaligus membaca gerakan bibir lawan bicaranya.
Murid-murid penyandang tuna rungu juga diajarkan menggunakan
alat bantu pendengaran.

(SLB-B)

2. Penyediaan Alat Bantu Dengar (Hearing Aid)


Alat bantu dengar untuk tuna rungu adalah perangkat elektronik
bertenaga baterai yang dirancang untuk
meningkatkan pendengaran. Ukurannya cukup kecil untuk dipakai
di dalam atau di belakang telinga. Selain itu, benda ini membuat
beberapa suara lebih keras.

xii
(Hearing Aid)

3. Selain itu, ada aplikasi Signteraktif. Signteraktif adalah aplikasi


yang dirancang untuk membantu bagaimana sulitnya penyandang
tuli berkomunikasi dengan orang lain. Mohammad Ismail yang
juga penyandang tuli adalah pembuat aplikasi khusus telepon
pintar ini. Aplikasi ini mengandalkan hubungan telepon video, bagi
mereka disabilitas penyandang bisu atau tuli bisa mengunduh di
Play Store.

(Signteraktif)

c) Kelainan Bicara (Tunawicara). Tunawicara adalah seseorang


yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui
bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh
orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain.

xiii
Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun
adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan
bicara.

Pelayanan :

1. Tunavoice adalah alat untuk mendeteksi gerakan jari tangan


yang kemudian diolah datanya di arduino dalam bentuk sebuah
huruf atau kata. Lalu hasil olahan datanya dikirim melalui
Bluetooth. Olahan data ini muncul pada display layar
smartphone berupa teks dan suara yang dapat membantu
tunawicara dalam berkomunikasi.

(Tunavoice)

C. Disabilitas Fisik
Penyandang disabilitas fisik mengalami keterbatasan akibat gangguan
pada fungsi tubuh. Cacat dapat muncul sejak lahir atau akibat kecelakaan,
penyakit, atau efek samping dari pengobatan medis. Beberapa jenisnya
antara lain lumpuh, kehilangan anggota tubuh akibat amputasi,
dan cerebral palsy.

xiv
Pelayanan :
1. Salah satu bentuk pelayanan dari Kemensos bagi para penyandang
disabilitas fisik adalah program ATENSI. Program ATENSI
merupakan wujud kehadiran pemerintah pusat melalui Kemensos
dalam memberikan layanan bagi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS), khususnya penyandang disabilitas fisik. Alat bantu
yang diberikan kepada penerima manfaat (PM) beragam sesuai
dengan kebutuhan PM.

(Program ATENSI)

2. Layanan untuk disabilitas fisik dalam bentuk Lembaga Pendidikan


adalah SLB-D. SLB-D khusus ditujukan untuk penyandang tuna
daksa. Tuna daksa merupakan kondisi seseorang mengalami
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan struktur tubuh yang
bersifat bawaan, kecelakaan, atau kondisi lainnya. Biasanya guru
SLB-D akan memberikan edukasi dan terapi mengenai cara
mengembangkan potensi diri, merawat diri, dan tentunya percaya
diri dengan kondisi yang dialaminya.

xv
(SLB-D)
3. Fasilitas untuk disabilitas fisik dalam bentuk teknologi salah
satunya adalah aplikasi wheel map. Aplikasi ini sangat berguna
bagi para kaum disabilitas yang menggunakan kursi roda. Pasalnya
Wheelmap dapat menuntun mereka memberitahu lokasi serta jalan
yang ramah bagi mereka. Aplikasi ini juga memberikan
kesempatan bagi penggunanya untuk memberikan info lebih
tentang lokasi yang dilewatinya serta mengirim gambar buktinya.
Mirip dengan Waze, namun khusus untuk penyandang kursi roda.
Informasi dalam aplikasi ini ditampilkan dalam tiga warna yang
masing-masing memiliki arti yang berbeda namun sangat mudah
untuk dipahami. Warna-warna tersebut persis seperti rambu-rambu
lampu merah yang mengatur para pengguna jalan.

xvi
(Aplikasi WheelMap)

D. Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual dapat ditandai dengan tingkat IQ di bawah standar
rata-rata, kesulitan memproses informasi, dan keterbatasan dalam
berkomunikasi, bersosialisasi, dan kepekaan terhadap lingkungan.
Beberapa jenis disabilitas intelektual adalah down syndrome dan
keterlambatan tumbuh kembang.

Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas intelektual dalam bentuk Lembaga Pendidikan
adalah SLB-C. SLB-C khusus ditujukan untuk penyandang tuna grahita.
Tuna grahita merupakan kondisi seseorang anak mengalami
keterbelakangan mental atau juga disebut retardasi mental. Penyandang
tuna grahita memiliki IQ di bawah rata-rata sehingga tingkat
intelegensianya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Para pengajar di SLB-C membutuhkan ekstra kesabaran untuk mengajari
murid-murid SLB-C.

(SLB-C)
2. Layanan untuk disabilitas intelektual dalam bentuk teknologi adalah
aplikasi Dyslexia Test and Training. Disleksia adalah gangguan di fungsi
otak yang membuat kalian memiliki kesulitan dalam membaca dan
menulis. Tampak seperti gangguan pada mata, namun sebenarnya tidak.

xvii
Penderitanya mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca. Sekilas
hal tersebut seperti gangguan pada mata, namun bukan. Gangguan ini
menyebabkan penderitanya sering salah tulis dan baca.
Setelah kehadiran aplikasi Dyslexia Test and Training, penderita disleksia
bisa mengenali gangguan yang dialaminya. Apakah sudah membaik
ataupun semakin parah. Selain itu, aplikasi Dyslexia Test and Training ini
juga direkomendasikan untuk anda yang ingin melatih kemampuan
kognitif. Aplikasi Dyslexia Test and Training ini juga bisa digunakan
untuk mengecek apakah anda terkena disleksia atau tidak.

(Dyslexia Test and Training)

E. Disabilitas Ganda
Disabilitas multi atau ganda merupakan dua disabilitas atau lebih yang
disandang oleh satu orang. Misal, fisik dan mental, fisik dan intelektual,
fisik dan sensorik, sensorik dan mental, intelektual dan sensorik, mental
dan intelektual, fisik mental sensorik, atau fisik intelektual dan sensorik.

Pelayanan :
1. Layanan untuk disabilitas intelektual dalam bentuk Lembaga Pendidikan
adalah SLB-G. SLB-G hadir untuk penyandang tuna ganda. Tuna ganda
merupakan kondisi seseorang yang memiliki dua atau lebih kelainan pada
dirinya misalnya tuna netra sekaligus tuna rungu, tuna netra sekaligus tuna

xviii
laras, dan lainnya. Metode pembelajaran di SLB-G disesuaikan dengan
kelainan yang dialami oleh anak.

(SLB-G)

2.2.Layanan Publik Bagi Penyandang Disabilitas Secara Umum yang


Berkeadilan

Sudah seharusnya setiap warga negara mendapatkan hak yang sama


dalam menikmati fasilitas umum. Sayangnya, fasilitas umum untuk penyandang
disabilitas di negara kita masih belum bisa dikatakan optimal. Meski begitu,
beberapa tahun belakangan pemerintah sedang gencar untuk meng-upgrade segala
fasilitas umum sehingga ramah difabel. Di antaranya, terdapat 7 fasilitas ramah
difabel di Indonesia yang perlu kamu ketahui. Dengan mengetahuinya, semoga
kita lebih peduli dan turut menjaganya untuk teman-teman disabilitas.

xix
1) Bus khusus penyandang disabilitas

Kementerian Sosial menyediakan sebuah bus modifikasi dengan lantai


terbuka di bagian tengah yang dapat digunakan penyandang disabilitas,
sekaligus dilengkapi dengan toilet portabel berupa kursi setinggi 1 meter
dengan lubang berdiameter 25 cm di tengah. Ada bilik dengan pembatas
kain yang dapat dibuka dan tutup ketika toilet sedang digunakan atau
kosong. Toilet portabel ini dapat dinaikkan dan diturunkan dari bus. Bus
ukuran dua pertiga dari bus besar yang biasa digunakan untuk jarak jauh
ini juga dilengkapi sofa setinggi kursi roda. Sofa tersebut berfungsi
sebagai tempat relaksasi ketika tubuh lelah menempuh perjalanan jauh. 

2) Layanan taksi ramah disabilitas

Sejak 2014 lalu, Blue Bird meluncurkan layanan taksi dengan rancangan
khusus untuk penyandang difabel. Didesain khusus oleh produsen mobil
Jepang, taksi ini memiliki tempat duduk dengan pengaturan canggih untuk

xx
mempermudah difabel masuk ke dalam. Walau terkesan mewah, biaya
layanan yang diberi nama ‘Lifecare’ ini tetap bertarif normal. Namun, tak
seperti taksi pada umumnya, armada Lifecare hanya berfokus pada lokasi
rumah sakit dan hotel yang memiliki pangkalan Blue Bird.

3) Jalur pemandu khusus penyandang disabilitas (guiding block)

Pemasangan Guiding Block ini merupakan penerapan dari Peraturan


Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006 yakni tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Akesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan. Salah satu aksesibilitas untuk menggunakan berbagai
fasilitas umum guna penyandangan disabilitias khususnya tunanetra
dengan memanfaatkan Guiding Block yang mengadaptasi tekstur pada
huruf braile sehingga mudah dikenali dan dapat memudahkan bagi
penyandang tunanetra. 
Guiding Block dipasang di tempat dan fasilitas umum seperti trotoar,
terminal, stasiun dan taman kota. Pola yang terdapat pada Guiding
Block yakni berupa bentuk bulatan dan garis panjang. Kedua pola
tersebut memiliki makna yang berbeda. Pola berupa bulatan berarti
berhenti dan pola berupa garis berarti untuk jalan terus. Guiding
Block dibentuk dengan warna yang berbeda dari warna jalan atau warna
ubin untuk pengguna jalan pada umumnya. Guiding Block biasanya
diberikan warna kuning atau jingga untuk dipasang di trotoar yang
menggunakan ubin. Namun, Guiding Block juga dibuat dengan bahan
logam yang berwana silver untuk di pasang di jalan yang berbahan aspal
sehingga dapat dengan mudah dibedakan dari segi warna.

xxi
4) Toilet umum khusus penyandang disabilitas

Fasilitas toilet umum khusus penyandang difabel kini sudah mulai marak
disediakan. Fasilitas ini dapat ditemukan baik di mall, sejumah rest area
tertentu, dan fasilitas umum lainnya. Tak seperti toilet biasa, fasilitas ini
juga harus memenuhi kaidah aksesibilitas. Berikut beberapa syaratnya:
1. Ruang toilet harus lebih besar agar pengguna kursi roda lebih
leluasa.

2. Pintu toilet harus mengarah ke luar agar bisa dilewati kursi roda.

3. Lebar pintu harus lebih besar, yaitu 1,5 meter.

4. Pegangan berbentuk L terbalik di kiri dan kanan toilet duduk.

5. Toilet duduk yang lebih tinggi agar penyandang difabel tanpa kaki
mudah berpindah dari kursi roda.

6. Lantai toilet terbuat dari material anti licin.


5) Perpustakaan khusus penyandang disabilitas

xxii
Fasilitas ramah difabel ini amat membantu teman-teman penyandang
tunanetra. Indonesia punya sejumlah perpustakaan umum yang
menyediakan bacaan khusus dalam format braille ataupun digital. Di
antara sekian perpustakaan, berikut beberapa yang sudah menerapkan
fasilitas ramah difabel:

 Perpustakaan Disabilitas Makassar

 Perpustakaan online Mitra Netra Lebak Bulus

 Perpustakaan di sekretariat Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak


(SAPDA) Yogyakarta

 Perpustakaan Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) Bandung

6) Lift khusus penyandang disabilitas

Lift khusus penyandang difabel merupakan salah satu fasilitas yang sudah
bisa kita temukan di beberapa tempat publik. Sayangnya, lift khusus ini
masih belum terpenuhi seluruhnya bagi penyandang difabel di Indonesia.
Tak seperti lift biasa, fasilitas ini idealnya dibuat mudah diakses oleh para
penyandang difabel. Berikut syaratnya:

 Tombol lift yang tingginya 90-120 cm atau minimal setinggi kursi roda
 Ruang lift yang lebih luas agar pengguna kursi roda lebih leluasa
 Dilengkapi hand-rail minimal setinggi 80-90 cm untuk berpegangan

xxiii
 Waktu buka-tutup pintu lift yang lebih lama.

7) Fasilitas ramah disabilitas di tranportasi umum

Beberapa transportasi umum di Indonesia sudah mulai menyediakan


fasilitas ramah disabilitas, seperti di MRT, LRT, TransJakarta, KRL,
kereta api jarak jauh, hingga bandara.

xxiv
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Disabilitas fisik adalah seseorang yang mengalami keterbatasan akibat


gangguan pada fungsi tubuh. Cacat dapat muncul sejak lahir atau
akibat kecelakaan, penyakit, atau efek samping dari pengobatan medis.
Beberapa jenisnya antara lain lumpuh, kehilangan anggota tubuh
akibat amputasi, dan cerebral palsy.

Disabilitas sensorik adalah keterbatasan fungsi panca indra. Yang


termasuk jenis disabilitas ini, antara lain disabilitas wicara, rungu, dan
netra. Untuk membantu penyandang disabilitas netra, Anda perlu
mempelajari cara khusus berinteraksi dengan mereka. Ketahuilah jenis
sentuhan dan nada bicara yang bisa Anda gunakan untuk
berkomunikasi.

Disabilitas mental mengalami keterbatasan akibat gangguan pada


pikiran atau otak. Disabilitas mental, termasuk bipolar, gangguan

xxv
kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Mereka yang
mengalami disabilitas mental dapat mengalami kesulitas untuk
berkonsentrasi, berpikir, mengambil keputusan, dan mengutarakan isi
pikiran mereka. Salah satu cara menangani disabilitas mental adalah
dengan tidak menempatkan mereka pada kondisi yang rentan
menimbulkan stres atau tertekan.

Disabilitas intelektual
Disabilitas intelektual dapat ditandai dengan tingkat IQ di bawah
standar rata-rata, kesulitan memproses informasi, dan keterbatasan
dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan kepekaan terhadap
lingkungan. Beberapa jenis disabilitas intelektual adalah down
syndrome dan keterlambatan tumbuh kembang.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871

Firdaus, F & Iswahyudi, F. (2010). Aksesibilitas dalam Pelayanan Publik untuk


Masyarakat dengan Kebutuhan Khusus.

Hikmawati, E., & Rusmiyati, C. (2011). Kebutuhan Pelayanan Sosial


Penyandang Cacat.

Maftuhin, A. (2016). Mengikat makna diskriminasi: Penyandang cacat, difabel,


dan Penyandang disabilitas. INKLUSI: Journal of Disability Studies. 

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
disabilitas-anak.pdf

https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3113/pendidikan-inklusif-bagi-
anak-penyandang-disabilitas

xxvi
https://www.rukita.co/stories/fasilitas-penyandang-difabel/
https://www.emc.id/id/care-plus/kenali-ragam-disabilitas-lain-dan-penanganannya
https://intelresos.kemensos.go.id/new/?module=Program+Dis&view=bantuan

xxvii

Anda mungkin juga menyukai