KELOMPOK II
NAMA :
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui tentang apa itu tuna rungu wicara dan bagaimana rehabilitasi social bagi
penyandang disabilitas sensorik tuna rungu wicara di kupang
BAB II
PEMBAHASAN
Penyandang tuna rungu adalah sekelompok orang yang menggunakan bahasa isyarat,
biasanya mengkombinasikan bentuk tangan, gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta
ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.Sedangkan tuna wicara merupakan
individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara, disebabkan tidak berfungsinya alat-
alat berbicara mereka.
Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam
masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik
selayaknya manusia biasanya. Tuna rungu-wicara sendiri adalah suatu istilah yang
dikaitkan satu sama lain. Keadaan ini merupakan hubungan yang spesifik antara
kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006).
Keterbatasan yang dimiliki remaja tuna tungu wicara menjadi masalah di dalam
masyarakat. Masalah ini bukan hanya ditanggung oleh penderita, tetapi juga keluarga dan
masyarakat sehingga masalah itu sangat kompleks dan saling mempengaruhi. Hal ini
menjadikan mereka sebagai kelompok yang tersisih, terabaikan, dikucilkan, dianggap
rendah dan tidak mampu berkarya seperti selayaknya remaja normal lainnya
(Sastrawinata dkk, 1977).
Dari permasalahan ini maka dibutuhkannya rehabilitasi social bagi penyandang
disabilitas sehingga dapat menyelesikan masalah- masalah yang terkait dengan
keterbatasan yang dimilikinya. Sesuai dengan yang tercantum dalam UndangUndang
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, rehabilitasi sosial dimaksudkan
untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami
disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Hal ini
dimaksudkan agar dapat memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran
serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau
lingkungan sosialnya, serta memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai
pemulihan kembali keadaan individu yang mengalami permasalahan sosial kembali
seperti semula. Sehingga mereka dapat mandiri, minim tergantung dengan orang lain, dan
kesejahteraan sosial mereka dapat tercapai.
A. SEJARAH
Kriteria yang harus di penuhi oleh calon penerima manfaat adalah harus mampu dilatih
atau didik artinya mampu mengikuti segala rangkaian program dengan baik tidak hanya itu
tetapi juga harus sehat jasmani maupun rohani, usia 15-35 tahun, belum berkeluarga,
penyandang tuna rungu, wicara dan rungu-wicara. Untuk standar atau tingkatan dalam balai
ini tidak adanya tingkatan jadi semua penerima manfaat baik itu yang tuli, bisu maupu tuli-
bisu di gabungkan tujuannya agar tidak adanya kecemburuan social
C. PROGRAM
1. Pertukangan bangunan
2. Pertukangan kayu
3. Bengkel motor
4. Bengkel las
5. Salon
6. Computer
7. Menjahit
8. Kerajinan tangan
9. Tenun ikat
Pada balai rehabilitasi ini berfokup pada peningkatan keteram pilan penerima manfaat
bimbingan yang dilakukan pun tidak hanya sebatas memberikan materi atau pun teori tetapi
membimbing hingga penerima manfaat dapat mendiri atau mampu secara individual dapat
mengaplikasikan keterampilam yang diperoleh dalam kehidupan nyata. Setelah penerima
manfaat sudah menguasai keteramilan yang ia ikuti balai rehabilitas akan memfasilitasi
dengan sarana dan prasarana yang menunjang kemandirian mereka seperti penyediaan
mesin jahit, computer dll.
D. LAMPIAN (FOTO)