Anda di halaman 1dari 5

1

Nama Lengkap : Muh Syaifullah Karim


NIM/Kelas : 50900120044
No.Absensi : 39
Asal Daerah : Morowali, Sulawesi tengah
RESUME

A. Pengertian Lanjut Usia dan Tuna Susila


1. Pengertian Lanjut Usia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaaan (Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi
tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional (Kholifah, 2016).
Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat
mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki
jaringan yang rusak. Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari
Aziz (1994) (dalam Linda, 2011) menjadi tiga kelompok yakni:
2

a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok


baru memasuki lansia
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia
lebih dari 70 tahun.
2. Pengertian Tuna Susila
Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah
beberapa sebutan terhadap seseorang yang memberikan pelayanan jasa
pemuas kebutuhan seksual yang hidup dalam lingkungan prostitusi
atau pelacuran. Arti prostitusi adalah gejala kemasyarakatan di mana
pelacur menjual diri, melakukan perbuatan seksual sebagai mata
pencarian (Kartono, 2011).
Wanita Tuna Susila adalah wanita yang melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang dan
bergantian pasangan diluar perkawinan yang syah dengan mendapat
imbalan uang, materi atau jasa (Bps dan Depkes, 2005).
Beberapa sebutan lain yang diberikan kepada Wanita Tuna
Susila adalah pekerja seks komersil (PSK), wanita penjaja seksual
(WPS), kupu-kupu malam, penjaja cinta, lonte, ublag, perek, cabo
(Mahardika, 2004).
B. Tujuan Pekerjaan Sosial Bagi Lanjut Usia dan Tuna Susila
Pekerjaan sosial merupakan suatu profesi yang mempunyai tanggung
jawab untuk memperbaiki dan mengembangkan interaksi antar orang,
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas-
tugas kehidupannya, mengatasi kesulitannya, dan mewujudkan aspirasi nilai-
nilai yang ada di masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, menurut
Dubois dan Miley dalam Suharto (2007) tujuan pekerjaan sosial bagi lanjut
usia dan tuna susila adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk memecahkan
masalah, mengatasi, perkembangan.
3

2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang memberikan


kepada mereka sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan
kesempatan-kesempatan.
3. Memperbaiki keefektifan dan bekerjanya secara manusiawi dari
sistem-sistem yang menyediakan orang dengan sumber-sumber dan
pelayanan-pelayanan.
4. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakan sosial.
Pekerja sosial harus bisa membangun kemampuan klien untuk bisa
memecahkan masalah yang dihadapi, Pekerja sosial membantu
menghubungkan klien ke pelayanan sosial lembaga untuk diberikan
pemecahan masalahnya, menyampaikan masukan-masukan kepada pelayanan
sosial lembaga untuk memperbaiki kefektifan pelayanan tersebut, serta
membantu mengembangkan dan memperbaiki kebijakan-kebijakan sosial,
baik itu kebijakan pemerintah dan kebijakan pelayanan lembaga.
C. Fungsi dan Peran Pekerja Sosial Bagi Lanjut Usia dan Tuna Susila
Pekerja sosial memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu klien
dalam penyelasaian masalahnya sehingga terpenuhi keberfungsian sosialnya
sebagai suatu kewajiban dari sebuah profesi pekerjaan sosial. Menurut Sukoco
(2011) menyatakan peranan dan fungsi pekerjaan sosial bagi lanjut usia
(lansia) dan tuna susila adalah:
1. Sebagai pemercepat perubahan (enabler)
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam mengakses
sistem sumber yang ada, mengidentifikasi masalah dan
mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah untuk
pemenuhan kebutuhannya.
2. Peran sebagai perantara (broker)
Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi
pelayanan masyarakat dalam hal ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan
4

kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang


membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.
3. Pendidik (educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker
diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan
baik dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan
4. Tenaga ahli (expert)
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat
memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai
area (individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat).
5. Perencana sosial (social planner)
Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah
sosial yang dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat, menganalisa dan menyajikan alternatif tindakan yang
rasional dalam mengakses sistem sumber yang ada untuk mengatasi
masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat.
6. Fasilitator (facilitator)
Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan
menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini
dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi katalis untuk bertindak
dan menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan
waktu, pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses
tersebut.
Menurut Suharto (2005) kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan
meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi
pekerjaan sosial sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang
dialaminya.
5

2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang


memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai
sumber, pelayanan dan kesempatan.
3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu
memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan
berperikemanusiaan.
4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan
yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya
kemerataan ekonomi dan keadilan sosial.
Berdasarkan pernyataan di atas bagaimana seorang pekerjaan sosial harus
bisa memperbaiki atau mengembangkan keberfungsian sosial manusia lanjut
usia terlantar dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
REFERENSI
Asmar mahardika. (2004). Tuhan Singgah di Pelacuran, Perjalanan Spiritual Para
Penjaja Cinta, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan, (2005). “Situasi Perilaku


Beresiko Tertular HIV Di Jawa Barat; Hasil SSP Tahun 2004-2005 Di
Kabupaten Karawang, Kabupaten/Kota Bekasi, Dan Kota Bandung”

Edi Suharto. (2009). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, Memperkuat CSR.


Bandung: CV. Alfabeta.

Heru Sukoco, Dwi. 2011. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung : Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
(STKS) Bandung.

Kartono, Kartini. (2011). Patologi sosial. Jakarta : Rajawali Pers

Kholifah, Siti Nur dan Wahyu Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Sunartyasih, R., & Linda, B. (2011). Hubungan Kendala Pelaksanaan Posbindu


Dengan Kehadiran Lansia Di Posbindu RW.08 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung. Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi
dan Kesehatan. ISSN 2089-3582.

Wahyudi Nugroho. (2008). Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai