Sosiologi B 2019
Kelompok 6 :
Selvina -1406619013
Istilah Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia berasal dari serapan kata bahasa Inggris
disability) yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Penyandang disabilitas dapat diartikan
individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau mental intelektual. Disabilitas adalah istilah
yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah
sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah
kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan
pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan
dalam situasi kehidupan.
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan mental, yang
dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari:
Ekonomi kreatif tentu selalu berhubungan dengan kreativitas, kekayaan intelektual, imajinasi
yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Umumnya kita akan berpikir bahwa
hanya orang-orang normal saja yang memiliki kelengkapan tubuh yang bisa menciptakan
sesutu yang unik, yang berbeda dari biasanya dan bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan.
Namun anggapan tersebut tidaklah benar, penyandang disabilitas dengan segala keterbatasan
yang ada mampu berkarya dan menghasilkan kerya-karya dan kerajinan. Tentu kesempatan
untuk disabilitas mendorong ekonomi yang produktif dan berwirausaha terbuka luas, bila
sejalan dengan adanya kemudahan menciptakan lapangan kerja yang dapat diakses
penyandang disabilitas.
Seperi hal yang sudah kita ketahui bersama, bahwa stigma yang beredar dimasyarakat yang
menganggap penyandang disabilitas sulit untuk menciptakan ekonomi produktif tentulah
harus diedukasi. Menjadi penting untuk mengupayakan forum, lembaga, yayasan, dan para
pendukung industri ekonomi kreatif untuk dapat terlibat dan menjadi bagian dari wadah
kreatifitas penyandang disabilitas. Poin penting yang harus selalu disosialisaikan bahwasanya
mereka yang memiliki keterbatasan mampu memberikan yang terbaik ketika mereka
mendapatkan dukungan yang tepat dari semua elemen masyarakat.
Proses pembangunan dapat diartikan sebagai proses yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, baik dalam aspek ekonomi, sosial, politik, dan kesehatan. Proses
ini meliputi perencanaan, implementasi, pemantauan, dan evaluasi pembangunan tersebut.
Kurangnya partisipasi penyandang disabilitas dalam proses pembangunan berakar pada
stigma terhadap penyandang disabilitas dari masyarakat dan pemerintah. Melibatkan semua
elemen masyarakat termasuk penyandang disabilitas dalam proses pembangunan akan
memberikan manfaat ekonomi. Semisal bila pemerintah kurang mengupayakan membuka
lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas akan terbatas dalam
pemenuhan kesejahteraannya, pemerintahpun akan kehilangan potensi pendapatan
ekonominya.
Tiga prinsip utama yaitu partisipasi, sikap tidak diskriminatif, dan aksesibilitas harus
ditegakkan dalam proses pembangunan untuk memastikan agar penyandang disabilitas dapat
berpartisipasi. Namun, Indonesia masih belum melaksanakan prinsip-prinsip tersebut. Akses
penyandang disabilitas untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses perencanaan kebijakan
pembangunan terbatas. Ketiadaan akses tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan
(ekonomi) mereka sehari-hari. Tanpa memandang mereka sebagai kaum minoritas
seharusnya hak-hak disabilitas harus tetap diperhatikan untuk mewujudkan kesetaraan,
keadilan, dan kesejahteraan sosial
Perencanaan program lain yang bisa diusahakan adalah menyediakan lowongan pekerjaan
untuk penyandang disabilitas. Kebijakan pemerintah harus dibuat seramah mungkin untuk
penyandang disabilitas. Pada kenyataannya kebijakan pemerintah yang mengharuskan
perusahaan menyediakan lowongan kerja dengan kuota 1 persen untuk penyandang
disabilitas pada tidak menghasilkan hasil yang signifikan. Mengingat jumlah tenaga atau usia
produktif disabilitas yang cukup banyak. Hal ini menidentifikasikan bahwa masih ada
marjinalisasi dalam penyediaan lapangan kerja untuk penyandang disabilitas.
Penyediaan akses yang mudah dalam mendapatkan lapangan pekerjaan, tentu menjadi sangat
berpengaruh bagi pembangunan ekonomi kreatif Indonesia. Pekerjaan yang produktif dan
layak memungkinkan para penyandang disabilitas mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di sisi lain pengangguran akan berkurang dan peran penyandang disabilitas dalam
pembangunan ekonomi kreatif akan muncul dipermukaan. Untuk mewujudkannya diperlukan
kota ramah disabilitas yang tidak hanya memberi akses terhadap pelayanan namun juga
memberi kemudahan untuk menciptakan lapangan kerja.