0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan2 halaman
Paragraf di atas membahas latar belakang masalah penyandang disabilitas di Indonesia. Jumlah penyandang disabilitas mencapai 21,5 juta orang namun masih banyak yang tidak mendapatkan hak yang sama untuk berpartisipasi dalam pendidikan dan masyarakat. Pandangan masyarakat yang kurang inklusif dan fasilitas pendidikan yang kurang mendukung menyebabkan penyandang disabilitas sulit berkembang dan berintegrasi dengan
Paragraf di atas membahas latar belakang masalah penyandang disabilitas di Indonesia. Jumlah penyandang disabilitas mencapai 21,5 juta orang namun masih banyak yang tidak mendapatkan hak yang sama untuk berpartisipasi dalam pendidikan dan masyarakat. Pandangan masyarakat yang kurang inklusif dan fasilitas pendidikan yang kurang mendukung menyebabkan penyandang disabilitas sulit berkembang dan berintegrasi dengan
Paragraf di atas membahas latar belakang masalah penyandang disabilitas di Indonesia. Jumlah penyandang disabilitas mencapai 21,5 juta orang namun masih banyak yang tidak mendapatkan hak yang sama untuk berpartisipasi dalam pendidikan dan masyarakat. Pandangan masyarakat yang kurang inklusif dan fasilitas pendidikan yang kurang mendukung menyebabkan penyandang disabilitas sulit berkembang dan berintegrasi dengan
Disabilitas merupakan seseorang yang termasuk kedalam penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental ataupun gabungan penyandang cacat fisik dan mental, (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997). Para penyandang disabilitas ini masih belum mendapatkan hak yang setara dengan warga negara lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia. Padahal sejumlah kebijakan telah diratifikasi dan diberlakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Di Indonesia masih ditemukan penyandang disabilitas yang ditolak di sekolah umum maupun sekolah inklusi. Hal ini mengakibatkan kurangnya fasilitas yang mewadahi mereka untuk belajar dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Menurut Survei Penduduk Antar Sensus atau Supas BPS pada 2015 menunjukkan bahwa jumlah penyandang disabilitas Indonesia sebanyak 21,5 juta jiwa. Sesuai dengan definisi disabilitas diatas bahwa penyandang disabilitas adalah seseorang dengan cacat mental atau fisik. Maka hal ini salah satunya juga merujuk pada anak-anak berkebutuhan khusus secara mental seperti Down Syndrome. Akan tetapi, pada dasarnya seseorang penyandang disabilitas, tidak selalu terbelakang dalam berbagai bidang. Penyandang disabilitas merupakan sosok pribadi yang spesial. Di balik kelemahan fisik, mereka memiliki kelebihan yang luar biasa namun sering menerima dampak dari kondisi sosial budaya dan kebijakan yang belum ramah terhadap disabilitas. Masalah yang terjadi saat ini, pandangan masyarakat terhadap para penyandang disabilitas masih kurang baik, hal ini telah dibuktikan oleh sikap sekelompok masyarakat yang enggan bergaul dengan seseorang yang memiliki disabilitas, akan tetapi sikap yang paling baik dalam memandang orang penyandang disabilitas adalah dengan sebagaimana mestinya tanpa memandang disabilitas atau cacat yang dimiliki. Hal ini mengakibatkan timbulnya rasa kurang percaya diri pada disabilitas sehingga tidak dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat sekitar. Untuk itu, masyarakat yang tidak membeda-bedakan penyandang disabilitas yang kemudian disebut masyarakat inklusi adalah masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan keberbedaan serta menunjang mereka menjadi masyarakat yang mandiri. Untuk mendukung terciptanya masyarakat inklusi, maka melalui "SO JUICE" (school of juvenile inclusion): pemberdayaan kemampuan dan keterampilan remaja inklusi untuk mengembangkan potensi diri penyandang disabilitas, dapat memawadahi penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesetaraan pendidikan, pengembangan potensi baik formal atau non formal.