Anda di halaman 1dari 7

Anggota Kelompok :

1. Intan Ita Lestary (22102050050)


2. Wafiqotul Mahabah (22102050068)
3. Amanda Sakhifa Qolbunisa (22102050069)

No Unsur Kriteria
.
1. Judul Cara Mahasiswa penyandang Disabilitas
Intelektual UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
memahami perintah salat dalam Al-Qur’an
2. Pengantar Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana penyandang disabilitas
intelektual memahami perintah salat yang
tercantum dalam Al-Qur’an. Adapun subjek dalam
penelitian tersebut merupakan salah satu
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang berinisial FNS
yang merupakan salah satu mahasiswa
penyandang disabilitas intelektual dari jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial angkatan 2021.
Permasalahan ini penting diteliti karena
berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber
yang mengatakan bahwa kampus UIN Sunan
Kalijaga merupakan salah satu kampus di
Yogyakarta yang telah menerapkan pendidikan
inklusi terbaik. Pendidikan inklusi bertujuan untuk
memberikan kesempatan bagi para penyandang
disabilitas agar dapat memperoleh pendidikan
seperti individu pada umumnya sehingga tidak
terjadi kesenjangan sosial.
Permasalahan dalam penelitian ini memiliki
keterkaitan dengan Fikih Sosial karena perlu
diketahui bahwa penyandang disabilitas intelektual
memiliki pengetahuan kognitif yang berbeda
dengan setiap individu pada umumnya. Konsep
disabilitas dalam Islam memandang bahwa semua
manusia yang memiliki keterbatasan baik fisik
maupun mental mempunyai hak yang sama untuk
beribadah kepada Allah SWT. Fikih Sosial hadir
untuk membantu menyelesaikan masalah sosial
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan
kemaslahatan umum. Fikih Sosial bertujuan untuk
memberikan panduan, terutama bagi penyandang
disabilitas intelektual agar dapat melaksanakan
ajaran agama seperti yang tercantum dalam Al-
Qur’an.
3. Isi Penyandang disabilitas berasal dari dua kata
pembentuk yaitu penyandang dan disabilitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata penyandang memiliki arti orang yang
menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan kata
disabilitas dapat diartikan sebagai orang yang
memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama
sehingga mengalami hambatan dan kesulitan
dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan
menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan
tugas atau kegiatan sehari-hari. Istilah lain yang
dapat digunakan untuk penyandang disabilitas
yaitu difabel, anak cacat, anak berkelainan, dan
anak berkebutuhan khusus.

Penyandang disabilitas terdiri dari tiga gangguan,


yaitu
1. Gangguan fisik
Gangguan fisik merupakan gangguan yang
terjadi pada organ tubuh tertentu. Hal tersebut
menjadikan penyandang disabilitas fisik sebagai
seseorang yang tidak mampu untuk melakukan
aktivitas tanpa bantuan orang lain, sehingga
membutuhkan alat bantu tertentu. Contoh
disabilitas fisik yaitu tuna netra, tuna wicara, tuna
rungu, dan tuna daksa.
2. Gangguan intelektual
Gangguan intelektual merupakan kelainan yang
disebabkan karena ketidakmampuan berpikir
secara normal dan rasional seperti individu pada
umumnya. Kelainan tersebut dapat berupa
kelebihan nilai IQ atau kekurangan nilai IQ. Contoh
disabilitas mental yaitu tuna grahita, autisme, dan
down syndrome.
3. Gangguan emosi dan perilaku sosial
Gangguan emosi dan perilaku sosial
merupakan gangguan yang disebabkan karena
individu mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan norma yang ada di
masyarakat. Jenis gangguan emosi dan perilaku,
antara lain anak hiperaktif, dan tuna laras.
Adapun dalam penelitian ini, lebih berfokus pada
jenis disabilitas intelektual berupa downsydrome.
Berdasarkan UU No. 8 Tahun 2016 Bab 3
tentang hak penyandang disabilitas, disebutkan
bahwa salah satu hak yang harus didapatkan oleh
para penyandang disabilitas yaitu hak memperoleh
pendidikan. Dalam UU tersebut diharapkan bahwa
setiap penyandang disabilitas mendapat jaminan
kehormatan, perlindungan, pemberdayaan, serta
penegakan dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas. Hak pendidikan tersebut dapat
terealisasikan dengan adanya pendidikan inklusi.
Pendidikan inklusi adalah suatu bentuk sistem
pendidikan yang mewadahi semua anak dalam
kelas yang sama tanpa membedakan latar
belakangnya. Dengan adanya pendidikan inklusi
dapat menjadi penghubung dari segala macam
perbedaan dan mencegah terjadinya diskriminasi.
Pendidikan inklusi memberikan keadilan bagi
seluruh anak bangsa yang memiliki keberagaman
dan latar belakang yang berbeda-beda.
Salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang
sudah menerapkan pendidikan inklusi dan ramah
difabel yaitu kampus UIN Sunan Kalijaga. Hal ini
dibuktikan dengan adanya jalur penerimaan khusus
bagi para penyandang disabilitas yang ingin
melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi
pada setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
wawancara, narasumber mengatakan pada saat
mendaftar untuk menjadi mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga harus melakukan wawancara dan ujian
secara langsung dengan pihak kampus. Ujian
tersebut di antaranya yaitu diperintahkan untuk
membaca Al-Qur’an, dan diberikan pertanyaan
mengenai keyakinan mengikuti perkuliahan dengan
baik. Narasumber mengatakan bahwa pada
awalnya pihak keluarga merasa tidak yakin untuk
berkuliah dan mengikuti pembelajaran bersama
dengan mahasiswa normal lainnya. Akan tetapi
pihak kampus tetap meyakinkan bahwa UIN Sunan
Kalijaga akan membantu proses perkuliahan bagi
mahasiswa penyandang disabilitas melalui Pusat
Layanan Difabel (PLD).
Pusat Layanan Difabel (PLD) merupakan
tempat untuk belajar bagi para mahasiswa difabel,
yang di dalamnya juga di bantu oleh para relawan
untuk mempermudah mobilitas ketika
melaksanakan proses perkuliahan. Relawan di
Pusat Layanan Difabel (PLD) dapat dilihat dari visi
dan misi PLD, yaitu “Menciptakan sistem
perguruan tinggi Islam yang inklusif dan
multikultur” dan memiliki tujuan untuk melakukan
pendampingan langsung kepada mahasiswa
difabel. Sebelum melakukan pendampingan
perkuliahan di kelas, para relawan diberikan
pelatihan khusus terlebih dahulu seperti pelatihan
bahasa isyarat setiap hari Rabu, Kamis, dan
Jum’at. Pusat Layanan Difabel (PLD) memberikan
berbagai kebijakan dan layanan serta fasilitas yang
ramah bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
Pusat Layanan Difabel (PLD) menjadi tempat
transit bagi mahasiswa penyandang disabilitas dan
juga digunakan sebagai tempat untuk berdiskusi.
Tidak hanya mahasiswa penyandang disabilitas
saja, mahasiswa yang tergabung menjadi relawan
juga ikut serta berbincang santai ataupun
berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa
penyandang disabilitas lainnya.
Agama Islam merupakan agama yang sangat
menekankan prinsip keadilan, kemanusiaan, dan
kasih sayang sebagaimana yang terdapat dalam Al
-Qur’an dan juga hadis-hadis nabi. Dalam agama
Islam disabilitas dapat dipahami sebagai kondisi
keterbatasan fisik, mental maupun sensorik yang
dapat mempengaruhi kemampuan seorang
individu secara maksimal. Al-Qur’an mengajarkan
untuk memperlakukan setiap manusia dengan
penuh kasih sayang. Disabilitas dalam pandangan
agama Islam dipandang sebagai ujian yang
diberikan oleh Allah SWT sebagai bentuk rasa
kasih sayang kepada hamba-Nya. Ujian tersebut
harus dihadapi dengan sikap sabar dan juga
bertawakal. Agama Islam juga memberikan
dorongan agar penyandang disabilitas mampu
mengembangkan potensi serta keterampilan yang
dimilikinya.
Setiap manusia memiliki hak dan kedudukan
yang sama di hadapan Allah SWT. Manusia harus
menjalankan setiap hak maupun kewajibannya
sebagai seorang hamba, yaitu beribadah kepada
Allah SWT. Setiap individu baik yang normal
maupun disabilitas harus tetap menjalankan
perintah-perintah Allah SWT yang telah tertuang
dalam kitab suci Al-Qur’an. Salah satu perintah
yang wajib dijalankan yaitu salat lima waktu yang
tercantum dalam QS. Al-Baqarah:43

‫ﺼَﻠﺎَة َوآُﺗﻮا اﻟَّﺰَﻛﺎَة َواْرَﻛُﻌﻮا َﻣَﻊ اﻟَّﺮاِﻛِﻌﻴﻦ‬


َّ ‫ََوَأِﻗﻴُﻤﻮا اﻟ‬
Artinya: Dan dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat,
dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.
Berdasarkan hasil wawancara, narasumber
mengatakan bahwa salat merupakan rukun Islam
yang kedua dan harus dijalankan oleh setiap
manusia. Meskipun memiliki keterbatasan,
penyandang disabilitas juga tetap harus
menjalankan salat. Untuk memahami perintah
salat dalam Al-Qur’an, narasumber selalu
didampingi oleh orang tuanya. Sejak kecil
narasumber telah dilatih oleh orang tuanya untuk
melakukan salat, meskipun membutuhkan
kesabaran penuh. Narasumber merupakan anak
yang memiliki kebutuhan khusus, akan tetapi
kemampuan menghafalnya seperti anak-anak
normal pada umumnya. Sebelum tidur, orang tua
narasumber selalu meminta untuk menghafalkan
doa-doa harian dan juga Al-Qur’an Juz 30 (juz
‘amma). Selain itu, narasumber juga mengikuti
kegiatan TPA di masjid dekat rumahnya. Dengan
mengikuti kegiatan TPA tersebut, narasumber
semakin terbiasa untuk menghafal gerakan dan
bacaan salat.
Meskipun para penyandang disabilitas memiliki
keterbatasan dalam melaksanakan ibadah salat,
penyandang disabilitas diberikan keringanan oleh
Allah SWT untuk melaksanakannya karena agama
Islam menekankan keadilan dan empati terhadap
penyandang disabilitas. Mazhab-mazhab yang ada
di dalam fikih memiliki pendapat yang berbeda
terkait sholat bagi para penyandang disabilitas.
Salah satunya yaitu mazhab syafi’i yang
menyatakan bahwa penyandang disabilitas
diberikan keringanan jika tidak mampu melakukan
gerakan salat dengan sempurna, maka dapat
diganti dengan gerakan yang sesuai dengan
kemampuan. Misalnya seperti menggerakan mata
ataupun kepala.Jika tidak dapat melaksanakan
salat dengan berdiri maka dapat juga dilakukan
dengan posisi duduk atau berbaring.
4. Kesimpulan Penyandang disabilitas berasal dari dua kata
pembentuk yaitu penyandang dan disabilitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata penyandang memiliki arti orang yang
menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan kata
disabilitas dapat diartikan sebagai orang yang
memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama
sehingga mengalami hambatan dan kesulitan
dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan
menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan
tugas atau kegiatan sehari-hari. Penyandang
disabilitas terdiri dari tiga gangguan,
yaitu gangguan fisik, gangguan intelektual, serta
gangguan emosi dan intelektual.
Pendidikan inklusi merupakan suatu bentuk
sistem pendidikan yang mewadahi semua anak
dalam kelas yang sama tanpa membedakan latar
belakangnya. Dengan adanya pendidikan inklusi
dapat menjadi penghubung dari segala macam
perbedaan dan mencegah terjadinya diskriminasi.
Pendidikan inklusi memberikan keadilan bagi
seluruh anak bangsa yang memiliki keberagaman
dan latar belakang yang berbeda-beda. Salah satu
perguruan tinggi di Yogyakarta yang sudah
menerapkan pendidikan inklusi dan ramah difabel
yaitu kampus UIN Sunan Kalijaga.
Berdasarkan UU No. 8 Tahun 2016 Bab 3
Tentang hak penyandang disabilitas, disebutkan
bahwa salah satu hak yang harus didapatkan oleh
para penyandang disabilitas yaitu hak memperoleh
pendidikan. Dalam Undang-Undang tersebut
diharapkan bahwa setiap penyandang disabilitas
mendapat jaminan kehormatan, perlindungan,
pemberdayaan, serta penegakan dan pemenuhan
hak penyandang disabilitas Hal ini dibuktikan
dengan adanya jalur penerimaan khusus bagi para
penyandang disabilitas di UIN Sunan Kalijaga yang
ingin melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan
tinggi pada setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
wawancara, narasumber mengatakan pada saat
mendaftar untuk menjadi mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga harus melakukan wawancara dan ujian
secara langsung dengan pihak kampus.
Berdasarkan hasil wawancara, narasumber
mengatakan bahwa salat merupakan rukun Islam
yang kedua dan harus dijalankan oleh setiap
manusia. Meskipun memiliki keterbatasan,
penyandang disabilitas juga tetap harus
menjalankan salat. Untuk memahami perintah
salat dalam Al-Qur’an, narasumber selalu
didampingi oleh orang tuanya. Meskipun para
penyandang disabilitas memiliki keterbatasan
dalam melaksanakan ibadah salat, penyandang
disabilitas diberikan keringanan oleh Allah SWT
untuk melaksanakannya karena agama Islam
menekankan keadilan dan empati terhadap
penyandang disabilitas. Maka dari itu, setiap orang
tua harus memiliki kesabaran dalam memberikan
pengajaran salat terhadap anak-anaknya,
terkhusus untuk anak yang memiliki kebutuhan
khusus. Orang tua sebagai sekolah pertama bagi
anak-anaknya memiliki peran untuk menumbuhkan
nilai-nilai spiritual sebagai pedoman hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai