( UTS )
Oleh
Nama : Lasemi
NIM/NPM : 220102020
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa (PLB)
Mata Kuliah : Pendidikan Inklusi (UTS)
Semester :1
Dosen Pengampu : Setiawan Gema Budi, S.Pd.,M.Pd.
Jawab:
1. Pengertian penyandang disabilitas menurut UU No. 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas.
c. Menurut UU No.8 tahun 2016, istilah Disabilitas merupakan setiap orang yang
memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka
waktu lama, memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan
menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan tugas atau kegiatan sehari-hari.
Apa saja ragam Disabilitas yang sudah Teman Inklusi ketahui?
1) Disabilitas Fisik
Berdasarkan UU No.8 tahun 2016, Disabilitas Fisik adalah individu yang
mengalami keterbatasan mobilitas atau stamina fisik yang mengganggu sistem otot,
pernafasan, atau saraf dan gangguan pada fungsi gerak. Disabilitas Fisik dapat
terdiri dari Paraplegia, Cerebral Palsy (CP), dan Dwarfism. Paraplegi yaitu
hilangnya kemampuan anggota tubuh bagian bawah seperti tungkai dan panggul.
Hal tersebut biasa disebabkan oleh faktor genetik dan sumsum tulang belakang.
Cerebral Palsy (CP) yang biasa disebabkan karena cidera otak pada saat sedang
berkembang sebelum atau sesudah kelahiran adalah gangguan yang terjadi pada
jaringan saraf dan otak yang mengendalikan gerakan, laju belajar, alat indera, dan
kemampuan berpikir. Dwarfism yaitu individu yang mengalami pertumbuhan
kerangka abnormal yang disebabkan oleh faktor genetik maupun medis.
2) Disabilitas Sensorik
Disabilitas Sensorik adalah individu yang mengalami keterbatasan pada fungsi alat
indera seperti penglihatan dan pendengaran. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh
faktor genetik/usia, kecelakaan/cidera, dan kesehatan/penyakit serius. Disabilitas
Sensorik terdiri dari 2 kelompok yaitu Disabilitas Pendengaran dan Disabilitas
Penglihatan.
Disabilitas Pendengaran merupakan individu yang mengalami hambatan dengan
keterbatasan kemampuan mendengar. Biasanya Disabilitas Pendengaran dikenal
dengan istilah Disabilitas Rungu atau Tuli. Disabilitas Penglihatan yaitu indiviu
yang mengalami keterbatasan pada kemampuan melihat. Biasanya Disabilitas
Penglihatan disebut dengan Disabilitas Netra.
3) Disabilitas Mental
Disabilitas yang paling jarang dikenali masyarakat adalah Disabilitas Mental.
Disabilitas Mental merupakan individu yang mengalami gangguan pada fungsi
pikir, emosi, dan perilaku sehingga adanya keterbatasan dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Disabilitas Mental terdiri dari Disabilitas Psikososial dan
Disabilitas Perkembangan. Disabilitas Psikososial biasa dikenal dengan ODGJ
(Orang dengan Gangguan Jiwa) atau OMDK (Orang dengan Masalah Kejiwaan).
Disabilitas Perkembangan merupakan individu yang mengalami gangguan pada
perkembangan dalam kemampuan untuk berinteraksi sosial. Contoh Disabilitas
perkembangan yaitu Autisme dan ADHD.
4) Disabilitas Intelektual
Disabilitas Intelektual adalah individu yang mengalami gangguan pada fungsi
kognitif karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata. WHO mengatakan Disabilitas
Intelektual sebagai berkurangnya kemampuan dalam memahami informasi baru,
belajar, dan menerapkan keterampilan baru. Disabilitas intelektual disebabkan oleh
faktor internal seperti genetik dan kesehatan. Namun faktor eksternal seperti
keluarga dan lingkungan mampu mendukung perkembangan individu dengan
Disabilitas Intelektual. Disabilitas Intelektual dapat dibagi menjadi tiga ragam yaitu
gangguan kemampuan belajar, tuna grahita, dan down syndrome. (RYR)
b. Persamaan
ABK adalah istilah atau singkatan dari Anak Berkebutuhan Khusus yang mana hal
teresebut mencakup segala bentuk gangguan atau keterbatasan aktivitas dan
kemampuan individu. yang menjelaskan segala bentuk disabilitas (ketidakmampuan)
individu dalam melakukan sesuatu sehingga membutuhkan bantuan atau perhatian
khusus untuk dapat beraktivitas.
Secara umum bentuk dari disabilitas dapat sangat bervariasi, berupa:
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran atau tuli
Gangguan/kondisi mental tertentu
Kecacatan/disabilitas intelektual
Gangguan spektrum autisme
Kecacatan/disabilitas fisik
Selain itu beberapa istilah yang juga sering di gunakan antara lain:
Disability (disabilitas) yaitu keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas, yang merepresentasikan seorang individu
Impairment yaitu kehilangan atau gangguan baik secara psikologis maupuan
struktur dan fungsi anatomi tubuh, yang merepresentasikan tingkat organ
Handicap yaitu kondisi ketidakberuntungan seseorang yang idak dapat atau
memiliki keterbatasan dalm menjalankan aktivitas secara normal yang
disebabkan oleh disabilitas atau impairmenttersebut
Referensi
1. berdasarkan uu no 8 tahun 2016, penyandang disabilitas terbagi atas empat
kelompok utama. peserta didik berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan
dalam penglihatan seperti buta total termasuk dalam kelompok disabilitas apa? -
2. Pengertian, Jenis dan Hak Penyandang Disabilitas (kemenpppa.go.id)
3. Mengenal Ragam Disabilitas Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2016 - Klob
Sumber: https://www.klobility.id/disabilitas
4. Yang seharusnya dilakukan oleh sekolah dalam penentuan kelulusan apa bila
salah satu peserta didiknya mengalami hambatan, social, emosi, dan perilaku
sehingga ia harus mendapat pembinaan di lembaga pemasyarakatan khusus
anak/LPKA
Referensi
Menentukan Kelulusan Peserta Didik Pendidikan Kesetaraan – BP PAUD dan Dikmas
DIY (kemdikbud.go.id)
Sebelum membahas bagaimana cara menentukan kelulusan peserta didik pendidikan
kesetaraan, marilah kita bahas terlebih dahulu Peraturan Mendikbud Nomor 3 Tahun
2017 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar Oleh
Satuan Pendidikan.
Pada pasal 18 ayat (1) Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017 disebutkan bahwa peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan/program pendidikan setelah memenuhi
kriteria
(a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
(b) memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik;
(c) lulus ujian satuan pendidikan/program pendidikan.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa ujian nasional tidak sebagai penentu
kelulusan, justru ujian satuan pendidikan atau ujian pendidikan kesetaraan sebagai
penentu kelulusan.
Memperhatikan ayat di atas, ada tiga paramater yang menentukan kelulusan.
Pertama, menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Bukti menyelesaikan seluruh
program pembelajaran pada pendidikan kesetaraan adalah telah menempuh keseluruhan
bobot satuan kredit kompetensi (SKK) yang dituangkan di dalam laporan hasil belajar
(rapor).
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengisian laporan hasil belajar,
yaitu pengisian kolom bobot SKK dan semua mata pelajaran dalam struktur kurikulum
memiliki nilai hasil belajar. Setiap mata pelajaran dalam struktur kurikulum Paket A,
Paket B dan Paket C wajib diisi bobot SKK-nya, cara menentukan bobot SKK dengan
melakukan pemetaan SKK atau mendistribusikan SKK untuk setiap mata pelajaran.
Bobot SKK ini dituliskan pada kolom setelah kolom nama mata pelajaran. Adanya
kolom bobot SKK inilah yang menjadi salah satu pembeda antara buku laporan hasil
belajar sekolah dan buku laporan hasil belajar pendidikan kesetaraan.
Berikutnya, semua mata pelajaran dalam struktur kurikulum memiliki nilai hasil belajar.
Persoalannya tidak semua mata pelajaran disajikan dalam jadwal pembelajaran,
biasanya hanya mata pelajaran tertentu atau yang diujiannasionalkan yang dijadwalkan
dalam pembelajaran. Mata pelajaran lain yang tidak terjadwal diakui dilakukan sebagai
pembelajaran mandiri. Sah-sah saja ada mata pelajaran yang tidak dijadwalkan
pembelajarannya dan dilakukan pembelajaran mandiri, namun penentuan pembelajaran
mandiri harus dilakukan dengan pemetaan SKK dan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Ketentuan pembelajaran mandiri sudah diatur dalam standar proses pendidikan
kesetaraan sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 3 Tahun 2008. Berdasarkan
ketentuan, pembelajaran mandiri hanya bisa dilakukan apabila ada kontrak belajar,
peserta didik melakukan belajar mandiri sesuai kontrak belajar, dan di akhir semester
dilakukan penilaian hasil belajar. Dengan demikian mata pelajaran yang dilakukan
dengan bentuk pembelajaran mandiri tetap ada nilai hasil belajar yang dituangkan dalam
buku laporan hasil belajar.
Karena itulah, jika prosedur pembelajaran mandiri diikuti maka akan diperoleh nilai
hasil belajar dan secara utuh peserta didik dinyatakan telah menyelesaikan seluruh
program pembelajaran. Jika prosedur pembelajaran mandiri tidak dilakukan, penilaian
hasil belajar tidak dilakukan maka peserta didik tidak dapat dinyatakan menyelesaikan
seluruh program pembelajaran.
Keseluruhan nilai laporan hasil belajar setiap semester kemudian dirata-rata dan
dimasukkan ke dalam kolom nilai derajat kompetensi pada ijazah pendidikan
kesetaraan. Paket B nilai rata-rata meliputi nilai semester 1 sampai dengan semester 6.
Paket C nilai rata-rata meliputi nilai semester 3 sampai dengan semester 6. Jadi nilai
derajat kompetensi pada ijazah pendidikan kesetaraan merupakan bukti bahwa peserta
didik telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
Kedua, memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik. Untuk menentukan nilai
sikap/perilaku baik peserta didik pendidikan kesetaraan dapat dilakukan dengan rapat
dewan tutor yang memiliki agenda penentuan kelulusan peserta didik. Penentuan
penilaian sikap atau perilaku melalui rapat dewan tutor agar diperoleh penilaian yang
obyektif dengan memperhatikan keseharian peserta didik pendidikan kesetaraan ketika
mengikuti proses pembelajaran. Di samping itu setiap semester tutor wali kelas
melaporkan sikap atau perilaku dalam kolom Ahlak Mulia dan Kepribadian pada
laporan hasil belajar pendidikan kesetaraan. Data pada kolom tersebut juga dapat
dijadikan rujukan untuk menentukan sikap atau perilaku peserta didik selama mengikuti
pembelajaran.
Ketiga, lulus ujian satuan pendidikan/program pendidikan. Pada pendidikan kesetaraan
diartikan peserta didik harus lulus ujian pendidikan kesetaraan. Ujian pendidikan
kesetaraan dilakukan untuk semua mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum,
tidak hanya mata pelajaran yang diujiannasionalkan.
Pasal 61 ayat (2) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berbunyi “Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap
prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.” Pasal ini mengisyaratkan
bahwa ujian pendidikan kesetaraan (UPK) diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi dan kelulusan UPK ditentukan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
Kriteria kelulusan UPK dicantumkan dalam Pedoman Operasional Standar (POS) Ujian
Pendidikan Kesetaraan (UPK). Jadi di dalam POS UPK wajib hukumnya dicantumkan
kriteria kelulusan. Kriterita kelulusan inilah yang dijadikan satuan pendidikan
terakreditasi untuk menentukan lulus tidaknya peserta didik dari UPK.
Satuan pendidikan terakreditasi setelah memeriksa hasil UPK, kemudian membuat
daftar nilai UPK dan mencantumkan keterangan kelulusan dalam daftar nilai tersebut.
Daftar nilai UPK kemudian diserahkan kepada satuan pendidikan asal dengan tembusan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai laporan.
Satuan pendidikan setelah menerima nilai UPK dari satuan pendidikan terakreditasi
kemudian menyelenggarakan rapat dewan tutor untuk melakukan penetapan kelulusan
peserta didik. Nilai UPK inilah yang kemudian akan dimasukkan pada kolom terakhir
nilai ijazah.
Penentuan kelulusan tidak didasarkan pada prosentase nilai derajat kompetensi dan nilai
UPK, karena menurut Permendikbud nomor 3 Tahun 2017 tidak ada nilai gabungan.
Penentuan kelulusan ditentukan oleh nilai UPK. Periksa kriteria ketiga kelulusan dari
satuan pendidikan. Sedangkan UPK diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi. Artinya nilai UPK yang ujiannya diselenggarakan oleh satuan pendidikan
terakreditasi sangat menentukan.
Yang seharusnya dilakukan oleh sekolah dalam penentuan kelulusan Peserta didik yang
mengalami hambatan, social, emosi, dan perilaku sehingga ia harus mendapat
pembinaan di lembaga pemasyarakatan khusus anak/LPKA
Disini sekolah melihat kembali ketentuan
Pada pasal 18 ayat (1) Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017 disebutkan bahwa peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan/program pendidikan setelah memenuhi
kriteria
Bahwa peserta didik yang memenuhi kriteria sebagai berikut;
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik;
c. lulus ujian satuan pendidikan/program pendidikan.
Sehingga peserta didik yang mengalami hambatan, emosional, social, emosi dan
perilaku bila peserta didik masih bisa memenuhi beberapa kriteria diatas diatas yang
sudah ditentukan dalam sebuah sekolah, namun bila peserta didik bulum juga bisa untuk
memenuhi kriteria tersebut karena harus mendapat pembinaan di lembaga
pemasyarakatan khusus anak/LPKA maka dari sekolah pembelajarannya dapat
dilakukan pembelajaran mandiri, namun penentuan pembelajaran mandiri harus
dilakukan dengan pemetaan SKK dan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Ketentuan pembelajaran mandiri sudah diatur dalam standar proses pendidikan
kesetaraan sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 3 Tahun 2008. Berdasarkan
ketentuan, pembelajaran mandiri hanya bisa dilakukan apabila ada kontrak belajar,
peserta didik melakukan belajar mandiri sesuai kontrak belajar, dan di akhir semester
dilakukan penilaian hasil belajar. Dengan demikian mata pelajaran yang dilakukan
dengan bentuk pembelajaran mandiri tetap ada nilai hasil belajar yang dituangkan dalam
buku laporan hasil belajar.
Karena itulah, jika prosedur pembelajaran mandiri diikuti maka akan diperoleh nilai
hasil belajar dan secara utuh peserta didik dinyatakan telah menyelesaikan seluruh
program pembelajaran. Jika prosedur pembelajaran mandiri tidak dilakukan, penilaian
hasil belajar tidak dilakukan maka peserta didik tidak dapat dinyatakan menyelesaikan
seluruh program pembelajaran. Tentunya disini kita juga melihat kembali kondisi
peserta didik.
Sekolah inklusif mengadakan kerjasama dengan pihak terkait, disini pihak terkait
yang dimaksud di sini adalah pemerintah setempat dan juga pemerintah daerah untuk
pelaksanaan kampanye pendidikan inklusif. Sehingga pemerintah daerah bersama staf
sekolah inklusif dapat mengadakan kampanye berupa sosialisasi, menyampaikan
melalui kegiatan ini untuk mengingatkan kepada semua orang bahwa hak semua anak
adalah untuk sekolah khususnya mendapat pendidikan.Termasuk juga anak-anak yang
disabilitas jadi semua orang itu boleh dan harus bisa diterima di sekolah dan
bersama-sama mengingatkan kepada semua orang di lingkungan sekitar bahwa kita
semua ikut berhak untuk diterima di sekolah di manapun dari mulai PAUD sampai
bangku kuliah.
Program sekolah Inklusif ini berupaya membuka akses bagi semua anak terutama
penyendang disabilitas, seluas mungkin untuk untuk memperoleh pendidikan di
sekolah terdekat tempat tinggal mereka.
Tujuan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat adalah agar pemerintah daerah
mendampingi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam melaksanakan
kegiatan kampanye pendidikan inklusif,
~ TRIMAKASIH~