Dosen Pengampu
Disusun Oleh:
Kelompok III
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb
Alhamdulillah alhamdulillahhirabbil alamin,Puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga kita sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak “Dr. Syamsuddin AB,S.Ag.,
M.Pd” selaku dosen pembimbing mata kuliah “Supervisi Pekerjaan Sosial” yang
telah membimbing dan membantu kami menyusun penulisan laporan ini, dan tak
lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman sekalian yang
telah memberikan kami konstribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................iv
A. Latar Belakang.......................................................................................iv
B. Tujuan Penelitian Studi Lapangan...........................................................v
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................6
A. Profil Lembaga........................................................................................6
B. Struktur organisasi..................................................................................7
C. Bidang-bidang struktur organisasi...........................................................8
D. Hasil observasi......................................................................................15
E. Supervisi dalam pekerjaan sosial...........................................................15
F. Hasil wawancara...................................................................................19
G. Dokumentasi.........................................................................................22
A. Kesimpulan...........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
United Nations International Children’s Fund (UNICEF) jumlah anak
jalanan di dunia mencapai 100 juta jiwa, 30 juta diantaranya terdapat di Asia
(Arifin, 2001). Dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Departemen Sosial Republik Indonesia (Depsos RI) tahun 2007, jumlah anak
jalanan di Indonesia mencapai 104.497 jiwa. Di Kota Surakarta tahun 2009
tercatat 62 anak jalanan yang tersebar di lima kecamatan yakni Serengan,
Banjarsari, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Jebres. Selanjutnya tahun 2010 tercatat
70 anak jalanan. Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pinggiran (PPAP)
SEROJA mendata sebanyak 50 anak jalanan yang dapat terjangkau oleh
programnya. Ini menunjukkan peningkatan jumlah anak jalanan yang signifikan.
Konsep anak jalanan diidentifikasikan sebagai gejala akibat krisis ekonomi dan
urbanisasi berlebih di kota besar (Suyanto, 2010). Menurut UNICEF, tumpukan
hutang dan krisis ekonomi akan mengurangi jaminan terhadap pemenuhan hak-
hak anak (Arifin, 2001). Hak tersebut yaitu hak mendapatkan pangan, sandang,
pemukiman, pendidikan, dan kesehatan seperti yang dijelaskan oleh Undang-
Undang Republik Indonesia (UU RI) No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak. Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres RI) No. 3 tahun 1997
tentang Penyelenggaraan Pembinaan Kualitas Anak bahwa proses pembangunan
untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera,
diperlukan pembinaan kualitas anak. Programnya yaitu pelaksanaan wajib belajar
sembilan tahun (Wajar 9 tahun), peningkatan minat baca dan belajar guna
penumbuhan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Lembaga
Lokasi observasi studi lapangan Dinas Sosial Kota Makassar, Alamat Jl. Arif
Rahman Hakim No. 50, Ujung Pandang Baru, Kec. Tallo, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90211
Visi
Supervisi secara istilah berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti
supervision, bermakna pengawasan atau pengendalian. Supervig dapat dikatakan
kata benda, yang asal dari kata to supervise atau tp oversee in order to direct,
artinya mengawasi atau mengendalikan, Aspek segi etimologinya supervisi
terambil dari kata super artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan
dalam kedudukan, pangkat dan kualitas, sedangkan visi artinya melihat atau
mengawasi. Supervisi memiliki arti menganalisis dan mengontrol. Supervisi dapat
16
juga dikatakan indirect service artinya pelayanan tidak langsung, hal ini
dimaksudkan orang tersebut tidak bekerja langsung di lapangan tetapi ia hanya
mengontrol jalannya pekerjaan agar on the right. Salah satu contoh dari indirect
service yaitu menganalisis, memberikan masukan, dan mengkritisi proses
rancangan kebijakan misalnya undang-undang. Supervisi dikatakan juga sebagai
proses penjaminan bagi pekerja sosial baru yang akan melanjutkan dari tingkat
perkuliahan ke dunia kerja. Kata kunci dari pemberian supervisi pada akhirnya
pemberian layanan maupun bantuan. Supervisi dimaksudkan meningkatkan
penyelenggaraan pelayanan kemanusiaan melalui monitoring unjuk prestasi kerja
staf dan membantu anggota staf agar mengalami pertumbuhan, perkembangan
akan terjun ke lapangan untuk melihat kondisi di lapangan, bahkan akan lebih
bagus lagi apabila supervisor lebih tahu kondisi di lapangan dari pada peksos
tetapi tetap yang melakukan direct service adalah pekerja sosialnya. Untuk
mengimplementasikan tanggung jawab ini supervisor juga melakukan
administratif, edukasi, dan suportif dalam relasi yang positif. Orang yang
mengawasi disebut supervisor, sedangkan orang yang diawasi disebut dengan
supervisee. Oleh karena itu, seorang supervisor sebagai pengawas, yang
mengawasi hasil kerja orang lain (supervisee) dengan penuh tanggung jawab
sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh lembaga.
Dengan demikian proses supervisi dalam praktik pekerjaan sosis yaitu seorang
supervisor memberikan pendampingan kepada pekerja sosial baru yang belum
berpengalaman agar bisa beradaptasi dan siap bekerja di dunia pekerjaan sosial.
perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan
tidak sehat dari kultur jalanan, khususnya seks bebas dan penyalahgunaan obat.
juga rentan akibat kekerasan fisik dan resiko jam kerja yang sangat panjang. Dari
beberapa pengertian tersebut, pada hakikatnya apapun definisi mengenai anak
jalanan adalah sama. Anak jalanan merupakan seseorang maupun sekumpulan
anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk mencari nafkah maupun
hanya untuk berkeliaran di jalanan.
“Hasil observasi”
N : Kami Dinas sosial kota Makassar mengaju pada Perda No.2 Tahun 2008
tentang pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen. Bahwa
“Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia dibawah 18 tahun”. Selanjutnya,
kami mengaju pada standar operasional prosedur (SOP) penertiban anak jalanan.
Dimana didalam SOP ini kita memiliki sarana dan prasarana seperti kendaraan
operasional, tim reaksi cepat “saribattang” dan juga call center 112 unit kota
Makassar dimana ketiga hal tersebut dihubungkan oleh Humas Dinas Sosial kota
Makassar. Misalnya ada laporan terkait anak jalanan di call center 112 maka call
center tersebut menghubungkan ke Humas Dinsos Makassar. Selain di call center
112 pengaduan juga bisa dilakukan di Media Sosial seperti Facebook, Instagram
dan Call center yang berkaitan dengan anak jalanan. Kita juga memiliki sarana
dan prasarana Rumah Penyuluhan Trauma Center (RPTC) dimana anak jalanan
yang mengalami masalah dibina selama 3 hari di RPTC tersebut. Pembinaan di
dalam RPTC selain makan dan minum juga diajari tentang kebersihan, bimbingan
spiritual seperti mengaji, shalat, dan juga bimbingan mental dengan cara
memberikan motivasi untuk semangat karena mereka masih memiliki masa depan
yang masih panjang, juga ada bimbingan kepada orang tuanya yang datang
menjemput anak jalanan tersebut bahwa ada UU Perlindungan Anak, dalam UU
Perlindungan Anak itu ada pasal kaitannya dengan hak dan kewajiban sebagai
orang tua kemudian ada hak-hak anak yang harus terpenuhi oleh orang tuanya
seperti anak itu harus tumbuh kembang, punya bakat minat, sekolah, mendapatkan
perlindungan, dll. Tugas orang tua harus merawat dan menafkahi bukan anaknya
20
yang dijalan mencari uang untuk orang tuanya. Didalam UU Perlindungan Anak
itu juga ada pasal larangan dan pasal sanksi. Ketika terjadi kekerasan maupun
eksploitasi terhadap anak, baik itu perorangan ataupun kelompok itu terkena
hukum pidana. Dalam melakukan penanganan anak, anak diibaratkan sebagai
daun bawang yang berlapis-lapis. Dimana pada lapisan pertama (terdekat) adalah
keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek), bagus jika semua
orang di dalam keluarga mendidik anak sesuai dengan UU Perlindungan Anak.
Lapisan kedua adalah lingkungan sekitarnya (tetangga, tokoh masyarakat, tokoh
agama, RT, RW). Lapisan ketiga adalah pemerintah (dinas sosial, dinas
pemberdayaan perempuan, dinas pendidikan, LSM di bidang sosial). Lapisan
terakhir yaitu dunia seperti konvensi anak, konvensi anak itulah yang berkembang
di semua negara di dunia yang mengakibatkan munculnya UU Perlindungan
Anak, UU Peradilan Anak. Terdapat juga organisasi yaitu UNICEF dan juga
lembaga internasional lainnya. Dalam penanganan anak jalanan itu bukan hanya
tugas dinas sosial semata tapi memerlukan juga koordinasi dan bantuan dari
pihak-pihak yang terkait dan tidak menutup kemungkinan juga mahasiswa bisa
ikut andil dalam masalah penanganan anak jalanan tersebut, karena ada juga
beberapa mahasiswa yang membentuk komunitas sosial yang terkait dengan anak
jalanan ataupun hanya berfokus pada masalah sosial saja seperti memberikan
bantuan, bakti sosial, maupun kegiatan sosial lainnya.
N : Sistem kerja di dinas sosial kota Makassar berpatokan pada SOP, dan juga
memiliki sakti peksos, yaitu tenaga yang diberikan oleh Kementerian Sosial. Jadi
setiap dinas sosial memiliki sakti peksos, dulu sakti peksos hanya ditugaskan pada
satu PPKS saja tapi karena kebijakan yang ada sekarang jadi semua multi layanan,
artinya semua PPKS dilayani. Untuk melayani PPKS itu dibutuhkan tenaga dan di
Dinsos Makassar sendiri memiliki 7 Pekerja Sosial dan Dinsos kota Makassar
juga berkoordinasi dengan semua pihak yang terkait dengan masalah yang
ditangani, supaya semua masalah yang ditangani khususnya anak jalanan dapat
21
DIKUMENTASI
23
BAB III
PENUTUP
Dinas sosial kota Makassar mengaju pada Perda No.2 Tahun 2008 tentang
pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen. Bahwa “Anak
diartikan sebagai seseorang yang berusia dibawah 18 tahun”. Sistem kerja di dinas
sosial kota Makassar berpatokan pada SOP, dan juga memiliki sakti peksos, yaitu
tenaga yang diberikan oleh Kementerian Sosial. Setiap dinas sosial memiliki sakti
peksos, dulu sakti peksos hanya ditugaskan pada satu PPKS saja tapi karena
kebijakan yang ada sekarang jadi semua multi layanan, artinya semua PPKS
dilayani.
24
Daftar Pustaka
http://digilib.uinsby.ac.id/10111/5/bab%202.pdf