1. Fungsi Supervisi
Edisi ke 19 dari Encyclopedia (Shulman 1995) menyatakan bahwa definisi
supervisi dalam pekerjaan sosial adalah administrasi, pendidikan, dan
dukungan.
a. Fungsi Administratif
Supervisi yang memiliki fungsi administratif memfokuskan diri pada
masalah penerapan kebijkan prosedur lembaga secara tepat, efektif,
dan benar. Tujuan khususnya yaitu memberikan wawasan secara akurat
kepada pekerja sosial mengenai konteks kerja dalam lembaga yang
bersangkutan sehingga pekerja sosial dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik.
b. Fungsi Pendidikan
Supervisi yang memiliki fungsi pendidikan memfokuskan diri pada
ketepatan dan efektivitas yang berkenaan dengan pemanfaatan
pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu. Tujuannya adalahuntuk meningkatkan kapasitas
supervisee. Tujuan khususnya adalah meningkatkan kapasitas pekerja
sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif.
c. Fungsi suppotive/dukungan
Fungsi ini memfokuskan diri pada pemberian semangat dan kepuasan
kerja kepada supervisee. Tujuannya adalah untuk membantu pekerja
sosial meningkatkan motivasi kerja dan kepuasan kerja dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
2. Tujuan Supervisi
Tujuan jangka pendek adalah memperbaiki kemampuan pekerja agar
bekerja lebih efektif. Tujuan jangka pendek mempengaruhi tujuan jangka
panjang. Tujuannya adalah efektif dan efisien dalam memberikan
pelayanan terhadap klien sesuai mandat yang diberikan oleh masy kepada
lembaga tempat PS bekerja.
6. Prinsip-prinsip Supervisi
a. Prinsip positif yaitu prinsip-prinsip yang harus dikerjakan
oleh seorang supervisor :
1) Mendasarkan terhadap sumber kolektif dari proses
kelompok.
2) Berdasarkan hubungan profesioanal.
3) Sederhana dan informal.
4) Obyektif dan mawas diri.
5) Penerimaan
6) Keunikan; dalam proses supervisi kita harus dapat
membedakan antara yang satu dengan yang lain karena
keunikan pada manusia.
7) Komunikasi
8) Memelihara/menjaga kerahasiaan.
b. Prinsip lain yang mendukung kegiatan supervisi
1) Mengikutsertakan pekerja dalam pelaksanaan kerja
2) Pengakuan
3) Wewenang yang didelegasikan
4) Prinsip perhatian timbal balik.
3. Perencanaan kerja
Supervisor merencanakan untuk mengatur angkatan kerja yang
tersedia, tugas supervisor yaitu memberikan penjelasan lembaga dari
yang bersifat umum sampai khusus. Supervisor harus dapat merancang
penyebaran tugas dengan baik. Perencanaan pekerjaan ini terkait dengan
pengambilan keputusan tentang penjadwalan, prioritas, dan siapa yang
akan melakukan pekerjaan tersebut.
Dalam penggelaran sumber daya tenaga kerja, supervisor harus
memantau absensi, keterlambatan, liburan, dan cuti sakit sehingga dapat
memastikan adanya pekerja sosial yang akan memberikan pelayanan.
4. Penugasan kerja
Setelah merancang tugas secara keseluruhan, selanjutnya adalah
pemberian tugas secara individual. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian tugas adalah :
a. Kriteria penugasan: kapasitas supervisee, beban tugas/ tingkat
kesulitan kasus, tugas sebaiknya beragam, diberikan kesempatan untuk
memilih sesuai minat, kecocokan dalam hal usia, ras, jender, atau
etnis.
b. Manajemen waktu: jadawal, rentang waktu penyelesaian pekerjaan.
c. Prosedur penugasan pekerjaan: penugasan biasanya didasarkan
pada pengetahuan tentang karakteristik kasus, kemampuan pekerja
sosial (supervisee) dan pengalamanya.
d. Masalah-masalah dalam penugasan pekerjaan: Masalah muncul
apabila supervisee menyatakan lebih senang dengan beberapa klien
tertentu saja atau tidak mau dengan klien tertentu. Sedangkan klien
membutuhkan pertolongan dari pekerja sosial. Supervisor harus
memahami apa yang dirasakan oleh supervisee, yang kemudian harus
ditindaklanjuti dengan mendiskusikannya.
7. Kordinasi kerja
Supervisor mempunyai tugas untuk menghubungkan satu pekerja dalam
unit tertentu dengan unit lainnya dalam suatu lembaga, juga dengan
lembaga pelayanan lainnya yang berada dalam satu jaringan kesejahteraa
n sosial masayarakat yang lebih luas.
8. Fungsi komunikasi
Supervisor bertindak sebagai link dalam rantai komunikasi. Dalam garis
vertikal, supervisor menyampaikan pesan dari administrator pada
supervisee.
• Proses dalam komunikasi: supervisor bertugas membangun sistem
komunikasi yang baik dan efektif, dengan supervisee, berbagi informasi,
penerimaan dan kesiapan untuk mendengarkan, menjawab pertanyaan,
memperbaiki kesalahpahaman.
• Masalah dalam komunikasi: Sebagai penghubung, kadang-kadang
supervisor enggan menyampaikan pesan kurang baik yang diterimanya
kepada supervisee, demikian juga sebaliknya. Karena takut ditolak,
dinilai negatif, atau dicela.
• Tugas supervisor berkomunikasi secara vertikal dan juga horizontal
dalam lembaga dan instansi lain.Selain komunikasi formal supervisor
juga harus melakukan informasi informal, pada situasi tertentu.
B. Perbedaan
Ada beberapa perbedaan yang perlu diketahui antara pengembangan staf,
dalam kepelatihan, dan supervisi pendidikan (Gleeson 1992) yakni
Pengembangan staf mengacu pada semua prosedur di dalam lembaga dan
mengharuskan semua pegawainya untuk meningkatkan relasi, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang terkait dg pekerjaannya, termasuk in service
training dan supervisi educational. Kegiatannya meliputi pelatihan,
ceramah.lokakarya, informasi pamflet, serta kelompok diskusi untuk pekerja
sosial, administrator, staf administrasi, dan supervisor.
In-service training adalah bentuk yang lebih spesifik dari pengembangan
staf. Biasanya ditujukan untuk mereka yg mempunyai kesamaan dalam jenis
pekerjaan dan tanggung jawab.
Supervisi Edukasional: Sebagai pelengkap dari In Service Training dan
jenis yang lebih khusus dari pengembangan staf. Supervisor melaksanakan
tanggung jawab untuk membantu supervisee dalam melaksanakan dan
menerapkan pembelajaran umum yang diberikan dalam in service training,
secara khusus atau secara individual.
1. Signifikasnsi Supervisi Pendidikan
Supmemiliki tanggungervisor memberikan pendidikan sehingga dapat
membantu supervisee dalam menghadapi pekerjaannya dengan klien.
Selain itu, supervisor membantu supervisee untuk menjadi pekerja sosial
profesional. Supervisor memiliki tanggung jawab untuk memastikan
perkembangan profesional superviseenya.
D. Proses
Terdapat tiga tahap, yaitu :
1. Tahap memulai Pertemuan
Awalnya membuat penjadwalan secara sistematis sesuai dengan
kebutuhan atau memenuhi standar minimum. Mis: untuk supervisee yang
baru satu jam per minggu. Kemudian persiapan, mempersiapkan segala
bahan2 atau dokumen2 untuk supervisi spt catatan2, berkas kasus.
Rencana kerja dsb.Baik oleh supervisor maupun supervisee.
2. Tahap Pertengahan
Supervisor melakukan pengajaran dan pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan, meminta klarifikasi, dan membebaskan, mendukung,
merangsang, menegaskan, mengarahkan, menantang, dan melengkapi
pemikiran pekerja. Supervisor meminta perhatian terhadap kesalahan
dalam kinerja pekerja, kesempatan yang hilang, kesalahpahaman jelas,
kesenjangan, dan inkonsistensi. Supervisor memperkenalkan ide-ide baru,
saham pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dan menjelaskan dan
menggambarkan kesamaan dan perbedaan antara ini dan situasi lain,
memperbesar perspektif pekerja.Orientasi terhadap pengajaran dan
pembelajaran adalah berdasarkan pada pengalaman sebelumnya, maka
akan menghasilkan cara atau pendekatan yang berbeda-beda untuk
mengajar dan belajar praktek pekerjaan sosial. Supervisor memberikan
umpan balik yang dapat membantu.
3. Tahap Pengakhiran
BAB 5
2. Fokus
• Supervisi berokus pada pekerjaan supervisee, sedangkan
supervisee yang berfokus pada dirinya sendiri
• Psikoterapi: diri si klien (sebagai total person). Persoalan personal
yg ditangani hanya ketika hal tersebut mempengaruhi peforma
supervisee dalam menangani kasus.
3. Peran
– Supervisi:
• Supervisee bertanggung jawab untuk memaksimalkan
kinerjanya serta terus mengembangakan kemampuan
profesionalnya, sedangkan supervisor bertanggung jawab
untuk menolong Supervisee untuk mencapai tujuan-
tujuannya.
• Supervisee tidak bisa memilih supervisornya
• Supervisee tidak bebas untuk menterminasi
hubungannya dengan supervisor.
• Kontrak yg dimiliki Supervisee adalah untuk
mendapatkan pengetahuan dan bimbingan
• Supervisi pendidikan yg efektif membutuhkan
diagnose edukasional dalam hubungan guru dan pelajar.
– Psikoterapi:
• Klien bisa memilih terapisnya
• Klien bebas untuk menterminasi hubungnya dengan
terapis.
• Kontrak yang dimiliki PS adalah untuk
menghilangkan gejala-gejala masalah
• Proses psikoterapi yg efektif membutuhkan diagnose
psikososial yang mendetail.
H. Supervisi Pengembangan
Supervisi pendidikan juga dapat disebut sebagai supervisi pembangunan
karena tujuannya yaitu mengembangkan supervisee dalam menangani
masalah kliennya. Di dalam supervisi perlu melakukan modifikasi untuk
merespon kebutuhan yang berubah pada diri supervisee pada tingkat
pertumbuhan yang berbeda. Supervisi yang diberikan pada supervisee pemula
maka membutuhkan tingkat instruksi dan dukungan tinggi untuk dapat
meningkatkan ketrampilannya.
BAB 6
FUNGSI SUPORTIF
BAB 7
MASALAH-MASALAH DAN STRESS YANG DIALAMI SUPERVISOR
EVALUASI
A. Definisi Evaluasi
Menurut Schmidt dan Perry 1940, Evaluasi dalam supervisi
didefinisikan sebagai penilaian yang obyektif dari fungsi total pekerja
pada pekerjaan selama periode waktu tertentu.
Ini adalah proses penerapan prosedur sistematis untuk
meningkatkan profesionalisme pekerja sosial.
B. Nilai Evaluasi
1. Nilai Untuk Pekerja
Evaluasi membantu memotivasi, langsung, dan mengintegrasikan
pembelajaran. Supervisee dirangsang untuk belajar dan berubah untuk
mencapai evaluasi yang baik.
C. Tujuan Evaluasi
1. Administratif terfokusuntuk tujuan administratif evaluasi
menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk membuatan laporan.
2. Pertumbuhan profesionalisme pekerja sosial. Evaluasi Ini
merupakan sebuah proses pembelajaran yang bisa menggambarkan
kekuatan dan kelemahan performa atau kinerja dari pekerja sosial.
Evaluasi bisa dijadikan umpan balik bagi pekerja sosial untuk
mengembangkan dirinya.
3. Pengembangan pelayanan.
F. Evaluasi Supervisor
Langkah-langkah yang direkomendasikan telah digambarkan sebagai
handal dan tampaknya memanfaatkan dimensi kunci pengawasan yang efektif
(Henderson, Cawyer, dan Watkins 1999): (1) suara kemampuan interpersonal
untuk membangun hubungan, (2) praktik pengetahuan dan pengalaman, (3)
tujuan- berorientasi struktur dan kinerja umpan balik, (4) sikap mendukung
terhadap supervisee, dan (5) keseimbangan yang efektif antara arah dan
otonomi.
BAB 9
SUPERVISI KELOMPOK
BAB 10
B. Sifat Masalah
Supervisor memiliki masalah dengan bagaimana caranya mengakses
kinerja supervisee. Supervisor perlu memiliki pengetahuan yang jelas tentang
apa yang dilakukan supervisee agar kegiatan supervisi berlangsung efektif.
Namun, sering terjadi supervisor tidak dapat secara langsung mengamati
kinerja supervisee. Sumber informasi yang paling sering digunakan oleh
supervisor dalam mengamati kinerja pekerja adalah bahan-bahan catatan
kasus dilengkapi laporan secara lisan yang disusun dan disajikan oleh
supervisee. Supervisor mengalami permasalahan akses terhadap kinerja
pekerja dan semakin diperparah oleh fakta bahwa tidak hanya kinerja pekerja
itu sendiri yang “tidak terlihat”, tetapi hasil dari kinerja pun tidak jelas atau
ambigu. Supervisor pekerja sosial tidak pernah melihat produk yang terlihat
jelas dari kinerja pekerja bersangkutan.
C. Inovasi
1. Pengamatan Langsung dari Kinerja Supervisor
Supervisor dapat melakukan pengamatan langsung dari wawancara,
baik dengan bersama-sama duduk dalam situasi berlangsungnya wawancara
ataup mengamati wawancara tersebut melalui cermin atau layar satu arah
serta supervisi dari co-terapi. Prosedur ini membutuhkan izin dari klien.
Duduk bersama dalam situasi wawancara
Menurut Kadushin (1956a, 1956b, 1957), dengan cara ini
maka supervisor tidak mengganggu klien dan tidak begitu
mempengaruhi berlangsungnya proses wawancara antara klien dan
pekerja.
Cermin satu arah
Cermin atau layar satu arah memungkinkan supervisor untuk
tidak beresiko datau berpatisipasi serta meminimalkan intrusi
supervisor dalam sesi wawancara kelompok (Fleischmann, 1955).
Kegiatan ini memerlukan ruangan khusus.
Pengawasan Co-terapi
Supervisor dapat menjadi peserta aktif dalam kinerja
supervisee dan juga dapat melihat secara langsung supervisee.
Namun, pengunaan co-terapi dapat menimbulkan masalah jika
berhubungan dengan supervisi pendidikan. Jika supervisor aktif
dalam pertemuan antara klien dengan supervisee maka terjadi
dinamika yang mana mungkin terjadi yaitu terapis junior akan
tunduk kepada terapis seniornya yang cenderung mengambil ahli.
Supervisor disarankan agar memberikan tanggung jawab utama
kepada supervisee. Supervisor akan campur tangan jika supervisee
mengalami kesulitan, supervisor harus pandai membaca situasi.
Ada yang berpendapat bahwa adanya co-terapi memberikan
dampak otonom seorang supervisee untuk menimbulkan
ketergantungan. Disisi lain, dapat menimbulkan dampak positif
yaitu supervisor secara langsung dapat melihat supervisee terampil.
Jadi, supervisor dapat memberikan evaluasi bagi kinerja supervisee
dalam kepentingan pertolongan pada klien dan membantu
supervisee untuk lebih berkembang.
Konsultasi Rekan
Konsultasi rekan memberi kesempatan bagi supervisee untuk dapat
mandiri dan berkreasi, yaitu dengan meminta bantuan rekannya yang
dianggap memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan lebih
dalam menangani kasus yang sama seperti yang sedang
ditanganinya.Mereka memiliki tingkat kemampuan yang sama, sehingga
suatu saat secara bergantian supervisee yang tadi berkonsultasi, dalam
kesempatan yang lain bisa menjadi konsultan.