Anda di halaman 1dari 9

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

TAHUN : 2020 NOMOR : 8

PERATURAN WALIKOTA CILEGON

NOMOR 8 TAHUN 2020

TENTANG

PENANGANAN ORANG TERLANTAR DAN JENAZAH TERLANTAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA CILEGON,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b. bahwa dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan


penanganan orang terlantar, perlu meninjau kembali
Peraturan Wali Kota Cilegon Nomor 52 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penanganan, Pemulangan Orang Terlantar di
Perjalanan, Wanita Pekerja Seks, Bekas Narapidana,
Gelandangan dan Pengemis, Pemulasaraan dan
Pemakaman Jenazah Terlantar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Wali Kota
tentang Penanganan Orang Terlantar dan Jenazah
Terlantar;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan
Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

2. Undang …
-2-

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang


Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);

4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang


Penyaluran Bantuan Sosial secara Non Tunai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

6. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2016


tentang Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Daerah Kota Cilegon Tahun 2016 Nomor 5);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA TENTANG PENANGANAN ORANG


TERLANTAR DAN JENAZAH TERLANTAR

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Wali Kota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Cilegon.


2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Perangkat …
-3-

3. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
4. Dinas Sosial adalah Dinas Sosial Kota Cilegon.
5. Kepolisian adalah Kepolisian Resort dan Sektor di Kota
Cilegon.
6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Cilegon.
7. Risiko Sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi,
krisis politik, fenomena alam, dan bencana yang jika tidak
diberikan Bantuan Sosial akan semakin terpuruk dan
tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

8. Keterlantaran adalah suatu istilah sosial dalam


pengelompokan jenis PPKS (Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial) yang menjadi kritria dalam
penanganan atau pelayananan sosial.

9. Orang Terlantar adalah perseorangan, keluarga, kelompok


masyarakat yang oleh karena sesuatu sebab tertentu
mengalami kesulitan yang bersifat sosial, ekonomi atau
psikologis serta tidak memiliki kemampuan untuk
mengatasi kesulitannya.

10. Orang Terlantar di Perjalanan adalah orang terlantar di


perjalanan bukan karena unsur kesengajaan (kecelakaan
akibat faktor manusia dan atau alam, kehilangan harta
milik, tersesat, pencari kerja).

11. Orang Terlantar Sakit adalah orang terlantar yang


ditemukan dalam keadaan sakit.

12. Jenazah Terlantar adalah orang yang meninggal baik laki-


laki maupun perempuan yang tidak dikenal atau tidak
memiliki identitas dan atau tidak memiliki keluarga
sehingga menyebabkan hambatan/kesulitan dalam
pemakamannya.

13. Pemulangan adalah suatu upaya tindakan terhadap


seseorang, kelmpok atau keluarga yang mengalami
ketelantaran dari Kota Cilegon untuk dikembalikan atau
dipulangkan ke daerah asal.

14. Daerah …
-4-

14. Daerah asal adalah tempat asal tinggal atau domisili di


daerah Kabupaten/Kota.

15. Pemulasaraan adalah proses perawatan jenazah yang


meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan
menyolatkankan Jenazah.

16. Pemakaman adalah proses yang meliputi kegiatan


penggalian, sampai dengan penguburan dan pemasangan
batu nisan.

17. Perangkat Daerah Luar Daerah adalah Dinas


Sosial/Lembaga yang menangani bidang sosial di luar
Daerah.

18. Surat Keterangan adalah keterangan tertulis yang


dikeluarkan oleh kepolisian untuk Orang Terlantar dan
Jenazah Terlantar.

19. Tempat Rumah Singgah/Pondok Sosial adalah tempat yang


disediakan oleh Pemerintah Daerah yang secara fungsional
digunakan untuk penampungan sementara orang terlantar
di perjalanan, tuna susila, gelandangan dan atau pengemis
sebelum dipulangkan.

BAB II

RUNAG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Walikota ini adalah penangan


Pemerintah Kota Cilegon kepada:

a. Orang Terlantar di Perjalanan;

b. Orang Terlantar Sakit;dan

c. Jenazah Terlantar.

BAB II

PELAKSANAAN

Bagian Kesatu

Penanganan Orang Terlantar di Perjalanan

Pasal 3

(1) Penanganan untuk Orang Terlantar di Perjalanan


diberikan dalam bentuk pemulangan ke daerah asal.

(2) Penangan …
-5-

(2) Penanganan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan


dengan tata cara sebagai berikut:

a. menunjukkan surat keterangan dari kepolisian atau


Perangkat Daerah Luar Daerah yang ditujukan kepada
Kepala Dinas Sosial yang menerangkan bahwa
seseorang, kelompok atau keluarga mengalami
keterlantaran dalam perjalanan;

b. apabila yang bersangkutan tidak dapat menunjukan


indentitas/status kependudukan dan atau mengalami
gangguan kesehatan/mental senghingga tidak dapat
memberikan keterangan, maka yang bersangkutan
akan diadakan pengecekan retina mata di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon;

c. apabila belum dapat diketahui atau ditemukan alamat


asalnya, maka akan dititipkan atau ditampung
sementara sampai penanganan lebih lanjut pada
Tempat Rumah Singgah Dinas Sosial Kota Cilegon;

d. jika dalam 7 (tujuh) hari atau lebih belum diketemukan


alamat/keluarganya, maka akan dilakukan rujukan ke
Dinas Sosial Provinsi atau mitra rujukan;

e. Wali Kota memberikan kewenangan kepada Kepala


Dinas Sosial untuk memberikan bantuan tidak
terencana pemulangan seseorang sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, meliputi
biaya pemulangan dari Kota Cilegon sampai ke
Kota/Kabupaten pertama yang dilaluinya:

1. Daerah tujuan Pulau Sumatera ditujukan sampai


dengan Provinsi Lampung;

2. Daerah tujuan luar Pulau Jawa selain pulau


Sumatera ke pelabuhan penyeberangan Tanjung
Priok;

3. Daerah tujuan Pulau Jawa dipulangkan sesuai


dengan daerah tujuan;

4. Pemulangan …
-6-

4. Pemulangan yang tidak sampai daerah tujuan


dilakukan dengan system estafet antar Dinas Sosial
Kabupaten/Kota/Provinsi;

5. Apabila anggaran tidak cukup tersedia, maka


pemulangan orang terlantar dirujuk ke Dinas Sosial
Provinsi Banten.

f. Kepala Dinas Sosial memberikan surat keterangan


bahwa yang bersangkutan mengalami keterlantaran di
perjalanan yang ditujukan kepada Perangkat Daerah
Luar Daerah.

Bagian Kedua

Penanganan Orang Terlantar Sakit

Pasal 4

(1) Penanganan untuk Orang Terlantar Sakit diberikan dalam


bentuk pemeriksaan dan pelayanan
kesehatan/pengobatan/perawatan yang sifatnya tidak
terencana.

(2) Penanganan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan


dengan tata cara sebagai:

a. bagi orang terlantar yang ditemukan dalam keadaan


sakit maka dilakukan pemeriksaan pelayanan
kesehatan/pengobatan/perawatan terlebih dahulu;

b. sebelum dipulangkan ke daerah asalnya terlebih dahulu


diberikan bantuan pelayanan
kesehatan/pengobatan/perawatan.

(3) Penanganan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan


oleh Dinas Sosial bekerjasama dengan Dinas Kesehatan,
RSUD Kota Cilegon dan Kepolisian.

Bagian Ketiga

Penanganan Jenazah Terlantar

Pasal 5

(1) Penanganan untuk Jenazah Terlantar diberikan dalam


bentuk pemulasaraan dan pemakaman yang sifatnya tidak
terencana.

(2) Penanganan …
-7-

(2) Penanganan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan


dengan tata cara sebagai berikut:

a. Dinas Sosial Kota Cilegon berkewajiban untuk


melaksanakan pemulasaraan dan pemakaman terhadap
Jenazah Terlantar, setelah menerima surat keterangan
atau rekomendasi penguburan dari Kepolisian Resort
Kota Cilegon sebagai dasar rujukan;

b. Dinas Sosial Kota Cilegon berkoordinasi Organisasi


Perangkat Daerah, yaitu:

1. Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Cilegon


pengajukan permohonan ijin tempat/lokasi
pemakaman di Tempat Pemakaman Umum milik
Pemerintah Kota Cilegon;

2. Dinas Kesehatan Kota Cilegon untuk pengajuan


permohonan peminjaman kendaraan roda 4 (empat)
mobil jenazah yang mana untuk membawa jenazah
ketempat pemakaman milik Pemerintah Kota
Cilegon.

c. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan


pemulasaraan dan pemakaman Jenazah Terlantar
dimaksud pada huruf a dan huruf b, Dinas Sosial Kota
Cilegon membentuk kelompok kerja pemakaman yang
meliputi kelompok pemulasaraan jenazah dan kelompok
penggali kubur.

BAB III

PEMBIAYAAN

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran penanganan


orang dan jenazah terlantar dalam APBD Kota Cilegon
antara lain:

a. biaya pemulangan ke daerah asal Orang Terlantar


di Perjalanan yang terdiri dari biaya pemulangan,
makan dan minum seseorang, keluarga, kelompok yang
mengalami keterlantaran dalam perjalanan;

b. biaya …
-8-

b. biaya pemeriksaan dan pelayanan kesehatan/


pengobatan/perawatan untuk Orang Terlantar Sakit;

c. biaya pemulasaraan dan pemakaman Jenazah


Terlantar;

(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dialokasikan untuk setiap tahun anggaran dalam
kelompok belanja langsung pada Dinas Sosial Kota
Cilegon.

(3) Biaya pemulangan ke daerah asal untuk Orang Terlantar


di Perjalanan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a di
atas, diberikan dalam bentuk uang pembelian atau
pembayaran tiket tranportasi darat atau transportasi laut
kelas terendah yang tersedia ke daerah tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat (2) pada huruf
e.

(4) Biaya pemeriksaan dan pelayanan kesehatan/


pengobatan/perawatan untuk Orang Terlantar Sakit
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b di atas, diberikan
dengan jumlah maksimal Rp 10.000.000,-(sepuluh juta
rupiah), dengan ketentuan bagi Orang Terlantar Sakit
wajib melampirkan surat keterangan dari kepolisian
setempat;

(5) Biaya pemulasaran dan pemakaman untuk Jenazah


Terlantar sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
di atas, diberikan dengan jumlah maksimal
Rp. 2.500.000,-; (dua juta lima ratus ribu rupiah);

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7

Pada saat Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku, Peraturan


Wali Kota Nomor 52 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penanganan Pemulangan Orang Terlantar di Perjalanan,
Wanita Pekerja Seks, Bekas Narapidana, Gelandangan dan
Pengemis, Pemulasaraan dan Pemakaman Jenazah terlantar
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal …
-9-

Pasal 8

Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Wali Kota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Cilegon.

Ditetapkan di Cilegon
pada tanggal 6 Maret 2020
WALI KOTA CILEGON,

ttd

EDI ARIADI

Diundangkan di Cilegon
pada tanggal 6 Maret 2020

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN 2020 NOMOR 8

Anda mungkin juga menyukai