ABSTRAK
Hoax atau berita bohong adalah suatu berita atau pernyataan yang memiliki
informasi yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang
sengaja disebarluaskan untuk membuat keadaan menjadi heboh dan
menimbulkan ketakutan. Hoax dikategorikan tindak pidana sehingga hoax yang
dilakukan Ratna Sarumpaet merupakan tindak pidana sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana,
dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Kata kunci: Hoax, Hukum Pidana
I. PENDAHULUAN
Bagi Anda yang suka mengirimkan kabar bohong (hoax), atau bahkan cuma
sekadar iseng mendistribusikan (forward), harap berhati-hati. Ancamannya tidak
main-main, bisa kena pidana penjara enam tahun dan denda Rp 1 miliar," kata
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia Komisaris. pelaku penyebar hoax bisa terancam Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-Undang ITE. Di dalam
pasal itu disebutkan, "Setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana
maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1 miliar."1
Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU 11/2008) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU 19/2016) menyebutkan: (1) Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik (ayat (1) UU
1https://nasional.tempo.co/read/821644/mabes-polri-penyebar-hoax-diancam-hukuman-6-tahun-
penjara/full&view=ok, diakses 6-12-2018.
52
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
11/2008); dan (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA) (Ayat (2) UU 11/2008).
Berdasarkan Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Nomor SE/6/X/2015
Tahun 2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) (“SE KAPOLRI
6/2015”) dijelaskan bahwa ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang
diatur dalam KUHP dan ketentuan pidana lainnya di luar KUHP, yang berbentuk:
(1) penghinaan; (2) pencemaran nama baik; (3) penistaan; (4) perbuatan tidak
menyenangkan; (5) memprovokasi; (6) menghasut; (7) penyebaran berita
bohong. Dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada
tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial.2
Polisi menetapkan Ratna Sarumpaet tersangka menyebarkan berita bohong
alias hoaks soal penganiayaan. Ratna ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis
(4/10/2018) malam. Ratna ditangkap sebelum naik pesawat
meninggalkan Indonesia. Polisi menerapkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan Pasal 28 jo Pasal 45 Undang-
Undang ITE terkait penyebaran hoaks penganiayaan. Atas kasus tersebut, Ratna
Sarumpaet terancam 10 tahun penjara. Ratna juga terancam pasal 14 UU nomor 1
tahun 1946. Pasal ini menyangkut kebohongan Ratna yang menciptakan keonaran.3
Berita yang sama juga diberitakan oleh Tempo Online dengan judul:
“Begini Kronologi Kasus Hoax Ratna Sarumpaet”. Dalam berita tersebut
diberitakan: Kepolisian Daerah Metro Jaya menangkap terhadap aktivis Ratna
Sarumpaet pada Kamis malam, 4 Oktober 2018 di Bandara Internasional Soekarno
Hatta. Ratna ditangkap sebelum terbang ke Santiago, Cile. Kepala Bidang Humas
Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan
penangkapan terhadap Ratna dilakukan karena kepolisian telah menetapkan Ratna
sebagai tersangka dalam kasus penyebaran hoax atau berita bohong. Kepolisian
akan menjerat Ratna dengan pasal 14 dan 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana serta pasal 28 juncto pasal 45 Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).4
1. Pengertian Hukum
Setiap negara tentunya akan memiliki hukum yang berlaku untuk mengatur
warga negaranya, termasuk di Indonesia. Pengertian hukum secara umum adalah
2 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5b70642384e40/bentuk-penghinaan-yang-bisa-dijerat-pasal-
tentang-ihate-speech-i, diakses 6-12-2018.
3 http://www.tribunnews.com/nasional/2018/12/05/rocky-gerung-soal-kasus-ratna-sarumpaet-kejadiannya-1-
53
P-ISSN: 1979-7087
sistem atau aturan yang dibuat oleh manusia untuk mengatur atau mengontrol
semua tingkah lakunya di dalam negara yang ditempatinya. Yang berhak menaati
hukum adalah semua warga negaranya, sedangkan yang dapat menjalankan hukum
yang berlaku diserahkan pada pihak-pihak yang berwenang.5
Menurut Plato hukum adalah peraturan yang tersusun dengan baik dan
bersifat mengikat untuk mengatur masyarakat. Sedangkan menurut Aristoteles,
pengertian hukum yaitu tidak hanya kumpulan aturan yang dapat mengikat dan
berlaku pada masyarakat saja, tapi juga berlaku pada hakim.6
Menurut Wignjodipoero, Hukum adalah peraturan-peraturan hidup yang
diciptakan oleh manusia untuk menentukan tingkah laku manusia. Aturan ini
bersifat memaksa dan semua masyarakat dalam suatu warga negara harus
mematuhinya. Bila ada yang ketahuan melanggar, maka akan diberikan sangsi
berupa hukuman.7
Menurut Kusumaatmadja, pengertian hukum adalah semua kaidah dan asas
yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dimana tujuannya untuk
memelihara ketertiban yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga dan proses
guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.8
Setiap hukum yang ada di dunia memiliki beberapa unsur di dalamnya.
Adapun beberapa unsur hukum adalah sebagai berikut ini:9
a. Mengatur Tingkah Laku Masyarakat.
Tujuan utama dari hukum adalah untuk mengatur tingkat laku seseorang
dalam bermasyarakat. Artinya, setiap tingkah laku dalam interaksi manusia di
dalam masyarakat diatur dalam hukum.
b. Hukum Dibuat oleh Lembaga Khusus.
Hukum tidak dapat dibuat oleh semua pihak, tapi melalui suatu lembaga
atau badan resmi yang memiliki kewenangan untuk hal tersebut. Misalnya
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dibuat oleh negara, dalam
hal ini dilaksanakan oleh Badan Legislatif.
c. Peraturan Bersifat Memaksa.
Hukum adalah suatu peraturan yang sifatnya memaksa. Jadi, setiap
individu di dalam suatu masyarakat harus mematahui hukum yang berlaku dan
akan dikenakan sanksi bila melakukan pelanggaran.
Misalnya peraturan berlalu lintas yang mengharuskan setiap pengendara
untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sebelum berkendara di jalan raya.
Pengendara yang tidak memiliki SIM akan dikenakan sanksi dari pihak
berwajib.
d. Sanksi/Hukuman Bagi Pelanggar Hukum.
Dalam hukum telah dijelaskan mengenai aturan dan juga sanksi yang
akan dikenakan kepada pelanggarnya. Adapun sanksi atau hukuman yang
diberikan kepada setiap pelanggar hukum disesuaikan dengan aturan
perundang-undangan yang telah disepakati.
54
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
10 Moeljatno. 1993. Asas-asas Hukum Pidana. PT.Bima Aksara. Jakarta. Hlm. 35.
11 Soedrajat Bassar, 1999, Tindak-tindak Pidana Tertentu, Ghalia Indonesia. Bandung. Hlm. 1
12 Eddy O.S. Hiariej. 2014. Prinsip-prinsip Hukum Pidana. Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta.
13 C.S.T. Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Hlm. 257.
14 P.A.F. Lamintang, 2013. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm. 2.
55
P-ISSN: 1979-7087
15 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt57f2f9bce942f/perbedaan-pokok-hukum-pidana-dan-hukum-
perdata, diakses 6-12-2018.
16 P.A.F. Lamintang.1999. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti. Bandung. Hlm.
16.
17 Utrecht. 1986. Hukum Pidana 1. Pustaka Tinta Mas. Surabaya. Hlm. 252.
18 Moeljatno. 1993. Asas-asas Hukum Pidana. PT.Bima Aksara. Jakarta. Hlm. 38.
19 Andi Hamzah. 2001, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm. 25-
27.
56
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara
lain sebagai berikut: Pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan sengaja
menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354 KUHP yang dengan
sengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapat
dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkan
matinya seseorang, contoh lainnya seperti yang diatur dalam Pasal 188 dan
Pasal 360 KUHP.
4. Menurut macam perbuatannya, Tindak Pidana aktif (positif), perbuatan aktif
juga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya
diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya
Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan Penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak Pidana
pasif dibedakan menjadi tindak pidana murni dan tidak murni. Tindak pidana
murni, yaitu Tindak Pidana yang dirumuskan secara formil atau tindak pidana
yang pada dasarnya unsur perbuatannya berupa perbuatan pasif, misalnya diatur
dalam Pasal 224,304 dan 552 KUHP.Tindak Pidana tidak murni adalah tindak
pidana yang pada dasarnya berupa tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan
secara tidak aktif atau tindak pidana yang mengandung unsur terlarang tetapi
dilakukan dengan tidak berbuat, misalnya diatur dalam Pasal 338 KUHP, ibu
tidak menyusui bayinya sehingga anak tersebut meninggal.
Selanjutnya menurut Hamzah, Unsur-unsur tindak pidana memiliki 5 (lima)
macam sebagai berikut:20
1. Kelakuan dan akibat (perbuatan);
2. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan;
3. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana;
4. Unsur melawan hukum yang objektif;
5. Unsur melawan hukum yang subyektif.
20 Ibid.
21 E.Y.Kanter. dan S.R. Sianturi. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya. Storia
Grafika. Jakarta. Hlm. 59.
22 Tri Andrisman. 2007. Buku Ajar Sistem Peradilan Indonesia. Fakultas hukum Universitas Lampung,
57
P-ISSN: 1979-7087
masa lampau, maksudnya masa terjadinya tindak pidana itu. Teori pembalasan
ini terbagi lima lagi, yaitu:
a. Pembalasan berdasarkan tuntutan mutlak dari etika.
Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant yang mengatakan bahwa
pemidanaan adalah merupakan tuntutan mutlak dari kesusilaan (etika)
terhadap seorang penjahat yang telah merugikan orang lain.
b. Pembalasan bersambut.
Teori ini dikemukakan oleh Hegel, yang menyatakan bahwa hukum
adalah perwujudan dari kemerdekaan, sedangkan kejahatan adalah
merupakan tantangan kepada hukum dan keadilan. Menurut Hegel untuk
mempertahankan hukum yang merupakan perwujudan dari kemerdekaan
dan keadilan, kejahatan-kejahatan secara mutlak harus dilenyapkan dengan
memberikan pidana kepada penjahat.
c. Pembalasan demi keindahan dan kepuasan.
Teori ini dikemukakan oleh Herbart, yang mengatakan bahwa
pembalasan merupakan tuntutan mutlak dari perasaan ketidakpuasan
masyarakat, sebagai akibat dari kejahatan, untuk memidana penjahat, agar
ketidakpuasan masyarakat terpulihkan kembali.
d. Pembalasan sesuai dengan ajaran Tuhan (agama).
Teori ini dikemukakan Sthal (termasuk juga Gewin dan Thomas
Aquino) yang mengemukakan bahwa kejahatan adalah merupakan
pelanggaran terhadap prikeadilan Tuhan dan harus ditiadakan. Karenanya
mutlak harus diberikan penderitaan kepada penjahat demi terpeliharanya pri
keadilan Tuhan. Cara mempertahankan prikeadilan Tuhan ialah melalui
kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada penguasa Negara.
e. Pembalasan sebagai kehendak manusia
Teori ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau, Grotius, yang mendasarkan
pemidanaan juga sebagai perwujudan dari kehendak manusia. Menurut
ajaran ini adalah merupakan tuntutan alam bahwa siapa saja yang
melakukan kejahatan, dia akan menerima sesuatu yang jahat.
2. Teori Tujuan (teori relative).
Berbeda dengan teori pembalasan, maka teori tujuan mempersoalkan
akibat-akibat dari pemidanaan kepada penjahat atau kepentingan masyarakat.
dipertimbangkan juga pencegahan untuk masa mendatang. Dipandang dari
tujuan pemidanaan teori ini dibagi sebagai berikut:23
a. Pencegahan terjadinya suatu kejahatan dengan mengadakan ancaman
pidana yang cukup berat untuk menakut-nakuti. Cara ini ditujukan secara
umum, artinya kepada siapa saja agar takut melakukan kejahatan, dengan
demikian disebut juga sebagai prevensi umum. Paul Anselm van Feuerbach
yang mengemukakan teori ini dengan nama paksaan psikologis (psychology
dwang), mengakui juga bahwa hanya dengan mengadakan ancaman pidana
saja tidak akan memadai, melainkan diperlukan penjatuhan pidana kepada
si penjahat.
58
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
59
P-ISSN: 1979-7087
masyarakat. Jadi harus ada keseimbangan antara pidana yang dijatuhkan dengan
kejahatan yang telah dilakukan.
25 R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal. Politeia. Bogor. Hlm. 269.
26 Sovia Hasannah, Arti Berita Bohong dan Menyesatkan dalam UU ITE
1.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4eef8233871f5/arti-berita-bohong-dan-menyesatkan-
dalam-uu-ite, diakses 6-12-2018.
60
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
apakah memang terkandung niat jahat dalam perbuatan itu. Periksa juga apakah
perbuatan itu dilakukan tanpa hak? Menurutnya, kalau pers yang melakukannya
tentu pers punya hak. Namun, bila ada sengketa dengan pers, maka UU Pers
(Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers) yang dijadikan
acuannya.
27 Ibid.
61
P-ISSN: 1979-7087
E. Pengertian Hoax.
Hoax dari bahasa Inggris yang artinya Berita Palsu atau Berita Bohong. Di
dalah hukum pidana tidak ditemukan isitlah Hoax tetapi kabar bohong. Hoax
sendiri memiliki definisi yaitu suatu berita atau pernyataan yang memiliki informasi
yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang sengaja
disebar luaskan untuk membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan
ketakutan. Akan tetapi, ada juga hoax yang sengaja dibuat untuk membuat cara
berpikir tentang suatu hal menjadi sesat karena tertipu berita atau opini hoax. Jika
sebelumnya hoax ini disebar luaskan lewat sms ataupun email dengan banyak,
maka hoax sekarang ini lebih banyak beredar di dalam sosial media seperti
Instagram, facebook, Twitter, Path, Whatsapp, serta blog-blog tertentu.28
Pasal 28 ayat (1) UU 11/ 2008 menyebutkan: Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Ini artinya unsur-unsur yang
terdapat dalam pasal 28 ayat (1) UU 11/ 2008, yaitu:
1. Setiap orang disini adalah ditunjukan kepada pelaku penyebar berita bohong
atau Hoax.
2. Kesalahan: dengan sengaja, Dengan sengaja yang dapat diartikan bentuk
kesengajaan dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan,terbukti melakukan dalam hal melaksanakan delik yang
diancamkan dalam pasal tersebut.
3. Melawan hukum: tanpa hak disini tanpa hak diartikan sebagai melawan hukum
yaitu tanpa adanya hak sendiri (zonder eigen recht), bertentangan dengan
hukum pada umumnya (in strijd met het recht in het algemeen), bertentangan
dengan hak pribadi seseorang (in strijd met een anders subjectieve recht),
bertentangan dengan hukum objektif (tegen het objectieve recht), dalam
penyebaran berita bohong atau Hoax merupakan tindakan yang melawan
hukum dan bertentangan dengan hak pribadi.
4. Perbuatan: menyebarkan seseorang karena telah menyebarkan berita tidak
sesuai dengan fakta.
5. Objek: berita bohong sama artinya dengan bersifat palsu, artinya sesuatu yang
disiarkan itu mengandung hal yang tidak benar. Ada persamaan dengan bersifat
menyesatkan, ialah isi apa yang disiarkan mengandung hal yang tidak
sebenarnya dan meyesatkan memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan
tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. Suatu berita
yang menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. Karena rumusan
unsur menggunakan kata “dan”, artinya kedua unsurnya harus terpenuhi untuk
pemidanaan. yaitu menyebarkan berita bohong (tidak sesuai dengan
hal/keadaan yang sebenarnya) dan menyesatkan (menyebabkan seseorang
berpandangan pemikiran salah/keliru). Apabila berita bohong tersebut tidak
menyebabkan seseorang berpandangan salah, maka tidak dapat dilakukan
pemidanaan.
62
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
63
P-ISSN: 1979-7087
A. Hasil Penelitian
31http://www.tribunnews.com/nasional/2018/12/05/rocky-gerung-soal-kasus-ratna-sarumpaet-kejadiannya-1-
oktober-saya-baru-pulang-dari-rusia. Diakses 6-12-2018.
64
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana serta pasal 28 juncto pasal 45 Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).32
Kasus ini berawal pada saat Ratna Sarumpaet mengaku dianiaya orang di
Bandung, Jabar 21 September 2018. Peristiwa terjadi di sekitar Bandara Husein
Sastranegara, Bandung. Walaupun pada akhirnya Ratna mengaku bahwa dia
berbohong.33 Berikut kronologi singkat kasus hoax Ratna hingga ditangkap polisi:34
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Tempo, kabar Ratna Sarumpaet
dianiaya pertama kali beredar melalui Facebook (Diunggah pertama kali lewat di
media sosial). Akun yang mengunggah informasi tersebut adalah Swary Utami
Dewi. Unggahan ini disertai sebuah tangkapan layar yang berisi dari aplikasi pesan
WhatsApp pada 2 Oktober 2018 serta foto Ratna. Namun unggahan tersebut kini
telah dihapus. Kabar tersebut kemudian menyebar lewat Twitter melalui akun
sejumlah tokoh. Salah satunya adalah Rachel Maryam.
Penganiayaan yang diterima oleh Ratna Sarumpaet kemudian mendapat
respon. Salah satunya dari politikus Partai Gerindra (Dikonfirmasi oleh politikus),
Rachel Maryam melalui akun twitternya di @cumarachel. Dalam cuitannya, ia
membenarkan kabar penganiayaan yang diterima oleh aktivis dan seniman teater
itu. "Berita tidak keluar karena permintaan bunda @Ratnaspaet pribadi, beliau
ketakutan dan trauma. Mohon doa," tulis Rachel pada 2 Oktober 2018.
Tak hanya Rachel, kabar penganiayaan tersebut juga dibenarkan oleh Juru
Bicara Tim Prabowo-Sandiaga Dahnil Anzar Simanjuntak. Dalam pernyataannya,
Dahnil mengatakan Ratna dikeroyok oleh orang tak dikenal dan dimasukkan ke
dalam mobil. Pengacara Ratna, Samuel Lengkey juga mengatakan hal senada.
Lengkey mengatakan bahwa kabar penganiayaan itu benar tapi ia menolak
memberitahukan informasi lengkapnya. "Iya benar, itu confirmed dia," ucapnya.
Konfirmasi berikutnya juga datang dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra
Fadli Zon. Melalui cuitan di akunnya yakni @fadlizon, Fadli menegaskan Ratna
Sarumpaet mengalami penganiayaan dan dikeroyok dua sampai tiga orang. "Jahat
dan biadab sekali," kata dia melalui cuitanya. Fadli juga mengaku telah bertemu
dengan Ratna dua kali setelah mengalami penganiayaan.
Tak berhenti di situ, Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus calon presiden
2019 Prabowo Subianto turut memberikan pernyataan mengenai kabar
dikeroyoknya Ratna Sarumpaet pada Rabu malam, 3 Oktober 2018. Saat itu,
Prabowo sempat mengatakan bahwa tindakan terhadap Ratna adalah tindakan
represif dan melanggar hak asai manusia. Prabowo bahkan ingin bertemu dengan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk membicarakan mengenai dugaan
penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet di Bandung, Jawa Barat itu.
Setelah ramai pemberitaan tersebut, hoax tersebut kemudian ditanggapi
oleh pihak kepolisian (Disanggah pihak kepolisian). Kepolisian melakukan
penyelidikan setelah mendapatkan tiga laporan mengenai dugaan hoax itu.
Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, Ratna diketahui tidak dirawat di 23
rumah sakit dan tidak melapor ke 28 Polsek di Bandung dalam kurun waktu 28
65
P-ISSN: 1979-7087
66
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
35 https://www.jawapos.com/nasional/hukum-kriminal/03/10/2018/kasus-ratna-sarumpaet-bisa-timbulkan-
konflik-sosial/. Diakses 15 -6-2019.
36 https://nasional.kompas.com/read/2018/10/02/22483341/prabowo-yakin-ada-motif-politik-di-balik-dugaan-
67
P-ISSN: 1979-7087
2019.
40 Ibid.
41 https://tirto.id/dengar-kesaksian-tompi-ratna-dia-menyadarkan-saya-berhenti-bohong-dmVB. Diakses 15-5-
2019.
42 https://www.liputan6.com/news/read/3948410/hanum-rais-periksa-ratna-sarumpaet-tompi-antara-tidak-
68
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
44 https://www.liputan6.com/news/read/3950611/imbas-hoaks-ratna-sarumpaet-menurut-sosiolog-dan-ahli-
hukum-pidana. Diakses 15-5-2019.
45 Ibid.
46 https://www.gatra.com/detail/news/412253/politic/saksi-ahli-bahasa-dalam-sidang-ratna-perbedaan-
69
P-ISSN: 1979-7087
kontra di media sosial. Orang saling mengungkapkan opini yang tidak jelas
dan bisa menimbulkan perpecahan. Itu juga termasuk onar.48
Pendapat Wahyu, dapat dilihat buktinya, di Jalan Gatot Subroto
samping Polda Metro Jaya Jakarta Selatan ada unjuk rasa yang
mengatasnamakan Lentera muda Nusantara. Pertama, menuntut dan
mendesak kepolisian untuk menangkap pelaku penganiayaan terhadap
saudara Ratna Sarumpaet. Kedua, kepolisian harus tegas tangkap dan adil.
di tempat lain masyarakat kota Bandung juga memberikan reaksi berupa
tuntutan kepada terdakwa untuk menyatakan permintaan maaf kepada
masyarakat Kota Bandung sebagaimana antara lain terdapat pada media
online, Tribunnews dengan judul berita Ridwan Kamil ingin Ratna
Sarumpaet minta maaf juga kepada masyarakat Bandung. Kemudian,
dengan judul berita Pemkot desak Ratna Sarumpaet minta maaf ke Warga
Bandung dengan judul mahasiswa demonstrasi tuntut Ratna Sarumpaet
minta maaf kepada warga Bandung.
Ahli bahasa lain yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum, adalah Dr
Wahyu Wibowo dicecar pertanyaan terkait makna dari frasa "penyiaran
berita bohong" dan "keonaran" oleh Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim,
dan Pengacara di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Kamis
(25/4/2019) saat sidang kasus dugaan penyebaran berita bohong dengan
terdakwa Ratna Sarumpaet. Wahyu menjelaskan, filsafat bahasa lebih
cenderung memeriksa makna bahasa sedangkan linguistik lebih cenderung
memeriksa bentuk bahasa. Filsafat bahasa lebih mengarah kepada makna
bahasa sehubungan dengan kehidupan. Linguistik berkaitan dengan bentuk-
bentuk bahasa. Filsafat bahasa terkait penggunaan bahasa pada
masayarakat.49
Wahyu menjelaskan, sejumlah hal yang perlu disoroti untuk mencari
makna dalam perspektif filsafat bahasa antara lain, penutur, tuturan
(bentuk), penerima tuturan (audien), reaksi dari penerima tuturan (kesan),
dan situasi saat proses komunikasi itu terjadi (konteks). Wahyu juga
mengatakan profil penutur dan konteks akan menentukan kesan atau reaksi.
Terkait hal tersebut, menurut Wahyu bahasa juga memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi penerima tuturan terlebih jika penutur adalah seorang tokoh
publik.
Terkait frasa "penyiaran berita bohong", Wahyu berpendapat
penyiaran informasi yang mengandung sesuatu yang tidak benar bisa
dilakukan oleh satu orang ke satu orang lain. Terkait dengan kata
"keonaran", Wahyu berpendapat keonaran tidak berarti harus
mengakibatkan keributan fisik. Menurut Wahyu, dalam filsafat bahasa onar
bermakna membuat orang bertanya-tanya, gaduh, heran, atau menimbulkan
pro kontra. pada awalnya dua orang saja sudah cukup untuk dikatakan
48 https://www.liputan6.com/news/read/3949907/ahli-bahasa-dalam-sidang-ratna-sarumpaet-pro-kontra-di-
medsos-termasuk-onar. Diakses 14-6-2019.
49 http://www.tribunnews.com/nasional/2019/04/25/hakim-tegur-ahli-bahasa-karena-dinilai-tidak-
70
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
50 Ibid.
51 Ibid.
52 Ibid.
53 Ibid.
54 Ibid.
71
P-ISSN: 1979-7087
55 Ibid.
56 Ibid.
57 Ibid.
58 https://nasional.sindonews.com/read/1402807/13/kasus-hoaks-ini-keterangan-ahli-pidana-di-sidang-ratna-
72
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
59 Ibid.
60 https://www.gatra.com/detail/news/412266/politic/ahli-digital-forensik-tunjukkan-bukti-chat-ratna-dengan-
said-iqbal-dan-fadli-zon. Diakses 15-6-2019.
61 Ibid.
73
P-ISSN: 1979-7087
74
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
66 https://www.inews.id/news/nasional/staf-ratna-pernah-cerita-ke-saya-kadang-stres-mau-bunuh-diri/537593.
Diakses 15-6-2019.
67 https://www.beritasatu.com/nasional/552817/asisten-sebut-ratna-kerap-marah-sebelum-berbohong. Diakses
15-6-2019.
68 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4ca459db4ecc2/pemeriksaan-saksi-di-tingkat-
75
P-ISSN: 1979-7087
a) Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan
yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar
pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum;
b) Yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi
saksi;
c) Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan maupun yang memberatkan
terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan atau yang
diminta oleh terdakwa atau penasihat hukum atau penuntut umum selamã
berIangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusán, hakim ketua
sidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut.
Jadi perbedaan mendasar antara saksi meringankan (a de charge) dengan
saksi memberatkan (a charge) adalah pada substansi keterangan yang diberikan
apakah mendukung pembelaan terdakwa atau justru memberatkan atau melawan
pembelaan terdakwa, serta pihak yang mengajukan saksi tersebut.
Ada istilah, saksi mahkota adalah istilah untuk tersangka/terdakwa yang
dijadikan saksi untuk tersangka/terdakwa lain yang bersama-sama melakukan suatu
perbuatan pidana. Definisi saksi mahkota dijelaskan Ilman Hadi, dalam artikelnya
yang berjudul Definisi Saksi Mahkota. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa
saksi mahkota bukanlah istilah yang dikenal dalam KUHAP. Namun istilah ini
dapat ditemui dalam alasan yang tertuang pada memori kasasi yang diajukan oleh
kejaksaan dalam Putusan Mahkamah Agung No. 2437 K/Pid.Sus/2011 yang
menyebutkan bahwa: Walaupun tidak diberikan suatu definisi otentik dalam
KUHAP mengenai Saksi mahkota (kroongetuide), namun berdasarkan perspektif
empirik maka Saksi mahkota didefinisikan sebagai Saksi yang berasal atau diambil
dari salah seorang tersangka atau Terdakwa lainnya yang bersama-sama melakukan
perbuatan pidana, dan dalam hal mana kepada Saksi tersebut diberikan mahkota.
Adapun mahkota yang diberikan kepada Saksi yang berstatus Terdakwa tersebut
adalah dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya
suatu tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan
atau dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Prof. Dr. Loebby
Loqman, S.H., M.H., dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan saksi mahkota
adalah kesaksian sesama Terdakwa, yang biasanya terjadi dalam peristiwa
penyertaan. Pengertian saksi alibi juga tidak diatur dalam KUHAP, namun pada
prakteknya saksi alibi disamakan dengan pengertian saksi meringankan (a de
charge).69
Jadi kesimpulannya ada 3 jenis Saksi, yaitu: (1) saksi yang diajukan oleh
tersangka atau seorang terdakwa, yang diharapkan dapat memberikan keterangan
yang menguntungkan bagi dirinya itu di dalam bahasa Perancis juga disebut Saksi
a de charge; (2) saksi yang diajukan oleh penuntut umum disebut Saksi a charge
yaitu Saksi yang keterangannya memberatkan terdakwa; dan (3) saksi de Auditu
yaitu saksi yang bukan menyaksikan dan mengalami sendiri tapi hanya mendengar
dari orang lain.
76
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
B. Pembahasan
Rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah itu Hoax dan apakah hoax
dikategorikan sebagai tindak pidana? Ini artinya ada dua sumber informasi yang
harus dikaji sebelum sampai pada kesimpulan apakah hoax dikategorikan sebagai
tindak pidana, maka penulis menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan “Hoax” dan “Tindak Pidana”.
1. Apa itu Hoax
Penulis menelusuri kata Hoax (baca: howks) dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia, ternyata artinya adalah olok-olokan, cerita bohong,
memperdayakan.75
Dalam Oxford English Dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai
‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’.76
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring oleh
kemdikbud.go.id, pengertian hoaks: (n) berita bohong. Namun dalam bahasa
Inggris dikenal juga dengan istilah fake news (berita bohong) yaitu berita buatan
70 http://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/28/alasan-jpu-tuntut-ratna-sarumpaet-6-tahun-pidana-
penjara. Diakses 16-6-2019.
71 Ibid.
72 Ibid.
73 Ibid.
74 http://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/28/tanggapan-ratna-sarumpaet-soal-tuntutan-6-tahun-
Hlm. 300.
76 https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-hoax. diakses 31-5-2019.
77
P-ISSN: 1979-7087
atau berita palsu yang tidak berdasarkan kenyataan. Lantas, apa perbedaan
antara fake news dan hoax?77
Secara istilah fake news adalah berita bohong, berita buatan atau berita
palsu yang sama sekali tidak dilandaskan dengan fakta, kenyataan atau
kebenaran. Misalkan: Sebuah pabrik tekstil di Jakarta terbakar pada hari
Minggu kemarin. Kenyataan: pabrik tersebut tidak terjadi kebakaran.
Sedangkan istilah hoax merupakan informasi palsu dengan mengubah fakta atau
kenyataan yang sebenarnya. Misalkan: Ratna Sarumpaet dikabarkan dianiaya
orang tak dikenal di Bandung hingga luka-luka. Fakta sebenarnya adalah Ratna
Sarumpaet mengalami luka akibat operasi plastik di Jakarta. Berita bahwa Ratna
Sarumpaet mengalami luka akibat operasi adalah benar sesuai fakta, namun
dipelintir menjadi luka akibat dianiaya.78
‘Hoax’ atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak
beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439.
Sebelum zaman internet, ‘hoax’ bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena
sulit untuk diverifikasi. Berikut beberapa jenis hoax, yaitu:79
a. Hoax proper
Hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat
secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud
untuk menipu orang dengan beritanya.
78
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
81 Ibid.
82 Ibid.
83 http://www.negarahukum.com/hukum/pidana-bagi-penyebar-hoax.html. diakses 31-5-2019.
84 http://batam.tribunnews.com/2019/03/28/debat-panas-rhenald-kasali-vs-rocky-gerung-di-ilc-26-maret-
79
P-ISSN: 1979-7087
diambil dari nama penyihir Italia yang terkenal, yakni Ochus Bochus.
Pengertian “menipu” di sini ditujukan untuk mengacaukan orang lain demi
hiburan. Dengan artian orang yang ditipu tak merasa dirugikan dan paham ia
sedang dikacaukan. Dalam buku itu, Nares menyebut mantra tersebut sebagai
konfirmasi kuat asal kata hoax. Pengertian hoax sejak awal mula menurut
Robert Nares adalah “kabar bohong yang dibuat untuk melucu” atau sengaja
membingungkan penerima informasi dengan maksud bercanda. Hoax bisa
disejajarkan dengan lelucon April Mop atau legenda-legenda perkotaan yang
tak bisa dibuktikan dimana kita tahu bahwa cerita-cerita tersebut bohong dan
menerimanya sebagai hiburan.85
Seiring waktu, istilah hoax berkembang menjadi canda yang agak serius.
Terlebih pada musim panas tahun 1996, Alan Sokal seorang profesor fisika di
New York University menggunakan hoax untuk menguji standar intelektual
akademisi humaniora di Amerika Serikat. Alan Sokal mengirimkan paper
“Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of
Quantum Gravity” yang berisi argumen dan fakta palsu ke jurnal Social Text.
Beberapa minggu setelah paper Sokal terbit, Alan Sokal menulis esai berjudul
“Physicist Experiments with Cultural Studies” yang terbit di jurnal Lingua
Franca pada 15 April 1996. Dalam esainya, Sokal membeberkan bahwa
papernya yang terbit di Social Text itu hanyalah parodi untuk mengejek para
pemikir posmodern. Di kemudian hari insiden ini masyhur dikalangan publik
akademisi dengan nama hoax Sokal.86
Menurut Prof. Syaiful Bakhri (Rektor Universitas Muhamadiyah
Jakarta), bahwa Hoax adalah suatu berita atau pernyataan yang memiliki
informasi yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang
sengaja disebarluaskan untuk membuat keadaan menjadi heboh dan
menimbulkan ketakutan. Akan tetapi, ada juga hoax yang sengaja dibuat untuk
membuat cara berpikir tentang suatu hal menjadi sesat karena tertipu berita atau
opini hoax. Jika sebelumnya hoax ini disebar luaskan lewat sms ataupun email
dengan banyak, maka hoax sekarang ini lebih banyak beredar di dalam sosial
media seperti Instagram, facebook, Twitter, Path, Whatsapp, serta blog-blog
tertentu.87
Menurut Dewan Pers, di Indonesia ramainya hoax juga karena adanya
krisis kepercayaan terhadap media mainstream88 sehingga publik menjatuhkan
ke media abal-abal. Menurut Yosep Adi Prasetyo selaku Ketua Dewan Pers
hoax merupakakan dampak berubahnya fungsi media sosial dari media
pertemanan dan berbagi sarana menyampaikan pendapat politik dan
mengomentari pendirian orang lain.89
Adapun ciri-ciri berita bohong (Hoax) adalah:90
media tersebut. Namun secara bahasa mainstream adalah sesuai dengan koridor pemberitaan namun
berpihak sehingga media tersebut tidak objektif dalam pemberitaan.
89 http://eprints.umm.ac.id/37725/3/jiptummpp-gdl-shellylaud-47786-3-babii.pdf. Diakses 1-6-2019.
90 Ibid.
80
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
a. Didistribusikan via email atau media sosial karena efeknya lebih besar.
b. Berisi pesan yang membuat cemas, panik para pembacanya.
c. Diakhiri dengan himbauan agar si pembaca segera memforwardkan warning
tersebut ke forum yang lebih luas. Hoax memanfaatkan itikad baik
pembaca, sehingga pembaca email ini tanpa meneliti terlebih dahulu
kebenaran beritanya, langsung segera menyebarkannya ke forum yang lebih
luas. Akibarnya lalu lintas peredaran data di internet makin padat dengan
berita yang tidak benar.
d. Biasanya pengirim awal hoax ini tidak diketahui identitasnya.
Ciri-ciri informasi Hoax yang dikemukakan Harley seorang penulis dan
konsultan di Inggris, yang dikenal karena buku-bukunya dan penelitian tentang
malware, keamanan Mac, penguji produk anti-malware, dan manajemen
penyalahgunaan email, yaitu memuat kalimat yang mengajak untuk
menyebarkan informasi seluas-luasnya, tidak mencantumkan tanggal dan
deadline, tidak mencantumkan sumber yang valid dan memakai nama dua
perusahaan besar.91
Situs Hoaxbusters menyebutkan beberapa jenis Hoax, antara lain Hoax
hadiah (menyebutkan bahwa anda memenangkan sejumlah hadiah), Hoax
simpati (menyebarkan informasi tentang orang yang sakit, butuh bantuan atau
penculikan) dan urband legend (menyebarkan tentang parfum merek tertentu
tidak tahan lama baunya). Harley mengatakan bahwa informasi Hoax masih
akan terus berkembang seiring dengan perkembangan kemajuan jaman. Ada
juga informasi yang pada esensinya benar tetapi kegunaan dan nilainya
dipertanyakan, disebut Harley dengan semi-Hoax.92
Adapun tips membedakan berita asli atau hoax menurut Dimas Fathroen
(Praktisi Anti Hoax dan Alumnus TI ITB) pada Liputan 6 tentang cek keaslian
berita dengan 4 cara ini, yaitu:93
b. Elemen Berita Hoax: Pastikan berita yang kamu baca tidak memiliki
kalimat-kalimat yang janggal, seolah persuasive dan memaksa seperti:
“SEBARKANLAH!”, “VIRALKANLAH!”, dan sejenisnya. Artikel penuh
huruf besar dan tanda seru pun disinyalir mengandung informasi hoax.
Biasanya juga merujuk pada kejadian yang tidak ada tanggal dan harinya,
dan tak jarang juga mengklaim sumbernya berasal dari sumber yang tidak
terpercaya.
c. Verifikasi Sumber: Pastikan diverifikasi sumber dan konten berita dengan
mencarinya di Google. Cari tema berita secara spesifik dengan kata hoax di
belakangnya. Biasanya, kalau memang benar itu hoax, akan muncul artikel
pembahasan terkait.
d. Cek Gambar dan Cek dengan Aplikasi: Dapat memastikan sumber dari foto
yang diunggah diartikel berita terkait. Jadi, bisa mengecek kembali apakah
foto tersebut asli atau tidak. Caranya cukup mudah, hanya perlu
memanfaatkan tool milik google, yaitu Google Images. Dari sini bisa
91 http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43106/1/HUSNUL%20HOTIMAH-FSH.pdf.
Diakses 1-6-2019.
92 Ibid.
93 Ibid.
81
P-ISSN: 1979-7087
94 Masruchhin Ruba’i, dkk. 2014. Buku Ajar Hukum Pidana. Cetakan Pertama. Bayumedia Publishing.
Malang. Hlm. 78.
95 Ibid.
82
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
83
P-ISSN: 1979-7087
84
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
85
P-ISSN: 1979-7087
86
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
Pasal 28:
a. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik.
b. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi
yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).”
Pasal 45 ayat (2): Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Surat Edaran Kapolri
Nomor: SE/06/X/2015 Tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate
Speech) (khususnya penyebaran berita bohong) adalah tindak pidana.
Terkait dengan keberlakuan Surat Edaran (SE), dalam artikel Surat
Edaran, ‘Kerikil’ dalam Perundang-Undangan, menurut pendapat Bayu
Dwi Anggono (Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember) bahwa SE
memang bukan peraturan perundang-undangan (regeling), bukan pula
keputusan tata usaha negara (beschikking), melainkan sebuah peraturan
kebijakan. SE masuk peraturan kebijakan (beleidsregel) atau peraturan
perundang-undangan semu (pseudo wetgeving).98
Pandangan Anggono ini sejalan dengan sejumlah doktrin yang
dikemukakan Jimly Asshiddiqie, HAS Natabaya, HM Laica Marzuki, dan
Philipus M. Hadjon, bahwa Surat Edaran dimasukkan sebagai contoh
peraturan kebijakan. Bayu menjelaskan bahwa beleidsregel dan pseudo
wetgeving adalah produk hukum yang isinya secara materil mengikat umum
namun bukanlah peraturan perundang-undangan karena ketiadaan
wewenang pembentuknya untuk membentuknya sebagai peraturan
perundang-undangan. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
juga punya pandangan serupa. PSHK berpendapat bahwa Surat Edaran
bukan produk perundang-undangan, melainkan sebagai instrumen
administratif yang bersifat internal. Surat Edaran ditujukan untuk
memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai suatu norma peraturan
perundang-undangan yang bersifat umum. 99
4. Hoax Ratna Sarumpaet Adalah Tindak Pidana
Setelah penulis uraikan di atas, maka penulis simpulkan Hoax adalah
tindak pidana. Karena Hoax adalah tindak pidana, maka Ratna Sarumpaet
melakukan tindak pidana, sebagaimana yang diatur dalam:
sama dengan juncto namun sedikit berbeda dalam penggunaannya. “juncto, bertalian dengan, berhubungan
dengan”
(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl988/istilah. Diakses 1-6-2019).
98 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt563accb796101/keberlakuan-se-kapolri-hate-speech-
dan-dampak-hukumnya. Diakses 1-6-2019.
99 Ibid.
87
P-ISSN: 1979-7087
88
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
89
P-ISSN: 1979-7087
101
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bb71d7e8de2f/pentingnya-pembuktian-unsur-pidana-dalam-
menjerat-penyebar-hoaks/, Diakses 16-6-2019.
90
PATRIOT Volume 11 Nomor 2 Desember 2018
IV. PENUTUP
Hoax atau berita bohong adalah suatu berita atau pernyataan yang memiliki
informasi yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang
sengaja disebarluaskan untuk membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan
ketakutan. Hoax dikategorikan tindak pidana sehingga hoax yang dilakukan Ratna
Sarumpaet merupakan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, dan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Andi Hamzah. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia
Indonesia.
Eddy O.S. Hiariej. 2014. Prinsip-prinsip Hukum Pidana. Cahaya Atma Pustaka.
Yogyakarta.
John M. Echols dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan XX.
PT. Gramedia. Jakarta.
Kansil., C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
Kanter., E.Y dan S.R. Sianturi. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan
Penerapannya. Storia Grafika. Jakarta.
Lamintang,P.A.F. 2013. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Aditya
Bakti. Bandung.
Masruchhin Ruba’i, dkk. 2014. Buku Ajar Hukum Pidana. Cetakan Pertama.
Bayumedia Publishing. Malang.
Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. PT.Bima Aksara. Jakarta.
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif
dan Empiris. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Soesilo, R. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia. Bogor.
Soedrajat Bassar, 1999, Tindak-tindak Pidana Tertentu, Ghalia Indonesia.
Bandung.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan
Hukum Pidana.
91
P-ISSN: 1979-7087
92