Anda di halaman 1dari 3

 RUMUSAN MASALAH

- Bagaimana penerapan hukum pidana terhadap tindak


pidana penipuan pada studi kasus 30/Pid.B/2022/PN Mtr ?

 RANGKUMAN BUKU DAN JURNAL BEREPUTASI

1. Konsep dan bahaya Korupsi dari Wicipto Setiadi, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta
- Bahaya Korupsi terhadap Masyarakat dan Individu
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat setiap hari,
maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada
sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan
mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerja sama dan
persaudaraan yang tulus. Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik
oleh para saintis sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan
sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial
dan individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan dan lain-lain. Korupsi juga
membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika korupsi merajalela, maka
tidak ada nilai utama atau kemulyaan dalam masyarakat. Theobald menyatakan bahwa korupsi
menimbulkan iklim ketamakan, selfishness, dan sinisism. Chandra Muzaffar menyatakan bahwa
korupsi menyebabkan sikap individu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas segala sesuatu
yang lain dan hanya akan berpikir tentang dirinya sendiri semata-mata. Jika suasana iklim masyarakat
telah tercipta demikian itu, maka keinginan publik untuk berkorban demi kebaikan dan
perkembangan masyarakat akan terus menurun dan mungkin akan hilang.

2. Tindak pidana pencucian uang melalui arisan online dari perry Rahmawati
- Kemajuan teknologi yang terjadi dalam masyarakat membawa dampak positif dan negatif.
Teknologi dapat membantu masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari. Namun teknologi juga dapat
mengakibatkan terjadinya tindak pidana. Salah satu kegiatan masyarakat yang berubah seiring
dengan kemajuan teknologi adalah arisan. Masyarakat biasanya melakukan arisan dengan bertemu
secara langsung. Namun saat ini berkembang arisan dengan metode online. Masyarakat tidak perlu
bertatap muka secara langsung sat melakukan arisan. Di sisi lain tindak pidana penipuan yang
berkaitan dengan arisan online juga banyak terjadi. Pelaku memanfaatkan kelengahan para pihak
dalam arisan online. Pelaku akan memperoleh keuntungan berupa aset-aset dari tindak pidana
penipuan. Pelaku akan menyembunvikan aset tersebut agar tidak diketahui asal-usulnya. Perbuatan
pelaku tersebut adalah tindak pidana pencucian uang.

3. Penegakan hukum Terhadap tindak pidana penipuan berbasis transaksi elektronik dari Toni
Yuri Rahmanto
- Penipuan yang terjadi di dunia siber saat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Penipuan dengan cara yang sederhana misalnya dengan
mengirimkan pemberitaan palsu atau bertindak sebagai orang lain secara tidak sah dan melakukan
penipuan melalui internet sementara yang kompleks dapat dilihat dari cara kerja para pelaku yang
berkelompok atau mempunyai jaringan. Melihat hal tersebut, pengaturan tindak pidana penipuan
dalam KUHP dirasakan akan menemukan keterbatasan dalam mengakomodir sanksi atau hukuman
terhadap perbuatan tersebut. Selain itu, dalam menetapkan seseorang untuk dapat dinyatakan
sebagai pelaku tindak pidana penipuan online setidaknya harus memenuhi segala unsur tindak
pidana dan tujuan dari perbuatan tersebut dapat dibuktikan bahwa memang sengaja dilakukan
dengan keadaan sadar akan dicelanya perbuatan tersebut oleh undang- undang. Meskipun unsur-
unsur dalam Pasal378 KUHP tersebut terpenuhi seluruhnya, tetapi terdapat unsur dari tindak pidana
penipuan online yang tidak terpenuhi dalam pengaturan Pasal 378 KUHP, yaitu:
1) Tidak terpenuhinya unsur media utama yang digunakan dalam melakukan tindak pidana penipuan
online yaitu media elektronik yang belum dikenal dalam KUHP maupun KUHAP;
2) Cara-cara penipuan yang berbeda antara penipuan konvensional dengan penipuan online; dan
3) TerdapatketerbatasandalamKUHP yaitu tidak dapat membebankan pertanggungjawaban pidana
pada subyek hukum yang berbentuk badan hukum (korporasi) yang melakukan tindak pidana
penipuan online.

4. Tindak pidana penipuan dan pemerasan yang dilakukan oleh oknum anggota kepolisian dari
departemen hukum pidana Fakultas hukum universitas Hasanuddin Makassar
- Tindak pidana pemerasan sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari dua
macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana pengancaman
(afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu
perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak
pidana ini biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu “pemerasan”
Bagi anggota Polri yang melakukan tindak pidana dengan berlakunya UU Nomor 2 Tahun 2002 , maka
anggota Polri tersebut dikenakan hukuman sebagaimana layaknya warga sipil lainnya yang
melakukan tindak pidana. Hal tersebut diperjelas dalam PP Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Mekanisme
Penanganan Angota Polri yang Melakukan Tindak Pidana. Bagi anggota Polri yang melakukan tindak
pidana, maka penanganan proses penyidikan perkaranya ditangani oleh Kesatuan Reserse Kriminal,
setelahnya diserahkan kepada Pelayanan Pengaduan Penegakan Disiplin (P3D) atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Provos. Selanjutnya dari hasil penyidikan tersebut berkas perkaranya
dilimpahkan ke Kejaksaan untuk selanjutnya disidang di pengadilan. Apabila telah dijatuhi vonis
hukuman, maka bagi anggota Polri tersebut mendapatkan sanksi yang sama pula dengan masyarakat
sipil lainnya. Tetapi bagi anggota Polri ada proses lanjut setelah vonis bersalah dari pengadilan , yaitu
siding kode etik profesi Polri.

5. Hukum ekonomi syariah tentang Kajian Hukum terhadap Tindak Pidana Penipuan Secara
Online dari Noor Rahmad Putra
- Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dan pergeseran yang cepat dalam suatu kehidupan
tanpa batas. Kemajuan juga telah melahirkan keresahan-keresahan baru dengan munculnya
kejahatan yang canggih dalam bentuk cybercrime. Penipuan secara online adalah suatu bentuk
kejahatan dengan menggunakan teknologi informasi dalam melakukan perbuatannya. Selalu ada
korban yang dirugikan dalam setiap kasus penipuan, sehingga kasus penipuan online telah diatur di
dalam KUHP dan UU ITE. Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 28 ayat (1) UU UTE identik dan
memiliki beberapa kesamaan dengan tindak pidana penipuan konvensional yang diatur dalam pasal
378 KUHP dan memiliki karakteristik khusus yaitu telah diakuinya bukti, media elektronik dan adanya
perluasan yurisdiksi dalam UU ITE. Keterkaitan antara Pasal 28 ayat (1) UU ITE dan pasal 378 KUHP
dilihat dari unsur-unsur yang mengatur perbuatan terhadap pasal tersebut.
Ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU UTE sejalan juga dengan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Kaitan keduanya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran
dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menciptakan sistem perlindungan
terhadap konsumen dengan memberikan kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi. Ancaman untuk pelanggaran pada Pasal 28 ayat (1) UU ITE dapati
dipidana penjara paling lama enam tahun dan /atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah) sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 45 A ayat (1) UU ITE.
 KERANGKA TULISAN ILMIAH

a. Judul
b. Nama penulis
c. Abstrak atau abstract
d. Pendahuluan
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan penulisan
e. Metode atau kerangka pikir
- Metode penelitian
- Teknik pengumpulan data
- Teknik analisis data
f. Hasil dan Pembahasan
g. Penutup
- Kesimpulan
- Saran
h. Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai