Anda di halaman 1dari 8

ISU-ISU PELANGGARAN

ETIKA DALAM KONTEKS


CYBER CRIME
Disusun oleh:
1. Ahmad Sahlan ridho
2. Akbelta Rahman
3. Dika heby ervianto

DOSEN PENGAMPU: ELGAMAR S.KOM M.KOM


A.DEFINISI CYBERCRIME

Dalam sebuah situs informasi www.wikipedia.org kejahatan dunia maya (Inggris: cybercrime) adalah istilah
yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran
atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan
lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas,
pornografi anak, dll. Cybercrime sebagai kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan
sebagai penggunaan komputer secara ilegal.

Kejahatan Komputer adalah segala aktifitas tidak sah yang memanfaatkan komputer untuk tidak pidana .
Sekecil apapun dampak atau akibat yang ditimbulkan dari penggunaan komputer secara tidak sah atau
ilegal merupakan suatu kejahatan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai perbuatan atau tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan komputer sebagai alat/sarana untuk melakukan tidak pidana atau
komputer itu sendiri sebagai objek tindak pidana. Dan dalam arti sempit kejahatan komputer adalah suatu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan teknologi komputer yang canggih.
B.CONTOH KASUS CYBERCRIME YANG TERJADI DI
INDONESIA
1. Tentang Pornografi
Kasus ini terjadi saat ini dan sedang dibicarakan banyak orang, kasus video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna
Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial ‘RJ’ dan sekarang kasus ini
sedang dalam proses.

Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat
atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum,
penunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI
No. 44 th 2008 tentang Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda
minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP.

Dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga tidak ada istilah pornografi, tetapi
“muatan yang melanggar kesusilaan”. Penyebarluasan muatan yang melanggar kesusilaan melalui internet diatur
dalam pasal 27 ayat (1) UU ITE mengenai Perbuatan yang Dilarang, yaitu; Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
2 . Tentang Mencemarkan Diri Pribadi Orang Lain dalam Ranah Internet

Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit Omni
Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit tersebut Prita tidak mendapat
kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan
keterangan yang pasti mengenai penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun tidak memberikan
rekam medis yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita mengeluhkan pelayanan rumah sakit
tersebut melalui surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya.

Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional marah, dan merasa dicemarkan. Lalu RS
Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari
sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Dan waktu itupun Prita sempat ditahan di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran
nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Kasus ini kemudian banyak menyedot perhatian publik yang berimbas dengan munculnya gerakan
solidaritas “Koin Kepedulian untuk Prita”. Pada tanggal 29 Desember 2009, Ibu Prita Mulyasari
divonis Bebas oleh Pengadilan Negeri Tangerang. (kasus yang telah terjerat Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2008, Pasal 27 ayat 3 tentan Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
3 . Etika dan Sopan Santun dimedia Sosial

Perkembangan teknologi informasi saat ini yang begitu pesat atau biasa disebut dengan dunia maya,
seolah-olah telah menggantikan peran hubungan manusia dengan manusia yang saling bertemu
tergantikan oleh aplikasi-aplikasi yang ada gadget/android.

Banyak media sosial yang kita kenal lewat aplikasi yang tersedia di gadget/android antara lain
Facebook, Line, WhatsApp, Instagram, twitter, dan lain-lain. Kehadiran media sosial ini berkembang
begitu pesat karena salah satu manfaatnya dapat mempertemukan kita dengan saudara, teman dan
orang lain dimanapun berada tanpa ada batasan tempat/lokasi, waktu dan keadaan sehingga
menjelma sebagai permainan baru yang seolah-olah tidak bisa lepas dari tangan kita. Kemana dan
dimanapun kita jumpai orang yang sedang membawa gadget/android dan sesekali melihat sosial
medianya dan tak jarang berkomentar untuk menunjukkan eksistensinya. Namun terkadang tanpa
disadari dari beberapa komentar/curhat yang ada di sosmed kerap terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan yaitu menyinggung perasaan orang lain. Banyak contoh kasus pidana yang terkait dengan
adanya komentar yang menyinggung orang lain, mencemarkan nama baik atau dianggap
menyudutkan seseorang/kelompok tertentu sehingga mendapat sangsi hukum berdasar pada
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi Elektronik
(UU ITE ).
KESIMPULAN
• Etika profesi teknologi informasi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari etika pada umumnya.
Profesi pada bidang teknologi informasi menitikberatkan pada masyarakat yang memiliki pengetahuan
mengenai teknologi informasi. Profesi itu menciptakan produk yang dapat mempengaruhi masyarakat luas dan
memberikan manfaat bagi masyarakat di bidang teknologi. Tanggung jawab dari profesi bidang teknologi
informasi meliputi keamanan dan keselamatan data.

• Perkembagan teknologi yang begitu cepat dan semakin canggih memungkinkan munculnya kejahatan yang
disebut “Cyber Crime” atau kejahatan melalui jaringan internet. Kasus “Cyber Crime” di Indonesia semakin
marak diantaranya pencurian informasi pribadi, hoax, penyadapan data orang lain, memanipulasi data dan
penyebaran program jahat yang menguntungkan pelaku serta kasus-kasus penyebaran konten pornografi.
Dengan adanya “Cyber Crime” didalam “Cyber Society” tentunya sangatlah merugikan dan memberikan
dampak yang berbahaya, dalam beberapa kasus cyber crime ada yang sampai saat ini belum terungkap baik
pelaku dan Teknik didalam melakukan aktifitas cyber crime.

• Pengaplikasian etika berbudiluhur dalam menggunakan tekhnologi atau berinternet maupun dalam kita
berinteraksi didunia maya lewat Sosial Media ini sangatlah diperlukan agar tetap dalam koridor yang ber-etika,
sopan dan santun serta arif dan bijak dan tidak melanggar Undang-Undang yang berlaku.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai