Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEJAHATAN

MAYANTARA

NAMA : GLAUDYA MELDY PATTINAMA


NIM : 2013-21-287
KELAS : VII-D
TUGAS : MAKALAH CYBER CRIME DARI PERSPEKTIF UU ITE

PEMBAHASAN TEMA
1.1 Pengertian Cybercrime
     Cybercrime adalah tindakan kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang
memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khususnya internet. Cybercrime atau
kejahatan dunia maya dapat didefenisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan
komunikasi.
Andi Hamzah dalam bukunya “Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer” (1989)
mengartikan cybercrime sebagai kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan
sebagai penggunaan komputer secara illegal.

1.2 Jenis Cybercrime


      Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
-   Unauthorized Access
Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke
dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan
dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.Probing dan port merupakan contoh
kejahatan ini.
-    Illegal Contents
Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke
internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum
atau menggangu ketertiban umum, contohnya adalah penyebaran pornografi.
-       Penyebaran virus secara sengaja
Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Sering kali
orang yang sistem emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini kemudian
dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya.
-        Data Forgery
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-
dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi
atau lembaga yang memiliki situs berbasis web database.
-        Carding
Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik
orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.
-        Hacking dan Cracker
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk
mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya.
Adapun mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut
cracker. Boleh dibilang cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan
kemampuannya untuk hal-hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup
yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web,
probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir
disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan
melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.

1.3 Pelanggaran Hukum Dalam Dunia Maya (Cybercrime)


    Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa depan tidak hanya
membawa dampak pada perkembangan teknologi itu sendiri, akan tetapi juga akan
mempengaruhi aspek kehidupan lain seperti agama, kebudayaan, sosial, politik, kehidupan
pribadi, masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan informasi global atau internet saat
ini telah menjadi salah satu sarana untuk melakukan kejahatan baik domestik maupun
internasional. Internet menjadi medium bagi pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan
dengan sifatnya yang mondial, internasional dan melampaui batas ataupun kedaulatan suatu
negara. Semua ini menjadi motif dan modus operasi yang amat menarik bagi para penjahat
digital.

1.4 Pengertian Cyberlaw


      Cyber law ialah sebuah aturan yang berbentuk hukum yang di buat khusus untuk
dunia digital atau internet. Dengan makin banyak dan berkembangnya tindak kriminal dan
kejahatan yang ada di dunia internet, maka mau tidak mau hukum dan aturan tersebut harus
di buat. Cyber law sendiri ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan
orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi
internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya.

1.5 Latar Belakang Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik)


    Harus diakui bahwa Indonesia belum mengadakan langkah-langkah yang cukup
signifikan di bidang penegakan hukum (law enforcement) dalam upaya mengantisipasi
kejahatan dunia maya seperti dilakukan oleh negara-negara maju di Eropa dan Amerika
Serikat. Kesulitan yang dialami adalah pada perangkat hukum atau undang-undang teknologi
informasi dan telematika yang belum ada sehingga pihak kepolisian Indonesia masih ragu-
ragu dalam bertindak untuk menangkap para pelakunya, kecuali kejahatan dunia maya yang
bermotif pada kejahatan ekonomi/perbankan.
Untuk itu diperlukan suatu perangkat UU yang dapat mengatasi masalah ini seperti yang
sekarang telah adanya perangkat hukum yang satu ini berhasil digolkan, yaitu Undang-
undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah
undang-undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur tindak pidana cyber.
Berdasarkan Surat Presiden RI.No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005,naskah UU
ITE secara resmi  disampaikan kepada DPR RI.Pada tanggal 21 April 2008,Undang-undang
ini di sahkan.

1.6 Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik)


 Pasal 27 ayat 1 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”
Pasal 27 ayat 2 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
perjudian”
Pasal 27 ayat 3 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”
Pasal 27 ayat 4 UU ITE :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
pemerasaan dan/atau pengancaman”
Pasal 28 ayat 1 berbunyi :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”
Pasal 28 ayat 2 yaitu :
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku,agama,ras,dan antar golongan (SARA).”
1.7 Tujuan Cyberlaw
 
   Cyberlaw sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya pencegahan tindak pidana, ataupun
penanganan tindak pidana. Cyberlaw akan menjadi dasar hukum dalam proses penegakan
hukum terhadap kejahatan-kejahatan dengan sarana elektronik dan komputer, termasuk
kejahatan pencurian uang dan kejahatan terorisme.

PEMBAHASAN KASUS
2.1 Kasus Penyebaran Foto Palsu Korban Kecelakaan Pesawat Sukhoi
      
      Yogi Semtani(22) seorang mahasiswa angkatan 2009. Menyebarkan foto korban Sukhoi
Superjet 100  di  Gunung Salak, Jawa Barat beberapa waktu lalu yang  ternyata foto tersebut
100%  palsu. Sejumlah foto korban Sukhoi yang beredar marak di jejaring sosial itu
dipastikan palsu.Karena foto-foto tersebut diambil dari satu website berbasis di Brazil pada
kecelakaan pesawat Airblue pada 2010 silam di Pakistan. Yogi sendiri mengaku
mendapatkan foto palsu tersebut dari telepon seluler  ibunya yang kemudian disebarkannya
lewat  akun twitter miliknya. Foto fiktif itu mengambarkan dua korban pesawat Sukhoi
dengan tubuh yang mengenaskan.Salah satu berkebangsaan asing dan seorang lagi warga
negara Indonesia dengan tubuh tampak gosong.  
Beredarnya foto ini menyebabkan banyak keluarga dan kerabat korban merasa terganggu dan
marah.
Foto korban pesawat Sukhoi yang membuat heboh dan beredar di jejaring sosial dan
Blackberry 100% palsu.Ini disampaikan pakar telematika, Roy Suryo dalam jumpa pers di
Rumah Sakit Polri.  Menurut Roy, penyebar foto pertama berinisial, YS yang
menyebarkannya melalui akun Twitter. Namun akun Twitter itu sejak tanggal 12 Mei sudah
dihapus. Foto itu sendiri diambil dari satu website berbasis di Brazil pada kecelakaan pesawat
Airblue pada 2010 di Pakistan.Beredarnya foto-foto itu, sangat menyentak hati bukan hanya
bagi publik, tapi juga bagi keluarga korban. Pada 15 Mei 2012 lalu Mabes Polri menetapkan
Yogi sebagai tersangka pengunggah foto palsu.
Ia mengaku sebagai orang pertama yang mengunduh foto korban kecelakaan pesawat Sukhoi
Superjet 100 di media sosial Twitter, yang ternyata palsu. Polisi menetapkan Yogi sebagai
tersangka dan menjeratnya dengan pasal manipulasi dokumen elektronik yang diatur dalam
Pasal 35 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Ancaman hukumannya, sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat (1), penjara paling lama 12
tahun atau ditambah denda paling banyak Rp 12 milyar. Penetapan status tersangka itu,
menurut Kabid Penum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar, karena foto yang diunggah
adalah foto kejadian di tempat lain. "Dia meresahkan masyarakat, terutama keluarga korban
pesawat Sukhoi.
Kepada Jennar Kiansantang dari Gatra, Yogi bercerita, foto itu diperoleh dari pesan
BlackBerry Messenger yang dikirim ibunya, Lies Anggriyani, Foto itu dikirim berikut ucapan
belasungkawa atas musibah tabrakan pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor.
Yogi tak berpikir panjang ketika memutuskan mengunggah foto itu lewat   akun
Twitter@yogie _samtani miliknya. Pada keterangan foto itu, dia menulis, ''Korban pilot Alm.
Sukhoi.Turut berdukacita''.''Saya upload sebagai simbol belasungkawa,''
Hanya dalam hitungan menit, twit Yogi dirubung pengguna Twitter. Rata-rata, mereka
menyatakan turut berdukacita.
Tapi, dua jam kemudian, twit-nya mulai menuai komentar bernada menghujat."Muncul kata-
kata binatang," kata Yogi.Kian malam, komentar-komentar itu makin mengganas. Bahkan
ada yang mengancam akan melaporkan Yogi ke polisi karena menyebarkan foto palsu .
Followers Yogi yang semula hanya 47 orang bertambah menjadi 180-an.
Merasa tersudut, Yogi menghapus foto itu dari akun Twitter-nya. Tapi usahanya tak
menyurutkan banjir makian."Padahal, saya sudah minta maaf di Twitter," tutur Yogi. Karena
semakin tertekan, ia menghapus permanen akun Twitter @yogie_samtani itu pukul 22.00.
Esoknya, ketika berselancar di internet, Yogi kaget karena namanya muncul dalam berita
media online nasional. Ia disebut sebagai pengunggah foto palsu korban Sukhoi. "Tidak
ditulis inisial lagi, tapi nama lengkap," Bahkan Mabes Polri turun tangan mengusut kasus foto
palsu itu. Yogi jadi tak bisa berkonsentrasi mengikuti ujian di kampus hari itu.
Bagi pengamat telematika Abimanyu Wachjoehidajat, tindakan Yogi menggugah foto yang
disebut sebagai korban pesawat Sukhoi itu bukanlah perbuatan iseng. Tindakan itu, menurut
dia, lebih cenderung pada keinginan Yogi untuk dianggap sebagai penyampai informasi
tercepat.
Sedangkan soal materi yang diunggah, Abimanyu menilai sebagai pemalsuan data dan
informasi. Pemalsuan semacam itu,  memang bisa dijerat dengan Pasal 35 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 yang kini disangkakan pada Yogi. Namun, ia memandang, dalam
kasus ini tak cuma Yogi yang bisa dijerat. Pihak-pihak yang meneruskannya juga dapat
dikenai hukuman,
Perbuatan mengunggah foto palsu itu, kata Abimanyu, pasti akan berakibat buruk pada
masyarakat. Soalnya, sebagian masyarakat mudah percaya pada informasi yang beredar
dengan cepat tanpa mengecek kebenarannya.
Yogi samtani(YS) pengunggah foto palsu yang disebut korban kecelakaan pesawat Sukhoi
Superjet 100 mengaku menyesal telah melakukan tindakan itu. Dia meminta maaf  kepada
seluruh masyarakat , terutama keluarga korban.
“Saya meminta maaf sebesar besarnya atas semua yang saya rugikan dan atas perbuatan tidak
menyenangkan. Saya meminta maaf sebesar besarnya kepada masyarakat Indonesia dan
keluarga korban,” kata Yogi di mabes Polri, Jakarta,Rabu(16/5/2012.
Ada beberapa kasus lainnya:
KASUS 1 :
     Kasus Mustika Ratu adalah kasus cybercrime pertama di Indonesia yang disidangkan.
Kasus ini merupakan contoh kasus defacing. Belum usai perdebatan pakar mengenai perlu
tidaknya cyberlaw di Indonesia, tiba-tiba di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mulai
disidangkan kasus cybercrime. Pelakunya, menggungakan domain name mustikaratu.com
untuk kepentingan PT. Mustika Berto, pemegang merek kosmetik Sari Ayu. Akibat
penggunaan domain name mustikaratu.com tersebut, PT. Mustika Ratu tidak dapat
melakukan sebagian transaksi dengan calon mitra usaha yang berada di luar negeri. Pasalnya,
mereka tidak dapat menemukan informasi mengenai Mustika Ratu di website tersebut.
Mereka kebingungan ketika menemukan website mustikaratu.com yang isinya justru
menampilkan produk-produk Belia dari Sari Ayu, yang notabene adalah pesaing dari Mustika
Ratu untuk produk kosmetik. Tjandra Sugiono didakwa dengan Pasal 382 bis KUHP
mengenai perbuatan curang (bedrog) dalam perdagangan, yang ancaman hukumannya 1
tahun 4 bulan. Selain itu, jaksa juga memakai Undang-undang No. 5/1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Menurut jaksa, perbuatan terdakwa
telah melanggar Pasal 19 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
 
KASUS 2
     Perjudian online, pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti
yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan
menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu, atau
menghubungi HP ke 0811XXXXXX dan 024-356XXXX. Mereka melakukan transaki online
lewat internet dan HP untuk mempertaruhkan pertarungan bola Liga Inggris, Liga Italia dan
Liga Jerman yang ditayangkan di televisi. Untuk setiap petaruh yang berhasil menebak skor
dan memasang uang Rp 100 ribu bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu, atau bisa lebih. Modus
para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang dengan cara instan. Dan
sanksi menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian dan UU 7/1974
pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.

KASUS 3 :
    Carding, salah satu jenis cyber crime yang terjadi di Bandung sekitar Tahun 2003. Carding
merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan
digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Para pelaku yang kebanyakan remaja
tanggung dan mahasiswa ini, digerebek aparat kepolisian setelah beberapa kali berhasil
melakukan transaksi di internet menggunakan kartu kredit orang lain. Para pelaku, rata-rata
beroperasi dari warnet-warnet yang tersebar di kota Bandung. Mereka biasa bertransaksi
dengan menggunakan nomor kartu kredit yang mereka peroleh dari beberapa situs. Namun
lagi-lagi, para petugas kepolisian ini menolak menyebutkan situs yang dipergunakan dengan
alasan masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Modus kejahatan ini adalah pencurian, karena pelaku memakai kartu kredit orang lain untuk
mencari barang yang mereka inginkan di situs lelang barang. Karena kejahatan yang mereka
lakukan, mereka akan dibidik dengan pelanggaran Pasal 378 KUHP tentang penipuan, Pasal
363 tentang Pencurian dan Pasal 263 tentang Pemalsuan Identitas.

KASUS 3 :
     Kasus ini terjadi beberapa waktu yang lalu dan sering dibicarakan banyak orang, kasus
video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di
internet oleh seorang yang berinisial ‘RJ’.
Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu
yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut.

Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam
video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008
tentang Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau
dengan denda minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP.

2.2 TINJAUAN HUKUM


       Undang Undang Yang Berlaku Atas Kejahatan
Atas kasus tersebut  Yogi Samtani dijerat UU ITE sebagai berikut:
1.Pasal 35 Nomor 11 tahun 2008 UU ITE
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi
penciptaan,perubahan,penghilangan,pengrusakan informasi elektronik dan atau dokumen
elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik tersebut diangap seolah-olah data yang
otentik”

2.Pasal 51 ayat (1)


 “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dala pasal 35 dipidana dengan
penjara paling lama 12 tahun dan atau denda paling banyak Rp 12 miliar”
Hukuman yang Diberikan
Setelah di periksa, ternyata Yogi Semtani hanya dikenakan wajib lapor dengan 5 bulan masa
percobaan. Apabila selama 5 bulan tersebut dia  dia terkena kasus maka dia akan langsung di
jebloskan ke dalam penjara.
3.1   KESIMPULAN
        Dengan Meningkatnya tindak kejahatan di dunia maya selain pengesahan UU tentang
pemanfaatan teknologi informasi, pemerintah juga harus lebih meningkatkan pengawasannya
dari berbagai aspek agar UU dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Alangkah baiknya bila
didalam penggunaan komputer yang berkaitan dengan dunia maya dapat diberikan pengaman
sehingga dapat meminimalisir korban tindakan Cybercrime

Anda mungkin juga menyukai