Anda di halaman 1dari 8

KASUS-KASUS CYBER CRIME SEBAGAI DAMPAK PERKEMBANGAN

TEKNOLOGI DI ERA MASYARAKAT DIGITAL

NAMA : ALFONSIUS ROGA SEMBIRING


NPM : 171006260

1. Latar Belakang

Hilangnya batas ruang dan waktu di Internet mengubah banyak hal. Perkembangan
yang pesat dalam pemanfaatan jasa internet pada akhirnya mengundang terjadinya
kejahatan, yang lebih dikenal dengan nama Cybercrime. Cybercrime merupakan
perkembangan dari computer crime. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk
terpadat didunia juga tidak lepas dari persoalan tersebut. Indonesia menyumbang 2,4%
kejahatan cyber di dunia. Angka ini naik 1,7% dibanding tahun 2010 lalu di mana Indonesia
menempati peringkat 28. Hal ini tak lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah
pengguna internet di Indonesia (Kompas, 16 Mei 2012). Perkembangan dan umumnya dunia
cyber tidak selamanya menghasilkan hal-hal yang positif. Salah satu hal negatif yang
merupakan efek sampingnya antara lain adalah kejahatan di dunia cybercrime. Fenomena
cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan
lain pada umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak
diperlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Bisa dipastikan dengan
sifat global internet, semua negara yang melakukan kegiatan internet hampir pasti akan
terkena imbas perkembangan cybercrime ini. Terlebih, sekarang Indonesia masuk lima besar
pengguna jejaring sosial terbanyak di dunia, disinyalir penjahat cyber lebih mudah lagi dalam
menjalankan aksinya. Para penjahat cyber memanfaatkan jaringan pertemanan melalui
jejaring sosial, karena sebagian besar pengguna jejaring sosial percaya begitu saja atas link
atau konten yang mereka terima dari sesama teman. Tanpa melakukan konfirmasi atau
pengecekan lebih lanjut pengguna jejaring sosial tersebut melakukan akses langsung ke web
atau situs yang mereka terima, yang tanpa disadari berisi program jahat. (Kompas, 16 Mei
2012). Hukum yang salah satu fungsinya menjamin kelancaran proses pembangunan nasional
sekaligus mengamankan hasil-hasil yang telah dicapai harus dapat melindungi hak para
pemakai jasa internet sekaligus menindak tegas para pelaku Cybercrime. Melihat dari sifatnya
Cybercrime termasuk dalam kategori borderless cryme (kejahatan tanpa batasan ruang dan
waktu), sehingga dalam memberantas tindak kejahatan Cybercrime, diperlukan
langkahlangkah yang kompleks, terintegrasi serta berkesinambungan dari banyak pihak, tidak
hanya tugas penegak hukum semata.
Maraknya cyber crime yang terjadi di dalam cyber society, menunjukan gejala
pergeseran masalah sosial dari dunia nyata. Sifat cyber society yang tanpa batas teritorial dan
tanpa kendali, di mana tindak kejahatan sulit untuk dilacat, dan telah menjadi ruang yang
ideal untuk berkembangnya masalah-masalah sosial. Tindak kejahatan ini dalam prateknya
menggunakan teknologi telematika canggih yang sulit untuk dilihat dan dapat dilakukan di
mana saja. Sehingga potensi untuk berkembangnya masalah sosial menjadi sulit untuk
dihentikan.
Rumusan Masalah
Sebagaimana uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas maka
dapatlah dirumuskan apa yang menjadi permasalahan penulisan yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana penyebab terjadinya kejahatan internet tersebut?
b. Bagaimana upaya-upaya dalam penaggulangan korban kejahatan internet?

2. Kerangka Teori
1. Cyber Crime
Cybercrime adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer
atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan termasuk ke
dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan
cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll
Menurut brenda nawawi (2001) kejahatan cyber merupakan bentuk fenomena baru dalam
tindak kejahatan sebagai dampak langsung dari perkembangan teknologi informasi beberapa
sebutan diberikan pada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai tulisan, antara lain: sebagai
“ kejahatan dunia maya” (cyberspace/virtual-space offence), dimensi baru dari “hi-tech
crime”, dimensi baru dari “transnational crime”, dan dimensi baru dari “white collar crime”.
Secara hukum di Indonesia pun telah memiliki undang- undang khusus menyangkut kejahatan
dunia maya, yaitu undang ITE tahun 2008, yang membahas tentang tata Cara, batasan
penggunaan computer dan sangsi yang akan diberikan jika terdapat pelanggaran. Misalnya
perbuatan illegal access atau melakukan akses secara tidak sah perbuatan ini sudah diatur
dalam pasal 30 undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik disebutkan, bahwa: “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain ayat (1)) dengan cara
apapun, (ayat (2)) dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik, (ayat (3)) dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol system pengaman.
2. Jenis-jenis Cyber Crime
Cybercrime pada dasarnya tindak pidana yang berkenaan dengan informasi, sistem
informasi (information system) itu sendiri, serta sistem komunikasi yang merupakan sarana
untuk penyampaian/pertukaran informasi itu kepada pihak lainnya (transmitter/originator to
recipient) menurut (sutanto) dalam bukunya tentang cybercrime-motif dan penindakan
cybercrime terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Kejahatan yang menggunakan teknologi informasi
(TI) sebagai fasilitas. Contoh-contoh dari aktivitas cybercrime jenis pertama ini adalah
pembajakan (copyright atau hak cipta intelektual, dan lain-lain); pornografi; pemalsuan dan
pencurian kartu kredit (carding); penipuan lewat e-mail; penipuan dan pembobolan rekening
bank; perjudian on line; terorisme; situs sesat; materi-materi internet yang berkaitan dengan
sara (seperti penyebaran kebencian etnik dan ras atau agama); transaksi dan penyebaran
obat terlarang; transaksi seks; dan lain-lain b. Kejahatan yang menjadikan sistem dan fasilitas
teknologi informasi (ti) sebagai sasaran. Cybercrime jenis ini bukan memanfaatkan komputer
dan internet sebagai media atau sarana tindak pidana, melainkan menjadikannya sebagai
sasaran. Contoh dari jenis-jenis tindak kejahatannya antara lain pengaksesan ke suatu sistem
secara ilegal (hacking), perusakan situs internet dan server data (cracking), serta defecting.
Menurut freddy haris, cybercrime merupakan suatu tindak pidana dengan
karakteristikkarakteristik sebagai berikut:
a. Unauthorized access (dengan maksud untuk memfasilitasi kejahatan).
b. Unauthorized alteration or destruction of data.
c. Mengganggu/merusak operasi komputer.
3. Kualifikasi Cyber Crime
Kualifikasi kejahatan dunia maya (cybercrime), sebagaimana dalam buku Barda
nawawi arief, adalah kualifikasi (cybercrime) menurut convention on cybercrime 2001 di
Budapest Hongaria, yaitu: illegal access: yaitu sengaja memasuki atau mengakses sistem
komputer tanpa hak. Sedangkan kualifikasi kejahatan dunia maya (cybercrime), sebagaimana
dalam buku barda nawawi arief, adalah kualifikasi (cybercrime) menurut Convention on
cybercrime 2001 di Budapest Hongaria, yaitu:
a. Illegal interception: yaitu sengaja dan tanpa hak mendengar atau menangkap secara
diamdiam pengiriman dan pemancaran data komputer yang tidak bersifat publik ke, dari atau
di dalam sistem komputer dengan menggunakan alat bantu.
b. Data interference: yaitu sengaja dan tanpa hak melakukan perusakan, penghapusan,
perubahan atau penghapusan data komputer.
c. System interference: yaitu sengaja melakukan gangguan atau rintangan serius tanpa hak
terhadap berfungsinya sistem komputer.
d. Misuse of devices: penyalahgunaan perlengkapan komputer, termasuk program komputer,
password komputer, kode masuk (access code).
e. Computer related forgery: pemalsuan (dengan sengaja dan tanpa hak memasukkan
mengubah, menghapus data autentik menjadi tidak autentik dengan maksud digunakan
sebagai data autentik)
f. Computer related fraud: penipuan (dengan sengaja dan tanpa hak menyebabkan hilangnya
barang/kekayaan orang lain dengan cara memasukkan, mengubah, menghapus data
komputer atau dengan mengganggu berfungsinya komputer/sistem komputer, dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi bagi dirinya sendiri atau orang lain);
g. Content-related offences: delik-delik yang berhubungan dengan pornografi anak (child
pornography);
h. Offences related to infringements of copyright and related rights: delik-delik. Yang terkait
dengan pelanggaran hak cipta.

3. Diskusi
Jenis dan Penggolongan Cybercrime
Begitu banyaknya peristiwa kejahatan melalui dunia virtual (internet) sehingga
menyulitkan orang awam untuk memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan
Cybercrime, bagaimana cara untuk mengatasi dan mencegahnya. Cybercrime mempunyai
jenis yang amat beragam dan semakin berkembang dari hari ke hari. Kejahatan melalui
Internet dibagi menjadi; a. Kejahatan Dunia Virtual (Cybercrime) ; Kejahatan tersebut hanya
bisa terjadi dengan menggunakan perangkat komputer, melalui jaringan komputer, akses
serta terjadi di dunia virtual begitu juga dengan sasaran kejahatan. 1. Cyberpiracy →
penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau informasi;
mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan komputer. Contoh Kasus
: Mendistribusikan mp3 di internet melalui teknologi peer to peer 2. Cybertrespass →
penggunaan teknologi komputer untuk meningkatkan akses pada sistem komputer sebuah
organisasi ata uindividu; Web site yang di-protect dengan password. Contoh Kasus:
Melakukan serangan DoS (deniel of Service) ke sebuah web 3. Cybervandalism → penggunaan
teknologi komputer untuk membuat program yang mengganggu proses transmisi informasi
elektronik; menghancurkan data di computer. Contoh Kasus : i. Melakukan serangan DoS
(deniel of Service) ke sebuah web. ii. Membuat virus SASSER.
Perbedaan antara Cybercrime dengan Kejahatan yang berhubungan dengan Dunia Virtual
(Cyber Related Crime)
Banyak kejahatan yang menggunakan teknologi komputer tidak bisa disebut
cybercrime. Pedophilia, stalking, dan pornografi bisa disebarkan dengan atau tanpa
menggunakan cybertechnology, sehingga tidak bisa disebut cybercrime, tetapi masuk dalam
kategori cyberrelated crime. Cyber-related crime dikelompokkan menjadi :
1. Cyber-assisted crime → komputer membantu pelaku melakukan kejahatan biasa dan tidak
berhubungan dengan komputer. Contoh kasus: Penggunaan komputer untuk menggelapkan
pajak.
2. Cyber-exacerbated crime → cyber-teknologi memainkan peran yang lebih signifikan.
Contoh kasus : Penggunaan komputer untuk pedophilia melalui internet.
Modus Operandi Cybercrime
Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis
komputer dan jaringan telekomunikasi ini dikelompokkan dalam beberapa bentuk sesuai
modus operandi yang ada antara lain (Golose, 2006) :
a. Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem
jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik
jaringan komputer yang dimasukinya. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya
teknologi Internet/intranet. Kita tentu belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang
hangat-hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI
dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999).
b. Illegal Contents
Kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal
yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu
ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan
menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan
pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan
propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.
c. Data Forgery Kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang
tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada
dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang
pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi
dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan. Misalnya kasus www.Klikbca.com
oleh hacker Steven Haryanto
d. Cyber Espionage Kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet untuk melakukan
kegiatan matamata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer
(computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan
bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem
yang computerized (tersambung dalam jaringan komputer).
e. Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran
terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung
dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb,
virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau
sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau
berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Misalnya dengan penyebaran Virus
komputer saat korban melakukan browsing di internet.
f. Offense against Intellectual Property
Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain
di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain
secara ilegal, penyiaran suatu informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang
orang lain, dan sebagainya.
g. Infringements of Privacy
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang
tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila
diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril,
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.
Pencegahan dan Penanggulangan Cybercrime
Tindak pidana Cybercrime memakan korban yang tidak sedikit jumlahnya, terutama
dari sisi finansial. Sebagian besar korban hanya bisa menyesali apa yang sudah terjadi. Mereka
berharap bisa belajar banyak dari pengalaman yang ada, yang perlu dilakukan sekarang
adalah melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan
kita sebagai pelaku IT. Pencegahan itu dapat berupa:
 Educate User (memberikan pengetahuan baru terhadap Cyber Crime dan dunia internet)
 Use hacker’s perspective (menggunakan pemikiran dari sisi hacker untuk melindungi sistem
Anda)
 Patch System (menutup lubang-lubang kelemahan pada sistem)
 Policy (menentukan kebijakan-kebijakan dan aturan-aturan yang melindungi sistem Anda
dari orang-orang yang tidak berwenang) IDS (Intrusion Detection System) bundled with IPS
(Intrusion Prevention System)
 Firewall
 AntiVirus Beberapa langkah penting yang harus dilakukan dalam penanggulangan
Cybercrime adalah :
a. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya, yang
diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut.
b. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar
internasional
c. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya
pencegahan, investigasi dan penuntutan perkaraperkara yang berhubungan dengan
Cybercrime
d. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah Cybercrime serta pentingnya
mencegah kejahatan tersebut terjadi.
e. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam
upaya penanganan Cybercrime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan mutual
assistance treaties.
Contoh bentuk penanggulangan yang lain :
1. IDCERT (Indonesia Computer Emergency Response Team) Salah satu cara untuk
mempermudah penanganan masalah keamanan adalah dengan membuat sebuah unit untuk
melaporkan kasus keamanan. Masalah keamanan ini di luar negeri mulai dikenali dengan
munculnya “sendmail worm” (sekitar tahun 1988) yang menghentikan sistem email Internet
kala itu. Kemudian dibentuk sebuah Computer EmergencyResponse Team (CERT) Semenjak
itu di negara lain mulai juga dibentuk CERT untuk menjadi point of contact bagi orang untuk
melaporkan masalah kemanan. IDCERT merupakan CERT Indonesia.
2. Sertifikasi perangkat security Perangkat yang digunakan untuk menanggulangi keamanan
semestinya memiliki peringkat kualitas. Perangkat yang digunakan untuk keperluan pribadi
tentunya berbeda dengan perangkat yang digunakan untuk keperluan militer. Namun sampai
saat ini belum ada institusi yang menangani masalah evaluasi perangkat keamanan di
Indonesia.

4. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dibahas, maka dapat saya simpulkan bahwa cybercrime
merupakan kejahatan yang timbul karena dampak negatif pemanfaatan teknologi internet.
Cyebercrime ini bukan hanya kejahatan terhadap komputer tetapi juga kejahatan terhadap
sistem jaringan komputer dan pengguna.
Pelaku cybercrime saat ini melakukan kejahatan tersebut bukan hanya karena
mempraktekkan keahlian yang dimiliki tetapi juga karena motif lain seperti uang, dendam,
politik, iseng, dan sebagainya. Cybercrime dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kemampuan tinggi terhadap komputer dan jaringannya.
Oleh karena itu dalam penanggulangannya dibutuhkan pengaturan hukum yang
berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut, selain itu juga diperlukan adanya
kerjasama dengan lembaga khusus untuk memberikan informasi tentang cybercrime,
melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus
dalam penanggulangan cybercrime.
DAFTAR PUSTAKA
Sinar Indonesia Baru, 2009, “Kasus “Cyber Crime” Indonesia Tertinggi di Dunia”, diakses
pada 29 Maret 2009 di www.google.com
Fajri, Anthony, April 2008, ”Cybercrime” http://students.ee.itb.ac.id/fajri/publication
http://freezcha.wordpress.com/2011/02/28/penanggulangan-cybercrime/
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12038/06.2%20bab%202.pdf?sequen
ce=7&isAllowed=y
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63079/Chapter%20I.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai