Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

COMPUTER USER SECURITY


CYBERCRIME

MUSDALIFAH AHMAD
210512601015

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cyber crime, atau kejahatan dunia maya, telah menjadi ancaman yang semakin
meningkat di era digital saat ini. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang pesat telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat, namun juga
membawa konsekuensi negatif seperti peningkatan kejahatan yang dilakukan secara
daring. Cyber crime mencakup berbagai jenis kejahatan yang melibatkan penggunaan
komputer, jaringan internet, dan teknologi digital lainnya untuk melakukan tindakan
kriminal.
Kejahatan lain seperti yang muncul di Indonesia belum lama ini adalah
pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain,
misalnya email, dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak
dikehendaki ke dalam programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer
dimungkinkan adanya delik formil 5 dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan
seseorang yang memasuki komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil
adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. Adanya cyber
crime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi
teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan
internet dan intranet.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini yaitu:
 Apa definisi Cybercrime?
 Motif dan Faktor penyebab adanya Cybercrime
 Macam macam modus cybercrime berdasarkan motif pelakunya
C. Tujuan Masalah
 Untuk mengenali Cybercrime
 untuk mengetahui pentingnya pengetahuan tentang Cybercrime.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cybercrime
Cybercrime adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi
internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum didalam cyberspace
ataupun kepemilikan pribadi. Secara teknik tindak pidana tersebut dapat dibedakan
menjadi off-line crime, semi on-linecrime, dan cybercrime. Masing-masing memiliki
karakteristik tersendiri, namun perbedaan utama antara ketiganya adalah
keterhubungan dengan jaringan informasi publik (internet).
Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi
komputer dan telekomunikasi. The Prevention of Crime and The Treatment of
Offlenderes di Havana, Cuba pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000,
menyebutkan ada 2 istilah yang dikenal:
1. Cybercrime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu prilaku ilegal/ melanggar
yang secara langsung menyerang sistem keamanan komputer dan/atau data yang
diproses oleh komputer.
2. Cybercrime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu prilaku ilegal/
melanggar yang berkaitan dengan sistem komputer atau jaringan. Dari beberapa
pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer
sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan
pihak lain.

B. Motif dan Faktor adanya Cybercrime


 Motif Cybercrime
Motif pelaku kejahatan dalam dunia cyber crime dapat dibagi menjadi dua
kategori:
1. Motif intelektual, di mana kejahatan dilakukan untuk memuaskan ego dan
menunjukkan kemampuan individu dalam teknologi informasi.
2. Motif ekonomi, politik, dan kriminal, di mana kejahatan dilakukan untuk
keuntungan pribadi atau kelompok tertentu yang berdampak pada kerugian
ekonomi dan politik orang lain. Biasanya, kejahatan dengan motif ini dilakukan
oleh korporasi.
 Faktor Penyebab adanya Cybercrime
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya cyber crime.
1. Kurangnya sosialisasi atau pendidikan tentang manfaat internet baik di lembaga
pendidikan maupun dari orang tua, yang menyebabkan penyalahgunaan yang
banyak terjadi.
2. Ketimpangan sosial dapat meningkat ketika negara berkembang secara teknologi
tetapi kesejahteraan masyarakat tidak seimbang. Ketiga, popularitas media sosial,
media elektronik, dan penyimpanan virtual (cloud) membuat manusia semakin
tergantung pada akses internet dalam kehidupan sehari-hari. Faktor lainnya
meliputi gaya hidup, kelalaian manusia, keinginan pengakuan, dan kemajuan
teknologi yang memudahkan akses internet tanpa batasan waktu.

Secara lebih luas, latar belakang terjadinya kejahatan cyber crime terbagi
menjadi dua faktor penting. Pertama, faktor teknis, di mana teknologi internet
menghilangkan batasan geografis dan mempermudah pelaku kejahatan. Tidak
meratanya penyebaran teknologi juga dapat membuat pihak yang memiliki akses lebih
kuat daripada yang lain. Kedua, faktor ekonomi, di mana cyber crime dapat dilihat
sebagai produk ekonomi. Keamanan jaringan menjadi isu global yang muncul seiring
dengan perkembangan internet. Oleh karena itu, banyak negara membutuhkan
perangkat keamanan jaringan sebagai komoditas ekonomi. Dalam konteks ini, cyber
crime menjadi bagian dari aktivitas ekonomi global.

C. Jenis-jenis Cybercrime
 Jenis-jenis Cybercrime Berdasarkan Jenis Aktifitasnya
1. Unauthorized Access to Computer System and Service : Kejahatan yang
dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan
komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik
sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan
(hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi
penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukan hanya karena
merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang
memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan
berkembangnya teknologi internet/intranet.
2. Illegal Contents : Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau
informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat
dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai
contohnya adalah pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan
menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan
dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia
negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan
sebagainya.
3. Data Forgery : Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada
dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document
melalui internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen
ecommerce dengan membuat seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada
akhirnya akan menguntungkan pelaku.
4. Cyber Espionage : Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan
internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan
memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak
sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang
dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang
computerized.
5. Cyber Sabotage and Extortion : Kejahatan ini dilakukan dengan membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program
komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet.
Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb,
virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program
komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan
sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh
pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku
kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data,
program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase
tersebut, tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut
sebagai cyber-terrorism.
6. Offense against Intellectual Property : Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak
atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh
adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara
ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia
dagang orang lain, dan sebagainya.
7. Infringements of Privacy : Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi
seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini
biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan
pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila
diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil
maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau
penyakit tersembunyi dan sebagainya.
8. Cracking, kejahatan dengan menggunakan teknologi computer yang
dilakukan untuk merusak system keamaanan suatu system computer dan
biasanya melakukan pencurian, tindakan anarkis begitu merekan mendapatkan
akses. Biasanya kita sering salah menafsirkan antara seorang hacker dan
cracker dimana hacker sendiri identetik dengan perbuatan negative, padahal
hacker adalah orang yang senang memprogram dan percaya bahwa informasi
adalah sesuatu hal yang sangat berharga dan ada yang bersifat dapat
dipublikasikan dan rahasia.
9. Carding, adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi computer untuk
melakukan transaksi dengan menggunakan card credit orang lain sehingga
dapat merugikan orang tersebut baik materil maupun non materil.
 Jenis-jenis Cybercrime Berdasarkan Motif
1. Cybercrime yang menyerang individu : kejahatan yang dilakukan terhadap
orang lain dengan motif dendam atau iseng yang bertujuan untuk merusak
nama baik, mencoba ataupun mempermaikan seseorang untuk mendapatkan
kepuasan pribadi. Contoh : Pornografi, cyberstalking, dll
2. Cybercrime yang menyerang hak cipta (Hak milik) : kejahatan yang
dilakukan terhadap hasil karya seseorang dengan motif menggandakan,
memasarkan, mengubah yang bertujuan untuk kepentingan pribadi/umum
ataupun demi materi/nonmateri.
3. Cybercrime yang menyerang pemerintah : kejahatan yang dilakukan
dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan terror, membajak
ataupun merusak keamanan suatu pemerintahan yang bertujuan untuk
mengacaukan system pemerintahan, atau menghancurkan suatu Negara.
BAB III
CONTOH KASUS

Penyerangan terhadap jaringan internet KPU

Jaringan internet di Pusat Tabulasi Nasional Komisi Pemilihan Umum sempat


down (terganggu) beberapa kali. KPU menggandeng kepolisian untuk mengatasi hal
tersebut. “Cybercrime kepolisian juga sudah membantu. Domain kerjasamanya antara
KPU dengan kepolisian”, kata Ketua Tim Teknologi Informasi KPU, Husni Fahmi di
Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng , Jakarta Pusat (15 April 2009). Menurut
Husni, tim kepolisian pun sudah mendatangi Pusat Tabulasi Nasional KPU di Hotel
Brobudur di Hotel Brobudur, Jakarta Pusat. Mereka akan mengusut adanya dugaan
kriminal dalam kasus kejahatan dunia maya dengan cara meretas. “Kamu sudah
melaporkan semuanya ke KPU. Cybercrime sudah datang,” ujarnya.

Sebelumnya, Husni menyebut sejak tiga hari dibuka, Pusat Tabulasi berkali-
kali diserang oleh peretas.” Sejak hari lalu dimulainya perhitungan tabulasi, samapai
hari ini kalau dihitung-hitung, sudah lebuh dari 20 serangan”, kata Husni,
Minggu(12/4). Seluruh penyerang itu sekarang, kata Husni, sudah diblokir alamat IP-
nya oleh PT. Telkom. Tim TI KPU bias mengatasi serangan karena belajar dari
pengalamn 2004 lalu. “Memang sempat ada yang ingin mengubah tampilan halaman
tabulasi nasional hasil pemungutan suara milik KPU. Tetapi segera kami antisipasi.”
Kasus di atas memiliki modus untuk mengacaukan proses pemilihan suara di KPK.
Motif kejahatan ini termasuk ke dalam cybercrime sebagai tindakan murni kejahatan.
Hal ini dikarenakan para penyerang dengan sengaja untuk melakukan pengacauan
pada tampilan halaman tabulasi nasional hasil dari Pemilu. Kejahatan kasus
cybercrime ini dapat termasuk jenis data forgery, hacking-cracking, sabotage and
extortion, atau cyber terorism. Sasaran dari kasus kejahatan ini adalah cybercrime
menyerang pemerintah (against government) atau bisa juga cybercrime menyerang
hak milik (against property). Beberapa cara untuk menanggulangi dari kasus:
 Kriptografi : seni menyandikan data. Data yang dikirimkan disandikan terlebih
dahulu sebelum dikirim melalui internet. Di komputer tujuan, data
dikembalikan ke bentuk aslinya sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh
penerima. Hal ini dilakukan supaya pihak-pihak penyerang tidak dapat
mengerti isi data yang dikirim.
 Internet Farewell: untuk mencegah akses dari pihak luar ke sistem internal.
Firewall dapat bekerja dengan 2 cara, yaotu menggunakan filter dan proxy.
Firewall filter menyaring komunikasi agar terjadi seperlunya saja, hanya
aplikasi tertentu saja yang bisa lewat dan hanya komputer dengan identitas
tertentu saja yang bisa berhubungan. Firewall proxy berarti mengizinkan
pemakai dalam untuk mengakses internet seluas-luasnya, tetapi dari luar hanya
dapat mengakses satu komputer tertentu saja.
 Menutup service yang tidak digunakan.
 Adanya sistem pemantau serangan yang digunakan untuk mengetahui adanya
tamu/seseorang yang tak diundang (intruder) atau adanya serangan (attack).
 Melakukan back up secara rutin.
 Adanya pemantau integritas sistem. Misalnya pada sistem UNIX adalah
program tripwire. Program ini dapat digunakan untuk memantau adanya
perubahan pada berkas.
 Perlu adanya cyberlaw: Cybercrime belum sepenuhnya terakomodasi dalam
peraturan / Undang-undang yang ada, penting adanya perangkat hukum
khusus mengingat karakter dari cybercrime ini berbeda dari kejahatan
konvensional.
 Perlunya Dukungan Lembaga Khusus: Lembaga ini diperlukan untuk
memberikan informasi tentang cybercrime, melakukan sosialisasi secara
intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus dalam
penanggulangan cybercrime
BAB IV
KESIMPULAN

Makalah ini membahas tentang keamanan pengguna komputer dan kejahatan


cyber. Kejahatan cyber, atau kejahatan dunia maya, menjadi ancaman yang semakin
meningkat di era digital saat ini. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang pesat telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat, namun juga
membawa konsekuensi negatif seperti peningkatan kejahatan yang dilakukan secara
daring.
Makalah ini menjelaskan pengertian cybercrime sebagai tindakan pidana
kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyberspace). Ada berbagai jenis
cybercrime, termasuk akses tidak sah ke sistem komputer dan layanan, konten ilegal,
pemalsuan data, mata-mata cyber, sabotase dan pemerasan cyber, pelanggaran hak
kekayaan intelektual, pelanggaran privasi, pembobolan keamanan sistem, dan
pencurian kartu kredit.
Motif pelaku kejahatan dalam cybercrime dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu motif intelektual dan motif ekonomi, politik, dan kriminal. Ada juga faktor
penyebab yang mempengaruhi munculnya cybercrime, seperti kurangnya sosialisasi
atau pendidikan tentang manfaat internet, ketimpangan sosial, popularitas media
sosial, kelalaian manusia, dan kemajuan teknologi.Makalah ini juga mencakup contoh
kasus serangan terhadap jaringan internet KPU sebagai contoh nyata dari kejahatan
cyber.
Kesimpulannya, kejahatan cyber merupakan ancaman serius di era digital saat
ini. Penting bagi pengguna komputer untuk memahami keamanan cyber dan
melindungi diri mereka sendiri dari serangan yang dapat merugikan mereka secara
finansial dan menyebabkan kerugian lainnya. Kesadaran akan risiko dan pengetahuan
tentang cybercrime sangat penting dalam menjaga keamanan dan privasi di dunia
maya.
Selamat, S. R., Sahib, S., Hafeizah, N., Yusof, R., & Abdollah, M. F. (2013). A forensic traceability
index in digital forensic investigation.

https://www.academia.edu/19126528/Makalah_tentang_Cybercrime
https://eptik9.wordpress.com/2018/05/22/contoh-kasus-cyber-crime-dan- penyelesaiannya/

Anda mungkin juga menyukai