Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN MENGENAI CYBER CRIME & KEJAHATAN KOMPUTER

Latar belakang kejahatan komputer dan cybercrime dimulai dengan perkembangan pesat teknologi
komputer dan internet. Pada awalnya, komputer hanya merupakan mesin besar dengan kemampuan
terbatas. Namun, seiring dengan waktu, komputer mengalami perkembangan dan pemutakhiran yang
membuatnya menjadi mesin yang populer dengan banyak kemampuan.

Kemudian, dengan ditemukannya internet, perkembangan komputer semakin pesat. Internet memberikan
banyak keunggulan, tetapi juga membawa ancaman dalam bentuk kejahatan melalui internet atau yang
lebih dikenal dengan cybercrime. Cybercrime dapat mengambil berbagai bentuk, seperti penyebaran
virus, penolakan akses, dan lain-lain.

Kerusakan yang disebabkan oleh cybercrime sudah tidak terhitung lagi. Namun, di Indonesia, hukum
yang secara khusus menangani cybercrime belum sepenuhnya berjalan. Beberapa pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan yang
berhubungan dengan komputer atau internet, meskipun tidak dapat berlaku untuk semua jenis kejahatan
cybercrime yang ada.

Hambatan dalam proses penyidikan cybercrime terkait dengan undang-undang, kemampuan perangkat
hukum, alat bukti, dan fasilitas pendukungnya. Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah yang dapat
diambil antara lain adalah menyempurnakan undang-undang tentang cybercrime, melakukan pelatihan
cybercrime secara berkelanjutan kepada penegak hukum, membangun divisi khusus penyidikan
cybercrime, dan menggalakkan serta mensosialisasikan pencegahan cybercrime secara luas.

SOURCES:
- Page 1: berhubungan dengan komputer atau internet, meskipun tidak dapat berlaku untuk semua jenis
kejahatan Cybercrime yang ada.Hambatan bagi proses penyidikan Cybercrime terkait dengan Undang-
undang, kemampuan perangkat hukum, alat bukti dan fasilitas pendukungnya. Langkah-langkah yang
dapat diambil untuk menyelesaikan masalah penyidikan Cybercrime antara lain; menyempurnakan
undang-undang tentang Cybercrime, melakukan training Cybercrime pada penegak hukum secara
berkelanjutan dan membangun divisi khusus penyidikan Cybercrime yang lengkap serta menggalakkan
dan mensosialisasikan pencegahan Cybercrime secara luas.
- Page 2: Pada saat awal ditemukan, komputer hanyalah sebuah mesin besar dengan kemampuan yang
terbatas. Tetapi setelah mengalami perkembangan dan pemutakhiran dalam waktu yang relatif singkat,
komputer menjadi sebuah mesin popular dengan banyak kemampuan, orang menjadi tertarik dan
mengalami ketergantungan dengan komputer. Apalagi setelah internet ditemukan. Perkembangan
komputer menjadi semakin pesat dalam waktu yang relatif singkat. Ada banyak keunggulan internet,
begitu dengan pula bahaya yang diakibatkan oleh internet, kejahatan melalui internet atau yang lebih
dikenal dengan Cybercrime, bermacam-macam jenisnya seperti; virus, penolakan akses dan sebagainya.
Kerusakan yang disebabkan oleh Cybercrime sudah tak terhitung lagi tetapi hukum yang secara khusus
menangani Cybercrime di Indonesia belum sepenuhnya berjalan. Beberapa pasal Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan yang berhubungan dengan
komputer atau internet, meskipun tidak dapat berlaku untuk semua jenis kejahatan Cybercrime yang
ada.Hambatan bagi proses penyidikan Cybercrime terkait dengan Undang-undang, kemampuan perangkat
hukum, alat bukti dan fasilitas pendukungnya. Langkah-langkah yang dapat diambil untuk menyelesaikan
masalah penyidikan Cybercrime antara lain; menyempurnakan undang-undang tentang Cybercrime,
melakukan training Cybercrime pada penegak hukum secara berkelanjutan dan membangun divisi khusus
penyidikan Cybercrime yang lengkap serta menggalakkan dan mensosialisasikan pencegahan Cybercrime
secara luas.
- Page 3: Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dapat dirumuskan sebagai perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/alat atau komputer sebagai
objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Kejahatan
komputer yang diasosiasikan dengan hacker, biasanya menimbulkan arti yang negatif. Himanen
menyatakan bahwa hacker adalah seseorang yang senang memprogram dan percaya bahwa berbagi
informasi adalah hal yang sangat berharga, dan hacker adalah orang pintar dan senang terhadap semua
(Fajri, 2008). Banyak di antara hacker adalah pegawai sebuah perusahaan yang loyal dan dipercaya oleh
perusahaan-nya, dan dia tidak perlu melakukan kejahatan komputer. Mereka adalah orang-orang yang
tergoda pada lubang-lubang yang terdapat pada sistem komputer. Sehingga kesempatan merupakan
penyebab utama orang-orang tersebut menjadi 'penjahat cyber.

Pendahuluan dari kejahatan komputer dan cybercrime merujuk pada bagian awal atau pengantar yang
menjelaskan tentang konsep dan definisi dari kejahatan komputer dan cybercrime. Pendahuluan ini
memberikan pemahaman tentang jenis-jenis kejahatan yang terkait dengan penggunaan teknologi
komputer dan jaringan telekomunikasi, serta dampak dan modus operandi dari kejahatan tersebut. Dalam
pendahuluan ini juga dapat dijelaskan mengenai pentingnya pencegahan dan penanggulangan cybercrime
serta peran hukum dalam melindungi hak-hak para pengguna internet.

SOURCES:
- Page 2: Definisi Cybercrime
- Page 3: Pengertian Cybercrime
- Page 4: Modus Operandi Cybercrime
- Page 5: Pencegahan dan Penanggulangan Cybercrime

Dalam konteks yang diberikan, tidak ada rumusan masalah yang spesifik terkait dengan kejahatan
komputer dan cybercrime. Namun, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan informasi
yang diberikan adalah:

1) Kurangnya undang-undang yang khusus mengatur kejahatan komputer dan cybercrime di Indonesia.
2) Ketidakmampuan perangkat hukum yang ada untuk menangani semua jenis kejahatan cybercrime.
3) Hambatan dalam proses penyidikan cybercrime, termasuk masalah perangkat hukum, kemampuan
penyidik, alat bukti, dan fasilitas pendukungnya.

Sumber:
- Page 1: Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2011, Hal. 185 – 195, Vol. 18, No. 2, ISSN: 1412-
3126
Tujuan dari kejahatan komputer dan cybercrime adalah untuk mencapai keuntungan pribadi atau
merugikan orang lain melalui penggunaan teknologi komputer dan internet. Beberapa tujuan umum dari
kejahatan komputer dan cybercrime meliputi:
1. Pencurian Identitas: Melakukan pencurian data pribadi seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM,
atau informasi identitas lainnya untuk tujuan penipuan atau penggunaan ilegal.

2. Pencurian Informasi Rahasia: Mengakses dan mencuri informasi rahasia atau data bisnis yang bernilai
untuk keuntungan pribadi atau untuk menjualnya kepada pihak lain.

3. Penyebaran Malware: Membuat dan menyebarkan virus komputer, worm, atau program berbahaya
lainnya untuk merusak sistem komputer, mencuri informasi, atau mengambil kendali atas komputer orang
lain.

4. Penipuan Online: Melakukan penipuan melalui internet, seperti penipuan lelang online, penipuan kartu
kredit, atau penipuan investasi.

5. Serangan DDoS: Melakukan serangan Distributed Denial of Service (DDoS) untuk mengganggu
layanan atau situs web dengan membanjiri server dengan lalu lintas internet yang berlebihan.

6. Kejahatan Seksual Online: Melakukan kejahatan seksual seperti penyebaran konten pornografi anak,
grooming, atau penipuan romansa melalui internet.

7. Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual: Melakukan pelanggaran hak cipta, peniruan merek dagang,
atau pencurian konten digital untuk tujuan komersial.

Tujuan dari kejahatan komputer dan cybercrime dapat bervariasi tergantung pada motif dan kepentingan
pelaku. Namun, umumnya tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan finansial, merusak
reputasi orang lain, atau mencuri informasi yang bernilai.

SOURCES:
- Page 2: "Hukum yang salah satu fungsinya menjamin kelancaran proses pembangunan nasional
sekaligus mengamankan hasil-hasil yang telah dicapai harus dapat melindungi hak para pemakai jasa
internet sekaligus menindak tegas para pelaku Cybercrime."
- Page 4: "Kejahatan tersebut hanya bisa terjadi dengan menggunakan perangkat komputer, melalui
jaringan komputer, akses serta terjadi di dunia virtual begitu juga dengan sasaran kejahatan."
- Page 5: "Cyberpiracy → penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau
informasi; mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan komputer."

Dalam pembahasan tentang kejahatan komputer dan cybercrime, beberapa topik yang dibahas antara lain:

1. Jenis-jenis kejahatan cybercrime: Pembahasan mencakup berbagai jenis kejahatan yang dilakukan
melalui komputer dan internet, seperti serangan virus, penipuan online, pencurian identitas,
penyalahgunaan data pribadi, dan lain-lain.

2. Dampak cybercrime: Pembahasan mengenai dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejahatan
cybercrime, baik secara finansial maupun non-finansial. Contohnya adalah kerugian keuangan akibat
pencurian data, kerugian reputasi, dan gangguan pada sistem komputer.
3. Pencegahan dan penanggulangan cybercrime: Pembahasan mengenai langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan cybercrime. Hal ini meliputi penggunaan
keamanan komputer yang kuat, kesadaran pengguna internet, dan kerjasama antara pihak berwenang dan
lembaga terkait.

4. Peraturan hukum terkait cybercrime: Pembahasan mengenai peraturan hukum yang ada atau perlu
dibuat untuk mengatasi kejahatan cybercrime. Hal ini termasuk dalam upaya penegakan hukum dan
pengadilan terhadap pelaku cybercrime.

5. Hambatan dalam penanganan cybercrime: Pembahasan mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi


dalam penanganan kasus cybercrime, seperti masalah perangkat hukum, kemampuan penyidik, alat bukti,
dan fasilitas komputer forensik.

Sumber:
- Page 5: Internet
- Page 9: Kesimpulan
- Page 3: Vol. 18 No. 2 September 2011
- Page 2: Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2011

Jenis-jenis kejahatan yang terkait dengan kejahatan komputer dan cybercrime antara lain:

1. Cyberpiracy: Penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau informasi, serta
mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan komputer.

2. Cybertrespass: Penggunaan teknologi komputer untuk meningkatkan akses pada sistem komputer
sebuah organisasi atau individu, seperti web site yang di-protect dengan password.

3. Cybervandalism: Penggunaan teknologi komputer untuk membuat program yang mengganggu proses
transmisi informasi elektronik, termasuk serangan DoS (denial of service) dan pembuatan virus.

4. Cyber-assisted crime: Komputer membantu pelaku melakukan kejahatan biasa dan tidak berhubungan
dengan komputer, contohnya penggunaan komputer untuk menggelapkan pajak.

5. Cyber-exacerbated crime: Cyber-teknologi memainkan peran yang lebih signifikan dalam kejahatan,
contohnya penggunaan komputer untuk kegiatan pedofilia melalui internet.

Sumber:
- Page 4: Kejahatan yang berhubungan dengan Dunia Virtual (Cyber Related Crime)
- Page 11: Modus Operandi Cybercrime
Dampak dari kejahatan komputer dan cybercrime dapat sangat merugikan individu, perusahaan, dan
masyarakat secara umum. Beberapa dampak yang dapat terjadi adalah:

1. Kerugian finansial: Kejahatan komputer dan cybercrime dapat menyebabkan kerugian finansial yang
signifikan. Hal ini dapat terjadi melalui pencurian identitas, penipuan online, pencurian data keuangan,
atau pembobolan rekening bank. Korban dapat kehilangan uang, aset, atau bahkan mengalami kerugian
bisnis yang serius.

2. Pelanggaran privasi: Kejahatan komputer dapat melibatkan pelanggaran privasi, di mana informasi
pribadi seseorang seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, atau data pribadi lainnya dapat dicuri dan
disalahgunakan. Hal ini dapat menyebabkan kerugian materiil dan immateriil bagi korban.

3. Gangguan operasional: Serangan cybercrime seperti serangan virus atau denial of service dapat
mengganggu operasional perusahaan atau infrastruktur penting. Hal ini dapat menyebabkan kerugian
finansial, kerugian reputasi, dan ketidaknyamanan bagi pengguna layanan.

4. Penyebaran informasi palsu: Kejahatan komputer juga dapat melibatkan penyebaran informasi palsu
atau hoaks yang dapat merusak reputasi individu atau organisasi. Hal ini dapat menyebabkan kerugian
finansial, kerugian reputasi, dan ketidakpercayaan masyarakat.

5. Ancaman keamanan nasional: Cybercrime juga dapat menjadi ancaman terhadap keamanan nasional
suatu negara. Serangan cyber dapat digunakan untuk mencuri informasi rahasia, merusak infrastruktur
kritis, atau mengganggu operasional pemerintahan.

Dalam rangka mengatasi dampak-dampak tersebut, pencegahan dan penanggulangan cybercrime perlu
dilakukan melalui langkah-langkah seperti peningkatan keamanan sistem komputer, kesadaran dan
edukasi masyarakat tentang keamanan digital, serta penegakan hukum yang efektif terhadap pelaku
cybercrime.

SOURCES:
- Page 5: Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.
- Page 3: Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 18 No. 2 September 2011
- Page 1: Berhubungan dengan komputer atau internet, meskipun tidak dapat berlaku untuk semua jenis
kejahatan Cybercrime yang ada.
- Page 2: Hukum yang salah satu fungsinya menjamin kelancaran proses pembangunan nasional sekaligus
mengamankan hasil-hasil yang telah dicapai harus dapat melindungi hak para pemakai jasa internet
sekaligus menindak tegas para pelaku Cybercrime.
- Page 9: Kesimpulan

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan komputer dan
cybercrime antara lain:

1. Edukasi Pengguna: Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik kepada pengguna
tentang kejahatan komputer dan cybercrime.
2. Menggunakan Perspektif Hacker: Melihat dari sudut pandang seorang hacker untuk melindungi sistem
dari serangan yang mungkin terjadi.

3. Memperbarui Sistem: Melakukan pembaruan sistem secara teratur untuk menutup celah keamanan
yang ada.

4. Menerapkan Kebijakan: Menetapkan kebijakan dan aturan yang melindungi sistem dari akses yang
tidak sah.

5. Menggunakan Sistem Deteksi Intrusi: Menggunakan sistem deteksi intrusi yang terintegrasi dengan
sistem pencegahan intrusi untuk mendeteksi dan mencegah serangan.

6. Menggunakan Firewall: Menggunakan firewall untuk membatasi akses yang tidak sah ke jaringan dan
sistem.

7. Menggunakan Antivirus: Menggunakan perangkat lunak antivirus yang terkini untuk melindungi
sistem dari serangan malware.

8. Meningkatkan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kejahatan komputer dan


cybercrime serta pentingnya pencegahan.

9. Meningkatkan Kerjasama: Meningkatkan kerjasama antara negara dalam upaya penanggulangan


cybercrime melalui perjanjian ekstradisi dan kerjasama internasional.

Sumber:
- Page 5: Internet
- Page 6: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi
- Page 9: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Di Indonesia, terdapat beberapa peraturan hukum yang mengatur kejahatan komputer dan cybercrime.
Beberapa peraturan tersebut antara lain:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): Beberapa pasal dalam KUHP dapat digunakan untuk
menjerat pelaku kejahatan yang berhubungan dengan komputer atau internet, seperti Pasal 378 tentang
Penipuan, Pasal 311 tentang Pencemaran Nama Baik, Pasal 303 tentang Perjudian, dan Pasal 282 tentang
Pornografi.

2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta: Undang-Undang ini mengatur tentang
perlindungan terhadap program komputer atau software.

3. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi: Undang-Undang ini mengatur tentang
penyalahgunaan internet yang mengganggu ketertiban umum atau pribadi.
4. Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002
tentang Pencucian Uang: Undang-Undang ini juga dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan
cybercrime yang terkait dengan pencucian uang.

5. Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme: Undang-
Undang ini juga mencakup tindak pidana terorisme yang dilakukan melalui media internet.

Sumber:
- Page 8: Pasal-pasal KUHP yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan komputer atau
internet.
- Page 2: Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
- Page 7: Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
- Page 8: Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun
2002 tentang Pencucian Uang.
- Page 8: Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Dalam penanganan kejahatan komputer dan cybercrime, terdapat beberapa hambatan yang dihadapi,
antara lain:

1) Perangkat hukum yang belum memadai: Perangkat hukum yang ada belum cukup khusus dan
komprehensif dalam mengatur kejahatan komputer dan cybercrime. Beberapa kejahatan mungkin tidak
dapat diantisipasi oleh undang-undang yang saat ini berlaku.

2) Kemampuan penyidik yang terbatas: Penyidik yang menangani kasus kejahatan komputer dan
cybercrime masih minim dalam penguasaan operasional komputer dan pemahaman terhadap hacking
komputer. Kurangnya pengetahuan tentang komputer dan keterbatasan teknis serta pengalaman para
penyidik menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan penyidik dalam menangani kasus-kasus
tersebut.

3) Alat bukti yang sulit: Kejahatan cybercrime seringkali dilakukan tanpa saksi dan saksi korban
seringkali berada di luar negeri, sehingga menyulitkan penyidik dalam melakukan pemeriksaan saksi dan
pemberkasan hasil penyidikan. Selain itu, karakteristik kejahatan cybercrime yang melibatkan data dan
sistem komputer yang mudah diubah, dihapus, atau disembunyikan oleh pelaku juga menjadi hambatan
dalam mengumpulkan alat bukti yang cukup.

4) Fasilitas komputer forensik yang belum memadai: Polri masih belum memiliki fasilitas forensic
computing yang memadai untuk mengungkap jejak-jejak para hacker dan cracker dalam melakukan
aksinya. Fasilitas ini diperlukan untuk mengungkap data digital serta merekam dan menyimpan bukti-
bukti berupa soft copy.

Sumber:
- Page 8: dalam pelaksanaan di lapangan yang antara lain sebagai berikut (Noor, 2005)
- Page 9: dengan masalah perangkat hukum, kemampuan penyidik, alat bukti, dan fasilitas komputer
forensik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan di dalam
melakukan penyidikan terhadap Cybercrime antara lain berupa penyempurnaan perangkat hukum,
mendidik para penyidik, membangun fasilitas forensic computing, meningkatkan upaya penyidikan dan
kerja sama internasional, serta melakukan upaya penanggulangan pencegahan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang kejahatan komputer dan cybercrime adalah
sebagai berikut:

1) Cybercrime merupakan kejahatan yang merugikan dan dianggap sebagai perbuatan yang melanggar
hukum.
2) Modus operandi Cybercrime sangat beragam dan terus berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi.
3) Sistem perundang-undangan di Indonesia belum secara khusus mengatur mengenai kejahatan komputer
melalui media internet.
4) Terdapat hambatan-hambatan dalam upaya penyidikan terhadap Cybercrime, seperti masalah
perangkat hukum, kemampuan penyidik, alat bukti, dan fasilitas komputer forensik.
5) Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut antara lain penyempurnaan perangkat
hukum, pendidikan para penyidik, pembangunan fasilitas forensic computing, peningkatan upaya
penyidikan dan kerja sama internasional, serta upaya penanggulangan pencegahan.

Sumber:
- Page 9: dengan masalah perangkat hukum, kemampuan penyidik, alat bukti, dan fasilitas komputer
forensik.
- Page 9: Sistem perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus mengenai kejahatan
komputer melalui media internet.
- Page 9: Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam upaya melakukan penyidikan terhadap Cybercrime.
- Page 9: Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam
melakukan penyidikan terhadap Cybercrime.

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk mengatasi kejahatan komputer dan cybercrime adalah:

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang cybercrime: Edukasi pengguna mengenai


cybercrime dan dunia internet dapat membantu mereka untuk lebih waspada dan menghindari tindakan
yang dapat memicu kejahatan komputer.

2. Menggunakan perspektif hacker: Dengan memahami cara kerja dan pemikiran hacker, kita dapat
melindungi sistem kita dengan lebih efektif. Dengan memikirkan potensi serangan dari sudut pandang
hacker, kita dapat mengidentifikasi dan mengatasi kerentanan dalam sistem kita.

3. Memperbarui sistem: Melakukan pembaruan sistem secara teratur dan menutup lubang kelemahan
yang ada dapat membantu mencegah serangan cybercrime.

4. Menerapkan kebijakan dan aturan yang melindungi sistem: Menetapkan kebijakan dan aturan yang
jelas dan ketat dalam penggunaan sistem dapat membantu melindungi sistem dari akses yang tidak sah.

5. Menggunakan sistem deteksi dan pencegahan intrusi: Menggunakan sistem deteksi dan pencegahan
intrusi (IDS dan IPS) dapat membantu mendeteksi dan mencegah serangan cybercrime.

6. Menggunakan firewall dan antivirus: Menggunakan firewall dan antivirus yang terkini dapat membantu
melindungi sistem dari serangan malware dan serangan cybercrime lainnya.

Sumber:
- Page 6: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 190
- Page 9: Kesimpulan dari sumber yang sama

Berikut adalah daftar pustaka yang digunakan dalam pembahasan tentang kejahatan komputer dan
cybercrime:

1. Arifiyadi Teguh, (2008), "Menjerat Pelaku Cyber Crime dengan KUHP", Pusat Data Departemen
Komunikasi dan Informatika.
2. Arifiyadi Teguh, (2008), "Cybercrime dalam Perspektif Rancangan Konsep KUHP Baru", Pusat Data
Departemen Komunikasi dan Informatika.
3. Fajri, Anthony, April 2008, "Cybercrime".
4. Golose, Petrus Reinhard, 2006, "Perkembangan Cybercrime dan Upaya Penanganannya di Indonesia
oleh Polri", Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan.
5. Gregory, Thomas HA, 2005, "Ketenaran Cybercrime di Indonesia", Makalah STIMIK Perbanas.
6. Noor, Azamul Fadhly, 2005, "Tinjauan Yuridis terhadap Cybercrime di Indonesia", Tesis pada
Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.
7. Mc Leod Jr, Rayman and Schell, George P, April 2008, "Sistem Informasi Manajemen".
8. Rahardjo, Budi, 2001, "Cybercrime", draft pada diskusi mengenai topik yang sama.
9. Setiyadi, Mas Wigrantoro Roes, 2003, "Urgensi Cybercrime Law sebagai Perlindungan bagi Pengguna
Teknologi Informasi" Pendekatan Kebijakan Publik Dalam Menjawab Kebutuhan Terhadap Perangkat
Legal Untuk Memerangi Kejahatan Di Bidang Teknologi Informasi (Cybercrime), Makalah disampaikan
pada Cybercrime Seminar 19 Maret 2003.
10. Sinar Indonesia Baru, 2009, "Kasus 'Cyber Crime' Indonesia Tertinggi di Dunia".
11. Tahir, Achmad, April 2009, "Penegakan Hukum Cybercrime di Indonesia", Tesis pada Program Studi
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

Sumber:
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.
- Page 10: Dista Amalia Arifah, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 194.

Anda mungkin juga menyukai