Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN

TEKNOLOGI TERHADAP Ni Putu Grace A. Lande


KEJAHATAN PENYEBARAN 72210143

BERITA BOHONG
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat, dampak dari pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi lebih mudah
karena kecanggihan dan daya kerjanya yang efektif dan efisien. Namun di sisi lain dapat
menyebabkan munculnya jenis kejahatan baru.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan implikasi-implikasi yang signifikan


terhadap pengaturan atau pembentukan regulasi dalam ruang siber dan hukum siber serta terhadap
perkembangan kejahatan dalam dunia maya atau biasa disebut cybercrime.

Berita bohong atau hoax merupakan informasi atau berita yang berisi hal-hal yang belum pasti atau
yang benar-benar bukan merupakan fakta yang terjadi. Konten hoax yang tidak akurat dapat
mengakibatkan propaganda dan tindakan cyberbullying yang sangat tidak bermanfaat.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana perkembangan teknologi terhadap kejahatan penyebaran berita bohong (hoax) ?

2. Bagaimana pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku penyebar berita bohong (hoax) di media
online?
PEMBAHASAN
 Perkembangan Teknologi Terhadap Kejahatan Penyebaran Berita Bohong (hoax)
- Pada era globalisasi saat ini teknologi informasi (information technology) mempunyai peranan yang sangat
penting bagi setiap orang di penjuru dunia, baik yang terjadi pada masa kini maupun yang akan terjadi pada
masa depan suatu saat nanti.
- Kemunculan teknologi informasi internet dan perkembangannya membawa suatu perubahan untuk cara
berkomunikasi dengan setiap orang dan juga perubahan cara untuk mendapatkan suatu perkembangan
informasi dengan sangat mudah dan cepat
- Perkembangan teknologi informasi merupakan hasil dari budaya manusia, selain membawa dampak yang
positif, dalam cakupan untuk dapat diperdayagunakan untuk kepentingan dari umat manusia dalam kehidupan
sehari-hari, teknologi informasi juga dapat membawa dampak negatif terhadap perkembangan manusia dan
peradabannya. Dampak negatif teknologi informasi berkaitan dengan dunia kejahatan yang terjadi melalui
dunia maya atau internet.
- Saat ini internet merupakan penyumbang angka kejahatan yang sangat signifikan, kemunculan kejahatan yang
terjadi di internet sangat beragam jenis, mulai dari penipuan, penyebaran berita bohong dan berbagai kejahatan
lainnya, tentunya hal tersebut sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah guna menanggulangi
hal tersebut
PEMBAHASAN
 Perkembangan Teknologi Terhadap Kejahatan Penyebaran Berita Bohong (hoax)
- Saat ini kejahatan yang terjadi di dunia internet sering disebut sebagai cybercrime atau kejahatan yang
dilakukan melalui dunia maya, kejahatan di internet dapat dilakukan oleh berbagai orang di seluruh
dunia. Selain itu, terdapat juga Berita bohong (hoax) merupakan berita yang kebenarannya tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh si pembuat berita bohong.
- Penyebaran berita bohong (hoax) telah banyak beredar di situs internet yang di upload oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Pemerintah sebagai pembuat aturan juga terus berupaya dalam mengawasi setiap transaksi
elektronik yang terjadi khususnya di media social. Dalam hal ini sikap Pemerintah terhadap pelaku
penyebar berita bohong (hoax) ditujukan dalam KUHP dan UU ITE yang pada artinya pelaku penyebar
berita bohong (hoax) dapat dikenakan pidana berlapis agar ada efek jera bagi para pelaku penyebar
konten berita bohong (hoax) dan tidak lupa juga, bahwa pelaku tidak menutup kemungkinan akan
dikenakan pasal ujaran kebencian apabila sipelaku didalam menebar berita bohong (hoax) terdapat
sejumlah fitnah-fitnah dan disertai dengan caci maki.
PEMBAHASAN
 Perkembangan Teknologi Terhadap Kejahatan Penyebaran Berita Bohong (hoax)

- Pengaturan mengenai penyebaran berita bohong (hoax) telah di atur di dalam Pasal 28 dan Pasal 45 A
ayat (1) Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu,
pengaturan mengenai penyebran berita bohong juga tertuang di dalam Wetboek Van Strafrecht atau
yang biasa disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mengenai penyebaran berita bohong
(hoax) telah di .atur di dalam Pasal 311 ayat (1), Pasal 378 dan Pasal 390 KUHP.
PEMBAHASAN
 Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Penyebar Berita Bohong (hoax)
- Pertanggungjawaban pidana adalah, seseorang yang dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana
apabila seseorang telah melanggar ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, atau
seseorang dapat disalahkan karena telah melanggar ketentuan yang terdapat dalam peraturan
perundangan-undangan sehingga dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana.
- Pertanggungjawaban pidana pada dasarnya dapat dipertanggungjawabkan kepada diri seorang pelaku
tindak pidana, tetapi harus memenuhi 4 (empat) unsur persyaratan sebagai berikut (Romli, 200):
1. Ada suatu tindakan (commission atau omission) oleh si pelaku;
2. Yang memenuhi rumusan-rumusan delik dalam Undangundang
3. Tindakan itu bersifat melawan hukum;
4. Pelakunya harus bisa dipertanggungjawabkan.
PEMBAHASAN
 Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Penyebar Berita Bohong (hoax)
- Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penyebar berita bohong (hoax) di media online,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut (Kresna et al, 2019):
a. Terdapat dalam KUHP, yaitu diatur dalam pasal 390 KUHP, yang esensinya hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, menyebabkan turun atau naiknya harga barang
dagangan, fonds, dan surat berharga dari kabar bohong tersebut, maka dihukum paling lama dua tahun
delapan bulan.
b. Terdapat dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, yaitu diatur
dalam Pasal 14 ayat (1), dan ayat (2), serta Pasal 15 UU No. 1 Th 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Esensi dari ketentuan Pasal 14 ayat (1) yaitu akibat dari penyebaran berita bohong menyebabkan
terjadinya keresahan di kalangan rakyat, maka akan dihukum penjara paling lama sepuluh tahun penjara.
Esensi dari Pasal 14 ayat (2) yaitu menyebarkan berita yang dapat menimbulkan keresahan di kalangan
rakyat, dan pelaku tidak menyadari bahwa berita tersebut adalah bohong maka dihukum paling lama tiga
tahun penjara. Esensi dari Pasal 15 yaitu menyiarkan berita yang tidak pasti, dan pelaku menyadari
bahwa berita tersebut akan mudah menimbulkan keresahan di kalangan rakyat, maka dihukum paling
lama dua tahun penjara
PEMBAHASAN
Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Penyebar Berita Bohong

(hoax)
Terdapat dalam UU ITE, yaitu diatur dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE, yang esensinya adalah
pelaku dengan sengaja melawan hukum menyebarkan berita bohong (hoax) yang
mengakibatkan kerugian dalam transaksi elektronik. Berdasarkan asas lex specialis derogate
legi generali yang berarti aturan yang bersifat khusus mengesampingkan aturan yang bersifat
umum, maka pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penyebar berita bohong (hoax) di
media online mengacu pada ketentuan Pasal 28 ayat (1). Pasal 45A ayat (1) UU ITE.
PEMBAHASAN
Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE yaitu:
1. Setiap orang, yaitu pelaku penyebar berita bohong (hoax);
2. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja, yaitu kesengajaan dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong (hoax);
3. Tanpa hak atau Melawan hukum, yaitu dalam penyebaran berita bohong (hoax) merupakan tindakan
yang melawan hukum dan bertentangan dengan hak seseorang;
4. Perbuatan, yaitu seseorang telah menyebarkan berita tidak sesuai dengan fakta;
5. Objek, yaitu berita bohong (hoax);
6. Akibat konstitutif, yaitu mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
Pertanggungjawaban pidana terhadap orang yang terbukti memenuhi unsur-unsur tindak pidana dalam
Pasal 28 ayat (1) UU ITE berdasarkan Pasal 45A ayat (1) UU ITE maka dipidana dengan pidana penjara
paling lama enam tahun penjara dan/atau denda paling banyak satu miliar rupiah.
KESIMPULAN
Cybercrime atau kejahatan yang terjadi di dunia maya merupakan kejahatan yang tergolong baru
apabila dibandingkan dengan kejahatan yang tidak dilakukan pada dunia maya, kejahatan dunia maya
makin berkembang pesat saat ini, seiring perkembangan teknologi internet yang terjadi saat ini. Berita
bohong (hoax) merupakan berita yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya
oleh si pembuat berita bohong. Selain itu, hoax juga didefinisikan sebagai informasi palsu, berita
bohong, ataupun fakta yang diplintir ataupun direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius.
Pengaturan mengenai penyebaran berita bohong (hoax) telah di atur di dalam Pasal 28 dan Pasal 45 A
ayat (1) Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu,
pengaturan mengenai penyebran berita bohong juga tertuang di dalam Wetboek Van Strafrecht atau
yang biasa disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mengenai penyebaran berita bohong
(hoax) telah di atur di dalam Pasal 311 ayat (1), Pasal 378 dan Pasal 390 KUHP yang menjelaskan
bahwa perbuatan menyebar berita bohong atau tidak benar atau fitnah dapat dikenakan sanksi hukum
sesuai berat kejahatan yang diperbuat.
KESIMPULAN
Pada hakikatnya pertanggungjawaban pidana selalu diterapkan kepada seseorang yang dianggap bersalah
dalam terjadinya suatu tindak pidana. Pertanggungjawaban pidana pada dasarnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada diri seorang pelaku tindak pidana, tetapi harus memenuhi 4 (empat) unsur
persyaratan yaitu: ada suatu tindakan (commission atau omission) oleh si pelaku, yang memenuhi
rumusan-rumusan delik dalam undang – undang, tindakan itu bersifat melawan hukum, pelakunya harus
bisa dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penyebar berita
bohong (hoax) di media online, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu diatur dalam
pasal 390 KUHP, undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, yaitu diatur
dalam Pasal 14 ayat (1) yang esensinya yaitu akibat dari penyebaran berita bohong menyebabkan
terjadinya keresahan di kalangan rakyat, maka akan dihukum penjara paling lama sepuluh tahun penjara,
dan ayat (2) yang esensinya yaitu menyebarkan berita yang dapat menimbulkan keresahan di kalangan
rakyat, dan pelaku tidak menyadari bahwa berita tersebut adalah bohong maka dihukum paling lama tiga
tahun penjara serta Pasal 15 UU No. 1 Th 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana yang esensinya yaitu
yaitu menyiarkan berita yang tidak pasti, dan pelaku menyadari bahwa berita tersebut akan mudah
menimbulkan keresahan di kalangan rakyat, maka dihukum paling lama dua tahun penjara., dan Terdapat
dalam UU ITE, yaitu diatur dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE, yang esensinya adalah pelaku dengan sengaja
melawan hukum menyebarkan berita bohong (hoax) yang mengakibatkan kerugian dalam transaksi
elektronik.
SARAN
Adapun saran untuk pemerintah, masyarakat dan pelaku kejahatan penyebaran berita bohong (hoax) yaitu:
1. Sebaiknya pemerintah dalam hal ini lebih meningkatkan pengawasan terhadap perkembangan penyebaran
berita melalui media internet yang memungkinkan banyak tersedia berita yang sangat berbahaya sehingga
dapat membahayakan keselamatan dari masyarakat yang menerima berita tersebut, saat ini penyebaran
berita melalui media internet maupun grup sosial media seperti Whatsapp perlu mendapatkan perhatian
yang lebih serius dari pemerintah.
2. Pelaku kejahatan penyebaran berita bohong (hoax)/kejahatan cybercrime ini harus
mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukannya dan merasakan efek jera pada perbuatan
yang telah dilakukannya, tidak lagi mengulangi perbuatannya yang bisa merugikan banyak orang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai