Anda di halaman 1dari 6

Aspek Hukum dari Viralisasi Hoax dalam Pencegahan COVID-19 di Indonesia

Pesatnya perkembangan Teknologi saat ini membuat kita dipaksa untuk mengikuti
dan menggunakannya agar tidak tergilas oleh zaman, penggunaan teknologi juga
mempengaruhi gaya hidup yang dewasa ini terkenal serba nirkabel atau biasa disebut maya,
karena seseorang bisa melakukan aktifitas di dunia maya yang mewakili dirinya di dunia
nyata atau biasa disebut dengan subjek hukum virtual dan penggunaan teknologi dapat
digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan berkembangnya Teknologi, kita juga
bisa mendapatkan beragam informasi yang sangat banyak dalam waktu yang singkat, mulai
dari informasi tentang gaya hidup seperti kuliner, pariwisata, dan gadget yang mungkin akan
kita beli dalam waktu dekat. Kita juga dapat mencari informasi tentang pemerintahan, isu
terkini yang beredar di masyarakat, dan lain sebagainya. Akan tetapi informasi yang kita baca
tidak selalu benar, karena dunia maya memungkinkan seseorang membuat tulisan bebas yang
juga dapat dengan mudah tersebar. Saya tidak mengatakan jika seseorang menulis bebas dan
mempublikasikannya ke dunia maya maka tulisan itu sudah pasti tidak benar, akan tetapi kita
sebagai masyarakat dunia maya patutnya mencari tahu lebih dalam tentang apa yang kita
baca di dunia maya. Informasi yang tidak benar atau tanpa sumber dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebut sebagai hoax. Karena informasi yang didapatkan di internet dapat
mempengaruhi kehidupan kita, maka jika kita mempercayai suatu informasi yang tidak benar
maka kita menjadi orang yang terpengaruh terhadap tidak-benaran informasi tersebut.
Terlebih lagi kita menyebarkan informasi yang tidak benar tersebut (hoax) kepada teman-
teman kita di sosial media seperti twitter, facebook, instagram dan lain sebagainya, yang
penyebarannya bisa meluas sampai kepada seluruh pengguna media sosial tersebut, apabila
menyebarkannya ke grup WhatsApp keluarga bisa dibayangkan jika keluarga kita juga
percaya dan juga menyebarkan kepada teman-teman dan saudara lainnya, maka akan sangat
banyak manusia yang yang percaya terhadap sesuatu yang tidak benar tersebut dan bisa saja
mempengaruhi kehidupan secara massal. Informasi memang tidak pernah ada yang
sempurna, untuk itu diperlukan verifikasi untuk menguji kebenaran dari informasi yang kita
dapatkan.
Pada era Big Data seperti saat ini kuantitas informasi lebih ditonjolkan daripada
kualitas informasi. Kita harus mencari tahu apakah informasi yang kita lihat merupakan
informasi yang akurat atau informasi yang tergolong “sampah” yang bisa menjadi racun
untuk kita dan orang-orang yang membaca informasi tersebut setelah kita meneruskan
informasi tersebut kepada mereka. Hoax dapat mempengaruhi orang banyak dan segala aspek
yang berkaitan dengan orang banyak ini juga akan terpengaruh, mulai dari sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya. Dampak negatif hoax juga luas, mulai dari buang-
buang waktu dan uang, sesuai dengan perhitungan situs cmsconnect.com, membaca kabar
hoax 10 detik per hari dapat membuat suatu individu rugi Rp 200.000 (dua ratus ribu) per
tahunnya dan bagi perusahaan mencapai Rp 10.000.000 (sepuluh juta) per tahunnya, Hoax
juga bisa digunakan sebagai pengalihan isu, bisa juga sebagai ajang penipuan publik, dan
juga bertujuan untuk membuat kepanikan publik. Contoh hoax pada masa awal surat kabar
mulai beredar yang mempengaruhi kegiatan ekonomi yaitu terjadi pada pasar saham di
London tahun 1803, dimana saat itu Inggris berselisih dengan Prancis dan bersiap untuk
perang. Saat itu Wali Kota London mendapatkan surat kabar yang isinya menyatakan bahwa
perselisihan antara Inggris dan Prancis telah selesai, yang mana Wali Kota tersebut
mengumumkannya lalu harga saham umumnya mengalami kenaikan signifikan yakni 5%
( lima persen ) dan sebenarnya kabar tersebut adalah kebohongan dan tidak jelas sumbernya,
namun kabar itu memberi keuntungan para pelaku pasar yang dapat memanfaatkannya.

Pengaturan tentang penyebaran Hoax di Indonesia sendiri salah satunya ada pada
pasal 390 KUHP yang pada pokoknya menyatakan bahwa orang yang menyebarkan berita
bohong dengan tujuan menaikkan atau menurunkan harga barang dagangan, fonds, atau surat
berharga uang akan dipenjara paling lama 2 (dua) tahun. Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, dengan bunyi sebagai
berikut:
“Pasal 14 ayat (1): “Barangsiapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan
bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman
penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun. Pasal 14 ayat (2): “Barangsiapa menyiarkan suatu
berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat menerbitkan keonaran dikalangan
rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah
bohong, dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun.”
Pasal 15: “Barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang
berkelebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat
menduga bahwa kabar demikian akan atau sudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan
rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi, tingginya dua tahun”. Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 juga mengatur
tentang hoax terdapat pada pasal 27 sampai 29, yang masing-masing tergantung muatan atau
konten hoax-nya.

Pasal 27 ayat (1) dapat menjerat berita bohong yang bermuatan kesusilaan, untuk
berita bohong yang berkaitan dengan perjudian dapat menggunakan pasal 27 ayat (2), kabar
bohong yang berkaitan dengan penghinaan atau pencemaran nama baik dapat dikenakan
pasal 27 ayat (3), yang berkaitan dengan pemerasan atau pengancaman dapat dikenakan pasal
27 ayat (4), jika menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik dapat dikenakan pasal 28 ayat (1), untuk yang
bermuatan kebencian terhadap SARA dapat dikenakan pasal 28 ayat (2), dan yang bermuatan
ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi dapat dikenakan pasal
29. Salah satu topik paling hangat yang beredar di dunia maya saat ini adalah tentang Corona
Virus atau biasa disebut dengan COVID – 19. Salah satu hoax adalah menyatakan bahwa
COVID – 19 dapat menular lewat udara dimana penjelasan ini mengatasnamakan World
Health Organization (WHO). Padahal WHO sendiri dalam websitenya menyatakan bahwa
sebenarnya tidak benar COVID -19 bisa menular udara, namun bisa lewat droplet atau
percikan cairan, yang mana berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Health
Organization droplet tidak bertahan di udara karena tetesan terlalu berat untuk menggantung
di udara dan akan dengan cepat jatuh ke lantai atau permukaan lainnya. Hal ini berpengaruh
besar terhadap masyarakat Indonesia yang percaya terhadap kabar ini dan memicu kepanikan
publik sehingga melakukan panic buying terhadap barang-barang yang dapat menghambat
udara luar secara langsung, contohnya masker.

Menurut Enny Sri Hartati selaku Direktur Eksekutif Institute for Development of
Economics and Finance (INDEF), persitiwa seperti ini dipicu oleh faktor psikologis yang
sering kali terjadi terjadi akibat informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang diterima
oleh masyarakat. Akibatnya, timbul kekhawatiran di masyarakat sehingga menimbulkan
respon tindakan belanja secara masif sebagai upaya penyelamatan. Hal seperti ini juga
banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mengambil
kesempatan dalam kesempitan yaitu menimbun masker dan menaikkan harga secara tidak
masuk akal serta persediaan atau stock dari masker menjadi langka. Hal ini berpengaruh
terhadap pencegahan virus COVID -19 karena seharusnya masker digunakan untuk korban
virus COVID – 19 agar tidak menyemburkan cairan atau droplet sebagaimana dimaksud
diatas dan akan mengurangi penyebaran virus ini, masker juga sangat dibutuhkan oleh tenaga
medis yang bersentuhan langsung dengan para korban dan mengurangi penyebaran virus ini,
terbukti bahwa beberapa saat yang lalu tenaga medis bahkan pernah kekurangan masker dan
terdapat korban jiwa dari tenaga medis yang menangani kasus ini. Ketika harga dinaikkan
maka otomatis korban yang tidak memiliki kemampuan yang cukup akan kesulitan
mendapatkannya serta penyebaran dari virus COVID-19 akan semakin tidak dapat
dikendalikan. Menurut saya, hal ini dapat dijerat dengan pasal 28 ayat (1) UU ITE, karena
disini orang menjadi berpandangan keliru dan memenuhi unsur menyesatkan sebagai
bestandelen delict atau unsur pokok, hal ini juga bertentangan dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular tepatnya pada
pasal 14 yang bunyinya adalah Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan
penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan
pidana penjara selamalamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah). (2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan
terhalangnya pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda
setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan juga pada Peraturan Pemerintah
tentang penaggulangan wabah penyakit menular, peran serta masyarakat pada pasal 22 ayat
(1) huruf b yang diwajibkan untuk membantu kelancaran pelaksanaan upaya wabah, serta
menghkianati nilai-nilai yang terpadat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana, yang mana pada Pasal 1 angka 3, epidemi dan
wabah penyakit termasuk kedalam kategori bencana, dimana pada pasal 4 huruf f
menyatakan bahwa dalam penanggulangan bencana harus terdapat semangat gotong royong,
kesetiakawanan, dan kedermawanan. Seluruh hal yang dapat mengurangi penanggulangan
virus COVID – 19 sebagaimana yang saya tulis diatas merupakan kausalitas atau sebab
akibat dari hoax yang beredar luas di masyarakat dan juga dipercayai oleh mereka.

Saran saya untuk memastikan apakah Informasi yang kita baca merupakan Informasi
Asli atau hoax adalah dengan cara selalu mencurigai judul berita atau informasi yang
provokatif, melihat alamat situs atau sumber yang memuat informasi tersebut, memeriksa
fakta secara mendalam, untuk gambar saya sarankan untuk mengecek keaslian gambar
tersebut khususnya gambar yang ditautkan di dalam suatu berita, dan mengikuti komunitas-
komunitas anti hoax yang ada di Indonesia, sering membaca informasi dari media yang
memang sudah dikenal dan dihormati karena orang yang paling sering termakan hoax adalah
orang yang jarang membaca atau mengonsumsi informasi atau berita, jangan bagikan
informasi apapun sebelum membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya. Saya juga
menyarankan untuk melaporkan setiap informasi yang kita duga mengandung hoax, biasanya
pada platorm sosial media terdapat pilihan report terhadap suatu konten, dan untuk di internet
sendiri dapat melaporkannya kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan
mengirimkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Daftar Pustaka

PP 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular


http://eprints.umm.ac.id/37725/3/jiptummpp-gdl-shellylaud-47786-3-bab II.pdf diakses pada
2 April 2020 pukul 22.00 WIB
http://theconversation.com/kabar-bohong-merusak-ekonomi-bagaimana-pelaku-ekonomi-
merespons-informasi-yang-tidak-akurat-105669 diakses pada 2 April 2020 pukul 21.00 WIB
https://tirto.id/panic-buying-dan-dampaknya-terhadap-ekonomi-eDDT diakses pada 2 April
2020 pukul 22.00 WIB
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 diakses pada 2 April
2020 pukul 22.00 WIB
https://www1-media.acehprov.go.id/uploads/hoax_dan_konsekuensinya.pdf diakses pada 2
April 2020 pukul 22.00 WIB
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-hoax-dan-ciri-cirinya-41 diakses
pada 2 April 2020 pukul 22.00 WIB
http://www.dpr.go.id/jdih/index/id/659 diakses pada 2 April 2020 pukul 21.00 WIB
https://www.liputan6.com/news/read/3867707/hoax-adalah-ciri-ciri-dan-cara-mengatasinya-
di-dunia-maya-dengan-mudah diakses pada 2 April 2020 pukul 21.30 WIB
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b6bc8f2d737f/pasal-untuk-menjerat-
penyebar-ihoax-i/ diakses pada 2 April 2020 pukul 21.30 WIB
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4eef8233871f5/arti-berita-bohong-dan-
menyesatkan-dalam-uu-ite diakses pada 2 April 2020 pukul 22.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai