Anda di halaman 1dari 6

Bidang Pertahanan dan Keamanan

Dilihat dari pertahanan keamanan, dalam kondisi negara menghadapi serangan


virus corona saat ini, dilihat dari sisi pertahanan keamanan indonesia sangat
riskan. Tidak semata pada yang diserang oleh Covid-19 tetapi juga dampak dari
kondisi itu semua dirasakan oleh tenaga medis yang terbatas dan rumah sakit-
rumah sakit yang memiliki jumlah kamar rawat atau isolasi yang terbatas bagi
pasien. Situasi ini turut melemahkan keadaan negara yang dikuatirkan memicu
kerusuhan akibat semua ingin dirawat secara normal di rumah sakit dan oleh
tenaga medis yang semestinya (Dr. Susilawati M.Si, 25 maret 2020), maka
dilakukan beberapa langkah dalam bidang pertahanan dan keamanan antara lain:
1. Mencegah menyebarnya berita-berita hoax dikala boomingnya penyebaran
Covid-19 dikalangan masyarakat.
Dalam upaya "Bersama Melawan Corona" ini banyak pula terjadi
penyebaran informasi yang tidak benar atau Hoax seputar Covid 19.
"Hoax harus dihentikan terutama di media sosial. Sebarkanlah informasi
yang benar, seperti upaya pencegahan dan penanganan Covid 19,
himbauan dan lain-lain. Jangan menyebar foto orang meninggal yang
disebutkan sebagai korban Covid 19, padahal orang tersebut sebenarnya
meninggal karena penyakit yang lain," kata Ir. H. Mulyadi.
Informasi Hoax banyak sekali beredar dalam suasana penanganan
Covid 19. Mungkin ada yang tidak sengaja, karena begitu mendapat
kiriman informasi maka langsung saja membagikan. Padahal belum jelas
kebenaran informasinya. "Mari kita basmi Hoax. Jangan asal share, kalau
tidak jelas sumbernya maka sebaiknya informasi itu dihapus saja, tidak
usah dibagikan. Penyebaran informasi yang tidak benar dan hoax bisa
membuat masyarakat panik. Karenanya minta jajaran Polri menindak
penyebar Hoax supaya penanganan Covid 19 di seluruh Indonesia,
termasuk Sumbar, dapat berjalan baik dan Covid 19 cepat dapat diatasi,"
kata Ir. H. Mulyadi, yang mendapat dukungan luas dari masyarakat untuk
Gubernur Sumbar mendatang.
Kapolri Idham Azis, pada 19 Maret 2020 mengeluarkan Maklumat
Kapolri dalam rangka pencegahan penyebaran Virus Corona atau Covid
19. Maklumat Kapolri bernomor Max/2/III/2020 terdiri dari 7 poin yaitu
tidak mengadakan kegiatan yang mengumpulkan massa, tetap tenang
masyarakat jangan panik, kegiatan mendesak wajib mengikuti protokol
pemerintah, tidak menimbun bahan pokok, tidak menyebarkan informasi
yang tidak benar, menghubungi kepolisian kalau ada informasi yang
meragukan, dan anggota kepolisian wajib menindak pelanggaran atas
Maklumat Kapolri ini.
(Kayaknya banyak yg gapentingnya deh)

Ini beda berita:


Sesuai data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika
pada 29 Maret 2020 pukul 19.00, tercatat 384 informasi hoaks yang
beredar melalui media sosial, aplikasi percakapan Whatsapp, dan tautan
pada situs internet. Dengan menggunakan pendekatan analisis isi, Litbang
Kompas mengklasifikasikan data rekapitulasi hoaks terkait Covid-19 yang
dirilis Kemenkominfo tersebut pada dua hal, yakni hoaks berdasarkan
permasalahan dan hoaks berdasarkan sasaran.
Hoaks berdasar permasalahan Covid-19 dapat dibagi menjadi tujuh
kategori: sebaran, penyebab, penularan, penanganan, lockdown, obat, dan
dampak Covid-19. Sementara hoaks menurut sasaran dapat dibagi menjadi
lima kategori, yakni pasien di rumah sakit, pejabat atau figur publik,
korban meninggal, relasi agama, dan kepanikan masyarakat.
Frekuensi hoaks terkait Covid-19 terus meningkat sejak Januari
hingga Maret 2020. Pada Januari, tercatat 40 kasus hoaks, Februari 98
kasus hoaks, dan Maret melonjak naik menjadi 246 kasus hoaks. Demikian
juga sebaran hoaks di masyarakat diperkirakan juga meluas, seiring
bertambahnya kasus Covid-19 di Tanah Air.
Tema informasi hoaks ataupun disinformasi juga bergeser dari waktu
ke waktu. Jika pada awalnya hoaks membicarakan kasak-kusuk terkait ada
atau tidaknya pasien masuk sebuah rumah sakit di suatu kota atau
kabupaten, konten hoaks berikutnya yang beredar menyasar sejumlah
pejabat, tokoh, dan publik figur yang dikabarkan terkena serangan virus
ini. Lebih luas lagi, hoaks juga menyoal kebijakan karantina wilayah atau
yang biasa disebut lockdown.
Upaya mengatasi Hoax:
a. Jika menjumpai berita berjudul provokatif, sebaiknya masyarakat
mencari referensi berupa berita serupa dari situs daring resmi atau
media arus utama.
b. Kedua, cermati alamat situs media daring. Untuk informasi yang
diperoleh dari situs web e atau mencantumkan tautan, cermatilah
alamat URL atau tautan situs yang dimaksud. Apabila berasal dari
situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya
menggunakan domain blog, informasinya bisa dibilang meragukan.
c. Ketiga, periksa fakta. Perhatikan dari mana berita berasal dan
sumbernya. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada
satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran utuh atas
suatu fakta dari sebuah informasi atau peristiwa.
d. Keempat, cek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini, bukan
hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga
konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu
juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk
mengecek keaslian foto bisa juga dengan memanfaatkan mesin pencari
Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian
Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar
serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
e. ikut serta grup diskusi antihoaks. Di Facebook terdapat sejumlah
Fanpage dan grup diskusi antihoaks, misalnya Forum Anti Fitnah,
Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage dan Group Indonesian Hoax
Buster, dan Fanpage Indonesian Hoaxes. Di grup-grup diskusi ini,
netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi termasuk hoaks atau
bukan sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang
lain.
Menyaring informasi dari beragam media memang tidak mudah dan
membutuhkan sedikit usaha. Adanya kesadaran masyarakat untuk
menyaring informasi mana yang sekiranya perlu dibagikan dan mana yang
tidak perlu dibagikan, menjadi langkah tepat di saat masyarakat dilanda
kecemasan dan kepanikan akibat pandemi global Covid-19 (Topan
Yuniarto, 31 Maret 2020).

2. Menutup akses keluar maupun masuk pada bandara dan pelabuhan baik
menuju atau keluar red zone covid-19.
Sistem transportasi darat maupun air dapat memicu peningkatan laju
penyebaran wabah Covid-19. Daerah yang sudah terdampak wabah dapat
menyebar keluar apabila carier atau pembawa virus tersebut keluar daerah
dan tidak dibataasi mobilisasinya. Apalagi jika di daerah yang telah
terdampak tersebut sudah semakin menipis cadangan kebutuhan pangan
maupun sarana prasarana umum sudah ditutup. Hal tersebut dapat
menyebabkan dapat terjadinya perpindahan penduduk secara masal dari
daerah yang telah terdampak ke daerah yang belum terdampak wabah
tersebut. Akses keluar masuk hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis
dan bidang pertahanan negara seperti TNI, Polri untuk mengirimkan
segala kebutuhan kehidupan. Oleh karena itu, langkah ini ditujukan agar
semua masyarakat baik di daerah yang terdampak tetap mendapatkan
pengobatan dan penanganan yang sesuai dan tidak menyebarkan wabah ke
daerah lain yang belum terdampak wabah.

3. Mengadakan open reqruitment besar-besaran untuk relawan tenaga medis


dan amatir.
Semakin banyaknya pasien yang telah mimiliki gejala Covid-19, maka
tidak menutup peluang bahwa kurangnya tenaga medis untuk menangani
sejumlah lonjakan angka pasien tersebut. Demikian halnya dengan
dibukanya rumah sakit isolasi darurat seperti pada wisma atlet di Jakarta,
yang otomatis mendorong kebutuhan tenaga medis maupun relawan yang
cukup banyak untuk mengimbangi jumlah pasien dan agar terciptanya
pelayanan yang lebih maksimal untuk masing-masing pasien. Relawan dan
tenaga medis yang tidak sedang menangani pasien yang mengalami gejala
Covid-19 ini juga perlu ditambah pada rumah sakit yang khusus
menangani pasien positif covid-19. Oleh karena itu, pembukaan
pendaftaran bagi tenaga medis maupun amatir atau relawan untuk
menangani pasien yang jumlahnya tiap hari tidak dapat ditebak sangat
diperlukan.

4. Menyiapkan satu pulau terisolasi.


Pulau yang direncanakan untuk mengisolasi pasien positif Covid-19 ini
akan difasilitasi lengkap dengan rumah sakit, tenaga medis/relawan/TNI
serta kuburan massal bagi korban meninggal, hal ini meminimalisir
penyebaran lebih luas ke masyarakat dan berdampak kepada psikis bangsa.
Referensi

https://www.kompasiana.com/amp/sisiwitt/5e7b7e48097f3672be14bfa2/gempura
n-covid-19-terhadap-pertahanan-negara

https://www.google.com/amp/s/www.harianhaluan.com/amp/detail/90350/wabah-
covid19-mulyadi-minta-masyarakat-tak-panik-dan-tak-sebar-hoax

https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/31/upaya-melawan-hoaks-covid-19/

Anda mungkin juga menyukai