Anda di halaman 1dari 10

PENDAMPINGAN ETIKA MEDIA

SOSIAL MENURUT UU ITE TERKAIT


PENYEBARAN DISINFORMASI (HOAX)
DISUSUN OLEH :
NAUFAL SETYA RAHARDI FAKULTAS
HUKUM UNDIP

PENGERTIAN
DISINFORMASI(HOAX)
MENURUT KBBI :
disinformasi/dis·in·for·ma·si/ n penyampaian informasi yang salah
(dengan sengaja) untuk membingungkan orang lain
MENURUT MENKOMINFO :
"Hoax" diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang
sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang
salah agar bisa menutupi pesan yang benar," katanya. Ia melihat
penyebaran "hoax" mulai marak sejak media sosial populer digunakan
oleh masyarakat Indonesia karena sifatnya yang memungkinkan akun
anonim untuk berkontribusi, juga setiap orang tidak peduli latar
belakangnya punya kesempatan yang sama untuk menulis.

Jenis Kabar Hoax yang


Perlu Diwaspadai
Hoax Kirim Pesan Berantai
Pengguna aktif aplikasi chatting WhatsApp atau BBM, pasti sering mendapat pesan untuk
melanjutkan pesan ke beberapa teman lain dengan berbagai alasan. Biasanya, pesan
tersebut tentang mendapat hadiah tertentu atau mengalami hal buruk jika tidak
mengirimkannya.
Hoax Urban Legend
Banyak orang yang suka membuat hoax soal cerita urban legend seram tentang tempat,
benda, atau kegiatan tertentu. Hoax jenis ini biasanya menghimbau netizen untuk tidak
mengunjungi, membeli, atau melakukan hal yang telah disebutkan pembuat hoax tadi.
Hoax jenis ini dapat berimbas negatif pada si objek kabar hoax, seperti mulai dijauhi
sampai nilai ekonomisnya menurun. Sekilas hoax ini mirip dengan black campaign

Hoax dapat Hadiah Gratis


Hoax satu ini modusnya mirip dengan penipuan online. Oknum akan mengirimkan pesan
boradcast atau pop-up message berisikan pengumuman pemberian hadiah gratis. Di sini,
memang korban jarang ada yang mengalami kerugian uang, namun mereka tertipu dengan
mengisi survei-survei internet untuk iklan. Dampak negatif akan semakin besar apabila si korban
tidak sengaja menggunakan email kantor atau email utama untuk mendaftarkan diri di survei
tersebut. Jika terjadi, maka email-email iklan dipastikan mengalir deras dan susah untuk
dihentikan.
Hoax tentang Kisah Menyedihkan
Hoax satu ini berupa surat yang berisikan tentang kabar dari seseorang yang tengah sakit dan
membutuhkan dana guna operasi atau obat. Hoax jenis ini biasanya menggunakan foto dari
Google demi mendapatkan simpati. Oknum dari penyebar hoax ini turut menyertakan nomor
rekening agar korban yang tertipu bisa mengirimkan beberapa jumlah uang.

Cara Mengatasi Berita


“Hoax” di Dunia Maya
Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak
tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang
dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari
situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi
pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal
dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa
dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari
jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu
situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri?
Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan
gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah
peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita
sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten
lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan
drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambargambar serupa yang
terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Cara melaporkan berita atau informasi


hoax
Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar.
Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-
masing media.

Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax
sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada
banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian
apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan
twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

Bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten


negatif ke Kementerian Komunikasi dan
Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat
aduankonten@mail.kominfo.go.id
HOAX DALAM HUKUM
Apakah Hoax Merupakan Tindak Pidana?
Istilah hoax/hoaks tidak dikenal dalam peraturan perundang-undangan Indonesia.Tetapi ada
beberapa peraturan yang mengatur mengenai berita hoax atau berita bohong ini. :
Pertama, Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (“UU ITE”) sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (“UU 19/2016”) mengatur mengenai penyebaran berita bohong di
media elektronik (termasuk sosial media) menyatakan: “Setiap Orang dengan sengaja, dan
tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik.”

Jika melanggar ketentuan Pasal 28 UU ITE ini dapat dikenakan sanksi sebagaimana
diatur dalam Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016 , yaitu:

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1
miliar
Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana
(“UU 1/1946”) juga mengatur mengenai berita bohong yakni:
Barangsiapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja
menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara
setinggitingginya sepuluh tahun.
Barangsiapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat
menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita
atau pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga
tahun.

Pasal 15 UU 1/1946
Barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan atau yang tidak
lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga bahwa kabar demikian
akan atau sudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman
penjara setinggi, tingginya dua tahun
Jadi sebagai kesimpulan, hoax atau menyebarkan berita bohong adalah
sebuah tindak pidana. Ada beberapa aturan yang mengatur mengenai
hal ini yaitu: UU ITE dan perubahannya, KUHP serta UU
1/1946. UU ITE bukanlah satu-satunya dasar hukum yang dapat dipakai
untuk menjerat orang yang menyebarkan hoax atau berita bohong ini
karena UU ITE hanya mengatur penyebaran berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik saja.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai