Anda di halaman 1dari 2

UU ITE atau Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah undang-

undang yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik. UU ITE pertama kali
disahkan melalui UU No. 11 Tahun 2008 sebelum akhirnya direvisi dengan UU No. 19
Tahun 2016.
Berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Traksaksi Elektronik (UU ITE) konten
negatif ada 5 jenis, yakni penyebaran kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA,
melanggar kesusilaan dan perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan
dan/atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan
kerugian.
Berita hoax biasanya dapat ditemukan di media sosial, diantaranya di facebook, instagram,
twitter, whatsapps dan juga media sosial lainnya. Ciri-Ciri Berita Hoax (berita bohong) :
a. Didistribusikan via email atau media sosial karena efeknya lebih besar
b. Berisi pesan yang membuat cemas, panik para pembacanya
c. Diakhiri dengan himbauan agar si pembaca segera memforwardkan warning tersebut
ke forum yang lebih luas. Hoax memanfaatkan iktikad baik si pembaca, sehingga
pembaca email ini tanpa meneliti terlebih dahulu kebenaran beritanya, langsung
segeramenyebarkannya ke forum yang lebih luas. Akibarnya lalu lintas peredaran data
di internet makin padat dengan berita yang tidak benar.
d. Biasanya pengirim awal hoax ini tidak diketahui identitasnya.
Bagi orang yang menyebarkan berita hoax dapat dikenakan sanksi sesuai pada pasal 45A
ayat (1) UU ITE yang disebutkan, setiap orang yang sengaja menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik bisa
dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda maksimal Rp 1 miliar.
Upaya yang dapat dilakukan agar terhindar dari hoax :
1. Perhatikan judul informasi
Beberapa oknum kerap memasang judul yang menjebak artinya menarik
masyarakat agar membacanya. Berita palsu biasanya memiliki judul yang
mengejutkan agar membuat rasa penasaran. Isi kontennya pun biasanya terlihat
provokatif dan memanfaatkan isu-isu yang sedang tren.
2. Lihat sumber berita
Hal kedua yang perlu dilakukan adalah periksa sumbernya, apakah dari situs
resmi dan terpercaya tidak. Apabila informasi berasal dari situs-situs media sosial
dan web yang belum dapat dipercaya disarankan untuk segera mengecek ke situs-
situs lainnya.
3. Periksa foto dan video
Tidak hanya tulisan, seperti yang telah disebutkan bahwa hoax bermacam-
macam bentuknya dan salah satunya yaitu berupa foto dan video. Sama halnya
dengan tulisan, hoax bentuk foto dan video yang Anda terima jangan langsung
mempercayai begitu saja. Terkadang oknum juga mengedit sebuah foto dan video
sebelum menyebarkannya di media sosial. Namun, Anda tidak perlu khawatir untuk
mencari fakta dari foto dan video tersebut. Anda bisa cek keaslian dari berita foto dan
video tersebut dengan memanfaatkan teknologi fitur dari Google Images dengan
tautan images.google.com.
4. Waspada dengan bentuk forward messages
Pernahkah Anda mendapatkan pesan yang diteruskan dari media sosial? Tentu
pernah! Maraknya berita hoax dari media sosial tentu sangat meresahkan. Biasanya
oknum hoax akan menyebarkan ke banyak orang dengan dalih isinya meminta untuk
segera diteruskan ke banyak orang, berupa ancaman jika Anda tidak meneruskan
pesan tersebut, atau mendapatkan hadiah. Jika Anda menerima pesan seperti itu,
segera hapus dan abaikan!
5. Laporkan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika jika menemukan berita hoax
Apabila Anda menemukan berita hoax, sebaiknya Anda segera melaporkan
konten tersebut ke Kementerian Komunikasi dan Informatika agar berita hoax segera
ditindak tegas. Anda bisa melakukan screen capture disertai url link lalu kirim filenya
ke aduankonten@mail.kominfo.go.id. Tak usah khawatir Anda terancam, karena
kerahasiaan pelapor akan dijamin.

Anda mungkin juga menyukai